Ahmad Madroji
NPM : 211020718010
Ganjil/Malam/2021
Bab VII
Dalam Masyarakat Barat Kontemporer apa yang yang sering disebut sebagai
“Proses Yudisial” tampaknya didentifikasikan sebagai suatu praktik Institusional
tersendiri. Barangkali dalam pemikiran hukum Anglo-Amerika lah sentralistik hakim
dalam sistem hukum paling ditekankan. Namun Erlich sebaliknya Pengadilan bukan
sebagai sentral kehidupan hukum. Penulis Dawson 1968 berkata lain dalam
Blackstone-adalah ‘wadah Penampungan Hukum, sabda Hidup’. Lain hal dengan
Oliver W Holmes, mendefinisikan hukum yang mengundang polemik, yaitu ramalan
atas apa yang akan diputuskan Pengadilan. Namun pernyataannya membantu
penataan gaya pemikiran hukum ‘realis’ Amerika Serikat. Untuk yang lebih ekstrim
diungkapkan John Chipman Gray yang menyatakan Undang-Undang (UU) yang
dibuat Dewan Legislatif bukan lah hukum tetapi hanya sumber hukum maka
maknanya pengaruh hukum dapat ditentukan manakala telah dipergunakan dalam
mempertimbangkan suatu hukum di Pengadilan.
Untuk Negara Inggris Dewan Yudikatif dipilih berdasarkan jabatan dalam dan
mencerminkan status Profesi Hukum yang Independen. Dimana doktrin hukum masih
mencerminkan Prinsip-Prinsip dan Konsep yang fundamental yang berakar pada
tradisi Common Law dari hukum yang dibuat oleh Hakim. Hakim memiliki posisi
yang tinggi dengan konsep Sentralistik dan berfungsi sebagai pembentuk Hukum dan
pengawal tradisi dan cita-citanya.
Sementara itu praktisi hukum Amerika Henry Lummis menyatakan pada saat
keputusan dikontrol atau dipengaruhi oleh opini orang lain oleh suatu bentuk
pengaruh atau tekanan eksternal maka saat itu Hakim sudah tidak ada lagi.
Yang lebih baru Martin Shapiro menggambarkan tentang Prototype atau tipe
pengadilan ideal yang diadopsi dalam banyak literatur yang melibatkan empat macam
unsur 1. Hakim yang independen 2. Menerapkan norma-norma yang sudah ada
sebelumnya 3. Setelah melalui proses pengadilan yang sengi 4. Untuk mencapai
sebuah keputusan yang dikotomis di mana salah satu pihak dalam proses pengadilan
tersebut mendapatkan hak hukumnya Sedangkan yang lainnya ditemukan sebagai
yang bersalah.
Shapiro menuliskan tentang Sistem Peradilan Pidana Amerika sekitar lebih dari
90% perkara pidana Amerika diselesaikan dengan pengakuan bersalah atau yang
setara dengan itu, yang seringkali merupakan hasil dari tawar-menawar pengakuan
secara khusus atau secara diam-diam.
Argumen-argumen Lempert ini bersifat persuasif yang paling luar biasa dari 7
macam kontribusi pengadilan ini bagi penyelesaian perkara adalah betapa sedikitnya
dari ke-7 kontribusi ini yang benar-benar menjadi bagian dari cerita stereotipe
kegiatan pertimbangan Hakim di Pengadilan.
Dapat dipahami apabila skeptisisme peraturan yang dibarengi dengan Citra Hakim
banding Anglo-Amerika sebagai sebuah pencetus Sabda hukum mengarah ke
penekanan Behavioralisme Yudisial terhadap Hakim sebagai aktor politik individual
yang kuat hubungan signifikan yang setara antara fakta skeptisisme orientasi realis.
Sebuah studi kontroversial baru-baru ini yang dilakukan oleh J.A Griffith
berusaha mengidentifikasi hakikat persepsi-persepsi semacam itu dalam kehakiman
Inggris, J.A Griffith menganalisis perkembangan dan interpretasi Yudisial hukum
Inggris dalam 5 bidang utama 1. Industrial 2. Kebebasan sipil dan kebebasan personal
3. Hak kepemilikan properti dan perencanaan pemanfaatan lahan 4. Undang-undang
konspirasi dan 5. Perbandingan hak-hak anggota serikat buruh dalam Serikat mereka
dengan hak-hak siswa dalam pemeriksaan indisipliner.
