Anda di halaman 1dari 10

Jurnal 1

Sel Elektrokimia: Karakteristik dan Aplikasi


Sel elektrokimia merupakan pemanfaatan arus listrik yang dihasilkan dari
sebuah reaksi kimia ataupun arus listrik yang menyebabkan terjadinya suatu reaksi
kimia. Pemanfaatan sel elektrokimia banyak digunakan untuk menghasilkan teknologi
terbarukan. Sel elektrolisis dan sel Volta merupakan hasil terapan dari sel
elektrokimia yang menggunakan media elektroda dan larutan elektrolit. Sampai saat
ini, sel elektrokimia masih memiliki peranan penting di dalam kemajuan teknologi
modern mulai industri otomotif maupun rumah tangga.

Elektrokimia merupakan ilmu kimia yang mempelajari tentang perpindahan elektron


yang terjadi pada sebuah media pengantar listrik (elektroda). Elektroda terdiri dari elektroda
positif dan elektroda negatif. Hal ini disebabkan karena elektroda tersebut akan dialiri oleh arus
listrik sebagai sumber energi dalam pertukaran elektron. Konsep elektrokimia didasari oleh
reaksi reduksi-oksidasi (redoks) dan larutan elektrolit. Reaksi redoks merupakan gabungan dari
rekasi reduksi dan oksidasi yang berlangsung secara bersamaan. Pada reaksi reduksi terjadi
peristiwa penangkapan elektron sedangkan reaksi oksidasi merupakan peristiwa pelepasan
elektron yang terjadi pada media pengantar pada sel elektrokimia.
Proses elektrokimia membutuhkan media pengantar sebagai tempat terjadinya serah
terima elektron dalam suatu sistem reaksi yang dinamakan larutan. Larutan dapat dikategorikan
menjadi tiga bagian yaitu larutan elektrolit kuat, larutan elektrolit lemah dan larutan bukan
elektrolit . Larutan elektrolit kuat merupakan larutan yang mengandung ion-ion terlarut yang
dapat mengantarkan arus listrik sangat baik sehingga proses serah terima elektron berlangsung
cepat dan energi yang dihasilkan relatif besar. Sedangkan larutan elektrolit lemah merupakan
larutan yang mengandung ion-ion terlarut cenderung terionisasi sebagian sehingga dalam
proses serah terima elektron relatif lambat dan energi yang dihasilkan kecil. Namun demikian
proses elektrokimia tetap terjadi. Untuk larutan bukan elektrolit, proses serah terima elektron
tidak terjadi. Pada proses elektrokimia tidak terlepas dari logam yang dicelupkan pada larutan
disebut elektroda. Terdiri dari katoda dan anoda.
Sebagai contoh sebuah elektroda seng (Zn) yang sudah dimasukkan kedalam sebuah
larutan tembaga (Cu) maka akan mengalami reaksi reduksi dan reaksi oksidasi sebagai berikut:

Circuit, Vol.2, No.1, Juli 2016 | 177


Reaksi oksidasi :

Reaksi reduksi :
Pada proses ini zat yang mengalami oksidasi dinamakan reduktor, sedangkan zat yang
mengalami reduksi disebut oksidator.
Sel elektrokimia terdiri dari sel volta dan sel elektrolisis. Walaupun masing-masing sel
sama-sama akan mengalami proses kimia tetapi terdapat perbedaan yang sangat besar yang
akan dipaparkan sebagai berikut :
1. Sel Volta
Sel Volta merupakan sel elektrokimia yang menghasilkan energi listrik diperoleh dari
reaksi kimia yang berlangsung spontan. Beberapa literatur menyebutkan juga bahwa
sel volta sama dengan sel galvani. Diperoleh oleh gabungan ilmuan yang bernama
Alexander Volta dan Luigi Galvani pada tahun 1786. Bermula dari penemuan baterai
yang berasal dari caian garam.
Pada sel Volta anoda adalah kutub negatif dan katoda kutub positif. Anoda dan katoda
akan dicelupkan kedalam larutan elektrolit yang terhubung oleh jembatan garam.
Jembatan garam memiliki fungsi sebagai pemberi suasana netral (grounding) dari
kedua larutan yang menghasilkan listrik.
Dikarenakan listrik yang dihasilkan harus melalui reaksi kimia yang spontan maka
pemilihan dari larutan elektrolit harus mengikuti kaedah deret volta. Deret volta disusun
berdasarkan daya oksidasi dan reduksi dari masing-masing logam. Urutan deret
tersebut sebagai berikut :

