Anda di halaman 1dari 76

PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN PERISHABLE DI

CONCORDE HOTEL KUALA LUMPUR

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat


Dalam menempuh ujian akhir
Program Diploma III

Oleh :

MUHAMMAD ALIF TANZILAL


Nomor Induk : 201319334

JURUSAN HOSPITALITI
PROGRAM STUDI
MANAJEMEN TATA BOGA

SEKOLAH TINGGI PARIWISATA


BANDUNG
2016
Bandung,..………………2016 Bandung,………………..2016
Pembimbing II Pembimbing I

Wishnu Wardhana, SST.Par., MM.Par. R. Sondjana Ali Suganda, S.Sos., MM.Par.


NIP. 19870102 . 201101 . 1 . 007 NIP. 19720322 . 200502 . 1 . 001

Bandung, ……………………. 2016

Menyetujui,
Kepala Bagian Administrasi Akademik
dan Kemahasiswaan

Drs. Alexander Reyaan, MM.


NIP. 19630915 198603 1 001
Bandung, ………………………………………. 2016

Mengesahkan:

KETUA SEKOLAH TINGGI PARIWISATA BANDUNG

Drs. Anang Sutono, MM.Par., CHE.


NIP. 19531220 198103 1 001
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya:

Nama : Muhammad Alif Tanzilal


Tempat/Tanggal Lahir : Bandung, 21 Oktober 1995
NIM : 201319334
Jurusan : Hospitaliti
Program Studi : Manajemen Tata Boga

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Tugas Akhir/Proyek Akhir yang saya buat ini merupakan hasil karya dan
hasil penelitian saya sendiri.
2. Tugas Akhir/Proyek akhir ini murni gagasan, rumusan, dan penelitian saya
sendiri, tanpa bantuan dari pihak lain, kecuali arahan dari tim
Pembimbing.
3. Dalam Tugas Akhir/Proyek Akhir ini tidak terdapat karya atau pendapat
yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali secara tertulis
dengan jelas dicantumkan sebagai acuan dalam naskah dengan disebutkan
nama pengarang dan dicantumkan dalam daftar pustaka.
4. Surat Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila
dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam
pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa
pencabutan gelar yang telah saya peroleh karena karya tulis ini, dan sanksi
lainnya sesuai dengan norma yang berlaku di perguruaan tinggi ini serta
peraturan-peraturan terkait lainnya.
5. Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya untuk
dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Bandung, Juni 2016


Yang membuat pernyataan,

Muhammad Alif Tanzilal


NIM. 201319334
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas

limpahan berkat dan rahmat serta keridhoan-Nya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul “PENYIMPANAN BAHAN

MAKANAN PERISHABLE DI CONCORDE HOTEL KUALA LUMPUR”.

Adapun tujuan dari penyusunan Tugas Akhir ini adalah untuk memenuhi

salah satu syarat dalam menempuh Ujian Akhir pada program Diploma III,

Jurusan Hospitaliti, Program Studi Manajemen Tata Boga di Sekolah Tinggi

Pariwisata Bandung. Dalam Tugas Akhir ini penulis membahas mengenai

penyimpanan bahan makanan perishable. Hal ini sangat penting dijaga untuk

mempertahankan kualitas bahan makanan.

Dalam penulisan Tugas Akhir ini penulis mendapatkan dukungan moril

dan materil dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, penulis ingin

menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Bapak Drs. Anang Sutono, MM.Par.,CHE., selaku Ketua Sekolah Tinggi

Pariwisata Bandung.

2. Bapak Drs. Alexander M. Reyaan, MM., selaku Kepala Bagian

Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan Sekolah Tinggi Pariwisata

Bandung.

3. Ibu Ni Gusti Made Kerti Utami, BA. MM.Par., CHE., selaku Ketua

Jurusan Manajemen Hospitaliti Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.

4. Bapak Moch. Nurrochman, S.Sos., M.Pd., selaku Ketua Program Studi

Manajemen Tata Boga Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.


5. Bapak R. Sondjana Ali Suganda, S.Sos., MM.Par., selaku Pembimbing I

yang dengan penuh kesabaran telah memberikan ilmu dan bimbingannya

kepada penulis.

6. Bapak Wishnu Wardhana, SST.Par., MM.Par., selaku Pembimbing II yang

telah memberikan banyak pengarahan serta semangat kepada penulis.

7. Seluruh jajaran staf-staf dan dosen-dosen program studi Manajemen Tata

Boga yang senantiasa menyemangati penulis selama menempuh

pendidikan sebagai mahasiswa Manajemen Tata Boga.

8. Bapak Arthur Heng selaku Executive Chef Concorde Hotel Kuala

Lumpur, yang telah bersedia mendidik dan membimbing penulis selama

melaksanakan job training.

9. Orang tua dan keluarga besar penulis atas do’a, dukungan serta segala

perhatian yang tidak henti tercurahkan selama penulis menempuh

pendidikan di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung hingga sekarang penulis

dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

10. Seluruh pihak yang terkait dalam penulisan Tugas Akhir ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan Tugas

Akhir ini, mengingat adanya keterbatasan dalam kemampuan dan pengalaman

penulis dalam menyusun sebuah karya ilmiah. Oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sebagai bahan

perbaikan di masa yang akan datang.


Akhir kata, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan hal-hal

yang menyinggung. Semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi seluruh pihak.

Atas perhatiannya penulis ucapkan terimakasih.

Bandung, Juni 2016

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... .............................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................ iv

DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi

DAFTAR GAMBAR ................................................................................... vii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................. 7

C. Maksud dan Tujuan Penelitian ................................................. 7

D. Metode Penelitian Dan Teknik Pengumpulan Data ................. 8

E. Lokasi Dan Waktu Penelitian .................................................. 11

F. Sistematika Penulisan .............................................................. 11

BAB II TINJAUAN UMUM CONCORDE HOTEL KUALA LUMPUR

A. Sejarah Singkat Concorde Hotel Kuala Lumpur ...................... 13

B. Fasilitas Concorde Hotel Kuala Lumpur................................... 14

C. Struktur Organisasi Concorde Hotel Kuala Lumpur ................ 17

D. Tinjauan Mengenai Kondisi Fasilitas Penyimpanan Bahan

Makanan Perishable ................................................................. 22

E. Tinjauan Mengenai Prosedur Penyimpanan Bahan

Makanan Perishable ................................................................. 36


BAB III ANALISIS PERMASALAHAN

A. Analisis Kondisi Fasilitas Penyimpanan Bahan Makanan

Perishable… ............................................................................. 45

B. Analisis Prosedur Penyimpanan Bahan Makanan

Perishable ................................................................................. 51

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ................................................................................ 54

B. Saran ......................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 57

LAMPIRAN ................................................................................................ 59

BIODATA PENULIS .................................................................................. 64


DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Pelaksanaan Kegiatan PengecekanSuhu Fasilitas Penyimpanan Bahan

MakananPerishabledi Concorde Hotel Kuala Lumpur …………….......... 27

2.2 Jenis Fasilitas, Jumlah dan Suhu Fasilitas Penyimpanan Bahan Makanan

Perishable di Concorde Hotel Kuala Lumpur…………………………….. 28

2.3 Penggunaan Container Sebagai Media Penyimpanan Bahan Makanan Perishable

di Concorde Hotel Kuala Lumpur…………………………….. 30

2.4 Hasil Wawancara Kepada Juru Masak Mengenai Penggunaan Container Sebagai

Media Penyimpanan Bahan Makanan Perishable………………... 31

2.5 Prosedur Pembersihan Fasilitas Penyimpanan Bahan Makanan Perishable di

Concorde Hotel Kuala Lumpur…………………………………………. 35

2.6 Prosedur Penyimpanan Bahan Makanan Perishable di Concorde Hotel Kuala

Lumpur……………………………………………………………... 39

2.7 Proses Rotasi Bahan Makanan Perishable di Concorde Hotel Kuala

Lumpur…………………………………………………………………….. 41

2.8 Penggunaan Food Tagging di Concorde Hotel Kuala Lumpur……….…… 43

2.9 Hasil Wawancara Kepada Juru Masak Mengenai Penggunaan Food Tagging di

Concorde Hotel Kuala Lumpur………………………………... 44


DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Struktur Organisasi Concorde Hotel Kuala Lumpur……….……………... 19

2.2 Contoh Food Tagging ………………………………..………………..….. 42


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Sertifikat Job Training………………………………………………. 59

2. Pedoman Wawancara……………………………………………….. 60

3. Dokumentasi Penelitian…..…………………………………………. 62

4. Biodata Penulis...………….………………………………………… 64
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Industri perhotelan merupakan salah satu industri terbesar diantara

industri-industri yang ada di dunia saat ini dan menjadi salah satu industri

yang sangat diminati oleh berbagai pihak. Suatu hotel dapat dinilai sukses atau

tidaknya bisnis yang dijalankan tersebut tidak hanya dilihat dari sudut

pandang estetika yaitu desain bangunan atau fasilitas-fasilitas yang dimiliki

oleh hotel semata, melainkan juga dari pelayanan yang diberikan oleh hotel

tersebut kepada tamu-tamunya. Fasilitas dan pelayanan memiliki dampak yang

cukup signifikan bagi perkembangan sebuah hotel. Semakin baik fasilitas dan

pelayananan yang diberikan, maka tamu hotel pun akan memiliki kesan baik

pada hotel tersebut dan dapat memberikan rekomendasi baik bagi hotel

tersebut.

Salah satu fasilitas yang harus disediakan oleh sebuah hotel dalam rangka

pemenuhan kebutuhan tamu-tamunya adalah restoran. Restoran merupakan

sebuah sarana untuk memenuhi salah satu kebutuhan dasar para tamu yaitu:

kebutuhan pangan. Restoran pun dapat digunakan sebagai salah satu daya tarik

yang dapat dimanfaatkan oleh hotel untuk mempromosikan hotel itu sendiri,

selain banyak keuntungan lainnya. Oleh sebab itu, diperlukan kesempurnaan

produk sekaligus pelayanan dari restoran untuk memenuhi ekspektasi dari para

tamu. Setiap restoran memerlukan bagian produksi untuk melaksanakan

proses pembuatan produknya tersebut, dan salah satu bagian produksi dari
sebuah restoran adalah sebuah dapur, yang memiliki tugas untuk membuat

produk restoran yang akan dijual kepada pelanggan restoran tersebut dalam

bentuk masakan. Sementara pengertian mengenai dapur itu sendiri adalah

suatu ruangan atau tempat khusus yang di dalamnya terdapat berbagai macam

perlengkapan dan peralatan yang memiliki fungsi untuk mengolah bahan

makanan menjadi sebuah masakan. Dalam rangka melaksanakan kegiatan

operasionalnya, sebuah dapur haruslah menghidangkan masakan yang

berkualitas tinggi yang diolah dari bahan makanan yang berkualitas juga untuk

disajikan kepada pelanggan restoran. Ini dilakukan untuk memastikan bahwa

semua pelanggan restoran yang datang mendapatkan kepuasan yang tinggi.

Pengertian dari kualitas sendiri dijelaskan oleh Schröder (2003:4) yaitu,

kualitas muncul saat atribut-atribut dari produk tersebut memberikan

kontribusi terhadap kepuasan konsumen secara signifikan. Kutipan ini

menjelaskan bahwa kualitas adalah suatu fenomena yang muncul saat sebuah

produk memberikan kontribusi yang cukup untuk memberikan kepuasan

kepada konsumen. Sementara pengertian dari kualitas mengenai produk dalam

industri jasa boga dijelaskan oleh Cullen (2000:30) adalah, di dalam industri

jasa boga, suatu produk atau suatu bentuk pelayanan dapat dikatakan memiliki

kualitas apabila produk atau pelayanan tersebut memenuhi ekspektasi dan

kebutuhan dari pihak-pihak yang membuatnya maupun yang menggunakannya

secara keseluruhan. Kutipan tersebut menjelaskan bahwa dalam industri jasa

boga, pengertian mengenai produk yang berkualitas adalah produk yang

memenuhi ekspektasi dan kebutuhan pihak-pihak yang membuat atau

menggunakannya. Mengenai kualitas dari produk ini sendiri, yang dalam


industri jasa boga ini memiliki bentuk sebagai sebuah masakan, Spears dan

Mary B. Gregoire (2007:346) mengungkapkan ada beberapa poin yang harus

diperhatikan dalam pengolahan produk supaya menghasilkan produk yang

berkualitas yaitu,

The quality of any food cooked depends primarily on the following four
variables :
A. Type and quality of raw ingredients
B. Recipe or formulation for the product
C. Expertise of production employees and techniques used in
preparation
D. Method and duration of holding food items in all stages
from procurement

Kutipan tersebut menerangkan bahwa kualitas bahan makanan yang

digunakan untuk membuat masakan merupakan salah satu faktor yang dapat

menentukan kualitas dari masakan tersebut. Itu sebabnya, kualitas dari bahan

makanan yang digunakan untuk membuat masakan yang akan disajikan untuk

pelanggan merupakan prinsip yang sangat penting dan harus dipahami

sekaligus diterapkan dalam sebuah kegiatan operasional di dapur. Salah satu

alternatif yang bisa dilaksanakan untuk menjaga kualitas bahan makanan

adalah sebagaimana yang sudah disebutkan oleh Spears dan Mary B. Gregoire

(2004:153) yaitu, bahan-bahan makanan yang sudah diterima dengan baik

harus diletakkan di fasilitas-penyimpanan bahan makanan yang sesuai dan

dikondisikan sebaik mungkin agar kualitasnya tetap terjaga sampai waktunya

bahan makanan tersebut akan digunakan dalam kegiatan produksi. Kutipan ini

menjelaskan bahwa penyimpanan bahan makanan dengan segala upaya untuk

menjaga kondisinya saat tersimpan supaya tetap terjaga kualitasnya harus

diperhatikan dengan baik sampai bahan makanan tersebut akan digunakan


untuk membuat produk. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penyimpanan

bahan makanan sekaligus pengawasan yang dilakukan untuk menjaga

kualitasnya merupakan langkah penting yang harus diperhatikan untuk

memperoleh kualitas masakan yang baik.

