Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN KASUS KECIL

SEORANG WANITA USIA 18 TAHUN DENGAN APPENDISITIS AKUT

Disusun oleh:
dr. Deni Aryadi

Dokter Pembimbing:
dr. V. F. Yohari Listia Adi

RS MARDI RAHAYU KUDUS


Program Intership Periode 23 September – 22 Desember 2021
Keluhan Utama

Seorang wanita, usia 17 tahun datang ke Rumah Sakit Mardi Rahayu dengan keluhan nyeri perut
kanan bawah sejak 6 hari yang lalu(-), munta 3 x , sudah berobat ke dokter namun belum ada
perubahan, demam menggigil, 2 hari lalu sudah kedokter bedah dan disarankan untuk oprasi
namun pasien menolak

Pemeriksaan Fisik

KU : lemah, composmentis (E4M6V5)

TD 120/70 HR 121x RR 20x Suhu 38.9 SpO2 99% BB 56 kg

Kepala : mesosefal

Mata : CA (-/-), SI (-/-), cowong (-/-), pupil besar isokhor diameter 3mm/3mm, refleks cahaya
(+/+)

Mulut : mukosa kering (-), sianosis (-), bau keton (-), lidah kotor (-)

leher : pembesaran KGB (-/-)

Thoraks :

Cor : BJ I-II Reguler

Paru : simetris (+/+), sonor (+/+), vesikuler (+/+), ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Abdomen : supel (+), timpani, BU (+) dbn, peristaltik dbn, kembung (-), nyeri perut kanan
bawah (+), nyeri ulu hati (-)

Mc Burney sign (+), Rovsing sign (+), Psoas sign (+), Obturator sign (+), Nyeri saat batuk dan
mengejan (+)

Ekstremitas : akral hangat (+/+), CRT <2", edema (-/-)

Pemeriksaan Penunjang

GDS : 93 mg/dl
USG Abdomen : terdapat penebalan dan gambar peradangan pada appendiks.

Diagnosis Kerja

Appendisitis akut

Tatalaksana

Infus RL 40 tpm

Inj. Paracetamol 1 gr

Inj. Ketorolac 1 amp

Inj. Ondancetron 1 amp

Inj. Ranitidin 1 amp

Konsul dr. SpB :

Dasar Teori

Definisi

Appendisitis akut adalah peradangan pada organ appendiks vermiformis yaitu organ tak
berfungsi berbentuk tabung sempit yang mempunyai otot dan jaringan limfoid yang merupakan
penyebab paling umum dari inflamasi akut abdomen serta kedaruratan bedah abdomen.
Appendisitis akut dapat mengenai semua umur tetapi paling banyak ditemukan pada umur 20-30
tahun dan paling banyak mengenai laki-laki daripada perempuan. Appendisitis merupakan
penyakit yang memerlukan penanganan segera untuk mencegah terjadinya komplikasi yang
umumnya berbahaya.

Etiologi

Appendisitis akut merupakan infeksi bakteria. Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetusnya.
Sumbatan lumen appendiks merupakan faktor yang diajukan sebagai faktor pencetus disamping
hiperplasia jaringan limfa, fekalit atau batu tinja, tumor appendiks, dan cacing askaris dapat pula
menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang dapat menimbulkan appendiks karena parasit
seperti E. histolytica (Syamsyuhidayat, 1997).

Patogenesis

Appendisitis adalah peradangan appendiks yang mengenai semua lapisan dinding organ.
Penyebab utamanya diduga karena adanya obstruksi lumen yang biasanya disebabkan oleh
fekalit. Penyumbatan pengeluaran sekret mukus mengakibatkan terjadinya pembengkakan,
infeksi dan ulserasi. Peningkatan tekanan intraluminal dapat menyebabkan terjadinya oklusi
arteria terminalis (end-artery) appendikularis. Bila keadaan ini terus berlangsung dapat
mengakibatkan nekrosis, gangren dan perforasi. Adanya pembengkakan pada appendiks akan
menyebabkan perangsangan serabut saraf viseral dan dipersepsikan sebagai nyeri di daerah
periumbilical dan juga dapat menyebabkan mual dan muntah beberapa jam setelah nyeri.
Obstruksi pada appendiks akan memudahkan invasi bakteri pada lumen. Hal ini akan
menyebabkan demam dan leukositosis. Saat invasi bakteri pada lumen telah berhubungan dengan
peritoneum parietal, serabut saraf somatik akan teraktivasi dan nyeri akan dirasakan lokal pada
lokasi apendiks, khususnya di titik McBurney.