Gambar 1. Proses sederhana sel Volta

Sel Volta dibedakan menjadi tiga jenis yaitu sel Volta primer merupakan sel Volta yang
tidak dapat diperbarui (sekali pakai) dan bersifat tidak dapat balik (irreversible)
contohnya baterai kering. Sel Volta sekunder merupakan sel Volta yang dapat
diperbarui (sekali pakai) dan bersifat dapat balik (reversible) ke keadaan semula
contohnya baterai aki. Sel Volta bahan bakar (full cell) adalah sel Volta yang tidak dapat
diperbarui tetapi tidak habis contohnya sel campuran bahan bakar pesawat luar
angkasa.

2. Sel Elektrolisis

Circuit, Vol.2, No.1, Juli 2016 | 178


ISSN: 2460-5476 Muhammad Ridwan Harahap

Sel elektrolisis merupakan sel elektrokimia yang menggunakan sumber energi listrik
untuk mengubah reaksi kimia yang terjadi. Pada sel elektrolisis katoda memiliki muatan
negatif sedangkan anoda memiliki muatan positif. Sesuai dengan prinsip kerja arus
listrik. Terdiri dari zat yang dapat mengalami proses ionisasi, elektrode dan sumber
listrik (baterai). Listrik dialirkan dari kutub negatif dari baterai ke katoda yang bermuatan
negatif. Larutan akan mengalami ionisasi menjadi kation dan anion. Kation di katoda
akan mengalami reduksi sedangkan di anoda akan mengalami oksidasi. Salah satu
aplikasi dari sel elektrolisis yaitu penyepuhan logam emas dengan menggunakan
larutan elektrolit yang mengandung unsur emas (Au). Hal ini dilakukan untuk melapisi
kembali perhiasan yang kadar emasnya sudah berkurang.

Gambar 2. Proses sederhana sel elektrolisis

2. Pembahasan

Beberapa aplikasi sel elektrokimia juga dapat ditemukan dari beberapa penelitian-
penelitian terbarukan. Xuheng Liu et all (2015) melakukan penelitian tentang studi ekstraksi
lithium (Li+) dari danau air garam dengan elektrolisis membran [1]. Pada penelitian logam
tersebut air garam diekstraksi menggunakan elektrolisis membran dengan parameter operasi
pada pertukaran kapasitas Li+ dan stabilitas elektroda. Berbagai parameter termasuk
konsentrasi awal lithium dari larutan elektrolit, jarak anoda-katoda, suhu elektrolit, kepadatan
permukaan substrat aktif dan waktu elektrolisis dioptimalkan. Di bawah kondisi optimal,
elektroda menunjukkan kapasitas pertukaran Li+ yang luar biasa pada 38,9 mg/g dan nilai pH
larutan elektrolit kurang dari 8. Ekstraksi lithium dari air garam dengan elektrolisis membran
memberikan hasil yang sangat bermanfaat. Logam lithium kedepannya digunakan untuk
menyimpan cadangan energi listrik.

