Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi saat ini terjadi perubahan paradigma dalam dunia
pendidikan. Pendidikan yang berlangsung sekarang setidaknya menghadapi dua
tantangan. Tantangan yang pertama berasal dari adanya perubahan pandangan
terhadap belajar itu sendiri.  Pandangan behaviuorisme yang mengutamakan stimulus
dan respon tidak cukup untuk dapat memberikan hasil optimal. Selain itu orang-orang
yang terlibat dalam dunia pendidikan lebih tertarik pada aspek kognitif dan afektif
siswa, atau lebih tepatnya bagaimana dan apa yang terjadi apabila siswa belajar secara
dinamis, termasuk faktor internal dan eksternal apa yang mempengaruhi cara berpikir
atau belajar mereka. Untuk saat ini pembelajaran di kelas sudah mengarah pada
pandangan konstruktivist yang harus melibatkan aktivitas yang mendukung semua
siswa untuk meningkatkan dan mengembangkan keterampilan penalaran analitis dan
kritis, pemecahan masalah, dan komunikasi, dan mencapai kebiasaan (habit) berpikir.
Pembelajaran di kelas juga harus mempresentasikan ide-ide kunci dan konsep dari
berbagai perspektif, seperti menyajikan berbagai range dari contoh dan aplikasi untuk
memotivasi dan mengilustrasi materi, mempromosikan koneksi suatu bidang ilmu ke
disiplin ilmu lain, mengembangkan kemampuan setiap siswa untuk menerapkan
materi yang diajarkan ke disiplin ilmu lain tersebut, memperkenalkan topik yang
terkini dari suatu bidang ilmu dan aplikasinya, dan meningkatkan persepsi siswa
tentang peran vital dan pentingnya ilmu pengetahuan dalam perkembangan dunia
dewasa ini.
Tantangan kedua yang dihadapi oleh dunia pendidikan saat ini adalah
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang begitu pesat, yang menawarkan
berbagai kemudahan dalam pembelajaran. Kemajuan teknologi ini memungkinkan
terjadinya pergeseran orientasi belajar dari outside-guided menjadi self-guided. Selain
itu teknologi juga memainkan peranan penting dalam memperbaharui konsepsi
pembelajaran yang semula semata-mata fokus pada pembelajaran sebagai suatu
penyajian berbagai pengetahuan menjadi pembelajaran sebagai suatu bimbingan agar
mampu melakukan eksplorasi sosial budaya kaya akan pengetahuan. Pembaharuan
paradigma belajar melalui pandangan konstruktivisme pergeseran-pergeseran terjadi
karena adanya kemajuan teknologi informasi komunikasi merupakan dua hal sangat
sejalan saling memperkuat. Konstruktivisme teknologi, secara terpisah maupun
bersama-sama telah menawarkan peluang-peluang baru dalam pembelajaran, baik di
ruang kelas, belajar jarak jauh maupun belajar mandiri
Guru masih mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar
mengajar. Penentuan metode, Strategi mengajar dan media yang digunakan harus
tepat dan sesuai dengan karakteristik materi yang diajarkannya, sehingga siswa
mudah memahami dan mengikuti materi pelajaran yang disampaikan. Selama ini
dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah masih banyak guru yang menganggap
siswa sebagai obyek pembelajaran, siswa didesain untuk menghafal konsep-konsep
atau fakta-fakta yang diberikan oleh guru. Solah-olah guru sebagai satu-satunya
sumber belajar siswa sehingga metode dan strategi yang diambilnya cenderung
banyak ceramah dan kurang melibatkan aktiviats siswa hal ini penyampaian materi
pembelajaran belajar bersifat monoton dan satu arah saja tidak terjadi interaksi
sehingga motivasi belajar rendah akibatnya materi yang disampaikan oleh guru sulit
dipahami dan sulit diserap siswa.
Guru yang profesional dan inovatif harus mampu meciptakan strategi
pembelajaran agar hasil pembelajaran sesuai tujuan yang diharapkan. Nana Sudjana
dan Ahmad Rifai dalam bukunya mengemukakan aspek yang paling menonjol dalam
metodologi adalah metode dan media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar,
media dan metode pembelajaran dapat meningkatkan motivasi dan proses belajar
siswa dalam pembelajaran yang pada akhirnya diharapkan dapat meningkatkan hasil
belajar siswa.
Proses pembelajaran yang baik akan dapat meningkatkan hasil belajar  siswa
sehingga siswa dapat berperan aktif , penuh semangat, tidak jenuh/bosan terhadap
materi pembelajaran, tidak malu untuk mengajukan pertanyaan maupun menjawab
pertanyaan,  dan tidak merasa takut dalam proses pembelajaran. Namun untuk
mendapatkan situasi ini tidaklah mudah, banyak kendala yang dihadapai di dalam
kelas. Dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas, penentunya
bukan siswa saja, tapi guru juga memegang peranan yang sangat penting. Terutama 
dalam  membimbing siswa, memilih media pembelajaran, serta menentukan metode
yang akan digunakan harus disesuaikan dengan materi.
1. Identifikasi masalah
Selama ini,proses pembelajaran yang berlangsung di kelas III SD Naskat Don
Bosco III Saumlaki masih sedikit sekali siswa yang hasil belajar baik dan aktif
pada saat proses pembelajaran,khusunya pada saat pembelajaran
pengamatan.masih banyak siswa yang belum mau mengajukan pertanyaan,belum
menjawab pertanyaan dan mengomentari persoalan baik di sampaikan guru
atapun dari temannya,apalagi jika di suru memberikan tanggapan.para siswa diam
dengan alasan tidak berani,merasa malu dan takut salah.sehingga kriterya
ketuntasan minimal/KKM mengamati siswa belum dapat tercapai.hal ini
berdasarkan hasil pengamatan serta hasil tes awal yang di laksanakan tanggal 13
November 2017 dari 20 siswa hanya 10 siswa yang mampu mencapi kriteria
ketuntasan minimal (KKM) sedangkan 10 siswalainya di bawah KKM,mereka
belum berani menjawap pertanyaan dan belum berani menaggapi persoalan di
depan kelas,sehingga nilai asil belajarnya rendah,dari hasil keseluruhan rata-rata
nilai kelas III hanya 50 % yang tuntas,sedangkan 50 % belum tuntas atau belum
berasil.

