Anda di halaman 1dari 7

BAB 2

PRINSIP PENYEARAHAN TEGANGAN LISTRIK MESIN ARUS SEARAH


(KOMUTASI)

Pembangkitan tegangan yang dihasilkan oleh mesin arus searah pada prinsipnya sama seperti
pada mesin arus bolak-balik yaitu tegangan yang dihasilkan berupa tegangan listrik bolak-
balik.

Gambar 1 : Mesin arus searah sederhana dengan satu belitan rotor tunggal

Perhatikan gambar 1. Untuk terjadinya induksi tegangan, penghantar rotor tyang bergerak
harus memotong medan magnet. Dengan demikian, maka tegangan hanya akan terinduksi
pada segmen ab dan cd dari belitan rotor pada gambar 1. Tegangan induksi yang terjadi
dinyatakan sebagai :

eind = (v x B).l
di mana v = kecepatan gerak penghantar rotor
B = kerapatan fluks magnetik
l = panjang penghantar

Arah (v x B) merupakan arah arus di dalam penghantar bila terhubung dengan beban, seperti
pada gambar 1. Besar tegangan induksi yang terbentuk pada penghantar tunggal adalah sbb :
eloop = eab + ebc + ecd + eda
eloop = Blv + 0 + Blv + 0
eloop = 2 Blv
12
Dengan bergeraknya belitan, maka polaritas tegangan pada belitan akan berubah bergantung
posisi penghantar terhadap kutub utara dan kutub selatan. Bentuk gelombang tegangan yang
terinduksi pada belitan rotor diperlihatkan pada gambar berikut ini. Dapat dilihat bahwa
tegangan yang terbentuk adalah tegangan bolak-balik (AC). Untuk itu diperlukan proses
penyearahan didalam mesin arus searah.

Gambar 2 : Bentuk gelombang tegangan induksi pada belitan rotor

Prinsip penyearahan pada mesin arus searah dilakukan oleh komutator dan sikat secara
mekanis, dan prosesnya dapat dilihat pada penjelesan berikut :
Pada waktu t1 :
Segmen komutator tepat berhimpit pada sikat, pada saat ini arus listrik dari dua jalur pararel
seluruhnya sebesar ½IA + ½ IA = IA’ mengalir melalui segmen komuntator sebelah kanan ke
sikat. Arus yang mengalir pada kumparan k adalah sebesar ½ IA kearah kanan.
Pada waktu t2:
Segmen komuntator berhimpit pada sikat dengan perbandingan 1 : 3 antara segmen
komuntator sebelah kiri dan kanan, sehingga arus listrik yang mengalir pada dua jalur pararel
tersebut (kiri dan kanan) juga proporsional dengan perbandingan bagian komutator yang
berhimpit dengan sikat, distribusi arusnya : segmen komuntator sebelah kiri sebesar ¼ I A
dengan segmen komuntator sebelah kana sebesar 3/4 I A. Arus yang mengalir pada kumparan
k adalah sebesar ¼ IA kearah kanan.

13
Pada waktu T3 :
Sikat tepat bearada ditengah-tengah segmen komuntator, sehingga arus yang mengalir
terdistribusi menjadi dua bagian yang sama besar antara segmen komuntator sebelah kiri dan
kanan, sehingga pada kumparan k tidak ada arus yang mengalir (nol).

Pada waktu T4 :
Segmen komuntator berhimpit pada sikat dengan perbandingan 3 : 1 antar segmen
komuntator sebelah kiri dan kanan, sehingga arus listrik yang mengalir pada dua jalur pararel
tersbut (kiri dan kanan) juga proporsional dengan perbandigan bagain komuntator yang
berhimpit dengan sikat, distribusi arusnya : segmen komuntator sebelah kiri sebesar ¾ I A dan
segmen komuntator sebelah kanan sebesar ¼ IA. Arus yang mengalir pada kumparan k adalah
sebesar ¼ IA ke arah kiri.

Pada waktu T5 :
Segmen komuntator sebelah kiri tepat berhimpit pada sikat ( segmen telah meninggalkan
segmen komuntator sebelah kanan sama sekali), pada saat ini arus listrik dari dua jalur
pararel seluruhnya sebesar ½ A1 + ½ IA = IA’ mengalir melalui segmen mengalir melalui
segmen komutator sebelah kiri ke sikat. Arus yang mengalir pada kumparan k adalah sebesar
½ IA ke arah kiri.

