Anda di halaman 1dari 11

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BENER MERIAH

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


MUNYANG KUTE REDELONG
Jln. Teritit - Pondok Baru, Simp. IV Kute Kering Redelong
Nomor. Telpon/Fax (0643) 7426252, 74226262

KEPUTUSAN DIREKTUR
Direvisi Pada RSUD MUNYANG KUTE REDELONG
Tanggal 07
Januari Tahun NOMOR : 445/414/SK/RSUD-MKR/2019
2019

TENTANG
KEBIJAKAN KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PEMBERIAN PELAYANAN
KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MUNYANG KUTE REDELONG
KABUPATEN BENER MERIAH

Menimbang a. Bahwa
: untuk mencegah terjadinya kesalahan dalam melakukan
tindakan terhadap
tindakan terhadap pasien
pasien maupun
maupun dalam
dalam penyampain
penyampain informasi
informasi
baik kepada pasien, PPA, dan keluarga pasien, dan masyarakat di
baik kepada pasien, PPA, dan keluarga pasien (masyarakat) di
Rumah Sakit Umum Daerah Munyang Kute Redelong, maka
Rumah Sakitpenyusunan
diperlukan Umum DaerahsuatuMunyang Kutedalam
kebijakan Redelong, maka
melakukan
Komunikasi Efektif
diperlukan (SBAR). suatu kebijakan dalam melakukan
penyusunan
b. Bahwa berdasarkan
Komunikasi pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam
Efektif (SBAR).
point a perlu di tetapkan dengan peraturan Direktur Rumah Sakit
b. Bahwa berdasarkan
Umum Munyang Kutepertimbangan
Redelong sebagaimana dimaksud dalam
Mengingat : point a perlu di tetapkan dengan peraturan Direktur Rumah Sakit

a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang


Rumah Sakit.

b. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 Tentang


Praktek Kedokteran

c. Undang – Undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan

d. Undang – Undang No. 25 tahun 2009 tentang pelayanan pablik

e. Permenkes No. 92 tahun 2014 tentang penyelengaraan komunikasi


data dalam sistem informasi kesehatan

f. Peraturan menteri kesehatan Ri No. 4 tahun 2014 tentang


kewajiban rumah sakit dan kewajiban pasien

g. Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 129/ MENKES / SK/


II/ 2008 Tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit
MEMUTUSKAN:
h. Keputusan menteri kesehatan RI Indonesia nomor
129/MENKES/SK/II/2008 Tentang standar pelayanan rumah sakit
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MUNYANG

Menetapkan : KUTE REDELONG TENTANG KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM


PEMBERIAN PELAYANAN KESEHATAN

Pertama : Memberlakukan Kebijakan Komunikasi efektif dalam pemberian


pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Munyang Kute
Redelong. Meliputi komunikasi dengan masyarakat, pasien dan
keluarga serta antar staf klinis, sebagai mana tercantum dalam
Lampiran Peraturan ini.
Kedua : Pembinaan dan pengawasan tentang kebijakan komuniksi dengan
masyarakat di RSUD Munyang Kute Redelong Kabupaten Bener
Meriah di laksanakan oleh Direktur dan manajemen RSUD Munyang
Kute Redelong
Ketiga : Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan komunikasi efektif
dengan pasien dan keluarga Di RSUD Munyang kute redelong
Keempat : Pembinaan dan pengawasan penyelengaraan pelayanan komunikasi
efektif Via telepon di Rumah Sakit Umum Daerah Munyang Kute
Redelong di laksanakan oleh Direktur Rumah Sakit Umum Daerah
Munyang Kute Redelong
Kelima : Sebagai acuan antar PPA dalam melakukan teransfer pasien antar
ruangan serta hand over antar shif, guna memberikan asuhan
selanjutnya
Keenam : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini,
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Redelong
Pada tanggal :07 Januari 2019
Lampiran : Peraturan Direktur RSUD
Munyang Kute Redelong
Nomor : 445/ 414 / SK/RSUD-MKR/ 2019
Tanggal : 07 Januari 2019

KOMUNIKASI EFEKTIF DALAM PEMBERIAN PELAYANAN KESEHATAN DI


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MUNYANG KUTE REDELONG

A. Komunikasi Efektif:

 Perintah lisan dan yang melalui telepon atau pun hasil pemeriksaan
dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan
tersebut.

