Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH HIGIENE INDUSTRI

“Pengaruh Lingkungan Kerja & Prinsip-prinsip Pengendaliannya”

KELOMPOK 13

Disusun Oleh:

Auliyah Nurazizah K011191233

Andi Fatimah Mustovia N K011191236

Andi Alfira Rezkya Basma K011191238

Rabiatun Rafiah K011191243

Christopher Toma K011191245

Zefi Periyanto K011191246

DEPARTEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HASANUDDIN

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa berkat
limpahan rahmat, karunia, dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan makalah ini
dapat terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu bentuk syarat penuntasan tugas mata
kuliah Higiene Industri.

Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari semua pihak guna perbaikan dan kelengkapan penyusunan
makalah ini, serta semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Makassar, 21 Agustus 2021

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................1

A. Latar Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................2
C. Tujuan...................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3

A. Definisi Lingkungan Kerja.................................................................3


B. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kesehatan Pekerja...........4
C. Prinsip-prinsip Pengendalian Lingkungan Kerja........................... 5

BAB III PENUTUP.........................................................................................8

A. Kesimpulan...........................................................................................8
B. Saran.....................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Salah satu bentuk perlindungan tenaga kerja baik di sektor formal maupun non-
informal dapat dilakukan dengan penerapan serta peningkatakan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja (K3). Berdasaarkan data ILO (International Labour Organization)
tahun 2015, setiap 15 detik satu orang pekerja meninggal karena kecelakaan atau
penyakit yang diakibatkan oleh pekerjaan. Setiap 15 detik 153 pekerja mengalami
kecelakaan yang berhubungan dengan pekerjaan (Chaerul, dkk, 2021). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Lin Lean Lim berjudul Hubungan Kerja dan Kondisi
Kerja di Sebuah Rantai Pasokan Rotan IKEA/Kantor dalam Sagita (2017) bahwa
tingginya jumlah cedera atau kecelakaan terkait pekerjaan yang dilaporkan oleh pekerja.
Banyaknya permasalahan-permasalahan yang mempengaruhi para pekerja tak luput
dikaitkan dengan kondisi kesehatan dan keselamatan yang kurang memadai. Faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi masalah kesehata tersebut dapat dilihat dari kondisi
lingkungan fisik maupun proses produksi di industri. Dampak dari proses produksi,
dapat berakibat buruk terhadap pekerjaan dan lingkungan kerja, sehingga pekerjaan
maupun lingkungan kerja tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan. Hal tersebut dapat
mengakibatkan gangguan kesehatan terhadap pekerja (Sagita, dkk, 2017).
Paradigma kerja yang sehat serta aman penting untuk ditanamkan saat ini dengan
bertumbuh pesatnya peningkatan ekonomi dan industri bagi pekerja. Selain itu, mutu
kualitas sumber daya manusia dan lingkungan kerjanya perlu juga untuk ditingkatkan
sehingga mampu mendukung dan bergerak beriringan. Hal ini dapat dilakukan dengan
menerapkan prinsip higine industry dan standar keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
Peningkatan kualitas kerja karyawan dapat dipengaruhi dengan menerapkan K3 dan
Higine industry dikarenakan karyawan akan merasa dalam kondisi nyaman, aman, dan
sehat.
Higene Industri adalah salah satu aspek perlindungan untuk kesehatan tenaga kerja.
Menurut Suma’mur (2013) dalam buku ajar Higene Lingkungan Industri, higene tahun
2018, menyatakan higene industri adlah spesialis dalam ilmu higine beserta prakteknya
yang lingkup dedikasinya adalah mengenali, mengukur, dan melakukan penilaian
terhadap faktor penyebab gangguan kesehatan atau penyakit dalam lingkungan kerja
dan perusahaan (Seytaningsih, Y, 2018). Berdasarkan hal tersebut, pentingnya
mempelajari dan mengetahui higene industrui di lingkungan kerja merupakan salah satu
bentuk perlindungan bagi para pekerja di lingkungan kerja yang merupakan salah satu
aspek dalam meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat diperoleh rumusan masalah sebagai
berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan lingkungan kerja?
2. Apa pengaruh lingkungan kerja terhadap kesehatan kerja?
3. Apa saja prinsip-prinsip pengendalian lingkungan kerja?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka dapat diperoleh tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui definisi dari lingkungan kerja.
2. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan kerja terhadap kesehatan kerja
3. Untuk mengetahui prinsip-prinsip pengendalian lingkungan kerja.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Lingkungan Kerja