Perpindahan arus yang terjadi pada kumparan k (kumparan jangkar) yang berputar pada
medan magnet menyebabkan gaya gerak listrik (tegangan induksi) membentuk gelombang
searah (terjadi pembalikan), seperti pada gambar berikut :

Gambar 4 : Tegangan mesin arus searah hasil komutasi

14
Sedangkan gambar arus sebagai fungsi waktunya dilukiskan pada gambar berikut :

Prinsipnya penyearahan ideal terlihat sebagai garis linear. Sedangkan hasil penyearahan pada
parakteknya berbentuk seperti gambar setengah lingkaran yang bergaris putus-putus, hal ini
akibat pengaruh induktansi kumparan dan tahanan sikat. Solusi untuk menjadikannya idel
(berupa garis liner), dapat ditempuh dengan menetralkan ggm yang timbul akibat induktansi
tersebut, salah satunya dengan menambahkan kutub bantu (kumparan kompensasi), dimana
ggm nya sama dan berlawanan dengan ggm induktansi.

PERMASALAHAN DENGAN KOMUTASI (PENYEARAHAN) PADA MESIN ARUS


SEARAH

Dalam proses komutasi (penyearahan) mesin arus searah terdapat dua masalah utama yang
mempengaruhi kerja mesin tersebut, yaitu :
- Reaksi jangkar
- Tegangan L di/dt

REAKSI JANGKAR

Jika kumparan medan (stator) mesin arus searah dihubungkan ke catu daya dan rotor diputar
oleh daya mekanis dari sumber eksternal, maka tegangan akan diinduksikan pada konduktor
rotor. Tegangan ini akan disearahkan ke dalam keluaran arus oleh komutator.

Kemudian pada saat beban dihubungkan ke terminal mesin, arus listrik akan mengalir pada
kumparan jangkarnya. Aliran listrik ini akan menghasilkan medan magnet sendiri, yang akan
mempengaruhi (distort) medan magnet yang telah ada sebelumnya dari kutub mesin. Distrorsi
fluks ini pada mesin pada saat beban dinaikan disebut reaksi jangkar, yang menyebablan
timbulnya 2 masalah serius.

Masalah pertama yang disebabkan oleh reaksi jangkar adalah pergeseran bidang netral
(neutral plane). Bidang netral magnetis didefinisikan sebagai bidang di dalam mesin dimana
kecepatan gerak kumparan rotor benar-benar pararel dengan garis fluks magnet, sehingga

15
gaya gerak listrik induksinya pada konduktor yang berada pada bidang tersebut benar-benar
nol.
Masalah kedua akibat reaksi jangkar adalah pelemahan fluks. Hal ini dapat dijelaskan
sebagai berikut (lihat gambar 7). Kebanyakan mesin listrik bekerja pada kerapatan fluks yang
dekat dengan titik jenuhnya. Karena itu pada lokasi di permukaan kutub dimana gaya gerak
magnet (ggm) rotor menambahkan ggm kutub, terjadi sedikit peningkatan kerapatan fluks
(i). Tetapi pada lokasi permukaan kutub dimana ggm rotor mengurangi ggm kutub,
terdapat penurunan kerapatan fluks (d) yang lebih besar. Karena t < t, maka
penjumlahan rata-rata kerapatan fluks yang terjadi adalah kerapatan fluks kutub yang
semakin berkurang (pelemahan fluks – flux weakening)

Akibat pelemahan fluks ini pada generator arus searah adalah pengurangan nilai pasokan
tegangan oleh generator ke beban (Ea = k). Pada motor arus searah efek yang ditimbulkan
menjadi lebih serius, dimana pelemahan fluks akan menyebabkan motor arus searah,
khususnya motor arus searah pararel akan berputar demikian cepatnya hingga tak terkendali
(runaway).

 n
 t

Gambar 7 : Pelemahan fluks (flux weakening)

Fk - Fj Fk Fk + Fj
TEGANGAN

Masalah utama kedua adalah tegangan yang terjadi pada segmen komutator yang

terhubung singkat oleh sikat-sikat (inductive kick). Misalkan arus pada sikat (I A) sebesar
400A, arus tiap jalur ½ IA sebesar 200A. Pada saat segmen komutator terhubung singkat, arus
yang melalui segmen komutator terbalik arahnya. Apabila mesin berputar dengan kecepatan
800 putaran permenit, dan mesin memiliki 50 segmen komutator, maka tiap segmen

16
komutator berpindah pada sikat elemen t = 0,0015 detik. Sedangkan rentang / kisar
perubahan arus terhadap waktu pada rangkaian terhubung singkat rata-rata sebesar di/dt –
400/0.0015 = 266,667 Ampere / detik. Dengan induktansi yang kecil pada rangkaian,
tegangan V = Ldi/dt yang signifikan akan diinduksikan pada segmen komutator. Tegangan
tinggi ini secara alami menyebabkan adanya percikan bunga api pada sikat-sikat mesin.