 Perintah lisan dan melalui telpon atau hasil pemeriksaan secara lengkap
dibacakan kembali oleh penerima perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.

 Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang memberi


perintah atau hasil pemeriksaan tersebut.

 Perintah lisan atau melalui telepon dimintakan tanda tangan pemberi


perintah disertai tandatangan saksi.

B KOMUNIKASI EFEKTIF ANTARA RUMAH SAKIT DAN MASYARAKAT

1. Komunikasi antara pemberi pelayanan kepada masyarakat bersipat informasi


dan edukasi
2. Komunikasi yang bersipat asuhan di dalam rumah sakit adalah
a) Informasi tentang pelayanan (pelayanan unggulan)
b) Jam pelayanan
c) Proser mendapatkan pelayanan
d) Edukasi di dalam dan di luar gedung
e) Sosialisasi rawat jalan
f) Tata tertib hak dan kewajiban klien
g) Tarif pelayanan
3. Komunikasi yang bersifat edukasi terdiri dari :
a) Edukasi tentang obat
b) Edukasi tentang penyakit
c) Edukasi tentang apa yang harus di hindari
d) Edukasi tentang gizi
e) Edukasi pelayanana maternal
f) Edukasi peningkatan kualitas hidup
g) Edukasi pelayanan psikologi
h) Edukasi
i) Pelayanan keluarga berencana
j) Edukasi tumbuih kembang anak
4. Komunikasi yang bersipat edukasi dapat dilakukan secara perorangan dan
kelompok
5. Akses untuk mendapatkan edukasi dapat melalui medical information seperti:
spanduk, pamplet,leaflet atau majalah rumah sakit
6. Pelaksanaan komunikasi efektif anatara rumah sakit dan masyarakat terdiri
dari:
a) Tahaf assesman
b) Tahaf penyampaiaan
c) Tahaf verivikasi
7. Setiap petugas dalam memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat
wajib mengisi formulir edukasi dan informasi dan di tanda tangani kedua
belah pihak antara pemberi informasi dan penerima informasi.
C. KOMUNIKASI EDUKASI DENGAN PASIEN DAN KELUARGA
1. Petugas rumah sakit berkewajiban untuk melakukan edukasi kepada pasien dan
keluarga pasien sehingga pasien dan keluarga pasien bisa memahami pentingnya
mengikuti proses pengobatan yang telah ditetapkan.
2. Terdapat 3 tahap dalam pemberian edukasi :
a) Tahap asesmen pasien
Sebelum melakukan edukasi, pertama-tama petugas menilai kebutuhan edukasi
pasien dan keluarga pasien berdasarkan formulir asesmen kebutuhan
edukasi.
b) Tahap penyampaian informasi dan edukasi yang efektif
Cara penyampaian informasi dan edukasi yang efektif tergantung pada hasil
asesmen pasien, yaitu :
 Jika pasien dalam kondisi baik semua dan emosionalnya senang maka proses
komunikasi edukasinya bisa langsung dijelaskan kepada pasien sesuai
dengan kebutuhan edukasinya.
 Jika pasien memiliki hambatan fisik (tuna rungu dan tuna wicara) maka
proses komunikasi edukasinya dapat disampaikan dengan menggunakan
media cetak.
c) Tahap verifikasi
Pada tahap ini, petugas memastikan kepada pasien dan keluarga mengenai
kejelasan dan pemahaman materi edukasi yang diberikan seperti yang telah
dijelaskan di bab-bab di atas. Untuk pasien yang mengalami hambatan emosional
(marah atau depresi) maka verifikasi dapat dilakukan dengan cara menanyakan
kepada pasien mengenai sejauh mana pasien telah mengerti tentang materi
edukasi yang diberikan melalui brosur. Proses pertanyaan ini bisa melalui
telepon atau datang langsung ke kamar pasien setelah pasien tenang.
3. Dengan diberikannya informasi dan edukasi pasien, diharapkan komunikasi yang
disampaikan dapat dimengerti dan diterapkan oleh pasien. Apabila pasien mengikuti
semua arahan dari rumah sakit, diharapkan mempercepat proses penyembuhan
pasien.