2. Analisis Masalah
Penyebab terjadinya masalah adalah dalam proses pembelajaran berupa
metode diskusi sangat perlu di perbaiki agar siswa tertarik sehingga aktif dan
kreatif dalam pembelajaran.
Proses pembelajaran yang di lakukan di dalam kelas,siswa tidak dapat
menguasai pengamatan pada matapembelajaran IPA di sertai alasan yang
mendukung pengamatan sifat benda dan kegunahannya.hal ini tidak
menggunakan media pembelajaran pada saat berlangsungnya proses
pembelajaran serta tidak memperhatikan karekteristik anak,terbukti dari
penggamatan dan tes awal nilai anak masih rendah,jika hal ini dibiarkan maka
proses pembelajaran tidak akan berhasil atau kriteria ketuntasan minimal (KKM)
tidak tercapi.
3. Alternatif dan prioritas pemecaan masalah
Berdasarkan identifikasi dan analisis masalah di atas,maka pemecahan
masalahnya adalah dengan menggunakan metode diskusi yang sesuai.penggunaan
metode diskusi adalah sarana yang digunakan
untuk meningkatkan hasil belajar.metode tersebut saat sekarang sudah tidak asing
lagi bagi siswa.
Dengan adanya metode diskusi,gurunya membimbing
memotifasi siswa untuk berani menanggapi dan berbicara di depan
kelas,dan menanamkan rasa percaya diri siswa,karena hal-hal yang
akan di sampaikan kepada teman-temanya dari hasil diskusi, umumnya suadah perna
dilakukan siswa di sekolah.sehingga kesalahan mengamati siswa dapat di
minimalkan.
Hal ini di gunakan untuk meningkatkan hasil belajar dan perhatian serta
keingintahuan siswa tentang materi yang ada dalam bekas kartu perdana tersebut
setelah siswa mulai berminat dan tertarik untuk mempelajari materi pembelajaran
yang ada dalam media maka penelitihan terus memfokuskan penelitihan dengan
menggunakan metode beta aman.
Peneliti berarap dengan menggunakan dua metode diskusi dapat
meningkatkan hasil belajar IPA tentang penggamatan pada siswa kelas III SD Naskat
Don Bosco III Saumlaki menjadikan pembelajaran pengamatan menjadi pelajaran
yang menyenangkan dan menarik bagi siswa serta dapat meningkatkan ketrampilan
berkomunikasi.
Berdasarkan pengalaman dan kenyatahan yang di paparkan di atas,maka
peneliti memili judul penelitihan/PKP “penggamatan sifat benda dan kegunahannya
dengan menggunakan metode diskusi pada pelajaran IPA di kelas III SD Naskat Don
Bosco III Saumlaki “perlu di lakukan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakan yang telah di kemukakan di atas,maka masalah
pokok dalam penelitihan tindakan kelas ini adalah. “Apaka pengunahan metode
diskusi pembelajaran yang di gunakan dapat menarik simpati siswa ? Melalui
metode diskusi pembelajaran siswa lebih tertarik dalam pembelajaran penggamatan
sifat benda dan kegunahannya pada siswa kelas III SD Naskat Don Bosco III
Saumlaki. “
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat dan hasil belajar IPA
tentang penggamatan sifat benda dan kegunahannya melalui metode diskusi di kelas
III SD Naskat Don Bosco III Saumlaki.

D . Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran

1. Bagi siswa
a. Meningkatkan pengamatan siswa dalam situasi resmi.
b. Memudahkan siswa untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi
dasar.
c. Meningkatkan keberanian siswa untuk menggungkapkan ide/gagasan dan
pendapat.
2. Bagi Guru.
a. Dapat meningkatkan kemampuan dalam menyampaikan pokok bahasan
/materi.
b. Sebagai alat ternativ model pembelajaran bagi guru.
c. Sebagai umpan balik untuk mengembangkan kurikulum.
3. Bagi sekolah.
a. Meningkatkan kwalitas pendidikan khususnya di sekolah.
b. Meningkatkan perpomen sekolah.
c. Bahan peningkatan akreditasi sekplah.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar
Menurut James.O.Whittaker (dalam Wasty Soemanto, 2003:104) belajar
didefinisikan sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui
latihan atau pengalaman. Tidak jauh berbeda dengan yang dikemukakan oleh Cronbach,
“learning is shown by change in behavior as a result of experience”. Dengan demikian,
belajar yang efektif adalah melalui pengalaman. Karena dari proses belajar, seseorang
berinteraksi langsung dengan objek belajar dengan menggunakan alat inderanya.
Menurut Kingsley (dalam Wasty Soemanto, 2003:104) belajar adalah proses
dimana tingkah laku ditmbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. Sehingga
seorang siswa dikatakan melakukan proses belajar jika siswa tersebut melakukan
aktivitas sebagai suatu pengalaman melalui latihan .
Ratumanan (2004:2), belajar dapat diartikan sebaagi suatu tahapan aktivitas yang
menghasilkan perubahan tingkah laku dan mental yang relatif tetap sebagai bentuk
respon terhadap suatu situasi atau sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungannya. Ormrod (dalam Ratumanan, 2004:2) mendeskripsikan adanya dua
definisi belajar yang berbeda. Pertama “belajar merupakan perubahan perilaku yang
relatif permanen karena pengalaman” kedua “belajar merupakan perubahan mental
yang relatif permanen karena pengalaman”. Berdasarkan pengertian belajar oleh
Ormrod (dalam Ratumanan,2004:2), terdapat beberapa karakteristik belajar :
a. Belajar merupakan suatu aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu
yang belajar
b. Perubahan tersebut berupa kemampuan baru dalam memberikan respon terhadap
suatu stimulus.
c. Perubahan itu terjadi secara permanen. Perubahan tidak berlangsung sesaat saja,
tetapi dapat bertahan dan berfungsi dalam kurun waktu yang relatif lama
d. Perubahan tersebut terjadi bukan karena proses pertumbuhan atau kematangan fisik,
melainkan karena usaha sadar. Perubahan terjadi karena adanya usaha individu.

B. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah
menerima pengalaman belajarnya. Penilaian hasil belajar merupakan aktivitas yang
sangat penting dalam proses pendidikan. Hasil belajar adalah suatu penilaian akhir dari
proses dan pengalaman yang telah dilakukan berulang-ulang.
Dalam sistem pendidikan nasional, rumusan hasil belajar banyak menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Benjamin Bloom (Indramunawar : 2009) yang secara garis
besar terbagi atas 3 ranah, yaitu : (1) ranah kognitif, (2) ranah afektif, dan (3) ranah
psikomotor.
a. Ranah kognitif
Ranah kognitif berkenan dengan hasil belajar intelektual, yang terdiri dari enam aspek
yang tersusun mulai dari yang sederhana sampai dengan yang paling kompleks, yakni
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi.
b. Ranah afektif
Ranah afektif berkenan dengan sikap dan nilai. Tipe hasil belajar afektif tampak pada
siswa dalam berbagai tingkah laku, seperti perhatiannya terhadap pelajaran, disiplin,
motivasi belajar, menghargai guru dan teman sekelas, kebiasaan belajar, dan
hubungan sosial.
Hasil belajar ranah afektif terdiri dari lima kategori, yaitu : penerimaan, partisipasi,
penilaian, organisasi, dan karakterisasi.
c. Ranah psikomotor
Hasil belajar psikomotor tampak dalam bentuk ketrampilan (skill) dan kemampuan
bertindak. Terdapat enam tingkatan ketrampilan, yaitu : gerakan relfeks, ketrampilan
pada gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan di bidang fisik, gerakan-
gerakan skill, dan kemampuan yang berkenan dengan komunikasi non-decursive
seperti gerakan ekspresif dan gerakan interpretatif.
C. Motivasi Belajar
Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia
ataupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini,
menurut Syah motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara
terarah (2008: 136). Selanjutnya menurut Syah (2008) motivasi dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu: 1) motivasi intrinsik; 2) motivasi ekstrinsik. Motivasi
intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat
mendorongnya melakukan tindakan belajar. Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal
dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk
melakukan kegiatan belajar. Syah (2008: 137). Kesimpulan motivasi menurut Wena
(2009) bahwa motivasi belajar dalah suatu dorongan baik yang bersifat internal
maupun eksternal yang membuat siswa bergerak , bersemangat, dan senang belajar
secara serius dan terus menerus selama kegiatan proses belajar.

D. Minat Belajar
            Motivasi atau dorongan perlu dilakukan agar minat belajar siswa dapat
ditingkatkan. Motivasi adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang
menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar mengajar, dan
memberikan arah pada kegiatan belajar demi mencapai tujuan (Winkel, 1991:95).
            Dengan adanya motivasi dari guru saat kegiatan belajar mengajar minat belajar
siswa dapat ditingkatkan , dengan meningkatnya minat belajar siswa diharapkan prestasi
belajar siswa juga meningkat.
            Menurut Syah (2003: 151) ”Minat (interest) bearti kecenderungan dan kegairahan
yang tinggi dan keinginan yang besar terhadap sesuatu”. Minat terhadap sesuatu itu
dipelajari dan dapat mempengaruhi belajar.
BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN

A. Subjek, Tempat dan Waktu Serta Pihak Yang Membantu Penelitian

1. Subyek penelitian perbaikan pembelajaran ini .


Subyek penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah siswa-siswi kelas
III SD Naskat Don Bosco III Saumlaki,yang berjumlah 20 orang.dengan rincian
12 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan .
2. Tempat penelitian perbaikan pembelajaran
Tempat/lokasi penelitian perbaikan pembelajaran ini di lakukan di kelas
III SD Naskat Don Bosco III saumlaki,Kecamatan Tanimbar selatan Kabupaten
Maluku Tenggara Barat.