Lingkungan kerja adalah faktor penting agar terciptanya kinerja yang baik
karena lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap karyawan dalam
menyelesaikan pekerjaan yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja karyawan.
Kondisi lingkungan kerja dikatakan baik jika karyawan dapat melaksanakan
pekerjaannya secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Oleh karena itu penentuan dan
penciptaan lingkungan kerja yang baik akan sangat menentukan keberhasilan
pencapaian tujuan organisasi. Begitu pula sebaliknya apabila lingkungan kerjanya tidak
baik maka dapat menurunkan motivasi serta semangat kerja dan akhirnya dapat
menurunkan kinerja karyawan (Imalia, dkk 2018).
Lingkungan kerja merupakan kondisi dari segala sesuatu yang ada di sekitar tempat
bekerja yang mampu memberikan pengaruh bagi seseorang dalam melakukan
pekerjaan. Lingkungan kerja meliputi lingkungan fisik dan non fisik (Lestari, dkk
2018). Untuk mencapai kinerja menjadi lebih baik maka diperlukan adanya lingkungan
kerja baik fisik maupun non fisik yang kondusif. Lingkungan kerja non fisik
merupakan semua keadaan yang terjadi yang terkait dengan hubungan kerja, misalnya
hubungan karayawan dan atasannya maupun sesame karyawan. Sebuah Perusahaan
harusnya dapat mencerminkan kondisi yang mendukung kerja sama antara tingkat
atasan, bawahan maupun yang memiliki status jabatan yang sama di perusahaan.
Kondisi yang hendaknya diciptakan adalah suasana kekeluargaan, komunikasi yang
baik, dan pengendalian diri agar tercipta kinerja yang baik (Noorainy, F. 2017). Salah
satu faktor fisik yang bisa menyebabkan gangguan pada kesehatan terhadap tenaga kerja
yaitu tekanan panas. Kondisi panas pada lingkungan kerja bisa disebabkan oleh suhu
tinggi, mesin atau alat yang menghasilkan panas, serta yang berasal dari sumber alami
berupa sinar matahari yang memantulkan cahaya pada atap ruangan yang dapat
menimbulkan radiasi di dalam ruangan kerja (Lestari, dkk 2018). Lingkungan kerja
yang lembab dan panas bisa menurunkan produktivitas kerja, juga dapat membawa
dampak negatif terhadap kesehatan serta keselamatan kerja. Suhu panas berakibat
menurunkan prestasi kerja berfikir. Penurunan kemampuan berfikir akan terjadi dengan
luar biasa apabila suhu udara melampaui suhu 32⁰C. Suhu panas akan mengurangi
kelincahan, memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan,
menganggu kecermatan otak, mengganggu koordinasi saraf perasa serta saraf motoris.
Kondisi panas berlebih – lebihan mengakibatkan rasa letih, kantuk, mengurangi
kestabilan dan meningkatkan angka kesalahan kerja (Suma’mur, 1996 dalam Fajrianti,
dkk 2017).