D. KOMUNIKASI EFEKTIF ANTAR PPA (profesional pemberi asuhan)


1. Pelayanan yang diberikan di RSUD Munyang Kute Redelong antar pemberi layanan
melakukan komunikasi dengan teknik SBAR.
2. SBAR merupakan suatu teknik komunikasi yang dipergunakan dalam melakukan
identifikasi terhadap pasien sehingga mampu meningkatkan kemampuan
komunikasi antara perawat dengan dokter. Dengan komunikasi SBAR ini maka
perawat dapat memberikan laporan mengenai kondisi pasien lebih informatif dan
terstruktur.
3. SBAR adalah metode teknis yang terstruktur / pola berpikir untuk
mengkomunikasikan informasi penting yang membutuhkan perhatian segera dan
tindakan berkontribusi terhadap eskalasi yang efektif dan meningkatkan
keselamatan pasien. SBAR juga dapat digunakan secara efektif untuk meningkatkan
serah terima antara shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda.
Melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk memberikan masukan ke dalam
situasi pasien termasuk memberikan rekomendasi. SBAR memberikan kesempatan
untuk diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya.
4. SBAR merupakan kerangka acuan dalam pelaporan kondisi pasien yang memerlukan
perhatian dan tindakan segera. Teknik SBAR terdiri atas unsur Situation,
Background, Assessment, Recommendation. Pada prinsipnya, SBAR merupakan
komunikasi standar yang ingin menjawab pertanyaan, yaitu apa yang terjadi, apa
yang diharapkan oleh perawat dari dokter yang dihubungi dan kapan dokter harus
mengambil tindakan.
 SITUATION, yaitu kondisi terkini yang terjadi pada pasien.

 BACKGROUND, informasi penting apa yang berhubungan dengan kondisi


pasien terkini.

 ASSESSMENT, hasil pengkajian kondisi pasien terkini.

 RECOMMENDATION/REQUEST, apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi


masalah pasien saat ini.

5. Keuntungan dari penggunaan metode SBAR adalah

 Kekuatan perawat berkomunikasi secara efektif.

 Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham


akan kondisi pasien.

 Memperbaiki komunikasi sama dengan memperbaiki mutu serta keselamatan


pasien

a. Komunikasi SBAR via telepon antara Perawat/ Bidan – Dokter (dr. Jaga
dan dr. DPJP).