Pada saat yang sama ketika bidang kehakiman mendukung otoritas agensi-agensi
kepemerintahan mereka juga harus menegosiasikan masalah mempertahankan
keseimbangan antara nilai-nilai tatanan dan keadilan yang terus ada di dalam
administrasi hukum dengan bentuk dan konten doktrin hukum apabila Apabila mereka
dipandang gagal dalam tugas yang disebut pertama mereka beresiko dianggap
menentang cabang-cabang negara lainnya Eksekutif-Legislatif dan punya
kemungkinan membahayakan kondisi kondisi independensi Yudisial dalam posisi
mereka di dalam hierarki kekuasaan negara Jika mereka dianggap gagal melakukan
tugas yang disebut terakhir Mereka berisiko menerima kritisisme dan berkurangnya
situs mereka dihadapan kalangan praktisi hukum profesional dan juga warga negara
terlepas dari pertimbangan-pertimbangan berhubungan dengan legitimasi hukum
dimata warga negara.
Akhirnya kita harus ikut mempertimbangkan satu aspek lainnya hubungan antara
pengadilan dan cabang-cabang aparatur negara lainnya pandangan yang telah diambil
dalam buku ini adalah meskipun para hakim memang harus ikut membuat undang-
undang fungsi mereka tidaklah seperti fungsi-fungsi para legislator atau pembuat
kebijakan pada umumnya.
Dalam bab ini berbagai macam pendekatan sosiologis terhadap studi mengenai
pengadilan telah dijabarkan tetapi dalam bagian terakhir bab ini sebuah pendekatan
analisis terhadap pengadilan khususnya fungsi-fungsinya yang berkaitan dengan
institusi institusi lainnya sebagai bentuk analisis fungsional telah digunakan
khususnya untuk mengkaji hubungan antara pengadilan dan bagian-bagian aparatur
negara lainnya dapat dijadikan sebagai ilustrasi terbatas bagi aplikabilitas pendekatan
pendekatan fungsional dalam studi sosiologis hukum tetapi sebelum menutup bab ini
penting untuk menekankan beberapa keterbatasan ruang lingkup analisis fungsional
dalam konteks studi Pengadilan.
Bab VIII
Hukum menciptakan sebuah tatanan yang dapat dilaksanakan dan secara umum
bersifat memaksa sehingga bagi Weber ciri suatu tatanan hukum adalah adanya
petugas khusus yang terlibat dalam penyelenggaraannya sekelompok orang yang
kegiatannya mendemonstrasikan kepatuhan terhadap tuntutan tuntutan yang ada
dalam undang-undang hukum yang tidak bersifat opsional tapi wajib.
Bagi Ehlrich tekanan sosial untuk menjamin hukum dalam pengertian luas dimana
orang tersebut paham akan istilah hukum berusaha untuk merumuskan sebuah konsep
hukum yang dapat diterapkan pada berbagai macam masyarakat sederhana dan
kompleks hukum yang memiliki gigi-gigi yang dapat menggigit jika diperlukan
meskipun ia tidak harus terpasang jelas.
Aspek-aspek Koersif hukum negara tidak dapat dipisahkan dari aspek aspek
Ideologi dan instrumentalnya. Negara menjangkau ke dalam masyarakat dengan
menggunakan agensi-agensi penyelenggaraan negara, hal ini jelas untuk memaksakan
tuntutan dan pandangan yang diekspresikan di dalam doktrin hukum terhadap warga
negara serta hubungan sosial dan ekonomi mereka.
Semua orang dianggap mengetahui hukum tersebut dan negara akan memberikan
sanksi yang dimaksud untuk agar mereka berusaha mengetahui tuntutan hukum
tersebut dan mematuhinya. Tetapi koersi hukum tidaklah sama dengan saluran
pengaruh ideologi hukum, mereka secara umum dijaga oleh personil yang berbeda,
dalam masyarakat Barat ada pembagian tugas yang terinstitusionalisasi diantara
agensi-agensi penyelenggaraan negara misalnya polisi ekspektorat komisi regulatoris
dan pengadilan.
Aktor-aktor yang memiliki kekuasaan secara ekonomi memiliki kontrol yang jauh
lebih banyak terhadap cara hukum diselenggarakan di banding dengan aktor lainnya
selain itu mereka juga memiliki kesempatan demi mendukung kepentingan mereka
sendiri proses-proses yang dimulai oleh permohonan bantuan hukum mereka ada
beberapa persoalan yang akan dikaji dengan membandingkan aspek kerja dari agensi
penyelenggara lainnya tetapi pertama perlu mempertimbangkan secara lebih terperinci
cara-cara yang digunakan untuk memohon bantuan hukum.
Pengaduan perlu biaya, dalam sebuah buku yang berpengaruh mengenai perilaku
pengaduan Alfred Hirschman menyimpulkan pengaduan biasanya lebih banyak
menghabiskan waktu mengundang kesulitan usaha dan seringkali menghabiskan
banyak uang dibandingkan dengan menerima keadaan tanpa mengeluh atau
membatalkan kesepakatan dengan pihak yang melakukan kesalahan dan melakukan
kesepakatan baru sebagai pengganti dengan orang lain misalnya membeli dari
pemasok lain dari barang barang konsumen atau jasa sebagai akibat dari
ketidakpuasan dengan termasuk yang pertama.