B. Pengaruh Lingkungan Kerja Terhadap Kesehatan Pekerja


Kondisi lingkungan kerja yang kurang baik dapat menyebabkan para karyawan
mudah stres, tidak ada semangat untuk bekerja, datang tidak tepat waktu, begitu
pula sebaliknya apabila lingkungan kerja itu baik maka para karyawan tentunya
akan memiliki semangat dalam bekerja, tidak mudah sakit, bahkan mudah untuk
konsentrasi dalam melaksanakan pekerjaan. Faktor-faktor yang bisa menyebabkan
gangguan pada keselamatan dan kesehatan kerja bisa berasal dari keadaan di
lingkungan kerja, mulai dari aspek suhu udara, penerangan, peralatan kerja, hingga
pada kondisi fisik dan mental karyawan itu sendiri (Mangkunegara, 2005:163).
Lingkungan kerja fisik meliputi semua (benda atau alat, red) yang terdapat di sekitar
tempat kerja yang dapat memengaruhi pegawai baik secara langsung maupun tidak
langsung. Sementara Lingkungan kerja nonfisik adalah semua keadaan yang
berkaitan dengan hubungan antarkaryawan. Misalnya, hubungan dengan atasan
maupun dengan sesama serta bawahan.

Pengaruh buruk lingkungan kerja fisik terhadap kesehatan pekerja dapat berupa
penerangan yang kurang baik sehingga menganggu kesehatan mata pekerja, suhu
udara yang cenderung lebih panas akan menyebabkan stress, sirkulasi udara yang
dapat menyebabkan gangguan pernapasan serta Tingkat kebisingan tinggi akan
berpengaruh pada ketenangan bekerja. Sementara jika lingkungan kerja memiliki
penerangan, suhu, sirkulasi dan kebisingan yang masih dalam nilai yang aman maka
tidak akan berdampak buruk bagi para pekerja, sehingga kesehatan mereka tetap
terjaga.

Adapun lingkungan kerja nonfisik juga berpengaruh pada kesehatan


pekerjanya. Hubungan pekerja dengan pekerja lainnya maupun atasannya akan
berpengaruh pada pekerja itu sendiri. Lingkungan kerja non fisik yang harmonis
dalam lingkungan kerja akan membuat karyawan menjadi semangat bekerja, yang
akan berpotensi untuk memberikan hasil kerja yang maksimal untuk perusahaan,
serta kesehatan para pekerja pun juga baik. Jika seorang karyawan merasa nyaman
dalam pekerjaanya, maka karyawan tersebut akan bekerja dengan jangka waktu
yang lama pada perusahaan, hal tersebut akan menambah pengalaman serta kualitas
kerja oleh seorang karyawan, yang mampu menunjang karyawan dalam memberikan
hasil kerja yang baik serta Kesehatan emosianal pekerja tidak tertanggu. sebaliknya
jika lingkungan kerja non fisik terjalin dengan tidak baik, atau terjadi kesenjangan
antar karyawan, maka akan menimbulkan perasaan hati dan fikiran yang tidak baik
dan bisa membuat lingkungan tempat kerja menjadi tidak nyaman sehingga akan
mengganggui kondisi kesehatan mental pekerja.

C. Prinsip-prinsip Pengendalian Lingkungan Kerja


Adapun prinsip-prinsip pengendalian lingkungan kerja antara lain adalah:
1. Eliminasi atau meniadakan potensi bahaya.
Skema pengendalian ini adalah program pengendalian kekuatan bahaya yang penting untuk
pengendalian jangka panjang serta bersifata permanen. Pengendalian ini adalah pengendalian
dengan cara menghilangkan atau menghapus potensi bahaya pada sumbernya. Contoh :
eliminasi atau meniadakan potensi bahaya dalam tempat kerja dengan tidak memakai beberapa
bahan beracun bila beberapa bahan yang lebih aman tersedia; kerjakan tugas-tugas mengangkat
beban yang berat dengan memakai alat Membantu mekanik atau hidrolik; menempatkan fasilitas
pembersih tangki otomatis akan lebih aman serta mudah daripada operator harus masuk ruangan
tertutup; dan lain-lain.
Beberapa kegagalan yang mungkin terjadi pada pilihan ini, misalnya :
 Eksperimen teknik serta design didasarkan pada pertimbangan biaya jangka pendek
daripada pertimbangan pencegahan kecelakaan untuk jangka panjang;
 Perlengkapan diubah selama masa pakai (life cycle) serta potensi bahaya baru akan muncul
kembali;
 Saat proses kerja diubah serta potensi bahaya baru ikut muncul, dan lain-lain.