3. Waktu penelitian perbaikan pembelajaran


Waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini di lakukan pada hari
Senin 13,Nofember ,2017 sampai hari selasa 14,Nofember ,2017

Tabel 2.1 jadwal pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran adalah:

NO Hari / Tanggal Waktu Mata Pelajaran / Materi Siklus


pelajaran
1 Senin,13, 10 – 00, IPA Siklus I
Nofember, 2017 10 – 35. Mengamati sifat benda dan
Kegunaannya.
Selasa, 14 , 10 – 00 IPA Siklus II
Nofember,2017. 10 – 35 Mengamati benda yang berasal
WIT Dari : kayu,plastic,kertas,kaca

B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran.


Penelitian perbaikaan pembelajaran ini yang di lakukan merupakan
pemantapan kemampuan professional/PKP dengan materi hajar yang di sesuaikan
dengan kurikulum yang ada di sekolah,yaitu kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) sebagi kurikulum IPA yang efektif di SD Naskat Don Bosco III
Saumlaki.tentang mengamati sifat benda dengan menggunakan
metode diskusi,yang berlangsung selama II siklus Setiap siklus langsung perbaikan
terdiri dari:
a. Perencanahan
b. Pelaksanahan
c. Pengamatan/teknik pengumpulan/instrument
d. Refleksi
BABA IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dari proses kegiatan,siklus I dan
siklus II untuk kegiatan siklus I dan siklus II setiap siklusnya diadakan satu kali
pertemuan.setiap kali pertemuan (Siklus) proses pembelajaran menggunakan metode
diskusi pada materi pembelajaran yang berpedoman pada kurikulum KTSP mata
pelajaran IPA Tahun pelajaran 2017/2018 yang berlaku di SD Naskat Don Bosco III
Saumlaki.
Adapu paparan kegiatan proses kegiatannya sebagi berikut:
Siklus 1
Penelitian ini di lakukan oleh peneliti sendiri.peneliti pada siklus I di
lakukan selama I kali pertemuan dengan waktu I kali pertemuan (1x35 Menit). pada
metode diskusi.adapun waktu pelaksanahan penelitian pada siklus I.
Pertemuan : Selasa,14 November 2017
Sedangkan pelaksanaan kegiatan penelitian mengikuti sistem matika sebagi
berikut;perencanahan tindakan,pelaksanhan tindakan,obsevasi,dan refleksi.
B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Siklus I.
1. Hasil pengolahan Data
Hasil penelitian yang di peroleh pada siklus I,berupa dua data tentang
minat belajar siswa selama pertemuan pertama dan kedua selama proses
pembelajaran berlangsung dan hasil tes .
Sebagai data pendukung penelitian yang di adakan selama penelitian
siklus I dapat di lihat pada table 4.1.
2. Hasil Opservasi
Hasil pengamatan dan evaluasi adalah: usaha untuk mengetahui sampai
di mana tujuan dapat di capai atau mengukur keberhasilan siswa sebagai akibat
dari proses belajar.
Tabel 4.1 Data Observasi Minat Siswa Belajar Menggamati Sifat Benda
Dan Kegunahannya.
Peertemuan Pertama Dan Kedua Selama Siklus I

Pertemuan ke
NO Indikator Minat Siswa Belajar Rata-Rata %
%

1 Tertarik Dengan Materi Pembelajaran 100 100


2 Mengajukan Pertanyaan 60 60
3 Menjawab Pertannyaan 60 60
4 Mengemukakan Pendapat 50 50
5 Bekerjasama dengan teman 70 70