Ada toleransi yang telah memperluas terhadap barang-barang yang cacat bahkan
apabila telah dilakukan tindakan untuk mendapatkan ganti rugi atas keluhan hal ini
mungkin tidak akan membawa kepada tematisasi sebagai kontroversi hukum, agar
terpisah dari masalah keengganan pengadu untuk menuntut yang biasa terjadi.
Konsumen pengadu yang gigih misalnya bisa saja disuap oleh pelaku bisnis yang
bersalah dalam sebuah kesepakatan yang sengaja dirancang oleh pelaku menghalangi
diajukannya tuntutan yang dapat berakibat pada presiden hukum yang tidak
diinginkan terhadap praktek bisnis tertentu usaha yang dilakukan oleh warga negara
untuk memohon bantuan hukum dalam mendukung berbagai macam kepentingan
publik atau komunitas.
Usaha yang dilakukan oleh warga negara untuk memohon bantuan hukum dlam
mendukung berbagai macam kepentingan publik atau komunitas menghadapi
masalah-masalah yang berbeda-berbeda.
Di Inggris daratan dan Wales Polisi bertanggung jawab bukan hanya untuk
mendeteksi tindakan kriminal dan menjaga tatanan publik tetapi dalam banyak
kegiatan juga untuk melakukan penuntutan terhadap tindak pidana yakni mereka
memiliki tanggung jawab untuk menentukan apakah dan Kapankah penuntutan akan
dilakukan terhadap seorang tersangka.
Demikian juga konsep Mala In Se tindakan yang memang sudah salah secara
intrinsik dan bukan hanya sekedar dilarang pun tidak banyak berguna dalam
membedakan kegiatan yang sesungguhnya karena ini hanya Apa kriteria yang
membuat tindakan-tindakan tertentu secara intrinsik salah dan misalnya Mengapa
penjualan bahan makanan yang buruk secara sengaja atau sembarangan dengan resiko
bayi yang serius terhadap konsumen Tidak Dianggap sebagai tindakan yang secara
intrinsik salah.
Mungkin kita akan semakin dekat kepada Sebuah Jawaban yang punya cenderung
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh individu yang dapat diidentifikasikan
terhadap individu lain yang juga dapat diidentifikasikan kerugian yang ditimbulkan
terhadap masyarakat secara luas atau kerugian yang disebabkan oleh pelanggaran
yang berupa tulisan korporat atau terpencil atau asing lagi bagi kita ketimbang oleh
bangsa tertentu yang dapat diidentifikasi tampaknya biasa tetapi karakteristik ini
bukan hanya sekedar sebuah ekspresi dari satu dasar yang lebih mendalam yang
diatasnya pertimbangan-pertimbangan penyimpangan moral dibuat bagaimanapun
juga fakta bahwa kerugian ditimbulkan bukan sebagai kepada individu tetapi kepada
masyarakat secara keseluruhan melalui keturunan yang hanya untuk mendapatkan
keuntungan dana sosial tidak membuat tindakan ini bisa tindakan yang terkutuk.
Untuk melakukan hal ini mereka harus menunjukkan suatu Tingkat keberhasilan
yang memadai dalam tugas yang diserahkan kepada atau disampaikan oleh mereka.
Tugas ini membentuk Apa yang disebut sebagai kerja Polisi. Pada hakekatnya polisi
berbeda dengan pandangan masyarakat tentang tujuan kerja polisi. Secara historis
polisi modern lahir sebagai sebuah kekuatan untuk menjaga kedamaian dan tatanan
sosial.
Hubungan antara hukum dan polisi ini tercermin dalam banyak aspek kerja polisi
dan sikap-sikap Polisi misalnya diskresi dalam memutuskan Bagaimana harus
melakukan hukum atau apakah harus melakukannya sebagai konsekuensi hukum.
Dalam kasus-kasus tertentu merupakan aspek fundamental dari kerja polisi polisi
sama seperti agensi regulatoris ruang lingkup yang luas untuk menciptakan Citra
mereka sendiri mengenai populasi yang diatur dalam membuat keputusan
penyelenggaraan pandangan-pandangan yang dimiliki polisi mengenai bagian dari
polisi. Hal tersebut sangat relevan dalam memahami Bagaimana hukum
diselenggarakan dan sama seperti kebijakan agensi regulatoris dalam menentukan
makna praktik hukum untuk menentukan sebagian besar pada definisi dari situasi dan
keputusan yang dicapai oleh polisi patroli maka disebut juga membentuk suatu
kebijakan hukum dan keputusan merekalah yang menciptakan batasan antara yang
legal dan ilegal kecuali dalam kasus yang sangat jarang di mana Diskresi yang
dijalankannya dalam bertindak ditantang di hadapan pengadilan.