MENGATASI MASALAH KOMUTASI

Ada 3 cara mengatasi permasalahan yang timbul akibat proses komutasi, yaitu :
1. Penggeseran sikat (brush shifting)
2. Kutub-kutub komutasi (comutating poles/interpoles).
3. Belitan kompensasi (compensating windings).

PENGGESERAN SIKAT

Ide dasarnya adalah memindahkan sikat seirama dengan perpindahan bidang netral untuk
meghindari percikan bunga api yang mungkin timbul. Namun dalam penerapannya hal ini
cukup sulit karena jarak perpindahan bidang netralnya sangat ditentukan oleh besarnya beban
yang dipikul oleh mesin, sehingga setiap ada perubahan besarnya beban yang dipikul oleh
mesin, maka jarak perpindahan bidang netralnya pun berpindah, sehingga sikat harus juga
diubah setiap saat, seirama dengan perubahan jarak perpindahan bidang netral.

Selain itu penggeseran sikat ini akan memperburuk pelemahan fluks akibat reaksi jangkar
mesin, dan sangat tidak ekonomis terutama unutk mesin-mesin berukuran kecil.

KUTUB-KUTUB KOMUTASI

Ide dasar dari solusi ini adalah jika nilai tegangan pada kawat-kawat yang sedang melakukan
proses komutasi / penyearah dibuat menjadi nol, maka tidak akan terdapat percikan bunga api
pada sikat-sikat mesin tersebut. Untuk itu, kutub-kutub kecil yang disebut kutub komutasi ini
ditempatkan ditengah-tengah, diantara kutub-kutub utama. Kumparan kutub komutasi
(commutating poles) atau antar kutub (interpoles) ini dihubungkan seri terhadap kumparan
rotor (lihat gambar 10)
17
Ketika beban yang dipikul mesin meningkat dan arus rotor pun meningkat, besarnya
perubahan/pergeseran bidang netral dan besarnya efek Ldi/dt meningkat pula. Hal tersebut
akan menyebabkan timbulnya tegangan pada konduktor-konduktor yang sedang melakukan
komutasi. Pada saat itu juga fluks kutub komutasi juga meningkat , menghasilkan tegangan
pada konduktor-konduktor tersebut dan berlawanan dengan tegangan yang timbul akibat
pergeseran bidang netral.

Patut dicatat, bahwa dengan metode ini mesin dapat bekerja pada daerah operasi motor
maupun generator, karena ketika mesin berubah fungsi dari sebagai motor menjadi generator,
arus baik di rotor maupun antar kutub akan berubah polaritasnya, karenanya efek tegangan
yang mungkin timbul dapat tetap ditiadakan. Namun demikian reaksi jangkar tetap tidak
dapat dihilangkan, sebab kutub-kutub komutasi hanya membuat nol tegangan penghantar-
penghantar yang berada pada bidang netral magnet yang lama ketika terjadi pergeseran
bidang netral magnet akibat reaksi jangkar.

BELITAN KOMPENSASI

Belitan kompensasi ini dihubungkan serti terhadap kumparan rotor. Belitan inii bertujuan
untuk mengeliminir distorsi yang timbul akibat reaksi jangkar. Fluks yang ditimbulkan oleh
reaksi jangkar diimbangi oleh fluks yang ditimbulkan oleh belitan kompensasi yang besarnya
sama dan berlawanan, karena arus yang menyebabkannya sama dan berlawanan arah; yaitu
arus jangkar. Ketika beban berubah, maka reaksi jangkar yang berubah akan selalu diimbangi
oleh fluks belitan kompensasi, sehingga bidang netralnya tidak akan bergeser.

Teknik ini memiliki kelemahan karena mahal harganya , dan juga masih memerlukan
interpoles untuk mengatasi efek tegangan L di/dt yang tidak dapat diatasi oleh belitan
kompensasi. Karenanya teknik ini digunakan untuk motor-motor yang bekerja ekstra berat,
dimana fluks akan menjadi masalah yang serius.

18

Anda mungkin juga menyukai