Manifestasi Klinis

Keluhan appendiks biasanya bermula dari nyeri di daerah umbilicus atau periumbilikus yang
berhubungan dengan muntah. Dalam 2 - 12 jam nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah,
yang akan menetap dan diperberat bila berjalan atau batuk. Terdapat juga keluhan anoreksia,
malaise, dan demam yang tidak terlalu tinggi. Biasanya juga terdapat konstipasi, tetapi kadang-
kadang terjadi diare, mual, dan muntah. Pada permulaan timbulnya penyakit belum ada keluhan
abdomen yang menetap.

Namun dalam beberapa jam nyeri abdomen bawah akan semakin progresif, dan dengan
pemeriksaan seksama akan dapat ditunjukkan satu titik dengan nyeri maksimal. Perkusi ringan
pada kuadran kanan bawah dapat membantu menentukan lokasi nyeri. Nyeri lepas dan spasme
biasanya juga muncul. Bila tanda Rovsing, Psoas, dan Obturator positif, akan semakin
meyakinkan diagnosa klinis. Appendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari
mual, muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah. Nyeri bisa secara mendadak
dimulai di perut sebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah. Setelah
beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah. Jika dokter
menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri
bisa bertambah tajam. Demam bisa mencapai 37,8-38,8° Celcius.

Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh, di semua bagian perut. Pada orang tua
dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini, dan nyeri tumpulnya tidak terlalu
terasa. Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat. Infeksi yang bertambah
buruk bisa menyebabkan syok.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik harus dimulai dengan inspeksi yang meliputi ekspresi pasien dan keadaan
abdomen. Pada auskultasi, bising usus normal atau meningkat pada awal appendisitis, dan bising
melemah (hipoaktif) jika terjadi perforasi. Palpasi terutama pada titik McBurney yaitu titik pada
dinding perut kuadran kanan bawah yang terletak pada 1/3 lateral dari garis yang
menghubungkan spina iliaka anterior superior (SIAS) dengan umbilicus. Nyeri tekan dan nyeri
lepas disertai rigiditas pada daerah McBurney ini sensitif untuk suatu apendisitis akut.

Pemeriksaan rektal juga dapat dilakukan jika diagnosis meragukan, khususnya untuk anak
berusia dibawah 4 tahun dan remaja wanita. Suhu tubuh biasanya normal atau sedikit meningkat
[37,2-38oC (99-100,5oF)], bila suhu tubuh diatas 38,3oC (101oF) perlu dicurigai telah terjadi
perforasi. Takikardi biasanya sebagai penyerta kenaikan suhu tubuh.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium pada pasien yang dicurigai appendisitis biasanya meliputi hitung
jumlah dan jenis sel darah lengkap dan urinalisis. Peran utama pemeriksaan laboratorium ini
adalah untuk mengeksklusi diagnosis alternatif seperti infeksi saluran kemih, sindrom hemolitik-
uremik, Henoch-Schőnlein purpura. Leukositosis moderat biasanya sering terjadi pada pasien
(75%) dengan appendisitis dengan jumlah leukosit berkisar antara 10.000-18.000 sel/mL dengan
pergeseran ke kiri dan didominasi oleh sel polimorfonuklear. Sekalipun demikian, tidak adanya
leukositosis tidak menutup kemungkinan terhadap apendisitis akut. Pada urinalisis terdapat
peningkatan berat jenis urin, terkadang ditemukan hematuria, piuria, dan albuminuria. Obat-
obatan seperti antibiotik dan steroid dapat mempengaruhi hasil laboratorium.

Pemeriksaan radiologi yang dapat membantu mengevaluasi pasien dengan kecurigaan apendisitis
meliputi foto polos abdomen dan toraks, ultrasonografi (USG), CT, dan barium enema (jarang).
Gambaran radiologik foto polos abdomen dapat berupa bayangan apendikolit (radioopak),
distensi atau obstruksi usus halus, deformitas sekum, adanya udara bebas, dan efek massa
jaringan lunak. Pemeriksaan USG menunjukkan adanya edema apendiks yang disebabkan oleh
reaksi peradangan. Dengan barium enema terdapat non-filling apendiks, efek massa di kuadran
kanan bawah abdomen, apendiks tampak tidak bergerak, pengisian apendiks tidak rata atau
tertekuk dan adanya retensi barium setelah 24-48 jam. CT untuk mendeteksi abses periapendiks.