1. Sebelum menelpon dokter jaga atau dokter penanggung jawab pasien,


perawat/ bidan telah melakukan pemeriksaan fisik, anamnesa (pengkajian),
dan membaca rekam medis pasien.
2. Perawat/ bidan menulis hal-hal yang akan dilaporkan di formulir lembar
komunikasi SBAR untuk pertama kali melaporkan pasien, selanjutnya bila
akan menelepon dokter kembali, perawat/ bidan menuliskan di lembar
instruksi dokter/ catatan terintegrasi.
3. Perawat/ bidan membaca status dan data pasien yang akan dilaporkan
untuk memastikan bahwa data sudah benar.
4. Perawat/ bidan menyiapkan Rekam Medis pasien dan lembar komunikasi
SBAR yang telah diisi didekat pesawat telepon lengkap dengan data-data
yang akan dilaporkan.
5. Sebelum melaporkan, perawat/ bidan mencapkan salam, menyampaikan
salam singkat, seperti: “selamat pagi/ siang/ sore/ malam dokter ?”
6. Menyebutkan nama dan ruangan
7. Laporkan kondisi pasien dengan menggunakan prinsip komunikasi SBAR.
8. Perawat/ bidan mencatat (writing down) semua rekomendasi/ instruksi dari
dokter dalam kolom lembar komunikasi SBAR yang tersedia/ lembar
instruksi dokter/ catatan terintegrasi dalam rekam medik pasien :
 Tanggal dan jam pesan diterima.
 Dosis obat yang akan diberikan dan waktu pemberian harus spesifik
untuk menghindari salah penafsiran/ hasil test kritis yang dilaporkan.
9. Perawat/ bidan memastikan bahwa rekomendasi yang diberikan telah sesuai
dengan cara mengulang dan membacakan kembali (repeat back dan read
back) ke pengirim pesan (dokter) untuk konfirmasi kebenaran pesan yang
telah dituliskan dan hal-hal yang telah diinstruksikan oleh dokter. Hal ini
dibuktikan dengan menulis pada lembar komunikasi SBAR untuk
komunikasi per telepon yang pertama kali dan dengan memberikan cap/
stempel “read back (+)” berwarna merah pada catatan perkembangan
terintegrasi untuk komunikasi per telepon selanjutnya.
10. Dokumentasikan secara lengkap instruksi dokter dalam formulir lembar
komunikasi SBAR/ Lembar instruksi dokter/ catatan terintegrasi dan
berikan paraf serta nama jelas perawat/ bidan yang melapor, dan nama
dokter yang memberikan pesan/ instruksi.
11. Dokter yang menerima laporan harus melihat dan memberikan paraf, nama
jelas, tanggal dan jam verifikasi pada kolom yang tersedia di lembar
komunikasi SBAR/ lembar instruksi dokter/ catatan terintegrasi pada saat ;
 Untuk dokter jaga: pada saat pergantian shift atau selambat-lambatnya
dlm waktu 1 x 24 jam.
 Untuk dokter DPJP: pada saat visite pertama kali atau selambat-
lambatnya dalam waktu1 x 24 jam.
12. Apabila dokter DPJP (yang menerima laporan) berhalangan (cuti, sakit) maka
yang melakukan verifikasi menandatangani catatan pesan yang ditulis
penerima pesan adalah dokter pengganti yang ditunjuk oleh dokter DPJP
tersebut dalam waktu 1 x 24 jam.
13. Saat pertama kali akan melaporkan pasien kepada dokter, perawat/ bidan
menggunakan formulir lembar komunikasi SBAR, selanjutnya bila akan
melaporkan kondisi pasien melalui telepon untuk pasien yang sama, maka
perawat/ bidan menulis di lembar instruksi dokter/ catatan terintegrasi dan
ditandatangani.
14. Formulir lembar komunikasi SBAR dilampirkan di dalam rekam medis
pasien yang bersangkutan (untuk pasien rawat inap)
15. Penulisan/ pendokumentasian pelaporan komunikasi SBAR ke dokter oleh
petugas rawat jalan (perawat/ bidan) di dalam catatan terintegrasi di status
pasien yang bersangkutan.
b. Komunikasi SBAR antar Dokter - DPJP/ Dokter Konsulen
1. Sebelum menelpon dokter DPJP atau dokter konsulen, dokter jaga ruangan
telah melakukan pemeriksaan fisik, anamnesa (pengkajian), dan membaca
rekam medis pasien.
2. Dokter menulis hal-hal yang akan dilaporkan di formulir lembar komunikasi
SBAR untuk pertama kali melaporkan pasien, selanjutnya bila akan
menelepon dokter kembali, dokter menuliskan di lembar instruksi dokter/
catatan terintegrasi.
3. Dokter membaca status dan data pasien yang akan dilaporkan untuk
memastikan bahwa data sudah benar.
4. Dokter menyiapkan Rekam Medis pasien dan lembar komunikasi SBAR yang
telah diisi didekat pesawat telepon lengkap dengan data-data yang akan
dilaporkan
5. Sebelum melaporkan, dokter mengucapkan salam, menyampaikan salam
