Anda di halaman 1dari 13

FISIOLOGI

TUMBUHAN TB 19

PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN


“PENANGANAN DETERIORASI BENIH”

NABILA FARAH HUDA


03.06.21.0201

DOSEN PENGAMPU : Asih Farmia, SP, M Agr.Sc


ASISTEN DOSEN : Elea Nur Aziza, SP, M.Sc
PLP : Sumanto, SST

KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN & PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN YOGYAKARTA MAGELANG
JURUSAN PERTANIAN
YOGYAKARTA
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENYULUHAN & PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN POLITEKNIK
PEMBANGUNAN PERTANIAN YOGYAKARTA MAGELANG
JURUSAN PERTANIAN
Jl. Kusumanegara No. 2 Yogyakarta Telp. (0274) 375528

LAPORAN PRAKTIKUM

I. Identitas
Mata Kuliah : Fisiologi Tumbuhan
Acara Praktikum : Praktikum Acara 13 Penanganan Deteriorasi Benih
Tujuan : Mampu Menangani Deteroriasi Benih dengan Baik dan Benar
Tempat : Di rumah (Mojo Wetan, Kebupaten Sragen, Jawa Tengah)
Hari, Tanggal : Jumat, 17 Desember 2021
Nama Mahasiswa : Nabila Farah Huda
Semester : 1 (Satu)
Dosen Pengampu : Asih Farmia, SP, M Agr.Sc
Asisten Dosen : Elea Nur Aziza, SP, M.Sc
PLP : Sumanto, SST

II. Dasar Teori


A. Kemunduran Benih
Kemunduran mutu benih merupakan proses mundurnya mutu
fisiologis benih yang menimbulkan perubahan yang menyeluruh dalam benih
baik secara fisik, fisiologis maupun biokimia yang mengakibatkan
menurunnya viabilitas benih. Salah satu penyebab kemunduran benih ini
disebabkan oleh rendahnya pemahaman petani mengenai mutu benih.
Seringnya petani menggunakan benih yang diperoleh dari hasil panen musim
sebelumnya, tanpa perlakuan tertentu yang dapat mempertahankan vigor dan
penyimpanan yang tidak sesuai dengan standar penyimpanan benih sehingga
mutu benih menurun, akibatnya jika ditanam dilapangan akan menghasilkan
persentase muncul bibit yang rendah, tidak seragam yang pada akhirnya
menurunkan hasil.
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Benih

1. Faktor Luar
a. Air

Air merupakan salah satu syarat penting bagi


berlangsungnya proses perkecambahan benih. Faktor yang
mempengaruhi penyerapan air oleh benih adalah: sifat dari benih
itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia
pada medium di sekitarnya.

b. Temperatur

Temperatur merupakan syarat penting yang kedua bagi


perkecambahan benih. Temperatur optimum adalah temperatur
yang paling menguntungkan bagi berlangsungnya perkecambahan
benih.

c. Oksigen

Proses respirasi ini akan berlangsung selama benih masih


hidup. Pada saat perkecambahan berlangsung proses respirasi akan
meningkat pula dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan
pelepasan karbon dioksida, air dan enersi yang berupa panas.

d. Cahaya

Kebutuhan benih terhadap cahaya untuk perkecambahannya


berbeda-beda tergatung jenis tanamannya. Benih dapat
diklasifikasikan berdasarkan kebutuhan akan cahaya menjadi 4
golongan, yaitu:
a. Golongan yang memerlukan cahaya secara mutlak untuk
perkecambahannya, misalnya Viscum album
b. Golongan yang memerlukan cahaya untuk mempercepat
perkecambahannya, misalnya Lactuca sativa
c. Golongan di mana cahaya dapat menghambat
perkecambahannya, misalnya Allium sp.
d. Golongan di mana benih dapat berkecambah sama baik di
tempat gelap atau ada cahaya, misalnya Leguminosa.
2. Faktor Dalam
a. Tingkat Kemasakan Benih

Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya


tidak tercapai tidak mempunyai viabilitas tinggi. Benih belum
memiliki cadangan makanan yang cukup dan juga pembentukan
embrio sebelum sempurna. Dengan benih yang masak, maka
pertumbuhan benih akan secara optimal dapat tumbuh dengan baik
pada kondisi yang optimum.
b. Ukuran Benih

Di dalam jaringan penyimpanannya benih memiliki karbohidrat,


protein, lemak, dan mineral. Di mana bahan-bahan ini diperlukan
sebagai bahan baku dan enersi bagi embrio pada saat perkecambahan.
c. Dormansi

Dormansi bisa disebabkan oleh berbagai faktor antara lain


impermeabilitas kulit biji terhadap air atau gas maupun karena
resistensi kulit biji terhadap pengaruh mekani, embrio yang
rudimenter, ataupun bahan-bahan penghambat perkecambahan.
d. Penghambat Perkecambahan

Banyak zat-zat yang diketahui dapat menghambat


perkecambahan benih, yang dikenal antara lain:
1. Larutan dengan tingkat osmotik tinggi, misal larutan mannitol,
larutan NaCl.