Seperti yang sudah kita ketahui bahwa penyimpanan bahan makanan

dikategorikan ke dalam bahan makanan perishable atau bahan makanan yang

sifatnya mudah rusak dan bahan makanan non-perishable atau bahan makanan

yang sifatnya tidak mudah rusak. Pembahasan yang akan dijelaskan oleh

Penulis hanya terkait dengan penyimpanan bahan makanan perishable saja.

Sebagaimana dijelaskan oleh Soenardi dkk. (2013:18) bahwa, bahan makanan

yang tidak lama umur daya tahannya dan mudah mengalami kerusakan harus

disimpan di dalam lemari es atau freezer sebelum dimanfaatkan sesegera

mungkin dengan maksud memperlambat terjadinya kerusakan yang terutama

disebabkan oleh mikroba. Kutipan ini menjelaskan bahwa penyimpanan bahan

makanan perishable harus dipastikan untuk secepat mungkin dilaksanakan

sebelum diproses lebih lanjut, sehingga kemungkinan terjadinya kerusakan

pada bahan makanan perishable menurun dan menghindari potensi munculnya

kontaminasi dari mikroorganisme yang dapat membahayakan.

Dengan melakukan prosedur penyimpanan bahan makanan secara baik dan

benar sesuai dengan prosedur yang sudah terlebih dahulu ditetapkan maka

kualitas bahan makanan pun akan terjaga sehingga saat diolah nantinya dapat

menghasilkan produk yang berkualitas tinggi. New York City Department of

Health & Mental Hygiene (2013:8) mengemukakan,


“Fresh meat, poultry and other potentially hazardous foods must be
stored at 41°F or below, while frozen foods must be stored at 0°F or below.
For foods to be maintained at these temperatures, refrigerators and freezers
must be operating at temperatures lower than 41°F and 0°F., respectively.
Thermometers placed in the warmest part of a refrigerated unit are necessary
to monitor the temperature of each unit”.

Kutipan ini mengungkapkan betapa pentingnya kondisi fasilitas

penyimpanan bahan makanan untuk menjaga kualitas dari bahan makanan itu

sendiri. Selain kondisi fasilitas penyimpanan bahan makanan, alur

penyimpanan juga berpengaruh terhadap kualitas bahan makanan. Ungkapan

ini didukung oleh pernyataan yang diungkapkan oleh Wiyasha (2011:63)

yaitu, kegiatan pengeluaran bahan makan didasarkan kepada sistem first-in

first-out. Maksud dari pernyataan ini adalah bahan makanan yang pertama kali

masuk ke dalam tempat penyimpanan nantinya harus dikeluarkan terlebih

dahulu untuk selanjutnya diolah di dalam dapur. Sementara bahan makanan

yang terakhir masuk ke dalam refrigerator harus dikeluarkan di kemudian

waktu untuk memastikan bahwa bahan makanan yang diolah untuk kemudian

disajikan kepada tamu memiliki kualitas yang terbaik. Dalam buku yang sama

Wiyasha juga menyebutkan, mengatur tata letak bahan makanan yang relatif

lebih sering digunakan di dalam kegiatan produksi sedemikian rupa sehingga

nantinya bahan makanan tersebut lebih mudah dalam pengambilannya.

Pernyataan ini menekankan pentingnya penataan bahan makanan yang

disimpan di dalam refrigerator supaya tidak merusak alur penyimpanan yang

sudah ditetapkan.

Berdasarkan observasi yang Penulis lakukan selama menjalani program

job training di Concorde Hotel Kuala Lumpur, Penulis menemukan masalah

yang terjadi di dalam hotel tersebut yaitu ditemukan suatu fenomena berupa
munculnya complain dari tamu hotel karena adanya perbedaan antara menu

yang disajikan dengan cycle menu yang sudah ditetapkan yang disebabkan

oleh perintah supervisor untuk mengganti menu yang disajikan dengan menu

lain yang dalam proses pengolahannya menggunakan bahan makanan

perishable yang berbeda dengan menu yang akan diganti tersebut. Penulis

menduga hal ini diakibatkan oleh banyaknya bahan makanan perishable yang

rusak dan tidak tersedia di dalam refrigerator sehingga tidak bisa digunakan

untuk membuat menu yang sesuai dengan cycle menu yang sudah ditetapkan,

sehingga menu tersebut harus diganti oleh menu lain yang berbeda dalam

proses pengolahannya.

Berdasarkan pengamatan dan uraian masalah terdahulu maka Penulis

tertarik untuk menjadikan penyimpanan bahan makanan perishable di

Concorde Hotel Kuala Lumpur sebagai topik dalam penyusunan Tugas Akhir

Penulis dengan judul “PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN

PERISHABLE DI CONCORDE HOTEL KUALA LUMPUR”.


B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan dalam uraian di

atas, Penulis mengidentifikasikan masalah yang akan dibahas sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi fasilitas penyimpanan bahan makanan perishable di

Concorde Hotel Kuala Lumpur?

2. Bagaimana prosedur penyimpanan bahan makanan perishable di Concorde

Hotel Kuala Lumpur?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Formal

Tujuan formal dari Penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai salah satu

syarat akademis dalam penyelesaian Program Diploma III Jurusan

Hospitaliti Program Studi Manajemen Tata Boga di Sekolah Tinggi

Pariwisata Bandung.

2. Tujuan Operasional

Adapun tujuan operasional dari Tugas Akhir ini adalah:

a. Memperoleh informasi-informasi yang akurat terkait pelaksanaan

kegiatan penyimpanan bahan makanan di Concorde Hotel Kuala

Lumpur, sekaligus memberikan masukan atau saran kepada pihak

manajemen Concorde Hotel Kuala Lumpur mengenai langkah-

langkah perbaikannya.

b. Menambah wawasan khususnya bagi Penulis mengenai tata cara

penyimpanan bahan makanan yang baik.

c. Sebagai sarana pengaplikasian dan penerapan ilmu pengetahuan yang

telah dipelajari dan diperoleh di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung.


D. Metode Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Deskriptif

Metode penelitian yang diterapkan dalam penyusunan Tugas Akhir

ini adalah Deskriptif. Dantes (2012:51) menyatakan pengertian mengenai

penelitian deskriptif yaitu, arti dari sebuah penelitian deskriptif dapat

dikatakan sebagai suatu bentuk penelitian yang dilakukan dengan cara

berusaha membuat suatu deskripsi secara sistematis tentang suatu

fenomena yang terjadi sesuai dengan kondisi aktualnya. Kutipan ini

menjelaskan bahwa metode deskriptif merupakan suatu metode penelitian

untuk menjabarkan suatu peristiwa secara faktual dengan susunan yang

sistematis. Objek penelitian yang Penulis amati adalah dapur Concorde

Hotel Kuala Lumpur, kemudian pada penelitian tersebut Penulis

menemukan sebuah masalah berupa complain dari tamu hotel yang

disebabkan oleh adanya perbedaan antara menu yang disajikan dengan

cycle menu yang sudah ditetapkan.

2. Teknik Pengumpulan Data

a. Observasi

Satori dan Aan Komariah (2011:105) menyimpulkan pengertian

istilah observasi dari hasil studi kepustakaan yang mereka lakukan

yaitu, terdapat adanya satu pemahaman yang memiliki kesamaan dari

hasil studi pustaka yang dilakukan di mana observasi dapat dikatakan

sebagai sebuah usaha untuk memperoleh data yang harus dikumpulkan

dalam kegiatan penelitian dengan cara melakukan kegiatan mengamati,

baik secara langsung maupun secara tidak langsung, terhadap objek

yang hendak diteliti. Lebih lanjut Hadi (2004:169) menjelaskan


mengenai macam-macam alat yang dapat digunakan dalam

melaksanakan obesrvasi yaitu, alat observasi memiliki beragam bentuk

yang pemanfaatannya dapat disesuaikan dengan perbedaan kondisi

yang ada, yaitu: anecdotal records, catatan berkala, check lists, rating

scale, dan mechanical devices. Sementara penulis dalam Tugas Akhir

ini menggunakan check list sebagai alat dalam melaksanakan kegiatan

observasi.

Dalam buku yang sama Hadi (2004:170) mengungkapkan

pengertian mengenai check list adalah, check list merupakan suatu

daftar yang berisikan poin-poin yang mengandung hal-hal yang

bersifat informatif, yaitu faktor-faktor yang ingin diteliti dari suatu

subyek dan nama-nama dari subyek-subyek yang ingin diteliti tersebut.

Dalam Tugas Akhir ini penulis memaparkan beberapa check list yang

berisikan hasil-hasil dari kegiatan observasi penulis di dalam dapur

Concorde Hotel Kuala Lumpur sebagai trainee dalam rangka

mengamati kondisi dapur secara umum dan melaksanakan penelitian.

Dari kegiatan observasi ini Penulis menemukan adanya masalah yang

terjadi secara nyata yaitu terciumnya aroma tidak sedap yang berasal

dari dalam refrigerator, berdasarkan pengamatan tersebut Penulis

menduga adanya permasalahan dalam penyimpanan bahan makanan

perishable.

b. Wawancara

Penulis melakukan wawancara langsung melalui beberapa

pertanyaan yang berkaitan dengan penyimpanan bahan perishable


terhadap pihak yang bersangkutan, yakni executive chef, karena beliau

yang mengetahui secara jelas mengenai penyimpanan bahan makanan

perishable dan melakukan pengawasan langsung terhadap setiap hal

yang terjadi saat operasional dapur. Dan juga mewawancarai juru

masak untuk mengetahui beberapa informasi yang berkaitan dengan

juru masak tersebut. Mereka mengemukakan banyak hal mengenai

kondisi fasilitas serta prosedur penyimpanan bahan makanan

perishable di Concorde Hotel Kuala Lumpur.

Pengertian wawancara menurut Sarbani (2008:190) yaitu:

“pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya

jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu data

tertentu.” Dengan melakukan wawancara, penulis dapat menggali lebih

dalam berbagai informasi yang dibutuhkan serta mengklarifikasi

informasi yang dirasa masih kurang jelas saat melakukan pengumpulan

data menggunakan metode lainnya. Beberapa pertanyaan yang penulis

ajukan saat proses wawancara yaitu perihal pengetahuan juru masak

mengenai standar suhu untuk menyimpan setiap bahan makanan

perishable, kerusakan bahan makanan yang terjadi dan beberapa

penyebabnya, serta untuk sistem first in, first out dapat dilaksanakan

dengan baik atau tidak. Selanjutnya penulis menuangkan informasi

hasil wawancara tersebut ke dalam bentuk tabel.

c. Studi Kepustakaan

Menurut Sugiyono (2012:211) pengertian istilah studi kepustakaan

adalah, kegiatan penelusuran karya-karya literatur yang sudah ada


untuk kemudian ditelaah lebih dalam maknanya, yang mana kegiatan

ini merupakan salah satu perkerjaan yang betul-betul diperlukan dalam

mengerjakan suatu penelitian. Penulis melaksanakan studi kepustakaan

selama proses penyusunan Tugas Akhir ini berlangsung dengan tujuan

mendapatkan teori-teori dari literatur-literatur referensi perpustakaan

Sekolah Tinggi Parisiwata Bandung dan juga dari sumber-sumber

literatur lain yang Penulis temukan yang memiliki kaitan dengan

materi yang akan Penulis bahas untuk dijadikan bahan acuan dalam

upaya pencarian solusi-solusi yang efektif dan efisien untuk

menangani masalah-masalah yang ditemukan.

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian yang dilaksanakan Penulis bertempat di Concorde

Hotel Kuala Lumpur yang berlokasi di Jalan Sultan Ismail, 50250

Kuala Lumpur, Malaysia.

2. Waktu Penelitian dilakukan dari Bulan Maret 2015 sampai dengan


Agustus 2015 kemudian dilaksanakan kembali pada Bulan Maret 2016

sampai dengan Juni 2016.

F. Sistematika Penulisan

BAB I : PENDAHULUAN

Gambaran latar belakang penelitian yang diangkat pada Tugas

Akhir secara umum dan disampaikan secara ringkas dan

sistematis.
BAB II : TINJAUAN UMUM

Penjabaran data-data hasil penelitian lapangan (observasi) yang

menyangkut aspek-aspek yang diteliti terkait permasalahan yang

akan dibahas di dalam Tugas Akhir.

BAB III : ANALISA DATA

Penanggapan masalah yang ditemukan di lapangan dengan

memberikan argumentasi berdasarkan teori-teori yang ada dan

penalaran pribadi.

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN

Bagian akhir dari penyusunan Tugas Akhir yang berisikan

temuan pokok yang merupakan jawaban atas tujuan penelitian

dan pertanyaan-pertanyaan dalam identifikasi masalah.