2. Kurangi potensi bahaya pada sumbernya.

Kurangi potensi bahaya pada sumbernya termasuk meminimalisir jumlah


pelepasan energi yang tidak teratasi. Contoh : memakai perlengkapan kerja dengan
voltase rendah serta fasilitas pertanahan yang ideal; mendesain perlengkapan kerja
tangan yang tidak mengakibatkan cedera dengan ujungnya tidak kasar serta mudah
dipakai; memasang satu alat mekanisasi untuk kegagalan proses operasi; dan lain-
lain.

Beberapa kegagalan yang mungkin berlangsung pada pilihan ini, misalnya :

 Penilaian kekuatan bahaya tidak diperhitungkan pada tahap design;


 Modifikasi adalah hal yang sangatlah mahal setelah instalasi;
 Ketidaktersediaan data statistik untuk operasi awal penilaian kekuatan bahaya;
 Penilaian kekuatan bahaya tidak dikerjakan; dan lain-lain.

3. Menutup Sumber Bahaya


Tutup sumber bahaya adalah langkah untuk mencegah pelepasan daya yang
tidak teratasi dari sumbernya, hingga cidera atau kerusakan tidak berlangsung.
Contoh : Tutup rapat gas supaya masih aman di silinder; memberikan penutup tahan
panas pada pipa panas; mengisolasi kabel listrik supaya tidak terbuka; menempatkan
alat pengaman mesin; menyiapkan gudang spesial untuk beberapa bahan gampang
terbakar, dan lain-lain.

Beberapa kegagalan yang mungkin berlangsung pada pilihan ini, misalnya :


 Daya pada kontainer terbuka;
 Seseorang bisa mencapai container;
 Sumber daya melewati kemampuan container;
 Sumber daya dimasukan pada container yang salah; dan lain-lain.

4. Memindahkan tenaga kerja dari sumber bahaya


Pengendalian kekuatan bahaya ini begitu bergantung pada perpindahan tenaga
kerja dari sumber bahaya.Contoh : operator harus dipindahkan pada tempat yang
aman saat proses peledakan pada operasi peledakan di pertambangan; satu garis
keliling daerah aman harus diberitakan dengan jelas di seputar sarana tegangan
tinggi; dan lain-lain.
Beberapa kegagalan yang mungkin berlangsung pada pilihan ini, misalnya :
 Seseorang mungkin tidak tahu jika mereka masuk daerah beresiko;
 Pengontrol keamanan mungkin tengah rusak;
 Alat komunikasi tentang waktu-waktu beresiko mungkin rusak;
 Peringatan sinyal beresiko mungkin tidak ada; dan lain-lain.

5. Mengurangi pemaparan tenaga kerja dari sumber bahaya


Fasilitas pengendalian ini dibuat untuk meminimalisir waktu buat tenaga kerja
terkena kekuatan bahaya atau kurangi jumlahnya kekuatan bahaya yang memapari
tenaga kerja. Contoh : Seseorang kerja pada tempat dengan intensitas kebisingan
yang tinggi butuh diskedulkan supaya mereka ada pada tempat itu untuk waktu yang
tidak lama (sesuai dengan standard batas pemaparan); tenaga kerja yang kerja di luar
ruang dihindarkan terpapar cahaya matahari di dalam hari sdecara langsung; dan
lain-lain.
Beberapa kegagalan yang mungkin berlangsung pada pilihan ini,
perumpamaannya :
 Pengawasan tidak berperan dengan baik;Mekanisme kerja diabaikan;
 Catatan pemaparan pada sumber bahaya tidak dirawat dengan baik; dan lain-
lain.