2. Bahan-bahan yang mengganggu lintasan metabolisme,


umumnya menghambat respirasi seperti sianida,
dinitrofenol, azide, fluorida, hydroxilamine
3. Herbisida

4. Coumarin

5. Auxin
C. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kemunduran Benih di Tempat Penyimpanan
a. Kadar Air Benih Sebelum Disimpan
b. Suhu Tempat Penyimpanan
c. Kelembaban Tempat Penyimpanan
d. Tempat Pengemasan

D. Pengendalian Kemunduran Benih


Dalam kegiatan pertanian, terjadinya kemunduran benih merupakan salah satu
faktor penyebab menurunnya produktivitas tanaman sehingga hal ini hanrus dihindari.
Hasil-hasil penelitian menunjukkan dengan memberikan perlakuan pada benih yang
memperlihatkan gejala kemunduran, dapat memperbaiki kondisi benih. Untuk mengatasi
permasalahan terjadinya kemunduran mutu benih baik yang diakibatkan oleh faktor
penyimpanan maupun diakibatkan oleh faktor kesalahan dalam penanganan be-nih, dapat
dilakukan dengan melakukan teknik “invigorasi”. Invigorasi adalah suatu perlakuan fisik
atau kimia untuk meningkatkan atau memperbaiki vigor benih yang telah mengalami
kemun-duran mutu (Basu dan Rudrapal, 1982).

E. Upaya Menghambat Deteriorasi Benih Kedelai


Kemunduran benih yang menyebabkan menurunnya vigor dan viabilitas benih
merupakan awal kegagalan dalam kegiatan pertanian sehingga harus dicegah agar tidak
mempengaruhi produktivitas tanaman. vigor benih adalah kemampuan benih
menumbuhkan tanaman normal pada kondisi suboptimum di lapang, atau sesudah
disimpan dalam kondisi simpan yang suboptimum dan ditanam dalam kondisi lapang
yang optimum. Viabilitas benih merupakan daya hidup benih yang dapat ditunjukkan
dalam fenomena pertumbubannya, gejala metabolisme, kinerja kromosom atau garis
viabilitas sedangkan viabilitas potensial adalah parameter viabilitas dari suatu lot benih
yang menunjukkan kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal yang berproduksi
normal pada kondisi lapang yang optitum.

Penyimpanan, kadar air, dan proses penanganan saat panen dan pascapanen sangat
memungkinkan terjadinya deteriorasi benih secara cepat selama periode perontokan dan
sortasi sehingga pada saat pengemasan benih atau awal penyimpanan benih di gudang,
mutu fisiologis benih kemungkinan sudah turun hingga 80% atau bahkan lebih rendah.
Dengan demikian, waktu antara panen hingga benih siap disimpan di gudang merupakan
hal yang harus diperhatikan untuk mendapatkan mutu fisiologis benih (minimal daya
berkecambah) kedelai lebih dari 95%). Hal ini merupakan modal dasar bagi suksesnya
pengelolaan benih kedelai agar benih tahan disimpan 6 (enam) bulan atau bahkan lebih
dengan daya berkecambah 80% atau lebih. Hasil penelitian menunjukkan bahwa benih
kedelai dengan kadar air 9%, daya berkecambah pada awal penyimpanan >95% dan
dikemas menggunakan plastik 0,05 mm dapat disimpan hingga 6 (enam) bulan dengan
daya berkecambah >80%.