BAB II

TINJAUAN UMUM

A. Sejarah Singkat Concorde Hotel Kuala Lumpur

Concorde Hotel yang berlokasi di Kuala Lumpur, Malaysia dahulunya

memiliki nama Merlin Hotel, peresmiannya dilaksanakan pada tahun 1992 sekitar

satu tahun setelah pihak manajemennya melangsungkan Soft Opening pada

tanggal 10 September 1991. Pemilik hotel ini terdiri atas gabungan dari beberapa

hotel, di antaranya: Cycle and Carriage Limited, Hotel Property Limited (HPL)

Singapore dan perusahaan Malaysia yang memiliki nama Ampang Hotel Sdn.

Bhd. Hotel yang dibeli seharga RM 113 juta oleh tiga gabungan ini, sudah

mengalami beberapa kali proses renovasi hingga saat ini. Hotel ini senantiasa

berjuang untuk terus melakukan pengembangan seiring dengan persaingan usaha

jasa penginapan di Kuala Lumpur yang melaju semakin pesat.

Bangunan hotel secara visual terpisah menjadi dua bagian, yaitu: Tower

Wing dan Premier Wing. Bangunan asli dari Merlin Hotel yang pada saat baru

dibeli oleh pemilik Concorde Hotel Kuala Lumpur adalah bangunan Premier

Wing yang dulunya tidak memiliki nama Premier Wing. Proses pembangunan

untuk menambahkan bangunan yang baru dimulai dari lokasi bangunan baru yang

terletak di belakang bangunan asli. Concorde Hotel menyediakan fasilitas 540

kamar yang memiliki beberapa kategori, yaitu: Deluxe Room, Premier Room,

Deluxe Executive Room, Premier Executive, Classic Suite, Classic Terrace Suite,

Deluxe Family, Terrace Suite, Superior Room, Ampang Suite, dan Presidential

Suite.
B. Fasilitas Concorde Hotel Kuala Lumpur

Untuk fasilitas dan pelayanan lainnya yang terdapat di hotel ini diantaranya :

1. Coffee House ( Melting Pot Café )

Sebuah restoran yang terletak di Lobby Area dan dibuka 24 jam serta

berperan sebagai restoran utama di Concorde Hotel Kuala Lumpur. Menu

yang ditawarkan beragam mulai dari lokal sampai internasional. Seating

Capacity yang mencapai 216 sebagai pelengkap restoran ini.

Waktu operasional :

 Buffet Breakfast (All in-house or non in-house guest):

- 06.00 - 10.30 (Hari Kerja)

- 06.00 - 11.00 (Akhir Pekan)

 Buffet Lunch : 12.00 - 14.30 (Senin - Jumat)

 Hi Tea : 12.30 - 16.00 (Weekends dan Hari Libur Nasional)

 Buffet Dinner : 19.00 - 22.30 (Setiap Hari)

 Buffet Supper : 23.00 - 03.00 (Minggu - Kamis)

2. Xin Cuisine Restaurant

Xin Cuisine Restaurant adalah Non-Halal Chinese Restaurant yang

terletak di Lobby Area. Restoran ini menyajikan Nouvelle Cantonese

Cuisine dan Hongkong Dim Sum untuk makan siang dan makan malam.

Selain setmenu diatas, Xin Cuisine juga menyajikan menuA’la carte.

Semua Dim Sum disediakan hingga pukul 14.30.


Waktu operasional:

 Lunch & A’la Carte : 11.30 - 15.00 (Senin - Jumat)

 Breakfast & Dim Sum : 09.00 - 15.00 (Minggu dan Hari Libur)

10.30 - 15.00 (Sabtu)

 Dinner (A’la Carte) : 18.30 - 22.30 (Setiap Hari)

3. Spices Restaurant and Wine Bar

Sebuah restoran Semi-Fine Dinning sekaligus Wine Bar yang bergaya

Old Fashioned dengan kapasitas sekitar 86 kursi dan terletak di Meanine

Floor dan Pool Side menawarkan suasana yang nyaman dengan alunan

piano dan nyanyian beraliran Jazz secara Live. Makanan yang ditawarkan

adalah Western Food disertai dengan lebih dari 100 pilihan wine. Pada

pagi hari disinilah tempat disajikan breakfast. Restoran ini tidak

menyediakan dinner. Sebagai gantinya, restoran ini menyediakan Premier

Cocktail yang menyajikan Western Food dalam porsi kecil disertai wine

sebagai pelengkap. Semua fasilitas yang ada di restoran ini, disediakan

khusus bagi para tamu yang menginap di Premier Benefit.

Waktu operasional :

 Premier Breakfast : 06.30 - 10.30 (Senin - Jumat)

06.30 - 11.30 (Sabtu - Minggu)

 Premier Cocktail : 18.00 - 20.00 (Selasa - Kamis)


4. Bar & Lounge (Crossroads)

Sebuah Bar dan Lounge yang berlokasi di Lobby Area dengan

kapasitas 190 kursi yang menyajikan berbagai minuman baik alkohol

maupun non alkohol, juga menyajikan Snack dan Food Transfer untuk

Accoustic dan Top 40 dari pukul 19.00 - 03.00 setiap hari.

Waktu operasional:

 Normal Operation : 11.00 - 03.00 (Rabu - Sabtu)

11.00 - 02.00 (Minggu - Selasa)

 Happy Hours : 15.00 - 21.00 (Setiap Hari)

5. Banquet Hall and Function Room

Ruang - ruang pertemuan yang ada di Concorde Hotel Kuala Lumpur

terdiri dari :

 Concorde Ballroom

 Concorde V

 Master Room ( VIP Dinning Room untuk tamu penting dan kerajaan )

 Gallery 1 - 7

 Patio 1 - 3

 Studio 1 - 3

6. Fasilitas - fasilitas lainnya:

a. EBC (Executive Business Center)

b. 24 hours Room Service

c. Swimming Pool (07.00 - 19.00)


d. Fitness Center (08.00 - 22.00)

e. Steam &Sauna Room

f. Montien Massage (Arcade)

g. Relaxa Yururi Health Centre (Arcade)

h. Havana Club (Arcade)

i. Uzen Japanese Fine Dinning (Arcade)

j. Hard Rock Café Kuala Lumpur (Arcade & Connecting Building)

k. Kareem Drug Store (Arcade)

l. 24 hours Concierge Service

m. 24 hours Limousine Service

n. Money Changer at Front Desk

o. Mushola

p. Laundry

q. Mail and Parcel Service

r. 24 hours Valet Parking Service

s. Major Credit Card Accepted

C. Struktur Organisasi Concorde Hotel Kuala Lumpur

Sebuah struktur organisasi adalah hal yang penting bagi setiap perusahaan

agar dapat melaksanakan seluruh aktifitas perusahaan tersebut dengan baik

sehingga dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Struktur organisasi yang baik

dapat membantu kinerja tiap-tiap individu yang bekerja di dalamnya dengan

memberikan gambaran pekerjaan mereka masing-masing, dengan merancang

struktur organisasi seperti ini maka tanggung jawab dalam bekerja sekaligus ruang
lingkup dalam bekerja semua karyawan yang masuk ke dalam struktur organisasi

tersebut menjadi jauh lebih terarah dan jauh lebih jelas. Seperti yang dinyatakan

oleh Kenneth N.W. dan Gerry A.Y. dalam Ahmad Tohari (2002:39) bahwa,

struktur organisasi dapat dimaknai sebagai suatu perumusan peran sekaligus

hubungan antar peran-peran tersebut, pengesahan sub-unit dalam bentuk

pengalokasian aktivitas, pendistribusian kekuasaan di dalam jaringan jabatan-

jabatan administratif, serta pembangunan jaringan komunikasi dalam bekerja yang

bersifat formal dengan harapan tercapainya efisiensi pembagian tenaga kerja dan

koordinasi antar anggota yang efektif. Struktur organisasi dirancang sedemikian

rupa oleh suatu perusahaan dan tujuannya adalah agar seluruh karyawan yang

mempunyai peranan dalam bekerja di dalamnya dapat melaksanakan seluruh

tugas-tugasnya dengan maksimal serta dapat bekerjasama dengan rekan kerjanya

yang lain demi mencapai tujuan perusahaan. Berikut penulis paparkan struktur

organisasi di Concorde Hotel Kuala Lumpur.

Struktur Organisasi Concorde Hotel Kuala Lumpur

EXECUTIVE OFFICER

General Manager : Mr. Gary Lee

Executive Assistant Manager : Mrs. Janet

Financial Controller : Mr. Jeffrey Pang

Director of Marketing : Ms. Julini Yusof

Director of Safety and Security : Mr. Badrul Hisham

Director of Catering : Mr. Lee Kean Tee


DEPARTMENT HEADS

Personal Assistant : Ms. Adeline Chen

Executive Chef : Mr. Arthur Heng

Front Office Manager : Ms. Wendy Chua

Executive Housekeeper : -

F & B Director : Mr. Noordin Ismail

Director of Sales : Mr. Michael Tang

Human Resources Director : Mr. Mohd. Aleemin Othman

Training Manager : Mr. Adam

Selanjutnya penulis akan memaparkan struktur organisasi di dapur

Concorde Hotel Kuala Lumpur.

GAMBAR 2.1
STRUKTUR ORGANISASI KITCHEN
CONCORDE HOTEL KUALA LUMPUR

Sumber : Hasil Observasi, 2015


Berdasarkan gambar di atas, berikut ini adalah deskripsi dari tugas yang

harus dilaksanakan dan juga tanggung jawab dari setiap jabatan karyawan di

dapur Concorde Hotel Kuala Lumpur dalam bekerja.

1. Executive Chef

a. Bertanggung jawab mengenai perencanaan sekaligus pengaturan

kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh bagian dapur.

b. Melakukan pengawasan dan juga mengarahkan seluruh rangkaian

kegiatan operasional bagian dapur.

c. Melaksanakan kontrol terkait kualitas dari masakan yang akan

dihidangkan kepada tamu agar mengikuti standard recipe yang ada.

d. Melakukan pengaturan mengenai pengendalian biaya operasional

bagian dapur.

2. Sous Chef

a. Berperan sebagai asisten dari Executive Chef.

b. Merencanakan sekaligus menyusun jadwal bagi tiap-tiap karyawan

bagian dapur dalam bekerja.

c. Menjadi wakil dari Executive Chef ketika Executive Chef sedang

berhalangan untuk hadir di dapur.

3. Chef de Partie

a. Melakukan pengaturan untuk seluruh kegiatan yang dilaksanakan di

section masing-masing.

b. Melakukan pengawasan terhadap setiap karyawan yang ada di section

masing-masing.
c. Memberi demonstrasi mengenai contoh dari produk-produk yang akan

dibuat pada karyawan yang ada di section tersebut.

4. Demi Chef

a. Memberikan bantuan kepada Chef de Partie dalam melaksanakan

seluruh tugas-tugasnya.

b. Berperan sebagai wakil dari Chef de Partie ketika Chef de Partie

sedang berhalangan untuk hadir di dapur.

5. Commis 1

a. Melaksanakan proses produksi untuk menghasilkan produk-produk

yang akan dihidangkan untuk tamu.

b. Melaksanakan kegiatan preparation sekaligus melakukan pengecekan

terhadap persediaan bahan makanan yang hasilnya kemudian akan

dilaporkan kepada Chef de Partie.

6. Commis 2

a. Mengelola makanan agar kondisi dan proses produksinya memiliki

kesesuaian dengan standard recipe yang ada.

b. Menjaga kebersihan dari area dapur sekaligus memastikan

ketersediaan sekaligus kebersihan dari peralatan-peralatan dapur dan

bahan makanan.

c. Memastikan kesiapan dari peralatan dan bahan dasar makanan yang

akan diolah.

7. Cook Helper

a. Memberikan bantuan dalam melaksanakan kegiatan operasional di

dapur.
b. Mempersiapkan seluruh peralatan dapur dan bahan makanan yang

dibutuhkan untuk kemudian diproses lebih lanjut.

8. Steward

a. Menjaga sekaligus melaksanakan perawatan untuk menjaga kebersihan

peralatan masak dan peralatan saji di restoran.

b. Mencuci dan membersihkan semua peralatan masak dan peralatan saji

di restoran yang sudah terpakai atau yang akan digunakan.

c. Mencatat dengan detail dan melaporkan apabila terjadi kehilangan atau

kerusakan peralatan masak atau peralatan saji yang di restoran.

D. Tinjauan Mengenai Kondisi Fasilitas Penyimpanan Bahan Makanan

Perishable

Di dalam seluruh ragam industri jasa boga termasuk juga bidang

wiraswasta yang bergerak di dalam bidang jasa boga yang usahanya tersebut

bersifat komersil, tujuan yang ingin diraih adalah keuntungan yang besar dan

mampu menutup keseluruhan biaya kegiatan produksi. Banyak hal yang harus

diperhatikan dalam rangka menekan biaya pengeluaran atau biaya produksi

supaya dapat menghasilkan keuntungan yang lebih besar, satu contoh yang paling

terlihat adalah bahan makanan. Bahan makanan, lebih utama lagi bahan makanan

perishable, merupakan barang yang memiliki harga cukup tinggi. Itu sebabnya,

semua perusahaan jasa boga dituntut untuk memiliki kemampuan dalam hal

menjaga bahan makanan tersebut dengan baik supaya nilai ekonomis bahan

makanan tersebut tidak hilang sementara kualitasnya pun tetap terjaga dengan

maksimal.
Dari sekian banyak metode yang dapat dimanfaatkan untuk menjaga

kualitas bahan makanan, salah satu metode yang tanpa dipungkiri lagi memiliki

peranan yang sangat penting adalah dengan menyimpan bahan makanan di dalam

fasilitas penyimpanan bahan makanan yang tepat dan sesuai kondisinya untuk

menyimpan bahan makanan tersebut. Oleh sebab itu, seluruh perusahaan yang

berfokus kepada bidang jasa boga ini sudah sepatutnya memiliki fasilitas yang

dapat digunakan sebagai media untuk menyimpan bahan makanan yang

jumlahnya memadai dengan tidak lupa memberikan perhatikan secara seksama

mengenai kesesuaian suhu bagi tiap-tiap bahan makanan yang disimpan di

dalamnya.

