Anda di halaman 1dari 8

ANTROPOLOGI HUKUM

Dosen Pengampu :
Tengku Arif Hidayat, S.H., M.H

Disusun Oleh :
Dewi Angel Caroline
2109112515
Kelas B

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS RIAU
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis persembahkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan izin
dan rahmat-Nya, penulis akhirnya bisa menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Makalah
dengan judul “Antropologi Hukum” disusun untuk memenuhi tugas mata Antropologi
Hukum. Selain itu, penulis juga berharap bahwa penyusunan makalah ini bisa bermanfaat
untuk dunia pendidikan, khususnya para pelajar yang saat ini sedang belajar Antropologi
Hukum.
Makalah ini akan membahas tentang huku dan perubahan sosial budaya, nilai, norma,
pranata dan hukum, perubahan sosial dan budaya. Oleh karena itu, penulis berharap ada
banyak orang yang berkenan membaca penelitian sederhana ini.
Segala kekurangan yang terdapat pada makalah ini sepenuhnya milik penulis. Penulis
terbuka untuk menerima kritik dan saran dari para pembaca. Semoga karya sederhana ini bisa
menambah wawasan para pembaca.

Pekanbaru, 24 Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum dikemukakan lebih jauh tentang perubahan sosial dalam makalah ini terkait
dengan pengaruh dan relevansinya sebagai aspek pengubah hukum. Penting untuk
menjelaskan lebih awal penamaan istilah yang tepat, tat kala teori-teori sosial hendak
digunakan untuk mengkaji dan menganalisis asal muasal lahirnya hukum dalam makna
Undang-Undang. Maka istilah yang relevan adalah pendekatan empirik terhadap hukum.
Dalam arti yang sederhana bahwa teori-teori sosial yang sifatnya berbasiskan pada fakta
(empiria) akan meneropong otonom tidaknya hukum dalam perangkat undang-undang.
Apakah UU lahir karena pengakuan dan pengikatan kaidah sosial (primer) menjadi kaidah
sekunder? Apakah UU akan bertahan dengan sifat dogmatiknya, ataukah selanjutnya akan
mengalami penyesuaian atas perubahan-perubahan sosial yang terjadi dalam sebuah
komunitas yang diaturnya?
Sejumlah pertanyaan-pertanyaan tersebut pada hakikatnya berada dalam ruang lingkup
kajian ilmu sosial. Oleh karena fokus pembahasan dalam makalah ini hanya menggunakan
teori perubahan sosial, berarti pisau analisisnya berada dalam segala pendefenisian, asal
muasal, dan pengklasifikasian perubahan sosial. Sudah pasti menjadi pembanding untuk
tatanan hukum sebagai sistem norma atau sistem aturan.
Makna perubahan sosial jika diletakkan berdiri sendiri, tanpa menjadi bahan penstudi
hukum, pendefenisiannya beragam sebagaimana dikemukakan oleh sejumlah ahli sosiologi.
Bahkan dalam hal paling ekstrim, ada yang memisahkan makna yang berbeda antara
perubahan sosial dan perubahan kebudayaan. Perubahan sosial merupakan perubahan yang
terjadi dalam masyarakat, sementara perubahan kebudayaan adalah perubahan yang terjadi
dalam kebudayaan masyarakat itu saja.
Pembedaan ekstrim ini kiranya perlu diperjelas lebih lanjut, bahwa perubahan sosial
mencakup semua perubahan apa saja yang terjadi di masyarakat (seperti nilai, lembaga,
struktur, jumlah penduduk, termasuk kebudayaan). Sedangkan pada perubahan kebudayaan
hanya pada budaya yang bersangkutan, sebagai tradisi yang melembaga; pernah diulang-
ulang kemudian mengalami perubahan.
Minimal, defenisi perubahan sosial pernah dikemukakan oleh Kingsley Davis
“perubahan-perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Contoh; timbulnya
pengorganisasi buruh dalam masyarakat kapitalis, menyebabkan perubahan-perubahan dalam
hubungan antara buruh dengan majikan kemudian menyebabkan perubahan-perubahan dalam
organisasi ekonomi dan politik.” Sedangkan Selo Soemardjan lebih kompherensif
mengemukakan perubahan sosial: “segala perubahan pada lembaga pemasyarakatan di dalam
suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai,
sikap, pola-pola perikelakuan di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat. Perubahan-
perubahan mana kemudian mempengaruhi segi-segi lain dari struktur masyarakat
bersangkutan.”
Berdasarkan dua pendapat tersebut, dapat ditarik kesimpulan awal atas makna perubahan
sosial, poin utama yang terdapat dalam perubahan sosial, batas yang menjadi penanda
diantaranya: terjadi perubahan struktur masyarakat, terjadi perubahan sistem sosial, terjadi
perubahan nilai, sikap dan pola kelakuan dalam masyarakat bersangkutan.
Teori perubahan sosial bukanlah teori yang lahir secara tiba-tiba. Dengan serta merta
dapat melahirkan defenisi dan batasan-batasan oleh para ahlinya. Sudah menjadi kelaziman,
lengkap dan validitasnya sebuah teori berasal dari proses menyejarah yang terikat dalam
ruang dan waktu. Bersamaan dengan itu pula, kadang-kadang ilmu yang berbasiskan pada
kenyataan sosial tidak mengenal ketetapan dan keniscayaan. Ilmu sosial selalu mengalai
dinamisasi sejalan dengan maju dan berkembangnya peradaban manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu hukum dan perubahan sosial budaya?
2. Jelaskan apa itu nilai, norma, pranata dan hukum?
C. Tujuan
1. Agar mengetahui lebih jelas mengenai hukum dan perubahan sosial budaya
2. Agar mengetahui apa itu nilai, norma, pranata dan hukum
BAB II
PEMBAHASAN