Selanjutnya Yanpin Hau et all (2015) melakukan penelitian tentang penggunaan


Mikroba elektrolisis sel dengan elektroda spiral untuk pengolahan air limbah dan produksi gas
metana [2]. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan mikroba elektrolisis sel
(MEC) dirancang dengan permukaan elektroda spiral dan untuk mengevaluasi efektivitas untuk
pengolahan air limbah dan produksi gas metana (CH4). Model spiral dirancang dapat
menyediakan lebih dari 60 m2/m3 luas permukaan spesifik dari elektroda dan tahan pada
internal rendah. Dengan asetat sebagai substrat dan mengatur tingkat tegangan 0,7 menjadi1,3
V, rata-rata arus konstan dan produksi CH4 meningkat masing-masing berturut 46 menjadi 132
A / m3 dan 0,08 menjadi 0,17 m3/m3d. Dengan meningkatkan tegangan, efisiensi energi
menurun dari 157% menjadi 69%, sedangkan nilai COD meningkat 0,31 menjadi 0,69 kg
COD/m3d. Tegangan optimal dari MEC permukaan elektroda spiral sekitar 0,95 V. Proses
penjenuhan air limbah, MEC juga menunjukkan hasil yang baik dengan kepadatan rata-rata
saat 24 A/m3, laju produksi CH4 berkisar 0,03 m3/m3d, energi efisiensi 66%, dan nilai COD
berkisar 0,20 kg COD/m3d.

Circuit, Vol.2, No.1, Juli 2016 | 179


3. Kesimpulan

Sel elektrokimia merupakan pemanfaatan arus listrik yang dihasilkan dari sebuah reaksi
kimia ataupun arus listrik yang menyebabkan terjadinya suatu reaksi kimia. Banyak pemanfaatan
sel elektrokimia digunakan untuk menghasilkan teknologi terbarukan. Di dalam proses
pengembangannya, sel elektrokimia dapat menghasilkan reaksi kimia berlangsung spontan atau
pun tidak spontan berdasarkan tingkat oksidasi-reduksi suatu elektroda. Sel elektrolisis dan sel
Volta merupakan hasil terapan dari sel elektrokimia yang menggunakan media elektroda dan
larutan elektrolit. Elektroda akan mengalami reaksi kimia yang terjadi pada katoda maupun anoda.
Hasil dari interaksi-interaksi pada elektroda ini yang akan menjadi media penghantar energi yang
dihasilkan. Sampai saat ini, sel elektrokimia masih memiliki peranan penting di dalam kemajuan
teknologi modern sampai industri otomotif maupun rumah tangga.

Referensi

[1] Liu, X.; Chen, X.; He, L.; Zhao, Z.; Study on Extraction of Lithium from Salt Lake Brine by Membrane
Electrolysis, Desalination 376, Elsevier, 2015.
[2] Hou, Y.; Zhang R.; Luo H.; Liu G.; Kim, Y.; Yu, S.; Zeng, J.; Microbial electrolysis cell with spiral wound
electrode for wastewater treatment and methane production, Process Biochemistry, Elsevier, 2015.
[3] Chang, R., General Chemistry: The Essential Concepts, Third Edition, The McGraw-Hill Companies,
2003.
Silberberg, M.S., Principles of General Chemistry, The McGraw-Hill Companies, 2007.

Jurnal 2

STUDI OKSIDASI ELEKTROKIMIA DIMEDIASI KOBAL (III)


PADA AMOKSISILIN SECARA VOLTAMMETRI SIKLIK
MENGGUNAKAN ELEKTRODA PLATINA, Pt/Co(OH)2 DAN
Pt/Co DALAM BERBAGAI ELEKTROLIT PENDUKUNG

Antibiotik telah digunakan secara luas skala dalam beberapa tahun terakhir untuk mencegah dan
mengobati infeksi di bidang kedokteran, manusia dan hewan serta mendorong pertumbuhan dalam
peternakan atau budidaya ikan dan udang. Residu antibiotik manusia dan hewan hadir dalam
keragaman matriks lingkungan, seperti permukaan dan air tanah, efluen rumah sakit dan IPAL, tanah
dan sedimen. Senyawa- senyawa ini terutama dilepaskan ke lingkungan oleh ekskresi, mencapai
instalasi pengolahan air limbah (IPAL), di mana keberadaannya tidak sepenuhnya hilang dan
mencemari saluran air alami. Antibiotik ini bertindak sebagai kontaminan persisten dan bersifat
bioakumulatif dan berdasarkan sifatnya, adalah senyawa aktif biologis, dikembangkan untuk memiliki
efek pada organisme. Oleh karena itu, antibiotik memiliki potensi untuk berdampak negatif baik
ekosistem akuatik atau terestrial, bahkan dalam konsentrasi rendah (dalam kisaran μgL-1 –ng L−1). Selain
itu, antibiotik juga dapat menghasilkan resistensi anti-bakteri [1-4].