6. Penggunaan Alat Pelindung Diri


Semua alat pelindung diri dibuat untuk memisahkan atau memberikan
penghambat pada badan manusia dengan kekuatan sumber daya yang
membahayakan. Contoh : sumbat/tutup telinga adalah perlindungan pada daya
suara; alat pelindung pernapasan adalah perlindungan pada daya kimia; gloves
adalah alat pelindung pada pelepasa daya panas; dan lain-lain.
Beberapa kegagalan yang mungkin berlangsung pada pilihan ini, misalnya :
 Tipe serta ukuran alat pelindung diri tidak tepat;
 Alat pelindung diri tidak dipakai atau dipakai dengan tidak benar;
 Tenaga kerja terasa tidak nyaman memakai;
 Alat pelindung diri rusak serta belum ada alternatifnya.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Lingkungan kerja adalah faktor penting agar terciptanya kinerja yang baik
karena lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap karyawan dalam
menyelesaikan pekerjaan yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja karyawan.
Kondisi lingkungan kerja dikatakan baik jika karyawan dapat melaksanakan
pekerjaannya secara optimal, sehat, aman, dan nyaman. Lingkungan kerja merupakan
kondisi dari segala sesuatu yang ada di sekitar tempat bekerja yang mampu memberikan
pengaruh bagi seseorang dalam melakukan pekerjaan. Lingkungan kerja meliputi
lingkungan fisik dan non fisik. Pengaruh buruk lingkungan kerja fisik terhadap
kesehatan pekerja dapat berupa penerangan yang kurang baik sehingga menganggu
kesehatan mata pekerja, suhu udara yang cenderung lebih panas akan menyebabkan
stress, sirkulasi udara yang dapat menyebabkan gangguan pernapasan serta Tingkat
kebisingan tinggi akan berpengaruh pada ketenangan bekerja. Sementara jika
lingkungan kerja memiliki penerangan, suhu, sirkulasi dan kebisingan yang masih
dalam nilai yang aman maka tidak akan berdampak buruk bagi para pekerja, sehingga
kesehatan mereka tetap terjaga. Salah satu faktor fisik yang bisa menyebabkan
gangguan pada kesehatan terhadap tenaga kerja yaitu tekanan panas. Kondisi panas
pada lingkungan kerja bisa disebabkan oleh suhu tinggi, mesin atau alat yang
menghasilkan panas, serta yang berasal dari sumber alami berupa sinar matahari yang
memantulkan cahaya pada atap ruangan yang dapat menimbulkan radiasi di dalam
ruangan kerja. Penurunan kemampuan berfikir akan terjadi dengan luar biasa apabila
suhu udara melampaui suhu 32⁰C. Suhu panas akan mengurangi kelincahan,
memperpanjang waktu reaksi dan waktu pengambilan keputusan, menganggu
kecermatan otak, mengganggu koordinasi saraf perasa serta saraf motoris. Kondisi
panas berlebih – lebihan mengakibatkan rasa letih, kantuk, mengurangi kestabilan dan
meningkatkan angka kesalahan kerja.