A. Hukum dan Perubahan Sosial


1. Definisi Hukum
Pada hakikatnya hukum atau ilmu hukum merupakan suatu ilmu pengetahuan
yang mandiri, sama saja eksistensinya dengan sosiologi sebagai suatu ilmu
pengetahuan. Kemandirian sosiologi disatu sisi dan ilmu hukum pada sisi lain,
sehingga sulit disatukan terkecuali bilamana keduanya dileburkan kedalam sosiologi
hukum sebagai suatu ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri.
Idealnya, seseorang dapat dengan mudah mempelajari dan memahami
sosiologi hukum sebagai ilmu pengetahuan yang berdiri sendiri, bilamana mempunyai
pengetahuan dasar yang cukup kuat tentang sosiologi dan hukum. Sehubungan hal
tersebut, pertama-tama harus diketahui hakikat dari makna itu sendiri yang
disinonimkan atau disetarakan dengan arti atau maksud dari sesuatu yang dimaksud
hukum. Kata makna disini, dapat diasumsikan sebagai arti atau batasan, ketentuan
atau keterangan singkat dan jelas sebagai bagian integral dari suatu definisi.
Tentang persoalan “apa itu hukum” (what is law) telah banyak diperdebatkan
orang, bahkan sudah menarik perhatian para filsuf sejak zaman Yunani kuno. Sebab
Plato telah menjelaskan bahwa Socrates (459-399 SM) telah mendiskusikan dan
mendefenisikan tentang apa yang dimaksud dengan hukum tersebut dan terus
berlangsung diberbagai zaman sampai saat ini.
Dalam pandangan masyarakat disepanjang sejarah, ada dua pengertian yang
sering sekali diberikan kepada hukum, yaitu:
1. Hukum diartikan sebagai “Hak” ini merupakan pengertian yang lebih
mengarah kepada pengaturan moral, dalam berbagai bahasa sering disebut
dengan istilah right, recht, ius, droit,diritto, derecho
2. Hukum diartikan sebagai undang-undang hal ini merupakan pengertian yang
mengarah kepada aturan yang dibuat oleh pembentuk undang-undang
(legislasi), dalam berbagai bahasa disebut dengan istilah law, lex, gesetz,
legge,
Berdasar pada kedua makna hukum tersebut maka dapat ditarik benang merah
bahwa makna atau definisi hukum adalah ketentuan, baik yang tertulis maupun yang
tidak tertulis yang mengatur tingkah laku manusia dalam berinteraksi antar
sesamanya, baik tingkah laku yang sudah menjadi sengketa ataupun belum yang
berisikan hak, kewajiban, apa yang diperbolehkan, dan apa yang dilarang yang
berlaku dalam masyarakat, tetapi diakui atau dibuat oleh otoritas pembuat hukum
yang sah dan diterapkan oleh lembaga penerap hukum yang sah pula yang berisikan
juga sanksi terhadap orang yang melanggarnya, dengan tujuan utamanya untuk
mencapai keadilan, kepastian hukum, uniformitas hukum, koherensi hukum,
ketertiban, kesejahteraan, ketentraman, ketenangan dan berbagai kebutuhan serta
tujuan hidup manusia lainnya.i
i
4 Lihat Syamsuddin Pasamai, op.cit., h. 82.
5 Munir Fuady, Dinamika Teori Hukum ( Cet. I; Bogor: Ghalia Indonesia, 2007), h. 36