III. Alat & Bahan


a. Alat
1. ATK
2. Laptop/ Komputer
3. Plastik tebal 3 buah
4. Plastik tipis 3 buah
5. Lilin
6. Korek api
7. Pendingin/ Kulkas
8. Stapler
9. Hand Sprayer tangan
10. Spidol

b. Bahan
1. Referensi deteriorasi
2. Benih jagung, 30 buah
3. Benih kacang 30 buah
4. Kapas

IV. Cara Kerja


a. Penyimpanan Benih
1. Menyiapkan alat dan bahan
2. Menyiapkan benih jagung dan kacang tanah yang akan diamati masing-
masing 20 biji
3. Memasukkan masing-masing benih ke dalam plastic tipis dan tebal
sebanyak 3 kali ulangan namun untuk suhu yang berbeda
4. Menutup rapat plastic dengan api di lilin lalu memberi kode pada tap
plastic dengan spidol untuk jenis benih serta suhu (dingin untuk benih yang
disimpan di kulkas dan suhu ruang untuk benih yang disimpan di luar
kulkas).
5. Menyimpan masing-masing plastik yang berisi benih yang sudah diberi
kode dengan spidol pada 2 kondisi yang berbeda yaitu kulkas dan di luar
kulkas selama 14 hari
b. Menjawab pertanyaan di point 7.2
c. Mahasiswa mengirimkan laporan dan jawaban ke SIATO pada pada tanggal 26
Januari 2021.

V. Hasil Pengamatan

Hari Ke- Perkembangan Deteriorasi Benih Dokumentasi

Ke-1 Berdasrakan gambar yang terlihat pada proses


Jumat, 17 penyimpanan benih di hari pertama antara
Desember benih jagung maupun kacang tanah yang
2021 berada dalam plastik tebal maupun plastik tipis
di perlakuan suhu ruangan maupun suhu
dingin belum menunjukan adanya perubahan.
benih yang diamati masih memiliki bentuk,
warna, dan ukuran yang sama.

Ke-2 Berdasarkan gambar yang terlihat pada proses


Sabtu, 18 penyimpanan benih di hari kedua antara benih
Desember jagung maupun kacang tanah yang berada
2021 dalam plastik tebal maupun plastik tipis di
perlakuan suhu ruangan maupun suhu dingin
belum menunjukan adanya perubahan berupa
kemunduran atau deteriorasi benih. Benih
yang diamati masih memiliki bentuk, warna,
dan ukuran yang sama.

Ke-3 Berdasarkan gambar yang terlihat pada proses


Minggu, penyimpanan benih di hari ketiga antara benih
19 jagung maupun kacang tanah yang berada
Desember dalam plastik tebal maupun plastik tipis di
2021 perlakuan suhu ruangan maupun suhu dingin
belum menunjukan adanya perubahan. benih
seperti kerusakan atau deteriorasi. Benih. yang
teramati masih sama seperti hari sebelumnya
masih memiliki bentuk, warna, dan ukuran
yang sama.

Ke-4 Berdasarkan gambar yang terlihat pada proses


Senin, 20 perlakuan penyimpanan benih di hari keempat
Desember tampak antara benih jagung maupun kacang
2021 tanah yang berada dalam plastik tebal maupun
plastik tipis di perlakuan suhu ruangan maupun
suhu dingin belum menunjukan adanya
perubahan pada benih dengan perlakuan
tersebut. Benih yang diamati masih memiliki
bentuk, warna, dan ukuran yang sama.
Ke-5 Berdasarkan gambar yang terlihat pada proses
Selasa, 21 penyimpanan benih di hari kelima antara benih
Desember jagung maupun kacang tanah yang berada
2021 dalam plastik tebal maupun plastik tipis di
perlakuan suhu ruangan maupun suhu dingin
belum menunjukan adanya perubahan pada
wujud benih tersebut. Namun, sekilas benih
yang diberi perlakuan di tempat dingin
(kulkas) memilikitampak yang lebih segar.

Berdasarkan gambar yang terlihat pada proses


Ke-6 penyimpanan benih di hari keenam antara
Rabu, 22 benih jagung maupun kacang tanah yang
Desember berada dalam plastik tebal maupun plastik tipis
2021 di perlakuan suhu ruangan maupun suhu
dingin belum menunjukan adanya perubahan
pada wujud benih tersebut dari hari yang
sebelumnya. Namun, sekilas benih yang diberi
perlakuan di tempat dingin (kulkas) memiliki
tampak yang lebih segar.
Berdasarkan gambar yang terlihat pada proses
Ke-7 penyimpanan benih di hari ketujuh antara
Kamis, 23 benih jagung maupun kacang tanah yang
Desember berada dalam plastik tebal maupun plastik tipis
2021 di perlakuan suhu ruangan maupun suhu
dingin sedikit menunjukan adanya perubahan.
Namun, sekilas benih yang diberi perlakuan di
tempat dingin (kulkas) memiliki tampak
kondisi yang lebih segar. Sedangkan dari segi
warna, wujud, maupun ukuran benih tidak
menunjukkan adanya aktivitas kemunduran
atau deteriorasi benih.
VI. Pembahasan