Literatur Polisi menekankan gaya klasik militer yang nyata dan sangat strategis
dalam organisasi polisi, pada prinsipnya dan dalam retorika organisasi polisi adalah
organisasi yang dikarakterisasikan oleh Subordinasi yang kuat dengan rantai yang
kaku dan yang lebih meragukan dengan ketiadaan provisi formal sebagai sarana
konsultasi antar level kepangkatan. Sebuah studi sosiologis menekankan mengenai
karakter birokratiknya yang semakin meningkat.
Tujuan resmi organisasi polisi ditetapkan dengan jelas oleh perangkat yang lebih
tinggi, orientasi dan metode organisasi bisa sangat bervariasi tergantung pada sikap
dan kebijakan kepala bagian dan pejabat senior revolusi. Ada 2 poin yang perlu dibuat
mengenai kerja Polisi sehari-hari dalam kaitannya dengan kinerja Profesionalisme.
Pertama efisiensi polisi sama seperti efisiensi agensi regulatoris dalam penegakan
hukum sangat sulit untuk diukur kriteria apa yang sesuai Tidak diragukan lagi
penangkapan dalam organisasi profesi dianggap sebagai kriteria utama kompetensi
dan usaha kerja polisi.
Kedua tugas Polisi yang amat cakupannya luas yaitu yang dituntut untuk bisa
dilakukan oleh polisi. banyak studi yang menekankan bahwa kerja yang merupakan
kejahatan lainnya membentuk sebagian kecil dari kegiatan Polisi.
Polisi sebagai kata lain dari sebuah mekanisme untuk mendistribusikan kekuatan
yang di sini yang dikondisikan secara situasional dapat menangani kejahatan tetapi
juga dapat digunakan dalam menyelesaikan pertengkaran atau mengendalikan
kerumunan, kegiatan yang tidak sesungguhnya menjadi alasan yang paling sering
diberikan oleh kontak antara polisi dan warga negara.
I. Budaya Polisi
Budaya Polisi tercermin dalam citra polisi mengenai diri mereka sendiri sebagai
kekuatan garis depan dalam menghadapi kekacauan dalam masyarakat, mereka
seringkali tidak berterima kasih dan palsu menguatkan sikap mereka, dalam
organisasi polisi banyak kerja polisi yang membosankan dan tidak mengasyikkan
tetapi budaya polisi membesarkan unsur yang menggairahkan misalnya kejar-kejaran
mobil dengan pelaku kriminal.
Situasi bahaya yang memperlakukan semua ini sebagai unsur sentral dalam
pekerjaan mereka dengan cara ini definisi tentang apa yang penting atau berharga
dalam kerja polisi dikuatkan dalam budaya okupasional. Khususnya dalam strata
dalam bagian-bagian populasi yang mencerminkan pengalaman kolektif sikap yang
terus-menerus diekspresikan diantara dan mempengaruhi apa yang tampak dengan
Posisi Polisi yang rendah serta mitos kolektif yang dikeluarkan dalam berbagai
realita. Dalam hal tertentu ditengah masyarakat sikap mereka yang dilakukan polisi
atau ancaman terhadap tatanan yang terlihat dari hukum cenderung dipandang dengan
curiga karena beberapa alasan yang dikemukakan sebelumnya, tampaknya dengan
kalangan pengusaha polisi cenderung terhadap mereka mendekat dengan
perlindungan dan dimungkinkan diharapkan dari mereka imbalan.
Selain itu Profesionalisasi Polisi dan Personil agensi regulatoris yang didasarkan
pada klaim terhadap keahlian khusus yang berkontribusi terhadap sebuah situasi di
mana agensi penyelenggaraan dapat sangat mempengaruhi legislasi yang mereka
selenggarakan sehingga akan menyesatkan jika melihat doktrin hukum sebagai
pelindung erosi pengajian atau praktik hukum penciptaannya integrasi dan aplikasinya
semuanya sangat dipengaruhi oleh agensi penyelenggara oleh berbagai macam
kekuasaan dan kesempatan yang dimiliki yang dimiliki oleh individual organisasi dan
kelompok sosial untuk dapat menggunakannya.
K. Catatan Akhir
Korupsi Polisi yang menjadi pokok persoalan banyak kajian adalah persoalan
yang berbeda ia melibatkan penerimaan imbalan pribadi oleh petugas polisi atas
tindakan yang diminta untuk mereka lakukan yang sebetulnya merupakan bagian dari
pekerjaan mereka atau diminta untuk mengabaikan atau menoleransi tindakan yang
seharusnya mereka halangi. ini berarti hukum telah dikhianati untuk keuntungan
pribadi ketimbang sebagai bagian dari apa yang dipandang sebagai tujuan
pemeliharaan tatanan yang sah dari kerja Polisi.