Soenardi dkk. (2013:17) menyatakan, penyimpanan, pemeliharaan, dan

penjagaan keamanan kualitas maupun kuantitas bahan makanan baik di gudang

bahan kering maupun dingin/beku merupakan tujuan dari kegiatan penyimpanan

bahan makanan. Pernyataan tersebut memberikan penjelasan mengapa semua

jenis usaha jasa boga, tanpa menghiraukan volume bisnisnya, harus memiliki

fasilitas penyimpanan bahan makanan dalam kondisi yang baik dan dalam jumlah

yang memadai serta senantiasa menjaga temperaturnya yang memiliki tujuan

untuk melakukan pencegahan terhadap potensi terjadinya kerusakan pada bahan

makanan.

Fasilitas untuk menyimpan bahan makanan ini memiliki fungsi sebagai

media penempatan sementara untuk bahan-bahan makanan sebelum nantinya akan

diproses lebih lanjut agar menjadi makanan siap saji. Fasilitas penyimpanan

memiliki pengaruh yang begitu besar kepada kondisi dari seluruh bahan makanan

yang tersimpan di dalamnya, karena kualitas bahan makanan yang terjaga dengan
baik merupakan tujuan dari penyimpanan bahan makanan. Menyimpan semua

bahan makanan di dalam fasilitas penyimpanan yang tepat dan sesuai

peruntukannya dengan jenis bahan makanan yang disimpan tersebut akan

menghindarkan bahan makanan tersebut dari bahaya-bahaya yang memiliki

potensi untuk menurunkan kualitasnya, seperti kontaminasi, pembusukan, dan

berbagai macam jenis kerusakan yang lainnya yang mempengaruhi bahan

makanan tersebut dan menimbulkan perubahan baik dari segi bentuk, tekstur,

warna, rasa, maupun aromanya. Seperti yang sudah diungkapkan oleh Knowles

(2002:157) bahwa, fasilitas penyimpanan bahan makanan harus memiliki desain

yang memungkinkan bahan makanan terlindungi dari kontaminasi, pembusukan

dan kerusakan dalam penggunaannya. Kutipan tersebut menjelaskan bahwa

fasilitas yang akan digunakan sebagai media penyimpanan bahan makanan harus

dirancang dan dimanfaatkan sesuai fungsinya agar dapat menjauhkan bahan

makanan dari bahaya kontaminasi, penurunan kualitas maupun kerusakan.

Cara menyimpan bahan makanan yang dilakukan dengan benar dan sesuai

dengan prosedur yang sudah distandarisasi akan membantu bahan makanan

perishable agar memiliki daya tahan yang lebih baik sehingga bahan makanan

perishable tersebut dapat mempertahankan kondisinya dalam waktu yang lebih

lama dan juga dapat memperlambat terjadinya proses kerusakan. Sebaliknya, cara

menyimpan bahan makanan yang dilakukan dengan tidak semestinya

sebagaimana prosedur yang sudah terstandarisasi dapat mengakibatkan bahan

makanan tersebut menjadi rusak dalam waktu yang lebih cepat dan membuat

biaya produksi yang dikeluarkan melambung tinggi. Bartono & Ruffini (2005:97)
memberikan pendapatnya mengenai fokus-fokus yang harus diperhatikan dalam

prosedur penyimpanan bahan makanan perishable, yaitu sebagai berikut.

1. Jenis alat penyimpanan yang tepat.


2. Suhu yang seharusnya diterapkan.
3. Cara menyusun dan menempatkan barang.
4. Alat atau wadah barang olahan yang dimaksud.
5. Kebersihan alat penyimpanan dan sekitarnya
6. Lama maksimum penyimpanan.
7. Penutupan atau pembungkusan bahan agar tidak tercemar.
8. Pemilahan dalam menata bahan.

Di dalam buku yang lain, Dittmer (2003:126) menjelaskan lebih singkat

mengenai apa saja poin-poin yang harus diperhatikan dalam menggunakan

fasilitas penyimpanan bahan makanan supaya lebih optimal, yaitu, faktor-faktor

yang berpengaruh agar kondisi internal tetap terjaga dengan baik yaitu suhu,

kontainer penyimpanan, pemanfaatan rak-rak penyimpanan dan kebersihan.

Sehingga akhirnya dapat dibuat kesimpulan berupa, ada beberapa poin yang

memiliki kaitan dengan kondisi dari fasilitas penyimpanan bahan makanan yang

harus diperhatikan dengan baik untuk menjaga agar bahan makanan perishable

yang disimpan di dalamnya terjaga kualitasnya dengan baik, yaitu:

1. suhu

2. containers

3. penggunaan rak

4. kebersihan

Suhu memiliki kedudukan sebagai salah satu faktor yang berperan penting

bagi seluruh fasilitas penyimpanan bahan makanan, lebih utama lagi fasilitas

penyimpanan bahan makanan perishable, baik refrigerator maupun freezer. Suhu

yang terdapat di dalam refrigerator maupun freezer sudah seharusnya memiliki


kesesuaian dengan kriteria penyimpanan dari bahan-bahan makanan yang akan

disimpan di dalamnya.

Ada beberapa poin penting yang harus diperhatikan dengan seksama agar

suhu dari fasilitas penyimpanan bahan makanan perishable dapat dijaga dengan

baik, salah satunya adalah melaksanakan kegiatan pengecekan dalam sehari

selama dua kali seperti yang diungkapkan olehSpears and Mary B. Gregoire

(2004:159), suhu di seluruh fasilitas penyimpanan bahan makanan harus dicek

setidaknya dua kali dalam sehari. Dengan dilakukannya kegiatan pengecekan

terhadap suhu dari tiap-tiap refrigerator dan freezer secara konsisten diharapkan

suhu dari refrigerator dan freezer tersebuttetap terjaga dengan baik sehingga

kondisinya selalu stabil dan senantiasa berada di dalam batasan yang seharusnya

sehingga kualitas bahan makanan yang sedang tersimpan di dalamnya terjaga

dengan baik.

Setiap bahan makanan perishable mempunyai suhu ideal yang harus

disesuaikan oleh fasilitas penyimpanan bahan makanan yang dikategorisasikan

berdasarkan jenis dari bahan makanan tersebut. Berikut ini adalah penjelasan

mengenai pedoman suhu yang ideal dan harus diperhatikan dalam melaksanakan

kegiatan penyimpanan tiap-tiap bahan makanan perishable menurut Soenardi dkk.

(2013:18-19).

“Jika memungkinkan dilakukan pemisahan lemari es dan freezer, makanan


disimpan pada temperatur sebagai berikut:”
 Buah-buahan: 7-10˚C
 Sayuran, telur, makanan masak, kue kering: 4-7˚C
 Susu dan produk susu: 3-4˚C
 Daging segar: 1-3˚C
 Unggas Segar: 0-2˚C
 Makanan beku: -23˚C sampai -10˚C
Wagen dan Anne Goonetilleke (2004:190) di dalam bukunya menjelaskan

secara lebih detail terkait pedoman suhu untuk penyimpanan bahan makanan

tersebut, bahwa, membekukan makanan dan menyimpannya di suhu yang rendah,

kurang lebih -18C, menambah usia penyimpanan bahan makanan tersebut secara

signifikan. Yaitu, bahan makanan yang ada dalam kondisi beku dalam proses

penyimpanannya haruslah diletakan pada suhu yang rendah, sekitar -18C.

Menyimpan bahan makanan dalam kondisi yang beku atau bahan makanan

yang dengan sengaja diproses dengan cara dibekukan dalam suhu yang sangat

rendah (freezing) seperti misalnya daging-dagingan, memiliki tujuan agar seluruh

bahan makanan yang disimpan dengan menggunakan cara ini waktu hidupnya

menjadi lebih lama jika dibandingkan dengan bahan makanan lain yang disimpan

di dalam lemari pendingin (refrigerator). Biasanya penyimpanan di dalam freezer

ini dimanfaatkan untuk penyimpanan yang sifatnya adalah untuk jangka panjang.

Berikutnya penulis akan memaparkan hasil observasi selama

melaksanakan job training mengenai suhu fasilitas penyimpanan bahan makanan

perishable di dalam dapur Concorde Hotel Kuala Lumpur.

TABEL 2.1
PELAKSANAAN KEGIATAN PENGECEKAN
SUHU FASILITAS PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN PERISHABLE
DI CONCORDE HOTEL KUALA LUMPUR

Kondisi Aktual
No. Pernyataan TidakDilaksan
Dilaksanakan
akan
Pengecekan suhu refrigerator dilaksanakan
1.
dua kali dalam sehari
Pengecekan suhu freezer dilaksanakan dua
2.
kali dalam sehari

Suhu refrigerator memiliki kesesuaian


dengan kriteria penyimpanan bahan
3.
makanan perishable yang disimpan di
dalamnya
Suhu freezer memiliki kesesuaian dengan
4. kriteria penyimpanan bahan makanan
perishable yang disimpan di dalamnya
\

Sumber: Hasil Observasi, 2015


\

Berdasarkan pedoman suhu yang ideal dan dianjurkan untuk diterapkan

dalam proses penyimpanan setiap bahan makanan perishable sebagaimana yang

sudah dijelaskan sebelumnya, selanjutnya penulis akan memaparkan jenis-jenis

fasilitas penyimpanan bahan makanan, jumlah dari fasilitas penyimpanan bahan

makanan ini, serta keterangan mengenai suhu bagi tiap-tiap fasilitas penyimpanan

bahan makanan perishable yang terdapat di dapur Concorde Hotel Kuala Lumpur.

TABEL 2.2
JENIS FASILITAS, JUMLAH, DAN SUHU FASILITAS PENYIMPANAN
BAHAN MAKANAN PERISHABLE DI CONCORDE HOTEL KUALA
LUMPUR

Jumlah
No. Jenis Bahan Makanan Jenis Fasilitas Keterangan Suhu
Alat
1. Food and Vegetable Reach-In
1 12°C - 14°C
Preparations Refrigerator
2. Bread and Pastry Walk-In
1 14°C - 16°C
Products Refrigerator
3. Walk-In
Dairy Products 1 8°C - 10°C
Refrigerator
4. Portioning of Lamb, Beef, Walk-In
1 10° C - 12°C
Fish and Poultry Refrigerator
5. Ice Cream Freezer Box 2 -16°C
6. Walk-In
Fruits 2 8°C - 10°C
Refrigerator
7. Vegetables, Herbs and Walk-In
2 4°C - 8°C
Spices Refrigerator
8. Lamb, Beef, Fish and
Walk-In Freezer 1 -16°C
Poultry
Sumber: Hasil Observasi, 2015

Dari hasil observasi yang penulis lakukan, tidak ditemukan adanya

pedoman-pedoman yang telah tersertifikasi mengenai pengaturan standar suhu

yang semestinya diterapkan sekaligus dijaga di dalam fasilitas-fasilitas

penyimpanan bahan makanan perishable di dapur Concorde Hotel Kuala Lumpur,

walaupun dari hasil wawancara yang penulis lakukan, sous chef memiliki

pengetahuan yang baik terkait masalah tersebut. Namun, dari hasil observasi yang

penulis lakukan, masih banyak juru masak yang masih awam mengenai standar

suhu untuk refrigerator dan freezer. Pedoman-pedoman mengenai suhu ini bisa

dimanfaatkan saat akan melakukan pengecekan suhu refrigerator dan freezer dan

juga untuk melakukan penyesuaian terhadap suhu aktual refrigerator dan freezer

dengan suhu yang semestinya diterapkan.

Untuk penyimpanan bahan makanan perishable, tiap-tiap

dapurmemerlukan media penyimpanan untuk menjaga supaya bahan makanan

yang akan disimpan tersebut tidak tercecer dan dapat disimpan dalam wadah

penyimpanan bahan makanan yang sesuai. Salah satu media penyimpanan yang

dapat digunakan untuk keperluan tersebut adalah container. Dittmer (2003:127)

menyebutkan, untuk menjaga agar bahan makanan yang disimpan memiliki suhu

yang seharusnya, penyimpanan bahan makanan tersebut di dalam kontainer yang

sesuai harus diperhatikan. Disamping itu, penggunaan container ini juga harus

dilengkapi dengan penutup yang ukurannya disesuaikan dengan ukuran container

yang akan digunakan agar bahan makanan terhindar dari bahaya pencemaran, baik

pencemaran dari aroma bahan makanan lain yang tersimpan di dalam fasilitas
penyimpanan yang sama atau tetesan cairan dari bahan makanan lain yang

diletakan di atas bahan makanan tersebut, apalagi untuk bahan-bahan makanan

yang sudah tidak tersimpan di dalam kemasan aslinya.

Untuk penutup yang digunakan untuk container ini bisa dengan

menggunakan plastic wrap atau bisa juga dengan memanfaatkan alumunium foil.