singkat, seperti: “selamat pagi/ siang/ sore/ malam dokter?”
6. Menyebutkan nama dan ruangan
7. Laporkan kondisi pasien dengan menggunakan prinsip komunikasi SBAR.
Situation
Sebutkan identitas perawat dan ruangan/ unit RS tempat perawat bertugas,
dan sebutkan nama lengkap pasien, umur, kamar/ ruangan, serta masalah
utama pasien saat ini (misalnya: sesak nafas, nyeri dada, badan panas, dll).
Background
Sebutkan diagnosis dan data klinis pasien sesuai kebutuhan :
 Status Kardiovaskuler (nyeri dada, tekanan darah, EKG, dsb).
 Status Respirasi (frekuensi pernapasan, SPO2, Analisis Gas Darah, dsb).
 Status Gastro-Intestinal (nyeri perut, muntah, perdarahan, dsb).
 Status Neurologis (GCS, pupil, kesadaran, dsb).
 Hasil laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya.
Assesment
 Sebutkan problem pasien tersebut :
 Problem kardiologi (syok kardiogenik, aritmia maligna, dsb).
 Problem Gastro-Intestinal (perdarahan massif dan syok, dsb).
Recommendation
Rekomendasi: (pilih sesuai kebutuhan).
1. Saya meminta dokter untuk :
 Memindahkan pasien ke ICU?
 Segera datang melihat pasien?
 Mewakilkan dokter lain untuk datang?
 Konsultasi ke dokter lain?
2. Pemeriksaan atau terapi apa yang diperlukan :
 Foto Rontgen?
 Pemeriksaan Analisa Gas Darah?
 Pemeriksaan EKG?
 Pemberian Oksigenasi?
 Beta2 antagonis nebulizer?
3. Apabila ada perubahan terapi kemudian tanyakan :
 Seberapa sering diperlukan pemeriksaan tanda vital.
 Bila respon terapi tidak ada kapan harus menghubungi dokter lagi?
4. Konfirmasi :
 Saya telah mengerti rencana tindakan pasien.
 Apa yang harus saya lakukan sebelum dokter sampai disini?
8. Dokter mencatat (writing down) semua rekomendasi/ instruksi dari dokter
dalam kolom lembar komunikasi SBAR yang tersedia/ lembar instruksi
dokter/ catatan terintegrasi dalam rekam medik pasien :
 Tanggal dan jam pesan diterima.
 Dosis obat yang akan diberikan dan waktu pemberian harus spesifik
untuk menghindari salah penafsiran/hasil test kritis yang dilaporkan.
9. Dokter memastikan bahwa rekomendasi yang diberikan telah sesuai dengan
cara mengulang dan membacakan kembali (repeat back dan read back) ke
pengirim pesan (dokter) untuk konfirmasi kebenaran pesan yang telah
dituliskan dan hal-hal yang telah diinstruksikan oleh dokter.
10. Dokumentasikan secara lengkap instruksi dokter dalam formulir lembar
komunikasi SBAR/ Lembar instruksi dokter/ catatan terintegrasi dan
berikan paraf serta nama jelas dokter yang melapor, dan nama dokter yang
memberikan pesan/ instruksi.
11. Dokter yang menerima laporan harus melihat dan memberikan paraf dan
nama jelas pada kolom yang tersedia di lembar komunikasi SBAR/lembar
instruksi dokter/ catatan terintegrasi pada saat visite pertama kali atau
selambat-lambatnya dalam waktu 1 x 24 jam.
12. Apabila dokter DPJP (yang menerima laporan) berhalangan (cuti, sakit) maka
yang melakukan verifikasi menandatangani catatan pesan yang ditulis oleh
penerima pesan adalah dokter pengganti yang ditunjuk oleh dokter DPJP
tersebut.
13. Saat pertama kali akan melaporkan pasien kepada dokter, dokter
menggunakan formulir lembar komunikasi SBAR, selanjutnya bila akan
melaporkan kondisi pasien melalui telepon untuk pasien yang sama, maka
dokter menulis di lembar instruksi dokter/ catatan terintegrasi dan
ditandatangani.
14. Formulir lembar komunikasi SBAR dilampirkan di dalam rekam medis
pasien yang bersangkutan.
c. Komunikasi SBAR antara Petugas Penunjang – Perawat/ Dokter/ Bidan.
1. Sebelum menelpon perawat/ dokter/ bidan, petugas penunjang (farmasi,
laboratorium, radiologi, rehabilitasi medik, apoteker, dan petugas lain) sudah
menyiapkan data-data yang akan dilaporkan melalui telepon.
2. Petugas penunjang mencatat dahulu hal-hal apa saja yang akan dilaporkan
dan membaca kembali untuk memastikan bahwa data yang akan dilaporkan
sudah benar.
3. Petugas penunjang menyiapkan catatan yang telah dicatat didekat pesawat
telepon lengkap dengan data-data yang akan dilaporkan.
4. Sebelum melaporkan, petugas penunjang mengucapkan salam,
menyampaikan salam singkat, seperti : “selamat pagi/ siang/ sore/ malam”.
5. Menyebutkan nama dan ruangan
6. Laporkan kondisi pasien dengan menggunakan prinsip komunikasi SBAR.