Amoksisilin adalah antibiotik β-laktam spektrum luas yang yang termasuk dalam kelas penisilin dan
digunakan dalam hewan dan manusia obat, mewakili salah satu antibiotik yang paling diresepkan.

Circuit, Vol.2, No.1, Juli 2016 | 180


Ketika dicerna, 10-20% dari antibiotik ini diserap, sedangkan sisanya hilang oleh ekskresi dan
akhirnya mencemari ekosistem. Amoksisilin diketahui memiliki efek racun terhadap alga dan
mikroorganisme air [5,6].
Telah banyak dilakukan pengem- bangan metode untuk menghilangkan atau mengurangi kadar
amoksisilin di lingkungan, salah satunya adalah dengan metode elektrokimia seperti proses oksidasi
lanjutan (Advanced Oxidation Processes, AOPs) telah dilakukan dengan tujuan penghilangan dan
pengurangan kadar antibiotik dari limbah, seperti ozonisasi, reaksi Fenton dan proses foto-Fenton,
fotokatalisis [6-8].

Pengolahan limbah organik secara elektrokimia memiliki keuntungan biaya yang murah dan
efisien, gas buangan yang tidak mengandung bahan beracun dan berbahaya [9,10]. Penelitian
yang telah dilakukan merupakan usaha untuk mendegradasi keberadaan amoksisilin di
lingkungan dengan beberapa parameter pengukuran seperti tegangan, suhu, temperatur dan
konversi total CO2, namun belum banyak yang mengungkapkan tentang reaksi reaksi
oksidasi reduksi yang terjadi di dalam sel elektrokimia tersebut. Voltammetri merupakan
salah satu metode elektroanalitis di mana informasi tentang analit berasal dari kurva arus
sebagai fungsi potensial yang diterapkan di bawah kondisi yang mendorong polarisasi
elektroda kerja. Umumnya, elektroda kerja dalam voltammetri dicirikan oleh luas permukaan-
nya. Teknik voltammetri digunakan untuk menganalisis senyawa-senyawa kimia bersifat
elektroaktif, dengan mempelajari proses reduksi dan oksidasi, proses adsorpsi atau difusi
pada permukaan elektroda, dan mempelajari jalur transfer elektron diper- mukaan elektroda.
Hasil analisis arus terhadap potesial kerja dengan meng- gunakan teknik voltammetri ini dapat
diketahui dari voltammogram yang terbentuk [11].
METODE PENELITIAN
1. Peralatan
Peralatan yang digunakan di antaranya seperangkat peralatan gelas, magnetic stirrer,
micropipette, badan EPK, badan elektroda Ag/AgCl, elektroda pembanding Ag/AgCl BAS (Bioanalytical
System), kawat platina sebagai elektroda pembantu, neraca analitik, ultrasonic Krisbow dan syringe filter
0,45 µm. Instrumen pengukuran yang digunakan di antaranya Potensiostat eDAQ 410 dengan perangkat
lunak Echem versi 2.1.5 dan Origin versi 9 untuk mengolah data, Atten DC power supply APS30055, dan
pH meter Mettler Toledo.

2. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah bahan kimia dengan kualitas pro analisis (p.a), K3[Fe(CN)6],
K4[Fe(CN)6], NaCl, padatan Na2HPO4.2H2O dan padatan NaH2PO4.H2O untuk larutan penyangga
fosfat, NaOH, CoCl2.6H2O, Co(NO3)2.6H2O, KNO3, Na2SO4,
NaClO4 (dari Sigma Aldrich), amoksisilin heksahidrat (Kalbe Farma), aqua DM, kawat Pt dan kawat Ag
diperoleh dari Antam Tbk.