Dengan demikian, kelembaban dari bahan makanan yang tersimpan tersebut akan

tetap terjaga sekaligus juga untuk membantu mempertahankan kualitasnya. Hal ini

diungkapkan oleh Knowles (2002:164) bahwa, menutup bahan makanan yang

tersimpan bukan pada kemasan asalnya dapat menurunkan potensi terjadi

kontaminasi silang juga menjaga kelembabannya dan menghindarkan dari

penyerapan bau yang tidak sedap.

Selanjutnya, mengacu kepada kutipan-kutipan sebelumnya, penulis akan

memaparkan hasil observasi yang penulis lakukan di dalam dapur Concorde Hotel

Kuala Lumpur dan hasi lwawancara terhadap para juru masak mengenai

penggunaan container pada tabel selanjutnya.

TABEL 2.3
PENGGUNAAN CONTAINER SEBAGAI MEDIA PENYIMPANAN
BAHAN MAKANAN PERISHABLE DI CONCORDE HOTEL
KUALA LUMPUR

Kondisi Aktual
No. Pernyataan
Tidak
Dilaksanakan
Dilaksanakan
Memanfaatkan container sebagai media
1. penyimpanan bahan makanan perishable di dalam
refrigerator
Menggunakan penutup pada container saat akan
2. menyimpan bahan makanan perishable
Memindahkan bahan-bahan makanan perishable
3. ke dalam container sebelum menyimpannya
Menyediakan jumlah container yang cukup untuk
4. kebutuhan penyimpanan bahan makanan
perishable
Mengganti tempat penyimpanan (container) secara
5. rutin
Sumber: Hasil Observasi, 2015

TABEL 2.4
HASIL WAWANCARA KEPADA JURU MASAK MENGENAI
PENGGUNAAN CONTAINER SEBAGAI MEDIA PENYIMPANAN
BAHAN MAKANAN PERISHABLE

Hasil Jawaban
No. Pernyataan
Tidak
Melaksanakan
Melaksanakan
Menggunakan container sebagai media
1. penyimpanan bahan makanan perishable saat 11 orang 4 orang
menyimpannya
Memberikan penutup pada container pada saat
2. menyimpan bahan makanan perishable
10 orang 5 orang

Meletakkan bahan-bahan makanan perishable ke


3. dalam container saat menyimpannya
13 orang 2 orang

Mengganti container yang digunakan secara


4. berkala
1 orang 14 orang
Sumber: Hasil Wawancara, 2016

Berdasarkan data yang diperoleh tersebut ditemukan lagi fenomena bahwa

ketersediaan dari jumlah container di dapur sebagai media penyimpanan bahan

makanan tidak mencukupi dalam kegiatan produksi di dapur. Ini menyebabkan

adanya beberapa bahan makanan yang tidak disimpan dalam container melainkan

disimpan di dalam plastik. Ditemukan juga fenomena berupa jarangnya dilakukan

penggantian container secara rutin yang mengakibatkan banyak ditemukannya

container dalam kondisi kotor, berlumut dan tidak layak pakai karena kondisinya

yang sudah rusak.


Saat melakukan proses penyimpanan bahan makanan, pengunaan rak

dengan memperhatikan sirkulasi udara di dalamnya dan juga ukuran dari fasilitas

penyimpanan itu sendiri agar bahan makanan perishable yang disimpan tidak

mengalami penumpukan, tetap berada dalam kondisi yang rapi, memberikan

kemudahan dalam penggunaan serta terhindar dari potensi kerusakan yang bisa

diakibatkan oleh terdindihnya atau tertimbunnya bahan makanan satu dengan

bahan makanan yang lain juga harus diperhatikan dengan seksama. Knowles

(2002:163) mengatakan bahwa, perlengkapan pendinginan bahan makanan harus

dimanfaatkan sesuai kapasitas yang seharusnya untuk menjaga suhu agar tetap

sesuai saat diisi bahan makanan. Dari kutipan ini, dapat diambil maknanya bahwa

refrigerator dalam kegunaannya untuk menyimpan bahan makanan di dalamnya

ini haruslah memiliki kapasitas yang sesuai. Pada buku dan halaman yang sama,

Knowles menjelaskan lebih lanjut, yaitu, udara harus tetap memiliki jalur sirkulasi

yang baik terhadap bahan-bahan makanan walaupun kondisi penyimpanannya

sudah dalam kapasitas maksimal. Kutipan ini menekankan bahwa udara yang

bergerak di dalam fasilitas penyimpanan bahan makanan tetap harus bisa bergerak

dengan leluasa melewati bahan-bahan makanan walaupun fasilitas penyimpanan

bahan makanan tersebut berada dalam situasi di mana jumlah penyimpanannya

sudah mencapai kapasitas maksimal.

Ditemukan satu buah walk-in refrigerator yang akan mengalami kenaikan

suhu secara drastis apabila sudah diisi sampai tingkatan di mana isi di dalamnya

sudah terlalu penuh oleh bahan makanan. Di dalam walk-infreezer ditemukan pula

penyusunan bahan makanan perishable yang kondisinya tidak rapi. Walk-in

freezer tersebut dipenuhi oleh berbagai macam bahan makanan perishable yang
penyusunannya tidak tertata atau tersusun dengan baik. Penulis juga menemukan

bahwa bahan makanan perishable yang baru diterima dari supplier dan kemudian

disimpan ke dalam walk-in freezer tidak dikeluarkan dari kemasan asalnya dan

tidak disusun dengan baik. Bahan makanan tersebut masih berada di dalam

kemasannya yang berupa plastik dan dus sehingga membuat walk-in freezer

tersebut terlihat sangat padat.

Kebersihan dari fasilitas penyimpanan pun menjadi poin penting yang

harus dijaga setiap waktu. Lebih utama lagi kebersihan dari fasilitas penyimpanan

bahan makanan perishable dimana hampir keseluruhan bahan makanan yang

tersimpan di dalamnya memerlukan penanganan yang khusus karena masih berada

dalam keadaan yang mentah. Kualitas bahan makanan yang sedang tersimpan di

dalam fasilitas penyimpanan bahan makanan ini dapat dipengaruhi juga dari

kebersihan fasilitas penyimpanan bahan makanan itu sendiri. Kebersihan tersebut

apabila senantiasa dijaga dengan baik maka akan membantu menghindarkan

bahan makanan dari bahaya kontaminasi, seperti misalkan kontaminasi bau atau

kontaminasi lain yang bisa disebabkan oleh beberapa hal seperti contohnya

tetesan cairan yang berasal dari bahan makanan yang lain.

Perusahaan-perusahaan yang bergerak di dalam industri jasa boga pada

umumnya sudah memiliki prosedur-prosedur khusus dan jadwal pembersihan

fasilitas penyimpanan bahan makanan yang berbeda dan kegiatan pembersihan

tersebut dilaksanakan mengikuti jadwal yang sudah dirancang sebelumnya.

Dikatakan pula oleh Spears dan Mary B. Gregoire (2004:159) bahwa, semua

failitas penyimpanan bahan makanan yang bersuhu rendah harus dibersihkan

sesuai jadwal yang ditetapkan secara berkala dengan mengacu kepada arahan dari
pihak yang memproduksi fasilitas penyimpanan bahan makanan tersebut. Dari

kutipan tersebut dapat diambil maknanya yaitu, semua fasilitas penyimpanan

bahan makanan perishable semestinya dibersihkan secara periodik dengan

mengikuti ketentuan yang sudah ditetapkan oleh perusahaan. Dari hasil observasi

penulis, dapat diketahui bahwa di dapur Concorde Hotel Kuala Lumpur terdapat

jadwal yang dapat digunakan sebagai pedoman untuk waktu pelaksanaan kegiatan

pembersihan fasilitas penyimpanan bahan makanan perishable. Namun, tidak

ditemukan adanya prosedur khusus yang terstruktur secara jelas dan terperinci

yang dapat membantu mengarahkan juru masak dalam melaksanakan kegiatan

pembersihan fasilitas penyimpanan bahan makanan perishable.

Alat pendingin yang dimanfaatkan sebagai media penyimpanan bahan

makanan seperti refrigerator dan freezer termasuk ke dalam kategori yang bisa

dikatakan rumit dalam pembersihannya dikarenakan banyaknya bagian-bagian

dalamnya yang harus dibersihkan. Prosedur umum yang harus dilaksanakan dalam

kegiatan pembersihan fasilitas penyimpanan bahan makanan perishable menurut

Bartono & Ruffini (2005:75-76) adalah sebagai berikut.

1. Semua barang yang disimpan dikeluarkan.


2. Motor refrigerator dimatikan untuk menghentikan pendinginan.
3. Rak-rak dikeluarkan dan kisi-kisinya dibersihkan tersendiri.
4. Semua bunga es dalam refrigerator disemprot dengan air dingin, memakai
selang karet. Semua bunga es dibuang.
5. Penggosokan dengan spon dan deterjen di seluruh bagian dalam, termasuk
renta dan karet-karet penyikat yang biasanya berlumut.
6. Pembilasan dengan air bersih dan dilap dengan handuk (towel).
7. Pemasangan kembali rak-rak, dan menghidupkan motornya untuk
memulai proses pendinginan.
8. Memasukkan kembali bahan-bahan yang harus disimpan dan dibersihkan
atau diganti tempatnya menyimpan.
9. Pencucian bagian luar refrigerator, lalu dibilas juga.
Penulis melakukan observasi mengenai pelaksanaan rangkaian kegiatan

pembersihan fasilitas penyimpanan bahan makanan yang dilakukan di dapur

Concorde Hotel Kuala Lumpur walaupun di dalamnya tidak ada penerapan

prosedur yang khusus. Mengacu kepada kutipan di atas, berikut adalah hasil

observasi penulis mengenai prosedur pembersihan fasilitas penyimpanan bahan

makanan perishable di dapur Concorde Hotel Kuala Lumpur.

TABEL 2.5
PROSEDUR PEMBERSIHAN FASILITAS PENYIMPANAN BAHAN
MAKANAN PERISHABLE DI CONCORDE HOTEL KUALA LUMPUR

Kondisi Aktual
No. Pernyataan Tidak
Dilaksanakan
Dilaksanakan

1. Barang-barang yang disimpan dikeluarkan


terlebih dahulu

2. Mematikan motor refrigerator untuk


menghentikan proses pendinginan

Mengeluarkan rak-rak dari dalam fasilitas


3. penyimpanan bahan makanan dan membersihkan
kisi-kisinya secara tersendiri
Menyemprotkan air dingin menggunakan selang
4. karet ke semua bunga es dalam refrigerator
kemudian membuang semua bunga es
Menggosok seluruh bagian dalam, termasuk renta
5. dan karet-karet penyikat yang biasanya berlumut
dengan menggunakan spon dan deterjen

6. Membilas menggunakan air bersih kemudian


dilap menggunakan handuk (towel)
Memasang kembali rak-rak kemudian
7. menghidupkan motornya untuk memulai proses
pendinginan kembali
Memasukkan lagi bahan-bahan yang harus
8. disimpan sekaligus dibersihkan atau mengganti
tempat menyimpannya
9. Mencucian bagian luar dari refrigerator
kemudian membilasnya
10. Pelaksanaan pembersihan dilakukan sesuai jadwal

Sumber: Hasil Observasi, 2015

Pada wawancara yang dilakukan penulis pihak sous chef Concorde Hotel

Kuala Lumpur mengatakan bahwa kegiatan pembersihan fasilitas penyimpanan

bahan makanan perishable dilaksanakan sebaik mungkin, namun dari hasil

observasi yang penulis lakukan, ditemukan bahwa pada saat dilaksanakan

kegiatan pembersihan fasilitas penyimpanan bahan makanan ini motor

refrigerator tidak dimatikan terlebih dahulu sehingga kegiatan pembersihan ini

dilaksanakan dalam kondisi pendinginan yang masih aktif. Ditemukan juga bahwa

rak-rak penyimpanan tidak dikeluarkan dari dalam fasilitas penyimpanan dan

dibersihkan secara tidak maksimal, sehingga saat kegiatan pembersihan selesai

dilaksanakan masih ditemukan adanya kotoran yang menempel pada rak-rak

penyimpanan tersebut.

E. Tinjauan Mengenai Prosedur Penyimpanan Bahan Makanan Perishable

Keberadaan dari fasilitas penyimpanan bahan makanan akan berpengaruh

kepada kualitas bahan makanan yang tersimpan di dalamnya, hal ini juga oleh

prosedur penyimpanan bahan makanan yang diterapkan. Dittmer (2003:128)

menjelaskan lebih lanjut bahwa, penataan makanan yang baik dapat diwujudkan

dengan melaksanakan beberapa cara, yaitu: memastikan bahan makanan yang

sering digunakan diletakkan sesuai kebutuhan, menentukan letak-letak masing-

masing bahan makanan sesuai kebutuhan, dan melaksanakan rotasi bahan

makanan. Dari pendapat yang diutarakan Dittmer tersebut, dapat diambil

pemahaman bahwa poin-poin penting yang harus diperhatikan dengan baik selama

melaksanakan prosedur penataan saat menyimpan bahan makanan perishable


yaitu menempatkan bahan-bahan makanan di area yang mudah dijangkau apabila

bahan-bahan makanan tersebut sering digunakan dalam kegiatan produksi,

melakukan rotasi terhadap bahan makanan, serta menempatkan bahan makanan

sesuai dengan tempatnya. Spears and Mary B. Gregoire (2004:154) mengeluarkan

pendapat yang mendukung pernyataan dari Dittmer tersebut.