Berdasarkan praktikum penanganan deteriorasi benih dengan percobaan pada


biji jagung dan kacang tanah yang diberi perlakuan suhu ruang dan suhu dingin dan
ditempatkan pada plastik tebal dan plastik tipis diketahui bahwa perlakuan tersebut
terbukti dapat mengurangi dan memperlambat laju deteriorasi benih atau dapat
disebut sebagai penanganan deteriorasi benih. Hal tersebut dapat diamati
berdasarkan tidak adanya perubahan yang terjadi pada perlakuan yang diterapkan
pada benih jagung dan kacang tanah tersebut selama 7 hari. Dalam kisaran waktu
tersebut tidak tampak adanya tanda-tanda kemunduran dan deteriorasi benih. Benih
yang berada di plastic tebal maupun tipis dengan perlakuan suhu ruang dan suhu
dingin masih menunjukan kondisi yang sama seperti hal nya keadaan benih pada hari
pertama. Tidak adanya perubahan ini bisa disebabkan karena waktu pengamatan
benih yang hanya terbatas dalam kurun waktu seminggu sehingga dalam waktu ini
tidak ada perubahan yang dapat diamati karena pengamatan yang dilakukan memiliki
durasi yang terlalu singkat untuk menemukan tanda deteriorasi benih. Sedikit
perbedaan yang dapat diamati hanya tampak pada kondisi benih pada hari kelima
pengamatan, dimana benih yang diperlakukan di suhu dingin (kulkas) memiliki
penampakan yang lebih segar dibandingkan benih dengan perlakuan suhu ruang.
Perbedaan ini membuktikan bahwa suhu dingin dapat menjaga dan mempertahankan
kondisi benih jauh lebih baik agar tetap dalam kondisi segar. Perlakuan pada benih
tersebut menunjukkan keterkaitan pengaruh suhu dan kelembapan (kedap udara)
dalam deteriorasi benih. Berdasarkan hasil pengamatan dari percobaan ini dapat
diketahui bahwa benih dengan perlakuan suhu dan berada dalam plastic berbeda
tersebut tidak menujukkan adanya perubahan yang signifikan yang dapat diamati.
Sehingga dapat dikatakan bahwa benih-benih tersebut tetap terjaga dari peristiwa
deteriorasi benih dengan perlakuan dalam pengamatan tersebut termasuk dalam
upaya mengendalikan deteriorasi benih, khususnya benih jagung dan kacang kedelai.

a. Mengapa benih dapat mengalami deteriorasi benih, jelaskan!

Benih dapat mengalami deteriorasi bisa disebabkan karena


banyak faktor, baik faktor dari luar berupa penyimpanan dan kondisi
lingkungan benih atau faktor dari dalam berupa keadaan dalam benih
itu sendiri. Kecepatan deteriorasi benih dipengaruhi oleh beberapa
faktor penting diantaranya adalah suhu dan kadar air. Harrington
(1972) mengungkapkan hubungan suhu dan kadar air benih, bahwa
setiap penurunan suhu sebesar 5 derajat celcius dan setiap penurunan
kadar air 1% maka masa hidup benih diperpanjang dua kalinya.
Sehingga untuk mempertahankan kondisi dan kedaan benih agar
terhindar dari deteriorasi diperlukan adanya penyimpanan dan
pegendalian benih.

b. Bagaimana Cara Mengendalikan Deteriorasi Benih?