Rata-rata 68 68

Tabel 4.1 di atas menunjukan bahwa minat siswa belajar ketrampilan


berbicara ada yang mengalami peninggkatan dan juga yang perlu ditingkatkan.minat
siswa yang tinggi yaitu: siswa tertarik dengan materi pembelajaran baik sekali
(100%), siswa yang mengajukan pertanyaan masih sedang (55%) siswa yang
menjawab pertanyaaan sedang (60%) siswa yang berani mengemukakan pendapat
baik (65%) dan siswa yang mau bekerja sama dengan temannya dapat di simpulkan
baik (82,5%)
Dengan demikian minat siswa belajar ketrampian berbicara sudah mulai
meningkat walaupun hanya 58%.hal ini menunjukan bahwa minat siswa
belajar ketrampilan berbicara masih perlu diupayakan kembali.
Siklus II
1. Hasi pengolahan data
Hasi penelitian yang di peroleh pada siklus II,berupa II jenis data
yang memuat peningkatan minat belajar siswa selama satu kali pertemuan
dan satu jenis data hasil tes selamah siklus II
2. Observasi dan Evaluasi
Berdasarkan hasil pengamatan di peroleh data-data presentasi minat
siswa belajar menentukan benda-benda yang berasal dari
kayu,plastik,kertas,kaca,pada siklus II dari pertemuan yang dapat dilihat
pada table 4.4 di bawah ini .

Tabel 4.4 Data Observasi Minat Belajar Mengamati Benda Pertemuan


Pertama dan kedua selama Siklus I
N
Indikator Minat Siswa Belajar Pertemuan % 1 Rata-rata %
O
1 Tertarik dengan materi pembelajaran 100 100
2 Mengajukan Pertanyaan 70 72,5
3 Menjawab Pertanyaan 80 80
4 Mengemukakan Pendapat 85 85
5 Bekerja sama dengan teman 95 95

Rata-rata 85 87,5

Tabel 4.4 atas menunjukan bahwa minat siswa belajar mengamati sifat benda dan
mengalami peningkatan untuk semua indikator yaitu siswa yang tertarik dengan materi
pembelajaran baik sekali (100%),siswa yang mengajukan pertanyaan baik (70%),siswa
yang menjawab pertanyaan baik (80%),siswa mengajukan pendapat baik (85%),dan siswa
bekerja sama dengan teman baik sekali (95%)

Berdasarkan data yang terdapat pada tabel 4.1 dan pengamatan Observasi
menunjukan bawah minat belajar siswa telah memenui kriteria ketuntasan belajar yang
telah ditetapkan sebesar 85% hal ini dapat di ketahui rata-rata sebesar 87,5% dan siswa
sudah semakin giahat serta aktif dalam mengikuti proses pemebelajaran.peneliti juga
mencatat siswa semakin banyak mengangkat jari untuk mengajukan
pertannyaan,menjawab pertanyaan,maupun untuk mengemukakan pendapat.
BAB V

KESIMPULAN DAN TINDAKLANJUT

A. Kesimpulan
Setelah peneliti mengamati setiap kegiatan dalam penelitian tindakan kelas dari proses
sampai hasil, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Dengan menggunakan metode diskusi, maka hasil belajar siswa mengalami
peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada hasil tes pada siklus I mencapai 60%, dan
pada siklus II meningkat menjadi 86,66%.
2. Pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi pada materi kemampuan
berbicara tentang pengalaman pribadi, mampu membantu guru untuk memberikan
variasi dalam proses pembelajaran bahasa indonesia, juga pembelajaran bisa
dikatakan bermakna dan bermanfaat. Hal ini dapat ditunjukan pada saat proses
pembelajaran siswa terlihat lebih aktif, efektif, berpikir kreatif, bisa mengemukakan
pendapat, ide atau pikiran di dalam berdiskusi, berani dan bertanggung jawab dan
bisa bekerjasama dalam kelompok belajar sehingga siswa mengalami peningkatan
dalam proses pembelajaran (prestasi belajar siswa meningkat).
B. Saran dan Tindak Lanjut
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut :
1. Guru dalam mengajar hendaknya menggunakan model pembelajaran yang sesuai
dengan materi untuk meningkatkan minat belajarnya.
2. Guru hendaknya melatih diri sehingga terampil dan terbiasa menerapkan model–
model pembelajaran serta mencari variasi baru dalam menyampaikan materi
pelajaran.
3. Guru harus lebih kreatif dalam menerapkan metode diskusi, agar pembelajaran
keterampilan berbicara lebih menarik dan menyenangkan

Anda mungkin juga menyukai