1. In some storage areas fast-moving products are placed near the entrance
and slower moving ones are stored in less accessable locations.
2. Foods that give off odors should be stored separated.
3. New stock should be placed in back of older stock to prevent loss from
deterioration.

Dari pernyataan ini dapat diaambil makna sebagai berikut.

1. Bahan makanan yang sering dimanfaatkan di dalam kegiatan produksi

diletakkan di dekat pintu masuk fasilitas penyimpanan bahan makanan,

baik refrigerator maupun freezer agar saat akan diambil bahan

makanan tersebut lebih mudah untuk dijangkau. Hal ini berlaku

sebaliknya yaitu menempatkan bahan makanan di belakang bahan

makanan yang sering dipakai apabila bahan makanan tersebut jarang

dimanfaatkan dalam kegiatan produksi.

2. Apabila terdapat bahan makanan yang memiliki bau yang tajam

sebaiknya dalam penempatannya dipisahkan, dikarenakan bau yang

dikeluarkan oleh bahan makanan ini bisa terserap oleh bahan makanan

yang lain dan berujung kepada potensi terjadinya proses kontaminasi.

3. Menempatkan bahan makanan yang baru diterima di belakang bahan

makanan yang sudah tersimpan lebih dulu. Hal ini maksudkan agar

bahan makanan yang lebih dulu tersimpan ini lebih dahulu


dimanfaatkan. Selain itu, dengan melakukan proses penempatan seperti

ini dapat memberikan kemudahan dalam pelaksanaan proses FIFO.

Disamping itu, David McSwane, Nancy Rue dan Richard Linton

(2001:130) turut menyampaikan pendapat mereka mengenai prosedur

penyimpanan bahan makanan perishable.

Some important procedures for cold storage are listed below.


1. Rotate refrigerated and frozen foods on a first in, first out (FIFO) basis.
Store foods in covered containers that are probably labeled and dated.
2. Store foods in refrigerated and freezer storage areas at least six inchies of
the floor. Space products to allow the cold air to circulate around them.
3. When storing raw animal foods always store poultry on the bottom shelf,
ground beef and pork on the middle shelf, and fish, eggs, and other red meat
products on the top shelf.

Dengan melaksanakan sistem FIFO, bahan makanan diatur tata letaknya

dengan berdasarkan kepada waktu penerimaan bahan makanan tersebut. Bahan

makanan yang baru diterima, dalam proses penyimpanannya diletakan di bagian

belakang dari bahan makanan yang sudah lebih dulu tersimpan. Hal ini membantu

memberikan kemudahan dalam pengaturan penggunaan bahan makanan dan

membantu menghindari bahaya terjadinya kerusakan pada bahan makanan akibat

penyimpanannya yang terlalu lama. Selain itu, dalam melaksanakan proses

penyimpanan bahan makanan perishable, penggunaaan container yang disertai

dengan penutup yang sesuai, kemudian mencantumkan label pada bahan makanan

yang akan disimpan tersebut dan menyimpannya di tempat yang tepat dengan

memperhatikan urutan dari bahan-bahan makanan yang ada dan juga sirkulasi

udara di dalam fasilitas penyimpanan juga sangat penting untuk senantiasa

diterapkan dalam kegiatan penyimpanan bahan makanan.

Dari hasil observasi penulis yang disandingkan dengan kutipan-kutipan

sebelumnya, diketahui bahwa juru masak yang bekerja di dalam dapur Concorde
Hotel Kuala Lumpur melakukan pemisahan dalam prosedur penempatan bahan

makanan perishable sesuai dengan jenisnya. Penempatan di dalam satu

refrigerator yang sama diterapkan bagi bahan makanan perishable yang sejenis.

Contohnya, berbagai macam potongan bagian-bagian daging sapi yang sudah

dipotong sebelumnya dan siap untuk diproses lebih lanjut disimpan di dalam satu

buah refrigerator. Berikutnya penulis akan memaparkan hasil observasi mengenai

prosedur penyimpanan bahan makanan perishable di Concorde Hotel Kuala

Lumpur.

TABEL 2.6
PROSEDUR PENYIMPANAN BAHAN MAKANAN PERISHABLE DI
CONCORDE HOTEL KUALA LUMPUR

Kondisi Aktual
No. Pernyataan Tidak
Dilaksanakan
Dilaksanakan

1. Melaksanakan pemisahan penyimpanan bahan


makanan perishable sesuai dengan jenisnya

2. Menempatkan bahan makanan yang baru diterima


di bagian belakang dari bahan makanan yang lama
Memposisikan bahan makanan yang sering
3. dimanfaatkan di tempat yang lebih mudah
dijangkau
4. Mengutamakan penggunaan bahan makanan yang
tersimpan lebih dulu

5. Melaksanakan pengecekan mengenai kondisi bahan


makanan perishable sebelum menyimpannya
Sumber: Hasil Observasi, 2015

Berdasarkan hasil dari wawancara dan observasi penulis, diketahui bahwa

dapur Concorde Hotel Kuala Lumpur mengalami kesulitan dalam menerapkan

sistem FIFO atau first in fist out. Bahan makanan, lebih utama lagi bahan

makanan yang baru diterima dari supplier, diletakan di atas atau di depan bahan

makanan yang sudah tersimpan lebih dulu. Hal ini terjadi pada penyimpanan
bahan makananan perishable di walk-in refrigerator. Di dalam walk-in freezer

juga ditemukan adanya penyusunan bahan makanan yang tidak rapi. Selain itu

ditemukan juga tidak adanya penggunaan sekat khusus di dalam freezer, baik

walk-in freezer maupun reach-in freezer,untuk bahan makanan yang jenisnya

berbeda. Bahan makanan perishable diletakan begitu saja tanpa memperhatikan

susunan dari bahan makanan yang disimpan di dalamnya.

Dalam prosedur penyimpanan bahan makanan perishable dikenal istilah

First In, First Out (FIFO) yaitu bahan makanan yang lebih dulu datang dan

disimpan, lebih dulu juga dimanfaatkan dalam kegiatan produksi. FIFO ini

dikenal juga dengan istilah stock rotation process. Seperti yang dicantumkan

olehLynn Van Der Wagen dan Anne Goonetilleke dalam buku karangan mereka

(2004:192) yaitu,

Stock rotation process:


1. rotate stock (first in, first out),
2. move stock in accordance with safety and hygiene requirements,
3. check on the quality of stock at regular intervals,
4. place excess stock into storage or dispose of hygienically,
5. maintain stock area in clean and safe manner,
6. use stock recording systems.

Menurut Wagen dan Goonetilleke, proses rotasi yang diterapkan kepada

bahan makanan meliputi rotasi stok (first in, first out),menggunakan peralatan

yang bersih saat memindahkan bahan makanan perishable, melaksanakan

kegiatan pengecekan kualitas dari bahan makanan perishable yang tersimpan

secara rutin, menjaga keamanan bahan makanan perishable saat

memindahkannya, memperhatikan kebersihan dari area penyimpanan saat

melaksanakan proses penyimpanan bahan makanan perishable dan menggunakan

stock recording system.


Penulis melaksanakan sejumlah observasi terkait masalah tersebut selama

melaksanakan job training di Concorde Hotel Kuala Lumpur untuk kemudian

hasilnya penulis sandingkan dengan kutipan-kutipan yang sudah penulis

cantumkan sebelumnya dan memaparkan hasilnya ke dalam bentuk sebagai

berikut.

TABEL 2.7
PROSES ROTASI BAHAN MAKANAN PERISHABLE DI CONCORDE
HOTEL KUALA LUMPUR

Kondisi Aktual
No. Pernyataan Tidak
Dilaksanakan
Dilaksanakan

1. Menerapkan sistem first in, first out

Menggunakan peralatan yang bersih saat


2. memindahkan bahan makanan perishable
Menjaga keamanan saat memindahkan bahan
3. perishable
Melaksanakan kegiatan pengecekan terhadap
4. kualitas bahan makanan perishable yang tersimpan
secara rutin
Menyimpan bahan perishable di tempat yang
5. bersih
Memperhatikan kebersihan area penyimpanan
6. dengan baik saat melaksanakan proses
penyimpanan bahan makanan perishable

7. Menggunakan sistem stock recording

Sumber: Hasil Observasi, 2015

Agar dapat mengetahui informasi setiap bahan makanan perishable dan

menyimpannya dengan benar supaya menghindari terjadinya kekeliruan dalam

pemakaian bahan makanan perishable yang tidak seharusnya digunakan untuk

keperluan tertentu, maka mencantumkan food tagging pada setiap bahan makanan

perishable yang baru diterima sebelum lebih lanjut melaksanakan proses


penyimpanan ke dalam fasilitas penyimpanan bahan makanan sangatlah

diperlukan. Hal ini akan sangat membantu dalam memberikan kemudahan kepada

seluruh juru masak di dalam dapurdalam melaksanakan proses penyimpanan dan

kegiatan rotasi bahan makanan perishable. Hal senada diungkapkan juga

olehSpears and Mary B. Gregoire (2004:153) yaitu, kegiatan pemberian tanda

terdiri atas mencantumkan informasi tanggal pengiriman dan harga langsung pada

kemasan sebelum disimpan di dalam fasilitas penyimpanan bahan makanan.

Dalam buku dan halaman yang sama, Spears and Mary B. Gregoire (2004:153)

menambahkan, memberikan tanda kepada bahan-bahan makanan membantu

memfasilitasi rotasi bahan makanan untuk memastikan bahwa bahan makanan

yang sudah lebih lama disimpan digunakan lebih dulu, di mana kegiatan ini sangat

penting penerapannya kepada bahan makanan yang mudah rusak. Food tagging

berisikan keterangan mengenai hal-hal yang diperlukan untuk mengidentifikasi

bahan makanan, seperti semacam label atau pemberian tanda atau nama pada tiap

bahan untuk memudahkan pembedaan. Bartono & Ruffini (2005:123)

memberikan contoh seperti berikut.

GAMBAR 2.2

CONTOH FOOD TAGGING

PRODUCTION TAG

ITEMS : BROWN SAUCE

QUANTITY : 20 ltr

DATE : 20 FEB 2005

SHIFT : MORNING

NOTE :-

Sumber: Bartono & Ruffini (2005:123)


Dari gambar contoh food tagging ini dapat diperhatikan bahwa dalam

penggunaan food tagging seluruh informasi mengenai bahan makanan tersebut

seperti nama dari bahan makanan tersebut, jumlahnya, tanggal pembuatan atau

diterimanya bahan makanan itu serta pihak yang membuat label tersebut harus

dicantumkan dengan bentuk yang ringkas dan jelas.

Berikut penulis akan memaparkan hasil observasi yang penulis lakukan di

dalam dapur Concorde Hotel Kuala Lumpur yang sudah disandingkan dengan

berbagai kutipan yang penulis cantumkan sebelumnya.

TABEL 2.8
PENGGUNAAN FOOD TAGGING DI CONCORDE HOTEL KUALA
LUMPUR

Kondisi Aktual
No. Pernyataan Tidak
Dilaksanakan
Dilaksanakan
Memberikan label tanggal penerimaan pada bahan
1. makanan perishable sebelum menyimpannya

Mencantumkan label nama bahan pada bahan


2. makanan perishable sebelum menyimpannya

Melaksanakan pengecekan untuk mencoba


3. menemukan kerusakan bahan makanan perishable

Membuat laporan apabila ditemukan kerusakan pada


4. bahan makanan perishable

Memindahakan bahan makanan perishable yang


5. rusak
Memberikan label mengenai batas maksimum
6. penyimpanan pada bahan makanan perishable
sebelum menyimpannya
Sumber: Hasil Observasi, 2015

Berikutnya penulis akan memaparkan data yang penulis dapat dari

kegiatan wawancara yang penulis lakukan kepada para juru masak dapur

Concorde Hotel Kuala Lumpur.


TABEL 2.9
HASIL WAWANCARA KEPADA JURU MASAK MENGENAI
PENGGUNAAN FOOD TAGGING DI CONCORDE HOTEL
KUALA LUMPUR

Hasil Jawaban
No. Pernyataan Tidak
Melaksanakan
Melaksanakan
Memberikan label tanggal penerimaan pada bahan
1. makanan perishable sebelum menyimpannya
2 orang 13 orang

Mencantumkan label nama bahan pada bahan


2. makanan perishable sebelum menyimpannya
12 orang 3 orang

Melaksanakan pengecekan untuk mencoba


3. menemukan kerusakan bahan makanan perishable
13 orang 2 orang

Membuat laporan apabila ditemukan kerusakan


4. pada bahan makanan perishable
10 orang 5 orang

Memindahakan bahan makanan perishable yang


5. rusak
5 orang 10 orang

Memberikan label mengenai batas maksimum


6. penyimpanan pada bahan makanan perishable - 15 orang
sebelum menyimpannya
Sumber: Hasil Wawancara, 2016

Penulis mengamati bahwa dalam pemberian label bagi bahan makanan

perishable yang akan disimpan di dalam walk-in refrigerator dan walk-in freezer

hanya mencantumkan nama bahan makanan saja. Tidak ditemukan adanya

informasi-informasi secara lengkap dan terperinci mengenai tanggal kedatangan

bahan makanan yang disimpan tersebut, berapa berat bahan makanan itu atau

batas maksimum lamanya waktu penyimpanan yang dianjurkan bagi bahan

makanan yang akan disimpan tersebut. Penulis juga mengamati bahwa dalam

membuat laporan kerusakan bahan makanan yang ditulis di dalam spoilage report

form kebanyakan dilakukan oleh Sous Chef. Hal tersebut penulis buktikan sendiri

selama melaksanakan kegiatan observasi di dapur Concorde Hotel Kuala Lumpur.