3. Pembuatan Elektroda Kerja


Elektroda kerja Pt berbentuk cakram dengan menggunakan kawat Pt diameter 1,0 mm dan
dimasukkan ke dalam badan elektroda yang terbuat dari kaca.
Elektroda kerja Pt/Co dibuat dengan cara elektrodeposisi kobal ke permukaan logam cakram

Circuit, Vol.2, No.1, Juli 2016 | 181


platina, dimana anoda dan katoda yang digunakan adalah elektroda kawat Pt. Sumber ion logam
kobal yang digunakan adalah kobal klorida 0,05 M. Selanjutnya dimasukkan ke dalam badan elektroda
yang terbuat dari kaca.
Pembuatan elektroda Pt/Co(OH)2, dibuat dengan cara menempatkan kawat Pt dalam larutan yang
mengandung 0,1 M Na2CO3 ditambah dengan 40 mM NaK-tartrat dan 4 mM CoCl2 pada pH 11,6. Proses
pelapisan elektroda Pt dengan kobal hidroksida dilakukan dengan teknik voltammteri siklik sebanyak 100
siklik pada potensial -0,25 V sampai dengan 0,8 V laju selusur 100 mV/s [12,13]. Elektroda Pt/Co(OH)2
yang telah dipreparasi selanjutnya dikarakterisasi dalam larutan NaOH 0,1 M secara voltammetri siklik.

4. Oksidasi Elektrokimia Secara Voltammetri Siklik


Semua elektroda diukur kinerjanya di dalam larutan elektrolit pendukung KNO3, NaClO4, Na2SO4
dan buffer fosfat sebagai blanko untuk melihat secara kualitatif arus latar belakang (background)
dari larutan elektrolit tersebut dan sesaat sebelum dilakukan pengukuran gas N 2 dialirkan ke dalam
sel elektrokimia untuk membebaskan larutan dari oksigen terlarut. Hal ini dilakukan karena oksigen
dapat mengalami reaksi redoks pada permukaan elektroda sehingga akan terlihat puncak- puncak
oksigen pada voltamogram, sehingga gas N2 perlu dialirkan ke dalam sel.
Selanjutnya ke dalam 3 sel elektrokimia yang berisi larutan elektrolit pendukung 0,1 M dan larutan
Co(NO3)2 0,01 M; larutan elektrolit pendukung dan larutan amoksisilin 0,1 mM; dan larutan elektrolit yang
berisi campuran Co(NO3)2 0,01 M dan amoksisilin 0,1 mM. dikarakterisasi secara voltammetri siklik pada
rentang potensial -200 mV hingga 1800 mV dengan menggunakan elektroda kerja Pt. Hal yang sama
dilakukan untuk elektroda kerja Pt/Co dan Pt/Co(OH)2.
PEMBAHASAN
Karakterisasi elektroda Ag/AgCl dilakukan dengan cara membandingkan kinerja elektroda BAS
dalam larutan K3[Fe(CN)6] dan K4[Fe(CN)6] 0,01 M dalam
larutan NaCl 0,1 M. Untuk karakterisasi elektroda Ag/AgCl buatan dilakukan secara voltammetri siklik
dengan elektroda emas sebagai elektroda kerja, elektroda platina sebagai elektroda pembantu dan
elektroda Ag/AgCl sebagai elektroda pembanding.
Penggunaan elektrolit pendukung yang berbeda pada penelitian memperlihat- kan dengan
menggunakan KNO3 dapat memberikan potensial oksidasi amoksisilin yang lebih tinggi dibandingkan
elektolit pendukung Na2SO4, NaClO4 dan buffer posfat. Dan dengan penambahan Co(II) yang
teroksidasi di dalam sel membentuk Co(III) memperlihatkan puncak oksidasi dari amoksisilin yang
berkurang dibandingkan tanpa ada penambahan mediator.
Kinerja pengukuran secara voltammetri sangat dipengaruhi oleh bahan elektroda kerja.
Elektroda kerja harus memberikan sinyal yang tinggi daripada sinyal pengganggu dan dapat
memberikan reproduktifitas yang baik. Pemilihan elektroda kerja tergantung terutama pada dua faktor:
perilaku redoks analit target dan latar belakang (elektrolit pendukung), kisaran potensial kerja yang
diterapkan, konduktivitas listrik, reproduktifitas permukaan elektroda, dan sifat mekaniknya. Elektroda

