NAMA NPM
GERRY PATTIWAELAPIA 12114201
ALDA PATTY 12114201200007
ALDI NURLATU 12114201200008
KELAS : E
FAKULTAS : KESEHATAN
PRODI : KEPERAWATAN
TAHUN 2022
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHUKUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada TUHAN yang maha ESA, yang telah memberi
hidayahnya sehingga Makalah yang berjudul “RDS (Respiratory Distress Syndrome)”
dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan pelengkap tugas mata Kuliah Keperawatan
anak. Dalam menyusun makalah ini saya menyadari bahwa makalah ini belum sempurna
dan masih banyak kekurangan disana sini, baik mengenai materi maupun cara
penyajiannya. Oleh karena itu, kritik dan saran-saran dari siapapun yang bersifat
membangun sangat saya harapkan. Akhirnya kami menyampaikan rasa terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan makalah ini.
Kelompok 2
BAB I
PENDAHULUANM
A. LATAR BELAKANG
Pola pernafasan normal adalah teratur dengan waktu ekspirasi lebih
panjang
daripada waktu inspirasi, karena pada inspirasi otot pernafasan bekerja
aktif, sedangkan pada waktu ekspirasi otot pernapasan bekerja secara
pasif. Pada keadaan sakit dapat terjadi beberapa kelainan pola pernapasan
yang paling sering adalah takipneu. Ganguan pernafasan pada bayi dan
anak dapat disebabkan oleh berbagai kelainan organic, trauma, alargi,
insfeksi dan lain-lain. Gangguan dapat terjadi sejak bayi baru lahir RDS
(Respiratory Distress Syndrome) atau disebut juga Hyaline membrane
disease merupakan hasil dari ketidak maturan dari paru-paru dimana
terjadi gangguan pertukaran gas. Berdasarkan perkiraan 30 % dari
kematian neonatus diakibatkan oleh RDS atau komplikasi yang
dihasilkannya. Pada penyakit ini, terjadi karena kekurangan pembentukan
atau pengeluaran
surfaktan sebuah kimiawi paru-paru. Surfaktan merupakan suatu campuran
lipoprotein aktif dengan permukaan yang melapisi alveoli dan mencegah
alveoli kolaps pada akhir ekspirasi. (Bobak, 2013). Secara klinis bayi
dengan RDS menunjukkan takipnea (> 60 x/menit) ,
pernapasan cuping hidung, retraksi interkosta dan subkosta, expiratory
grunting (merintih) dalam beberapa jam pertama kehidupan. Tanda-tanda
klinis lain, seperti: hipoksemia dan polisitema. Tanda-tanda lain RDS
meliputi hipoksemia, hiperkabia, dan asidosis respiratory atau asidosis
campuran Secara tinjauan kasus, di negara-negara Eropa sebelum
pemberian rutin
antenatal steroid dan postnatalsurfaktan, terdapat angka kejadian RDS 2-
3%, di USA 1,72% dari kelahiran bayi hidupperiode 2002-1987.
Sedangkan jaman modern sekarang ini dari pelayanan NICU turun
menjadi 1%.Di negara berkembang termasuk Indonesia belum ada laporan
tentang kejadianRDS. Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga
Hyaline Membrane Disease (HMD), merupakan sindrom gawat napas
yang disebabkan defisiensi
surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang.
Manifestasi dari RDS disebabkan adanya atelektasis alveoli, edema, dan
kerusakan sel dan selanjutnya menyebabkan bocornya serum protein ke
dalam alveoli sehingga menghambat fungsi surfaktan. Penyebab terbanyak
dari angka kesakitan dan kematian pada bayi prematur adalah Respiratory
Distress Syndrome (RDS). Sekitar 5 -10% didapatkan pada bayi kurang
bulan, 50% pada bayi dengan berat 501-1500 gram. Angka kejadian
berhubungan dengan umur gestasi dan berat badan dan
menurun sejak digunakan surfaktan eksogen. Saat ini RDS didapatkan
kurang dari 6% dari seluruh neonatus. Defisiensi surfaktan diperkenalkan
pertamakali oleh Avery dan Mead pada 1959 sebagai faktor penyebab
terjadinya RDS. Penemuan surfaktan untuk RDS termasuk salah satu
kemajuan di bidang
kedokteran, karena pengobatan ini dapat mengurangi kebutuhan tekanan
ventilator dan mengurangi konsentrasi oksigen yang tinggi. Hasil-hasil
dari uji coba klinik penggunaan surfaktan buatan, surfaktan dari cairan
amnion manusia, dan surfaktan dari sejenis lembu/bovine (Enhoring,2003)
dapat
pencegahan RDS maupun sebagai terapi penyakit pernapasan pada bayi
yang disebabkan adanya defisiensi atau kerusakan surfaktan.
B. TUNJUAN
1. Tujuan umum
Tujuan pembuatan makalah ini untuk memperoleh pengetahuan
mengenai sindrom gawat napas.
2. Tujuan khusus
Mengetahui tingkat pengetahuan mahasiswi mengenai sindrom
gangguan pernapasan.