Murray dan Wilson (1987) melaporkan kemunduran benih


dapat dikendalikan dengan cara "invigorasi" melalui proses hidrasi-
dehidrasi. Sadjad (1994) mendefinisikan invigorasi sebagai proses
bertambahnya vigor benih. Dengan demikian perlakuan invigorasi
adalah peningkatan vigor benih dengan memberikan perlakuan pada
benih. Menurut Khan (1992) perlakuan pada benih adalah untuk
memobilisasi sumber-sumber energi yang ada dalam benih untuk
bekerja sama dengan sumber-sumber energi yang ada di luar atau di
lingkungan tumbuh untuk menghasilkan pertanaman dan hasil yang
maksimal. Perlakuan benih yang telah dikenal antara lain presoaking
dan conditioning. Menurut Khan (1992) presoaking adalah
perendaman benih dalam sejumlah air pada suhu rendah sampai
sedang, sedangkan conditioning adalah peningkatan mutu fisiologi
dan biokimia (berhubungan dengan kecepatan dan perkecambahan,
perbaikan serta peningkatan potensial perkecambahan) dalam benih
oleh media imbibisi potensial air yang rendah (larutan atau media
padatan lembab) dengan mengatur hidrasi dan penghentian
perkecambahan. Benih menyerap air sampai potensial air dalam
benih dan media pengimbibisi sama (dicapai keseimbangan potensial
air). Presoaking dalam periode singkat menghasilkan efek yang
cukup baik terhadap peningkatan perkecambahan dan pertumbuhan
kecambah.
Pengeringan tidak mengurangi pengaruh positif dari
presoaking (Kidd and West dalam Khan, 1992). Perlakuan presoaking
berpengaruh baik pada benih yang bervigor sedang. Hadiana (1996)
melaporkan perlakuan presoaking atau conditioning secara nyata
efektif meningkatkan viabilitas dan vigor benih sebelum
penyimpanan, dapat meningkatkan daya berkecambah potensi
tumbuh, keserempakan tumbuh, dan bobot kering kecambah normal.
Untuk mengatasi permasalahan terjadinya kemunduran mutu benih
baik yang diakibatkan oleh faktor penyimpanan maupun diakibatkan
oleh faktor kesalahan dalam penanganan be-nih, dapat dilakukan
dengan melakukan teknik “invigorasi”. Invigorasi adalah suatu
perlakuan fisik atau kimia untuk meningkatkan atau memperbaiki
vigor benih yang telah mengalami kemun-duran mutu (Basu dan
Rudrapal, 1982).

VII. Kesimpulan
Berdasarkan praktikum penanganan deteriorasi terhadap benih kacang tanah dan
jagung yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa benih dengan perlakuan
dalam suhu ruang dan suhu dingin baik dalam wadah plastic tipis maupun plastic
tebal tidak menunjukkan adanya perubahan signifikan yang terjadi dalam
pengamatan selama 7 hari. Hal tersebut mengindikasikan bahwa penyimpanan benih
yang dilakukan berjalan dengan baik sehingga benih jagung maupun kacang tanah
tidak menunjukan adanya gejala kerusakan atau kemunduran benih. Oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa pengaruh suhu dan kelembapan dalam penyimpanan benih
dapat mencegah dan mengendalikan kondisi benih dari kerusakan yang mungkin
terjadi. Selain itu, suhu dingin juga memiliki pengaruh yang lebih baik untuk
menjaga dan mempertahankan kondisi benih agar tetap fresh dibandingkan dengan
suhu ruang.
VIII. Daftar Pustaka
Ana, Hejo. 2019. Makalah Mengenai Proses Kemunduran Benih..
http://anahedjo.blogspot.com/2012/05/makalah-kemunduran-benih.html.
Didownload pada tanggal 23 Desember 2021 Pukul 18.18 WIB.
Abdulrahman. Deteriorisasi (Proses Kemunduran Benih).
https://www.slideshare.net/issuchii/kemunduran-benih-materi-analisis-mutu-benih.
Diakses pada tanggal 06 Desember 2021 Pukul 15.00 WIB.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2019. Deteriorasi Benih Tidak Dapat
Dihentikan Tetapi Dapat Dihambat. https://www.litbang.pertanian.go.id/info-
teknologi/2599/. Diakses pada tanggal 06 Desember 2021 Pukul 18.00 WIB.
Didik, Harnowo .2018. Kemunduran Mutu Fisiologis Benih Kedelai dan Upaya
Penghambatnya.http://balitkabi.litbang.pertanian.go.id/infotek/kemunduran-
mutu-fisiologis-benih-kedelai-dan-upaya-penghambatannya/. Didownload pada
tanggal 23 Desember 2021 Pukul 20.00 WIB
Ilham. 2014. http://ruangpertanian.blogspot.com/2014/12/kemunduran-dan-
penyimpanan-benih.html. Didownload pada tanggal 23 Desember 2021 Pukul
21.21 WIB.
Kimball, J. 2002. Fisiologi Tumbuhan. Jakarta: Erlangga.
Mugnisjah, W.Q., A. Setiawan, Suwarto, C. Santiwa., 1994. Panduan Praktikum dan
Penelitian Bidang Ilmu dan Teknologi Benih. PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta.

Disahkan di Yogyakarta, 24 Desember 2021

Asisten Dosen Praktikan

Elea Nur Aziza, SP., MSc. Nabila Farah Huda

Anda mungkin juga menyukai