d. Komunikasi SBAR antara dokter jaga dengan dokter spesialis


1. Sebelum menelpon dokter spesialis, dokter jaga ruangan telah melakukan
pemeriksaan fisik, anamnesa (pengkajian), dan membaca rekam medis
pasien.
2. Dokter menulis hal-hal yang akan dilaporkan di formulir lembar komunikasi
SBAR untuk pertama kali melaporkan pasien, selanjutnya bila akan
menelepon dokter kembali, dokter menuliskan di lembar instruksi dokter/
catatan terintegrasi.
3. Dokter membaca status dan data pasien yang akan dilaporkan untuk
memastikan bahwa data sudah benar.
4. Dokter menyiapkan Rekam Medis pasien dan lembar komunikasi SBAR yang
telah diisi didekat pesawat telepon lengkap dengan data-data yang akan
dilaporkan
5. Sebelum melaporkan, dokter mengucapkan salam, menyampaikan salam
singkat, seperti: “selamat pagi/ siang/ sore/ malam dokter?”
6. Menyebutkan nama dan ruangan
7. Laporkan kondisi pasien dengan menggunakan prinsip komunikasi SBAR.
8. Dokter mencatat (writing down) semua rekomendasi/ instruksi dari dokter
dalam kolom lembar komunikasi SBAR yang tersedia/ lembar instruksi
dokter/ catatan terintegrasi dalam rekam medik pasien :
 Tanggal dan jam pesan diterima.
 Dosis obat yang akan diberikan dan waktu pemberian harus spesifik
untuk menghindari salah penafsiran/hasil test kritis yang dilaporkan.
9. Dokter memastikan bahwa rekomendasi yang diberikan telah sesuai dengan
cara mengulang dan membacakan kembali (repeat back dan read back) ke
pengirim pesan (dokter) untuk konfirmasi kebenaran pesan yang telah
dituliskan dan hal-hal yang telah diinstruksikan oleh dokter.
10. Dokumentasikan secara lengkap instruksi dokter dalam formulir lembar
komunikasi SBAR/ Lembar instruksi dokter/ catatan terintegrasi dan
berikan paraf serta nama jelas dokter yang melapor, dan nama dokter yang
memberikan pesan/ instruksi.
11. Dokter yang menerima laporan harus melihat dan memberikan paraf dan
nama jelas pada kolom yang tersedia di lembar komunikasi SBAR/lembar
instruksi dokter/ catatan terintegrasi pada saat visite pertama kali atau
selambat-lambatnya dalam waktu 1 x 24 jam.
12. Apabila dokter spesialis (yang menerima laporan) berhalangan (cuti, sakit)
maka yang melakukan verifikasi menandatangani catatan pesan yang ditulis
oleh penerima pesan adalah dokter pengganti yang ditunjuk oleh dokter
spesialis tersebut.
13. Saat pertama kali akan melaporkan pasien kepada dokter, dokter
menggunakan formulir lembar komunikasi SBAR, selanjutnya bila akan
melaporkan kondisi pasien melalui telepon untuk pasien yang sama, maka
dokter menulis di lembar instruksi dokter/ catatan terintegrasi dan
ditandatangani.
14. Formulir lembar komunikasi SBAR dilampirkan di dalam rekam medis
pasien yang bersangkutan.