BAB II
TUJUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membrane
Disease
(HMD), merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi
surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang.
RDS adalah gangguan pernafasan yang sering terjadi pada bayi premature
dengan tanda-tanda takipnue (>60 x/mnt), retraksi dada, sianosis pada
udara kamar, yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan
dengan x-ray thorak yang spesifik (Stark,2002). RDS adalah
perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya
jumlah surfaktan dalam paru.RDS dikatakan sebagai Hyaline Membrane
Disesae. RDS adalah suatu sindrom kegawatan pada pernafasan yang
terdiri atas gejala
dispneu, pernafasan cepat lebih dari 60 kali permenit, sianosis, merintih
pada saat ekspirasi; terdapat retraksi pada suprasternal, interkostal dan
epigastrium. Pada penyakit ini terjadi perubahan paru yaitu berupa
pembentukan jaringan hialin pada membran paru yang rusak.Kerusakan
pada paru timbul akibat kekurangan komponen surfaktan pulmonal.
Surfaktan adalah suatu zat aktif yang memberikan pelumasan pada ruang
antar alveoli sehingga dapat mencegah pergesekan dan timbulnya
kerusakan pada alveoli yang selanjutnya akan mencegah terjadinya kolaps
paru.
B. DEFINISI
Kelebihan atau kekurangan oksigenasi dan atau eliminasi karbon diogsida
pada membrane alveolus-kapiler.
Oksinasi dan atau eliminasi karbon diogsida pada membrane alveoulus-
kapiler dalambatas normal.
C. ETOLOGI
RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan, karena kurangnya
produksi surfaktan. Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan
minggu ke-22, makin muda usia kehamilan, makin besar pula
kemungkinan terjadi RDS. Ada 4 faktor penting penyebab defisiensi
surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia perinatal, maternal diabetes,
secsiocaesaria.
Surfaktan biasanya didapatkan pada paru yang matur. Fungsi surfaktan
untuk menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara,
sehingga pada bayi prematur dimana surfaktan masih belum berkembang
menyebabkan daya berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami
sesak nafas. Gejala tersebut biasanya muncul segera setelah bayi lahir dan
akan bertambah berat. RDS merupakan penyebab utama kematian bayi
prematur. Sindrom ini
dapat terjadi karena ada kelainan di dalam atau diluar paru, sehingga
tindakan disesuaikan dengan penyebab sindrom ini. Kelainan dalam paru
yang menunjukan sindrom ini adalah
pneumothoraks/pneumomediastinum, penyakit membran hialin (PMH).
D. Patofisiologi
Bayi lahir premature
Terbe
ntuk pada kulit
Alveolus kolaps
Resiko gangguan
Takipnea
tergaanggu di alveoli
Volume cairan
Intake tidak
Adekuat
Kekurangan nutrisi
E. Manifestasi klinis
Gejala utama Gawat napas / distress respirasi pada neonatus yaitu :
1. Takipnea : laju napas > 60 kali per menit (normal laju napas 40 kali
per menit)
2. Sianosis sentral pada suhu kamaryang menetap atau memburuk pada
48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik
3. Retraksi : cekungan pada sternum dan kosta pada saat inspirasi
4. Grunting : suara merintih saat ekspirasi
5. Pernapasan cuping hidung
F. PENATALAKSANAN
1. Memberikan lingkungan yang optimal. Suhu tubuh bayi harus selalu
diusahakan agar tetap dalam batas normal (36,5o-37oC) dengan cara
meletakkan bayi dalam incubator. Kelembapan ruangan juga harus
adekuat.
2. Pemberian oksigen. Pemberian oksigen harus dilakukan dengan hati-
hati karena berpengaruh kompleks pada bayi premature.pemberian
oksigen yang terlalu banyak dapat menimbulkan komplikasi seperti
fobrosis paru,dan kerusakan retina. Untuk mencegah timbulnya
komplikasi pemberian oksigen sebaiknya diikuti dengan pemeriksaan
analisa gas darah arteri. Bila fasilitas untuk pemeriksaan analisis gas
darah arteri tidak ada, maka oksigen diberikan dengan konsentrasi
tidak lebih dari 40% sampai gejala sianosis menghilang.
3. Pemberian cairan dan elektrolit sangat perlu untuk mempertahankan
homeostasis dan menghindarkan dehidrasi. Pada permulaan diberikan
glukosa 5-10% dengan jumlah yang disesuaikan dengan umur dan
berat badan ialah 60125 ml/kgBB/hari. Asidosis metabolic yang selalu
dijumpai harus segera dikoreksi dengan memberikan NaHCO3 secara
intravena yang berguna untuk mempertahankan agar pH darah 7,35-
7,45. Bila tidak ada fasilitas untuk pemeriksaan analisis gas darah,
NaHCO3 dapat diberi langsung melalui tetesan dengan menggunakan
campuran larutan glukosa 5-10% dan NaHCO3 1,5% dalam
perbandinagn 4:1
4. Pemberian antibiotic. bayi dengan PMH perlu mendapat antibiotic
untuk mencegah infeksi sekunder. dapat diberikan penisilin dengan
dosis 50.000100.000 U/kgBB/hari atau ampisilin 100 mg/kgBB/hari,
dengan atau tanpa gentamisin 3-5 mg/kgBB/hari.