BAB III

ANALISIS PERMASALAHAN

A. Analisis Kondisi Fasilitas Penyimpanan Bahan Makanan Perishable

Pada uraian sebelumnya di dalam pembahasan yang ada pada Bab II telah

dijabarkan mengenai kondisi dari fasilitas penyimpanan bahan makanan

perishable yang sesuai dengan berdasarkan kepada beberapa aspek, yaitu jenis

fasilitas penyimpanan, suhu fasilitas penyimpanan, containers yang digunakan

sebagai media penyimpanan, penataan penyimpanan dalam rak, dan kebersihan

dari fasilitas penyimpanan bahan makanan itu sendiri.

Pada Bab tersebut, penulis juga sudah menjabarkan mengenai kondisi

aktual dari fasilitas penyimpanan bahan makanan perishable yang ada di

Concorde Hotel Kuala Lumpur. Dari Tabel 2.3 mengenai jenis, jumlah, serta

keterangan suhu bagi tiap-tiap fasilitas penyimpanan bahan makanan perishable

dapat dilihat bahwa fasilitas penyimpanan bahan makanan yang ada di dalam

dapur Concorde Hotel Kuala Lumpur ada tiga jenis, yaitu reach-in refrigerator,

walk-in refrigerator dan freezer box. Ketiga jenis fasilitas penyimpanan bahan

makanan memiliki kesesuaian yang cukup signifikan dengan kriteria

penyimpanan bahan makanan perishable sebagai media untuk penyimpanannya,

karena bahan makanan perishable memerlukan ruangan atau tempat penyimpanan

dengan kapabilitas untuk menyediakan suhu yang rendah di dalamnya. Diketahui

juga bahwa jumlah keseluruhan dari total seluruh fasilitas penyimpanan bahan

makanan perishable yang terdapat di dalam dapur Concorde Hotel Kuala Lumpur

ada 11 unit, yaitu 1 buah reach-in refrigerator, 7 buah walk-in refrigerator, 1

buah walk-in freezer dan 2 buah freezer box. Jumlah fasilitas penyimpanan ini
juga memiliki kesesuaian dengan kebutuhan dalam hal ketersediaan jumlah yang

memadai untuk melaksanakan proses penyimpanan bagi semua bahan makanan

perishable.

Dari Tabel 2.3 dapat diperhatikan pula bahwa suhu aktual yang

dimanfaatkan dalam proses penyimpanan bagi berbagai bahan makanan

perishable tidak memiliki kesesuaian dengan kebutuhan suhu ideal yang

seharusnya diterapkan. Hal ini berakibat kepada penurunan daya tahan dari bahan-

bahan makanan perishable yang disimpan di dalamnya. Diketahui bahwa

refrigerator yang dimanfaatkan sebagai media penyimpanan untuk food dan

vegetables preparations yang seringkali diisi sampai terlalu penuh yang

mengakibatkan suhunya meningkat drastis sekitar 12°C - 14°C, cukup jauh dari

suhu yang sudah dianjurkan yaitu kisaran antara 4°C - 7°C. Ditemukan juga

bahwa refrigerator yang dimanfaatkan sebagai media penyimpanan dairy

products memiliki suhu sekitar 8°C - 10°C padahal suhu yang dianjurkan adalah

3°C - 4°C. Hal yang sama terjadi pada portioning lamb, beef, fish and poultry

refrigerator yang bersuhu sekitar 10°C - 12°C padahal seharusnya suhu yang

digunakan adalah 0°C - 3°C dengan mengacu kepada suhu ideal untuk daging

segar adalah 1°C - 3°C dan untuk unggas segar adalah 0°C - 2°C.

Dalam hal refrigerator terdapat bahwa dari 8 refrigerator yang ada di

dapur Concorde Hotel Kuala Lumpur, ada 3 refrigerator yang tidak mencapai

suhu ideal yang dianjurkan. Kondisi dari fasilitas penyimpanan bahan makanan

perishable yang suhu aktualnya memiliki perbedaan yang cukup jauh dari suhu

ideal yang sudah dianjurkan seperti ini berakibat kepada penurunan kualitas bahan

makanan perishable yang disimpan di dalamnya yang disertai lagi dengan


munculnya beberapa kerusakan pada bahan makanan perishable tersebut. Terlebih

lagi refrigerator yang memiliki suhu aktual yang berbeda dengan standar suhu

yang seharusnya diterapkan ini menjadi fasilitas penyimpanan dari bahan-bahan

makanan perishable yang mayoritasnya merupakan bahan-bahan makanan utama

yang akan disajikan kepada tamu yang menginap di Concorde Hotel Kuala

Lumpur. Namun begitu, walk-in freezer yang dimanfaatkan sebagai media

penyimpanan bagi bahan-bahan makanan yang disimpan dalam kondisi yang beku

suhunya mendekati suhu ideal yang dianjurkan. Suhu walk-in freezer tersebut

berada pada kisaran -16°C, dan suhu ideal untuk menyimpan bahan makanan yang

beku adalah -23°C hingga -10°C.

Perawatan container yang digunakan sebagai media penyimpanan bahan

makanan juga kurang diperhatikan oleh para juru masak, padahal kondisi dari

container yang digunakan untuk menyimpan bahan makanan ini dapat

mempengaruhi kualitas bahan makanan itu sendiri. Terlihat dari hasil observasi

mengenai penggunaan container sebagai media penyimpanan bahan makanan

perishable pada Tabel 2.4 yang menunjukan bahwa ditemukan adanya container-

container yang berada dalam kondisi yang tidak layak pakai yang diakibatkan

oleh tidak dilaksanakannya penggantian container secara rutin sehingga banyak

container yang usia pemakaiannya sudah sangat lama sehingga mempengaruhi

kondisi container itu sendiri. Ditemukan juga kondisi aktual lainnya yaitu adanya

bahan-bahan makanan yang disimpan di dalam plastik yang disebabkan oleh

ketersediaan container jumlahnya kurang memadai bagi kegiatan operasional,

sehingga mayoritas juru masak yang sedang melaksanakan proses penyimpanan

bahan makanan tidak memindahkan terlebih dahulu bahan makanan perishable


yang akan disimpan ke dalam container. Dari juru masak yang memanfaatkan

container sebagai media penyimpanan bagi bahan makanan tersebut, mereka

menggunakan container sambil dilengkapi juga dengan penutup yang sesuai

untuk penggunaan container tersebut, hal ini dilakukan dengan tujuan agar

kualitas dari bahan makanan yang tersimpan di dalamnya tetap terjaga dengan

baik dan menghindarkan bahan makanan tersebut dari potensi bahaya kontaminasi

yang berasal dari bau yang dikeluarkan oleh bahan makanan lainnya.

Dalam melaksanakan kegiatan penyimpanan bahan makanan, tentunya

perbandingan antara jumlah bahan makanan yang akan disimpan dengan kapasitas

dari fasilitas penyimpanan bahan makanan yang ada harus diperhatikan dengan

serius, karena hal ini akan memiliki dampak yang sangat signifikan terhadap suhu

dari fasilitas penyimpanan bahan makanan tersebut karena dipengaruhi juga oleh

kepadatan bahan makanan yang nantinya akan tersimpan di dalam fasilitas

penyimpanan itu sendiri. Kenaikan suhu dari fasilitas penyimpanan bahan

makanan berbanding lurus dengan kepadatan dari bahan-bahan makanan yang

tersimpan di dalamnya. Bagaimanapun juga, sirkulasi udara di dalam fasilitas

penyimpanan bahan makanan harus dijaga dengan baik dengan cara menata

dengan rapi bahan-bahan makanan yang tersimpan di dalamnya dengan

menyisakan ruang kosong di antara bahan-bahan makanan tersebut.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, terlihat adanya kepadatan

dari bahan-bahan makanan perishable yang tersimpan di dalam walk-in freezer.

Tampak dengan jelas bahwa penataan bahan makanan di dalam walk-in freezer ini

ditumpuk seadanya saja tanpa adanya pelaksanaan kegiatan pemilahan bahan

makanan yang akan disimpan sesuai jenisnya, banyak ditemukan juga bahan-
bahan makanan yang masih tersimpan di dalam kemasan asalnya. Banyak bahan

makanan yang kondisinya masih berada di dalam plastik, keresek dan dus

tersimpan dengan penataan yang tidak rapi di dalam walk-in freezer tersebut

sehingga menimbulkan potensi kerusakan pada bahan makanan. Hal ini terjadi

karena kurangnya perhatian dari juru masak yang melaksanakan proses

penyimpanan bahan makanan perishable ini mengingat bahan-bahan makanan

perishable yang disimpan di dalam walk-in freezer hanya memiliki peran sebagai

stok saja, belum menjadi bahan makanan yang siap untuk diolah atau diproses

lebih lanjut. Salah satu penyebab terjadinya masalah ini adalah tidak adanya

prosedur penyimpanan bahan makanan di walk-in freezer tersebut.

Selain kondisi-kondisi aktual yang sudah dijabarkan di atas, kebersihan

dari fasilitas penyimpanan bahan makanan juga menjadi hal yang penting untuk

senantiasa dijaga dan diperhatikan. Berdasarkan observasi yang penulis lakukan di

dalam dapur Concorde Hotel Kuala Lumpur, diketahui bahwa dapur tersebut

sebetulnya memiliki jadwal yang sudah dirancang untuk membantu para juru

masak dalam melaksanakan kegiatan pembersihan fasilitas penyimpanan bahan

makanan, namun begitu kagiatan pembersihan ini tidak selalu dilaksanakan

dengan mengikuti jadwal yang sudah dibuat ini, juga tidak adanya prosedur

pembersihan khusus yang diterapkan saat kegiatan pembersihan fasilitas

penyimpanan bahan makanan tersebut berlangsung. Pada Tabel 2.7 dapat dilihat

bahwa dari 10 prosedur ideal kegiatan pembersihan fasilitas penyimpanan bahan

makanan perishable, 5 diantaranya dilakukan oleh para juru masak, dan 5

prosedur lainnya tidak dilaksanakan oleh para juru masak. Prosedur-prosedur

yang tidak dihiraukan oleh para juru masak tersebut justru dapat mempengaruhi
kualitas bahan makanan perishable yang tersimpan di dalam fasilitas

penyimpanan bahan makanan tersebut. Prosedur-prosedur yang tidak

dilaksanakan tersebut yaitu:

1. Tidak mematikan mesin refrigerator dan freezer sebelum memulai

proses pembesihan, tidak mengeluarkan rak-rak penyimpanan dan

tidak membersihkan kisi-kisinya secara menyeluruh.

2. Tidak membersihkan bagian luar fasilitas penyimpanan.

3. Tidak melaksanakan kegiatan pembersihan ini secara rutin.

Hal tersebut terjadi sebagai sebuah konsekuensi dari tidak adanya prosedur serta

SOP yang mengatur secara rinci mengenai kegiatan pembersihan fasilitas

penyimpanan bahan makananan ini.

Dengan tidak mematikan terlebih dahulu mesin refrigerator dan freezer

saat akan memulai proses pembersihan dapat berakibat kepada kerusakan dan

penurunan kualitas dari refrigerator dan freezer tersebut karena dengan

melaksanakan proses pembersihan saat mesin tersebut masih bekerja akan

mengganggu kinerjanya, akibatnya saat dimanfaatkan kembali sebagai fasilitas

penyimpanan bahan makanan perishable kinerja mesin refrigerator dan freezer

akan menurun, sehingga suhu dari refrigerator dan freezer dapat mengalami

kenaikan dengan lebih mudah. Rak-rak penyimpanan yang tidak dibersihkan

dengan seksama dapat menyisakan kotoran-kotoran yang masih menempel yang

dapat memicu terjadinya bahaya kontaminasi kepada bahan makanan yang

disimpan pada rak tersebut. Pemicu bahaya kontaminasi ini juga dapat diakibatkan

oleh tidak dilaksanakannya proses pembersihan bagian luar fasilitas penyimpanan


bahan makanan perishable, yang terjadi saat para juru masak melakukan kontak

fisik dengan bagian luar fasilitas penyimpanan yang kotor kemudian menyentuh

bahan makanan yang tersimpan di dalamnya. Di samping itu, dengan tidak

dilaksanakannya kegiatan pembersihan fasilitas penyimpanan bahan makanan ini

secara konsisten dapat meningkatkan potensi kontaminasi terhadap bahan

makanan yang persentasenya semakin meninggi seiring dengan lamanya kondisi

fasilitas penyimpanan bahan makanan yang kotor tersebut dibiarkan begitu saja.

B. Analisis Prosedur Penyimpanan Bahan Makanan Perishable

Beberapa bagian dari rangkaian prosedur penyimpanan secara

keseluruhan, seperti contohnya penempatan bahan makanan yang sering

dimanfaatkan dalam kegiatan produksi di area yang lebih mudah dijangkau,

menempatkan bahan-bahan makanan sesuai dengan tempatnya, serta melakukan

rotasi terhadap bahan makanan dan juga memberikan label pada bahan makanan

yang akan disimpan sangat perlu dilaksanakan oleh perusahaan-perusahaan yang

bergerak di dalam industri jasa boga dengan tujuan untuk menjaga kualitas

bahan-bahan makanannya. Pada Bab II penulis telah mendeskripsikan mengenai

prosedur penyimpanan bahan makanan perishable yang diterapkan di Concorde

Hotel Kuala Lumpur.