e. Komunikasi saat transfer dan hand over


1.Sebelum serah terima pasien, perawat harus melakukan :
a) Perawat mendapatkan pengkajian kondisi pasien terkini.
b) Perawat mengkumpulkan data-data yang diperlukan yang berhubungan
dengan kondisi pasien yang akan dilaporkan.
c) Perawat memastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah
keperawatan yang harus dilanjutkan.
d) Perawat membaca dan pahami catatan perkembangan terkini & hasil
pengkajian perawat shift sebelumnya.
e) Perawat menyiapkan medical record pasien termasuk rencana perawat
harian
2. Laporkan kondisi pasien dengan menggunakan prinsip komunikasi SBAR.
Contoh
Situation (S) :
Nama : Tn.A umur 35 tahun, tanggal masuk 4 Desember 2015 sudah 3 hari
perawatan, DPJP : dr Budi, SpPD, diagnosa medis : Gagal ginjal kronik.
Masalah keperawatan:
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit lebih
Perubahan kebutuhan nutrisi kurang
Background (B) :
 Pasien bedrest total , urine 30 cc/24 jam, balance cairan 1000 cc/ 24
jam.
 Mual tetap ada selama dirawat, ureum 320 mg/dl.
 Pasien program HD 2x seminggu Senin dan Kamis.
 Terpasang infuse NaCl 10 tetes/menit
 Dokter sudah menjelaskan penyakitnya tentang gagal ginjal kronik
 Diet : rendah protein 1 gram
Assessment (A) :
 Kesadaran composmentis, TD 140/70 mmHg, Nadi 98x/menit, suhu
36,8 0C, RR 20 x/menit, oedema pada ekstremitas bawah, tidak sesak
napas, urine sedikit, eliminasi faeses baik.
 Hasil laboratorium terbaru : Hb 9,7 mg/dl, albumin 3,1, ureum 237
mg/dl
 Pasien masil mengeluh mual.
Recommendation/ Request (R) :
 Awasi balance cairan
 Batasi asupan cairan
 Konsul ke dokter untuk pemasangan dower kateter
 Pertahankan pemberian pemberian diuretik injeksi furosemid 3x1 ampul
 Bantu pasien memenuhi kebutuhan dasar pasien
 Jaga kondisi pasien dan sekitarnya tetap hygiene setiap melakukan
prosedur
3. Semua PPA yang terlibat harus mengisi formulir ringkasan pasien baik
pasien baru masuk saat teransfer antar rawat inap, pada rekam medis serta
pelaksanaan hand over yang dilakukan antar shif jaga.

Ditetapkan di : Redelong
Pada Tanggal : 07 Januari 2019

Tembusan ini disampaikan kepada, Yth :


1. Kepala Bidang Pelayanan Medik RSUD Munyang Kute Redelong Bener Meriah
2. Kepala Bidang Keperawatan RSUD Munyang Kute Redelong Bener Meriah
3. Kepala Ruang Rawat Inap RSUD Munyang Kute Redelong Bener Meriah
4. Komite Keselamatan Pasien RSUD Munyang Kute Redelong Bener Meriah
5. Kepala Poly RSUD Munyang Kute Redelong Bener Meriah
6. Kepala Ruang Rawat Instalasi RSUD Munyang Kute Redelong Bener Meriah
7. Arsip

Anda mungkin juga menyukai