Circuit, Vol.2, No.1, Juli 2016 | 182


platina merupakan salah satu elektroda inert, stabil yang dapat memberikan sinyal listrik yang tinggi
dan memiliki jendela potensial yang lebih besar baik dalam suasana medium asam, netral dan basa.
Modifikasi elektroda platina dalam penelitian ini dilakukan untuk memberikan peningkatan kinerja
elektroda platina sehingga dalam proses degradasi yang terjadi di permukaan elektroda, dapat
mengoksidasi amoksisilin lebih cepat. Modifikasi dilakukan dengan menggunakan spesi ion kobal,
membentuk
elektroda kerja Pt/Co dan Pt/Co(OH)2. Proses degradasi amoksisilin oleh ion kobal bila reaksi oksidasi
dianggap memberikan degradasi yang sempurna adalah sebagai berikut:

C16H19N3O5S(s) + 31H2O(l) + 70Co3+(aq) 

16CO2(g) + 3NH3(g) + H2SO4(aq) + 70Co2+(aq)+

70H+ (3)

Dari hasil yang diperoleh memperlihat- kan elektroda Pt/Co dan Pt/Co(OH)2 lebih baik
mengoksidasi amoksisilin dalam medium KNO3, hal ini dikarenakan adanya spesi ion kobal di dalam
sistem yang juga berperan sebagai pengoksidasi, sehingga proses degradasi memungkinkan lebih
cepat tercapai. Elektroda platina juga memberikan penurunan puncak oksidasi dari amoksisilin pada
saat adanya penambahan ion kobal di dalam sistem.

KESIMPULAN

Elektrolit pendukung yang digunakan bersifat netral berfungsi untuk mempertahan- kan kekuatan
ionik di dalam sistem. Elektroda kerja Pt/Co dapat mengoksidasi amoksisilin lebih baik dibandingkan
elektroda Pt/Co(OH)2 dan elektroda Pt di dalam larutan elektrolit pendukung KNO3 dengan kehadiran
mediator kobal (III). Dimana elektroda kerja Pt/Co memberikan penurunan puncak arus oksidasi yang
lebih tinggi dibandingkan elektroda Pt/Co(OH)2 dan elektroda Pt cakram. Dalam penelitian ini, mediator
kobal
(III) berfungsi sebagai oksidator yang mengoksidasi larutan amoksisilin dalam suasana netral.
Ketiga elektroda ini dapat digunakan untuk mengoksidasi amoksisilin di dalam berbagai
larutan elektrolit pendukung UCAPAN TERIMAKASIH

DAFTAR RUJUKAN

[1] Benito-Pena E., et.al., “Evaluation of mixed mode solid phase extraction cartridges for the
preconcentration of beta-lactam antibiotics in wastewater using liquid chromatography with UV-
DAD detection,” Anal Chim Acta, vol. 556, pp. 415-422, 2005.

[2] Arslan-Alaton I. and Dogruel S., “Pre- treatment of penicillin formulation effluent by advanced
oxidation processes,” J Hazard Mater., vol. 112, pp. 105-13, 2004.

[3] Anglada A., et.al., “Contributions of electrochemical oxidation to waste- water treatment:
fundamentals and review of applications,” J Chem Technol Biotechnol., , vol. 84:17, p. 47–55,
2009.

Circuit, Vol.2, No.1, Juli 2016 | 183


[4] Homem V. and Santos L., “Degradation and removal methods of antibiotics from aqueous
matrices-a review,” J Environ Manage., vol. 92, pp. 2304-2347, 2011.

[5] Pan X., et.al., “Toxic effects of amoxicillin on the photosystem II Synechocystis sp. characterized
by a variety of in vivo chlorophyll flourescence test,” Aquat Toxicol, vol. 89, pp. 207-13, 2008.

[6] Elmolla ES. and Chaudhuri M., “Comparison of different advanced oxidation processes for
treatment of antibiotic aqueous solution,,” Desalination, vol. 256, pp. 43-47, 2010.

Circuit, Vol.2, No.1, Juli 2016 | 184


Circuit, Vol.2, No.1, Juli 2016 | 185
Circuit, Vol.2, No.1, Juli 2016 | 186

Anda mungkin juga menyukai