Hasil observasi pada Tabel 2.8 menunjukkan bahwa para juru masak

melakukan kegiatan pemisahan bahan makanan perishable saat melaksanakan

proses penyimpanan bahan makanan di tempat penyimpanan yang sesuai dengan

jenis dari bahan-bahan makanan tersebut. Namun sayangnya, ada beberapa juru

masak yang justru meletakkan bahan makanan perishable yang baru diterima di

depan bahan makanan yang sudah terlebih dahulu disimpan di dalam fasilitas
penyimpanan bahan makanan. Penulis menganalisis bahwa juru masak yang

melakukan hal tersebut kesulitan melaksanakan sistem FIFO dikarenakan

banyaknya bahan makanan yang harus disimpan sedangkan sangat sedikit waktu

yang tersedia untuk menyimpan seluruh bahan makanan tersebut sehingga para

juru masak ini tidak terlalu menghiraukan mengenai prosedur penyimpanan

bahan makanan tersebut.

Selain tidak dilaksanakannya sistem first in first out (FIFO), pemberian

label pada makanan yang berisikan informasi yang kurang lengkap, berakibat

kepada tidak terkontrol dengan baiknya kondisi bahan makanan perishable

tersebut, sehingga penurunan kualitas bahan makanan tersebut terlebih lagi saat

sedang berada dalam penyimpanan bukan hal yang dapat dihindari lagi.

Berdasarkan Tabel 2.13 yang memuat hasil wawancara penulis mengenai

pemberian label pada bahan makanan, diketahui bahwa tidak seluruh bahan

makanan perishable yang akan disimpan diberi label yang berisikan informasi-

informasi yang lengkap dan jelas seperti nama dari bahan makanan tersebut,

tanggal penerimaannya, dan juga batas maksimal dari umur penyimpanan bahan

makanan perishable tersebut melainkan hanya sekedar dicantumkan label yang

berisikan informasi mengenai nama bahan makanan saja, tidak ditemukan

adanya label mengenai tanggal penerimaan bahan makanan tersebut atau batas

maksimal umur penyimpanannya. Semestinya pemberian label yang berisikan

informasi-informasi mengenai bahan makanan yang akan disimpan secara

lengkap dilakukan kepada seluruh bahan makanan perishable yang akan

disimpan dengan tujuan untuk memudahkan para juru masak dalam mengetahui

nama dari bahan makanan tersebut, tanggal kedatangannya, berapa berat bahan
makanan itu dan informasi-informasi penting yang lain pada setiap bahan

makanan, bukan hanya pada bahan-bahan makanan yang sudah diproses menjadi

bahan makanan setengah jadi saja.

Pemberian label seperti yang sudah penulis jelaskan sebelumnya untuk

diterapkan tersebut diharapkan agar dapat memberikan bantuan dalam

mengurangi potensi-potensi kerusakan yang dapat terjadi pada bahan-bahan

makanan yang diakibatkan oleh kesalahan-kesalahan yang terjadi baik di dalam

sistem penyimpanan maupun sistem pengolahannya. Seandainya sewaktu-waktu

ditemukan sebuah masalah yang berupa terjadinya kerusakan pada bahan

makanan, maka maslah ini perlu dicantumkan ke dalam suatu bentuk laporan

kerusakan bahan makanan agar informasi-informasi mengenai kerusakan yang

terjadi kepada bahan makanan tersebut dapat diketahui secara jelas. Akan tetapi,

dari Tabel yang sama dapat diperoleh lagi informasi yang menyatakan bahwa

pada saat ditemukan kejadian rusaknya bahan makanan, juru masak yang

menemukan masalah tersebut hanya sekedar membuat laporan mengenai

kerusakan tersebut tanpa memindahkan bahan makanan yang rusak itu ke tempat

lain agar tidak menjadi bahaya potensi kontaminasi bagi bahan makanan lainnya,

sehingga berujung pada banyaknya kerusakan bahan makanan yang terjadi

namun tidak diketahui dan tidak tercatat dengan baik.


BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis yang sudah dicantumkan pada Bab sebelumnya,

penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.

1. Kondisi fasilitas penyimpanan bahan makanan perishable di Concorde

Hotel Kuala Lumpur dapat dikatakan dalam kategori kurang baik. Hal

tersebut berdasarkan kepada beberapa aspek hasil observasi penulis

yaitu suhu fasilitas penyimpanan, jenis fasilitas penyimpanan,

penggunaan container sebagai wadah penyimpanan, jumlah fasilitas

penyimpanan, kebersihan fasilitas penyimpanan, serta penataan dari

bahan makanan perishable yang akan disimpan itu sendiri. Secara

keseluruhan fasilitas penyimpanan tersebut adalah dalam kondisi

kurang baik.

2. Prosedur penyimpanan bahan makanan perishable di Concorde Hotel

Kuala Lumpur juga dinilai masih kurang. Hal ini didasari oleh

menempatkan bahan makanan perishable tidak sesuai dengan urutan

kedatangannya dan tidak dilaksanakannya sistem first in first out

sebagaimana mestinya. Pencantuman label atau food tagging pada

bahan makanan yang akan disimpan yang berisikan informasi-informasi

secara lengkap dan jelas terkait bahan makanan tersebut sangat kurang,

hanya ada label nama bahan makanan saja, tanpa mencantumkan

tanggal pembuatan, berat bahan makanan serta batas maksimal lamanya


penyimpanan. Banyak bahan makanan yang baru yang menumpuk

bahan makanan yang sudah terlebih dahulu tersimpan. Juru masak

cenderung memprioritaskan bahan makanan yang lebih mudah untuk

diraih, sehingga bahan makanan perishable yang sudah disimpan

terlebih dulu menjadi terlalu lama disimpan yang kemudian menjadi

rusak.

B. Saran

Dari kesimpulan di atas, penulis mencoba untuk memberikan gagasan-

gagasan berupa saran yang apabila diterapkan dalam kegiatan produksinya

diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak Concorde Hotel Kuala Lumpur.

Saran yang penulis berikan adalah sebagai berikut.

1. Berdasarkan kondisi fasilitas penyimpanan bahan makanan perishable.

a. Menyesuaikan suhu fasilitas penyimpanan bahan makanan

terutama refrigerator dengan standar suhu untuk penyimpanan

bahan makanan perishable. Kemudian secara rutin melaksanakan

kegiatan pengecekan terhadap suhu refrigerator agar tetap berada

dalam kisaran suhu yang seharusnya. Pihak Concorde Hotel Kuala

Lumpur juga diharapkan agar melaksanakan perbaikan bagi

refrigerator yang kondisinya sudah kurang bagus.

b. Mencantumkan tabel atau poster yang berfungsi sebagai pedoman

bagi pihak dapur dalam hal penyesuaian suhu bagi setiap bahan

makanan perishable agar membantu memudahkan kegiatan

pengecekan dan penyesuaian suhu refrigerator dan freezer.


c. Memaksimalkan dengan lebih baik lagi terkait penggunaan

container agar sesuai dengan kebutuhan dengan berdasarkan

kepada jumlah container yang tersedia di dapur.

d. Melarang penggunaan plastik dan dus sebagai media penyimpanan

bahan makanan.

e. Mengatur posisi sekaligus melakukan penataan bahan makanan

yang akan disimpan dengan rapi.

f. Merancang prosedur khusus terkait masalah pembersihan fasilitas

penyimpanan bahan makanan perishable baik refrigerator maupun

freezer.

2. Berdasarkan prosedur penyimpanan bahan makanan perishable.

a. Memberikan perhatian lebih terhadap pelaksanaan sistem first in

first out saat bekerja.

b. Memberikan label yang berisikan informasi-informasi mengenai

bahan makanan yang akan disimpan secara lengkap dan jelas pada

semua bahan makanan perishable sebelum menyimpannya, serta

membuat laporan apabila menemukan kerusakan yang terjadi pada

bahan makanan, agar semua informasi mengenai bahan makanan

dapat tercatat secara jelas.

c. Menerapkan penggunaan bin card dalam melaksanakan kegiatan

pengecekan dan pengawasan bahan makanan.


DAFTAR PUSTAKA

Bartono & Ruffini. 2005. Food Product Management. Yogyakarta: C.V.

ANDI OFFSET.

Cullen, Noel C. 2000. The World of Culinary Supervision, Training, and

Management, Second Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Dantes, Nyoman. 2012. Metode Penelitian. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.

Dittmer, Paul R. 2003. Principles of Food, Beverage, and Labor Cost

Controls, Seventh Edition. New York: John Wiley & Sons, Inc.

IBM Wiyasha, 2011. F & B Cost Control untuk Hotel dan Restoran.

Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.

Knowles, Tim. 2002. Food Safety In The Hospitality Industry. Britain:

Butterworth-Heinemann Publishing.

McSwane, David, Nancy Rue, dan Richard Linton. 2001. Essentials of Food

Safety & Sanitation Third Edition. New Jersey: Prentice Hall.

New York City Department of Health and Mental Hygiene. 2013. Food

Protection Training Manual. New York.

Sarbani, Beni Ahmad. 2008. Metode Penelitian. Bandung: Pustaka Setia.

Sanders, Edward E. dan Timothy H. Hill. 2001. Foodservice Profitability,

Second Edition. New Jersey: Prentice Hall.

Satori, Djam’an dan Aan Komariah. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung: Penerbit Alfabeta.

Schröder, Monika J. A.. 2003. Food Quality and Consumer Value. New York:

Springer-Verlag Berlin Heidelberg.

Spears Marian C. dan Mary B. Gregoire. 2004. Food Service Organizations.


New Jersey: Prentice Hall.

--------. 2007. Food Service Organizations: A Managerial and Systems

Approach. New Jersey: Prentice Hall.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: C.V Alfabeta.

Tohari, Ahmad. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung: Mandar

Maju.

Tuti Soenardi dan Tim Yayasan Gizi Kuliner. 2013. Teori Dasar Kuliner.

Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Wagen, Lynn Van Der and Anne Goonetilleke. 2004. Hospitality Management

Strategy and Operations. New Jersey: Prentice Hall.


SERTIFIKAT JOB TRAINING
PEDOMAN WAWANCARA

A. Fasilitas Penyimpanan Bahan Makanan Perishable


1. Apakah anda mengetahui suhu ideal penyimpanan semua bahan makanan
perishable?
“Ya, tentu saja”.
2. Apakah seluruh fasilitas penyimpanan dalam keadaan baik dan berfungsi
sebagaimana mestinya?
“Ada beberapa chiller yang seharusnya sudah diganti, tetapi masih dapat
digunakan”.
3. Bagaimana tanggapan anda mengenai penggunaan container sebagai wadah
penyimpanan bahan makanan perishable?
“Sangat setuju, karena itu disini pun kami berusaha untuk melaksanakannya
sebaik mungkin”.
4. Apakah kapasitas freezer dan refrigerator memenuhi kebutuhan penyimpanan
bahan makanan perishable?
“Iya, tapi ada waktunya kami kedatangan bahan makanan perishable yang sangat
banyak sehingga menyebabkan chiller terisi sangat penuh”.
5. Pernahkah terjadi kerusakan bahan makanan perishable akibat kesalahan dalam
penyimpanan?
“Pernah, tetapi kami selalu berusaha untuk meminimalisir masalah tersebut”.
6. Apakah ada laporan kerusakan bahan makanan perishable?
“Ada”.
7. Bagaimana pelaksanaan pembersihan fasilitas penyimpanan bahan makanan
perishable?
“Kami melaksanakannya sebaik mungkin”.

B. Prosedur Penyimpanan Bahan Makanan Perishable


1. Apakah anda mengalami kesulitan dalam melakukan sistem first in first out?
“Ya, pada saat-saat tertentu”.
2. Bagaimana tanggapan anda mengenai kebersihan dan keteraturan dari proses
rotasi dalam penyimpanan bahan makanan perishable?
“Sangat penting untuk diterapkan”.
3. Apakah anda melaksanakan pemberian food tagging setiap akan menyimpan
bahan makanan perishable?
“Apabila bahan makanan perishable tersebut akan digunakan kembali, kami
menuliskan nama dan tanggal kapan bahan makanan perishable tersebut akan
digunakan”.
DOKUMENTASI PENELITIAN
BIODATA PENULIS

A. DATA PRIBADI
Nama : Muhammad Alif Tanzilal
NIM : 201319334
Tempat / Tanggal Lahir : Bandung, 21 Oktober 1995
Agama : Islam
Alamat : Jl. Kancra No. 14, Bandung

B. DATA ORANG TUA


Nama Ayah : Indra Sutha
Pekerjaan : Wiraswasta
Nama Ibu : Yeni Maryani
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Kancra No. 14, Bandung

C. RIWAYAT PENDIDIKAN

NAMA SEKOLAH KOTA TAHUN KETERANGAN


Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung Bandung 2013 - 2016 Lulus
SMA Negeri 86 Jakarta Selatan Jakarta 2011 - 2013 Lulus
Madrasah Tsanawiyah UIN Jakarta Tangsel 2009 - 2011 Lulus
Madrasah Ibtidaiyah UIN Jakarta Tangsel 2003 - 2009 Lulus

D. PENGALAMAN KERJA
NAMA PERUSAHAAN KOTA JABATAN TAHUN KETERANGAN
Concorde Hotel Kuala Kuala
Trainee 2015 5 Bulan
Lumpur Lumpur

Anda mungkin juga menyukai