Tatalaksana

Apendektomi langsung dilakukan ketika diagnosis appendisitis ditegakkan. Antibiotik biasanya


diberikan juga segera setelah diagnosis tegak. Apendektomi harus dilengkapi dengan pemberian
antibiotik IV. Pilih antibiotik yang baik untuk bakteri gram negatif anaerob dan enterobakter,
yang banyak digunakan adalah Sefalosporin generasi ketiga. Pemberian antibiotik terutama pada
appendisitis perforasi dan diteruskan hingga suhu tubuh dan hitung jenisnya sudah kembali
normal. Pemberian antibiotik ini dapat menurunkan angka kematian.

Ada pasien yang inflamasi dan infeksinya ringan dan terlokalisasi pada daerah yang kecil.
Tubuhnya dapat menyelesaikan inflamasi tersebut. Pasien seperti ini tidak terlalu sakit dan
mengalami kemajuan setelah beberapa hari observasi. Appendisitis ini disebut appendisitis
terbatas dan dapat ditata laksana dengan antibiotik saja. Appendiks dapat diangkat segera atau
beberapa saat setelahnya.

Jika tata laksana terlambat dan ruptur telah terjadi untuk beberapa hari bahkan beberapa minggu,
abses biasanya telah terbentuk dan perforasi dapat sudah menutup. Jika abses kecil, dapat
ditatalaksana dengan antibiotik, tetapi biasanya abses memerlukan drainase. Tabung kecil dari
plastik atau karet dimasukkan lewat kulit ke dalam abses dengan bantuan ultrasound atau CT
yang menunjukkan lokasi abses. Tabung tersebut mengalirkan pus ke luar tubuh. Appendiks
dapat diangkat beberapa minggu atau bulan setelah abses dikeluarkan. Ini disebut interval
apendektomi dan dilakukan untuk mencegah serangan appendisitis berikutnya.

Insisi sepanjang 2-3 inci dibuat pada kulit dan lapisan dinding perut diatas area appendiks yaitu
pada kuadran kanan bawah abdomen. Setelah insisi dibuat ahli bedah akan melihat daerah sekitar
appendiks, apakah ada masalah lain selain appendisitis, jika tidak ada, appendiks akan diangkat.
Pengangkatan appendiks dilakukan dengan melepaskan appendiks dari perlekatannya dengan
mesenterium abdomen dan kolon, menggunting appendiks dari kolon, dan menjahit lubang pada
kolon tempat apendiks sebelumnya. Jika ada abses, pus akan di drainase. Insisi tersebut lalu
dijahit dan ditutup.

Teknik terbaru dengan laparoskopi. Laparoskopi adalah prosedur pembedahan dengan fiberoptik
yang dimasukkan ke dalam abdomen melalui insisi kecil yang dibuat pada dinding abdomen.
Dengan laparoskopi kita bisa melihat langsung appendiks, organ abdomen dan pelvis yang lain.
Jika appendisitis ditemukan, appendiks dapat langsung diangkat melalui insisi kecil tersebut.
Laparoskopi dilakukan dengan anestesi general. Keuntungannya setelah operasi, nyerinya akan
lebih sedikit karena insisinya lebih kecil serta pasien bisa kembali beraktivitas lebih cepat.
Keuntungan lain adalah dengan laparoskopi ini ahli bedah dapat melihat abdomen terlebih
dahulu jika diagnosis appendisitis diragukan. Sebagai contoh, pada wanita yang menstruasi
dengan ruptur kista ovarium yang gejalanya mirip appendisitis.

Jika appendiks tidak ruptur, pasien dapat pulang dalam 1-2 hari, jika terdapat perforasi, ia dapat
tinggal selama 4-7 hari, terutama jika terjadi peritonitis. Antibiotik intravena dapat diberikan
untuk mengobati infeksi dan membantu penyembuhan abses.

Jika saat pembedahan, dokter menemukan appendiks yang terlihat normal, dan tidak ada
penyebab lain dari masalah pasien, lebih baik mengangkat appendiks yang terlihat normal
tersebut daripada melewatkan appendisitis yang awal atau kasus appendisitis yang ringan.

Prognosis

Dengan diagnosis yang akurat serta pembedahan, tingkat mortalitas dan morbiditas penyakit ini
sangat kecil. Keterlambatan diagnosis akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas bila terjadi
komplikasi. Serangan berulang dapat terjadi bila appendiks tidak diangkat.

DAFTAR PUSTAKA

1. Price SA, Loraine MW. Patofisiologi : Konsep klinis proses-proses penyakit, edisi 6 vol.1.
Jakarta : EGC ; 2006

2. Sjamsuhidayat R, W De Jong. Buku ajar ilmu bedah, edisi 3. Jakarta : EGC ; 2010

Anda mungkin juga menyukai