Lingkungan kerja non fisik merupakan semua keadaan yang terjadi yang terkait
dengan hubungan kerja, misalnya hubungan karayawan dan atasannya maupun sesama
karyawan. Jika seorang karyawan merasa nyaman dalam pekerjaanya, maka karyawan
tersebut akan bekerja dengan jangka waktu yang lama pada perusahaan, hal tersebut
akan menambah pengalaman serta kualitas kerja oleh seorang karyawan, yang mampu
menunjang karyawan dalam memberikan hasil kerja yang baik serta Kesehatan
emosianal pekerja tidak tertanggu. sebaliknya jika lingkungan kerja non fisik terjalin
dengan tidak baik, atau terjadi kesenjangan antar karyawan, maka akan menimbulkan
perasaan hati dan fikiran yang tidak baik dan bisa membuat lingkungan tempat kerja
menjadi tidak nyaman sehingga akan mengganggui kondisi kesehatan mental pekerja.
Adapun prinsip-prinsip pengendalian lingkungan kerja antara lain adalah eliminasi atau
meniadakan potensi bahaya, kurangi potensi bahaya pada sumbernya, menutup sumber
bahaya, memindahkan tenaga kerja dari sumber bahaya, mengurangi pemaparan tenaga
kerja dari sumber bahaya dan penggunaan alat pelindung diri.

B. Saran
Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan disampaikan kepada
kami. Apabila ada terdapat kesalahan, mohon dimaafkan dan dimaklumi.
DAFTAR PUSTAKA

Chaerul, D, Alwi, M, Hardi, I 2021, ‘Penerapan Higine dan Sanitasi Rumah Tangga
Pengolahan Tahu di Kelurahan Bara-Baraya Kota Makassar’, Journal
Window of Public Helath, Vol. 1, no. 5, hh. 553-563.
http://jurnal.fkm.umi.ac.id/index.php/woph/article/view/woph1516
[Online].

Dolonseda, H. P. dan Watung, S. R. 2020, Dampak Lingkungan Kerja dan Etos Kerja
Terhadap Kinerja Pegawai, Jurnal Aplikasi Kebijakan Publik dan Bisnis.
vol. 1, no. 2. [diakses 20 Agustus 2021]

Fajrianti, G., Shaluhiyah, Z., Lestantyo, D. 2017. Pengendalian Heat Stress Pada
Tenaga Kerja di Bagian Furnace PT. X Pangkalpinang Bangka Belitung.
Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia Vol. 12 / No. 2 / Januari 2017
Imalia, T. F., Sumowo, S., Zaini, H. 2018. Implementasi Manajemen K3 Keselamatan
Kerja, Kesehatan Kerja, Dan Lingkungan Kerja Serta Pengaruhnya
Terhadap Kinerja Karyawan Bagian Produksi Pada Pt. Villiger Tobacco
Indonesia. JurnalEkonomi Manajeme
Lestari, D. T., Raharjo, M., Yunita, N. A. 2018. Hubungan Paparan Panas Dengan
Tekanan Darah Pada Pekerja Pabrik Baja Lembaran Panas. Jurnal
Kesehatan Masyarakat (e-Journal) Volume 6, Nomor 6, Oktober 2018
(ISSN: 2356-3346) Http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
Noorainy, F. 2017, PENGARUH LINGKUNGAN KERJA FISIK DAN NON FISIK
TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA SEKRETARIAT DAERAH
KABUPATEN PANGANDARAN, Journal of Management Review, vol. 1
no. 2. doi: http://dx.doi.org/10.25157/jmr.v1i2.701. [diakses 20 Agustus
2021]

Sagita, Q, Sulisyani & Setyaningsih, Y 2017, ‘Analisis Higiene dan Sanitasi


Lingkungan Kerja Pada Pekerja Rumahan Industri Sepatu di Kabupaten
Semarang’, Jurnal Kesehatan Masyarakat, vol. 5, no. 5, hh. 798-806.
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm [Online]
Setyaningsih, Y 2018, Buku Ajar Higene Lingkungan Industri¸Universitas Diponegoro,
Jawa Tengah.

Supriadi, A. dan Anita, V. 2020, Pengaruh Lingkungan Kerja Non Fisik terhadap
Kinerja Karyawan pada PT. Salim Surya Phone di Samarinda, Junral
Borneo Student Research, vol 1 no 3, eISSN: 2721-5727. [diakeses 20
Agustus 2021]

Anda mungkin juga menyukai