Kemudian, di awal abad ke-20 sampai dengan paruh abad ke-20, pakar sosiologi hukum
memberikan pengertian dan definisi hukum secara sosiologis sebagai berikut:
Apapun makna dan pendefinisian hukum, pada hakikatnya merupakan hak otonom sebagai
bagian integral dari hak asasi bagi setiap orang, hanya saja definisi hukum yang dikemukakan itu
sedapat mungkin tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama, kesusilaan, ketertiban, kepentingan
umum dan keutuhan di dalam hidup dan kehidupan bermasyarakat, bangsa dan bernegara. Semakin
banyak orang yang berusaha memberikan rumusan definisi tentang hukum, berarti semakin
memperkaya khazanah pengembangan ilmu hukum itu sendiri. Keragaman rumusan definisi hukum
linear dengan peningkatan wawasan dalam ilmu hukum.
1. Hukum merupakan suatu sistem aturan untuk menilai hubungan kemasyarakatan.
2. Hukum merupakan prinsip atau aturan tingkah laku yang dibuat untuk melakukan
justifikasi terhadap prediksi-prediksi dengan kepastian yang logis (resonable certanty),
bahwa hukum tersebut akan diterapkan oleh pengadilan jika otoritas dari hukum tersebut
kemudian dipersengketakan.
3. Hukum merupakan pembatasan terhadap kebebasan setiap individu untuk kepentingan
perdamaian umum (general peace) yang diformulasikan dalam bentuk tingkah laku (rule
of conduct) dalam pergaulan antar sesama manusia.
4. Hukum merupakan sekumpulan aturan, baik yang bersifat memaksa atau yang permisif,
dimana pelanggaran terhadapnya akan menimbulkan perasaan ketidakpuasan dalam
kelompok sosial yang memberlakukan hukum tersebut. Netralisir yang cepat terhadap
rasa ketidakpuasan tersebut sangat diperlukan dalam rangka menjaga karakter
perdamaian dalam suatu hubungan kemasyarakatan dalam suatu kelompok.
5. Hukum adalah suatu kumpulan aturan yang mempunyai otoritas untuk menyelesaikan
berbagai persoalan manusia dan masyarakat. Pendapat lain disampaikan oleh
Syamsuddin Pasamai, bahwa hukum merupakan sesuatu yang abstrak akan tetapi dapat
dikonkritkan serta dapat memberikan perlindungan kepada setiap orang demi terciptanya
ketertiban dan keamanan di dalam suatu kelompok masyarakat pedesaan maupun
masyarakat perkotaan

Anda mungkin juga menyukai