5. Kemajuan terakhir dalam pengobatan pasien PMH adalah pemberian
surfaktan eksogen (surfaktan dari luar). Obat ini sangat efektif tapi
biayanya sangat mahal.
G. KOMLIKASI
1. Komplikasi jangka pendek ( akut ) dapat terjadi :
a. Ruptur alveoli Bila dicurigai terjadi kebocoran udara (pneumothorak,
pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema intersisiel ), pada
bayi dengan RDS yang tiba2 memburuk dengan gejala klinis hipotensi,
apnea, atau bradikardi.
b. Dapat timbul infeksi yang terjadi karena keadaan penderita yang
memburuk dan adanya perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni.
Infeksi dapat timbul karena tindakan invasiv seperti pemasangan jarum
vena, kateter, dan alat respirasi.
c. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventricular Perdarahan
intraventrikuler terjadi pada 20-40% bayi prematur dengan frekuensi
terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik.
d. PDA dengan peningkatan shunting dari kiri ke kanan merupakan
komplikasi bayi dengan RDS terutama pada bayi yang dihentikan terapi
surfaktannya.
H. PECEGAHAN RDS
− Mencegah tindakan seksio sesarea yang tidak sesuai dengan indikasi medis.
− Pengendalian kadar gula darah ibu hamil yang memiliki riwayat DM.
BAB III
ANALISA KHASUS
A. PENGKAJIAN
Merupakan data dasar klien yang komperrehasif mencangkup riwayat
kesehatan, pemeriksaan fisik, hasil pemeriksaan diagnosis,dan LAB, serta
infirmasi dari tim kesehatan serta keluarga klien, yang meliputi:
a. Biodata
Nama:
Umur:
Ttl :
Jenis kelamin:
Agama :
Anak ke:
Jumblah saudara:
Identitas orang tua:
b. Keluhan utama
Pada klien dengan aksifikasia yang sering tampak adalah sesak nafas.
c. Riwayat kesehatan sekarang
a. Riwayat maternal Menderita penyakit seperti diabetes mellitus,
kondisi seperti perdarahan plasenta, tipe dan lamanya persalinan,
stress fetal atau intrapartus.
b. Status infant saat lahir Prematur, umur kehamilan, apgar score
(apakah terjadi asfiksia), bayi lahir melalui operasi caesar.
B. Pemeriksaan Doagnostik
a. Sert rontgen dada : untuk melihat densitas atelektasi dan elevasi diafragma
dengan over distensi duktus alveolar
c. Data laboratorium :
Profil paru, untuk menentukan maturitas paru, dengan bahan cairan amnion
(untuk janin yang mempunyai predisposisi RDS)
Level potassium : meningkat sebagai hasil dari release potassium dari sel
alveolar yang rusak.
C.ANALISA DATA
DS DO
1. Dispnea 1. PCO2 meningkat/menurun
2. PO2 menurun
3. Takikardia
4. pH meningkat/menurun
5. Bunyi nafas menurun
Gejala dan tanda manor
DS DO
1. Pusing 1. Sianosis
2. Penglihatan kabur 2. Diaforensis
3. Gelisah
4. Napas cuping hidung
5. Pola napas abnormal
6. Warna kulit abnormal (mis,
normal kebiruan)
7. Kesediaan menurun
D.DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakadekuatan kadar
surfaktan, ketidakseimbangan perfusi ventilasi.
2. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan
energi/kelelahan, keterbatasan pengembangan otot.
3. Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan penurunan lemak
subkutan, peningkatan upaya pernapasan sekunder akibat RDS.
4. Risiko tinggi penurunan curah jantung berhubungan dengan gangguan
ventilasi pulmonal
Edukasi
- agar
keluarga
mengert
i proses
pemanta
uan
- agar
keluarga
mengeta
hui
perkemb
ngan
klien
F.Implementasi
Implementasi keperawatan terdiri dari melakukan dan
mendokumentasikan
tindakan yaitu tindakan keperawatan khusus yang diperlukan untuk
melaksanakan
intervensi. Pelaksanaan
implementasi yang dilakukan pada masalah gangguan pertukaran gas
yaitu,
memonitor frekuensi irama, kedalaman dan upaya napas, memonitor pola
napas,
memonitor saturasi oksigen, memonitor nilai analisa gas darah (AGD),
mengatur
interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien, mendokumentasikan
hasil
pemantauan, menjelaskan tujuan dan prosedur pemantauan,
menginformasikan
hasil pemantauan, memonitor bunyi napas tambahan, memberikan posisi
fowler
atau semi-fowler untuk memaksimalkan ventilasi, memberikan oksigen
G. Evaluasi
tahap yang tidak kalah penting dalam proses keperawatan karena kesimpulan yang
dilanjutkan, diakhiri atau diubah (Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder,
a. Dispnea menurun
c. PCO2 membaik
d. PO2 membaik
e. Takikardia membaik
f. pH arteri membaik
DAFTAR PUSTAKA