Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“Pengaturan Kebutuhan Nutrisi untuk Bayi dan Balita”


Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Gizi dan Diet

Dosen Pengampu: Dr. Hotmaida Siagian, SKM., M.Kes

Disusun oleh Kelompok 1:

1. Daffa Yususf Ramadhan P27820421012


2. Dewi Sofilisti Sa’bania P27820421017
3. Masayu Anastacia P27820421028
4. Maziyya Miladia Rahmah P27820421029
5. Salsabila Nur Azizah P27820421043
6. Resza Amanda P27820421039
7. Rizka Dwi Salsabila P27820421040

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN SIDOARJO


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN
SURABAYA
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. karena atas limpahan rahmat dan karunianya, kami dapat menyusun
makalah ini dengan baik dan selesai tepat pada waktunya. Makalah yang berjudul “Pengaturan
Kebutuhan Nutrisi untuk Bayi dan Balita” ini kami susun dalam rangka memenuhi trugas kelompok
untuk mata kuliah Gizi dan Diet. Selain itu, penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk memberikan
tambahan wawasan bagi kami sebagai penulis dan bagi para pembaca, agar lebih memahami mengenai
pengaturan kebutuhan nutrisi pada bayi dan balita.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Besar
Muhammad SAW. Yang telah membimbing kita dari jalan yang gelap gulita, yaitu zaman jahiliyah,
menuju jalan yang terang benderang yaitu Ad-Diinul Islam.
Kami selaku penulis tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Hotmaida
Siagian, SKM., M.Kes selaku dosen pengampu mata kuliah Gizi dan Diet, yang telah membimbing
dalam penyelesaian makalah ini. Terima kasih juga kepada semua rekan kelompok yang telah
berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini. Juga bagi semua pihak yang telah mendukung penulisan
makalah ini, kami mengucapkan terima kasih.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu kami
membutuhkan kritik dan saran yang membangun, agar kedepannya kami dapat menyusun makalah
dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, terutama kami
khususnya sebagai penulis.

Surabaya, 12 Januari 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB 1 PENDAHULUAN ..........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................4
1.2 Rumusan masalah..............................................................................................................................4
1.3 Tujuan................................................................................................................................................4
1.4 Manfaat..............................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................6
2.1 Kebutuhan Nutrisi pada Bayi.............................................................................................................6
2.2 Kebutuhan Nutrisi pada Balita.........................................................................................................11
BAB III PENUTUP ..................................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................16
3.2 Saran.................................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................17
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Seribu hari pertama kehidupan anak (1000 HPK) adalah sejak hari pertama kehamilan sampai
anak umur dua tahun yang dapat menentukan masa depan manusia yang disebut juga dengan golden
period karena pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan berlangsung dengan cepat dan apabila
tidak dimanfaatkan akan terjadi kerusakan yang bersifat permanen (Achadi, 2014).

Untuk meningkatkan kualitas hidup, setiap orang membutuhkan zat gizi (karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, dan mineral) dalam jumlah yang cukup (seimbang). Makanan pada anak harus serasi,
selaras, dan seimbang. Artinya sesuai dengan tingkat tumbuh kembang anak dan nilai gizinya harus
sesuai dengan kebutuhan berdasarkan usia serta beragam jenis bahan makanan. Salah satu yang
berpengaruh pada kualitas dan kuantitas konsumsi makan pada balita adalah pemberian makanan yang
disediakan oleh keluarga. Konsumsi makan yang berkualitas dapat dilihat jenis atau keberagaman
makanan yang di konsumsinya, sedangkan kuantitas konsumsi makan dapat dilihat berdasarkan asupan
konsumsi balita dalam sehari terutama energi dan protein.

Konsumsi gizi yang baik dan cukup seringkali tidak bisa dipenuhi oleh seorang anak karena
faktor e ksternal maupun internal. Faktor eksternal menyangkut keterbatasan ekonomi keluarga sehingga
uang yang tersedia tidak cukup untuk membeli makanan yang bergizi. Sedangkan faktor internal adalah
faktor yang terdapat di dalam diri anak yang secara psikologis muncul sebagai problema makan pada
anak. Faktor yang paling sering terlihat pada lingkungan masyarakat adalah kurangnya pengetahuan ibu
mengenai gizi-gizi yang harus dipenuhi anak pada masa pertumbuhan. Ibu biasanya memberikan makan
yang enak kepada anaknya tanpa tahu apakah makanan tersebut mengandung gizi-gizi yang cukup atau
tidak, dan tidak mengimbanginya dengan makanan sehat yang mengandung banyak gizi.

1.2 Rumusan masalah

1. Apa saja kebutuhan nutrisi pada bayi dan balita?


2. Berapa Angka Kecukupan Gizi pada bayi dab balita?
3. Apa itu MP ASI?

1.3 Tujuan

Dari rumusan masalah tersebut, dan disimpulkan tujuan dari ditulisnya makalah ini yaitu:
1. Untuk mengetahui kebutuhan nutrisi pada bayi dan balita.
2. Untuk mengetahui Angka Kecukupan Gizi pada bayi dan balita.
3. Untuk mengetahui mengenai MP ASI.
1.4 Manfaat

Manfaat disusunnya makalah ini adalah:


1. Sebagai sarana edukasi agar dapat memberikan nutrisi yang sesuai bagi kebutuhan bayi dan
balita, sehingga terhindar dari gizi buruk.
2. Sebagai sarana edukasi agar tidak memberikan makanan yang sembarangan kepada bayi dan
balita.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kebutuhan Nutrisi pada Bayi

A. Kebutuhan gizi bayi usia 0-6 bulan

Air susu ibu (ASI) adalah makanan utama untuk memenuhi nutrisi bayi di enam bulan
pertamanya atau disebut sebagai ASI eksklusif. Namun hebatnya, kebutuhan gizi harian untuk bayi
dapat terpenuhi dengan baik meski hanya dari ASI saja. Jadi sebisa mungkin, pastikan bayi
mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan penuh tanpa pemberian makanan dan minuman lainnya.

Ada dua jenis tekstur ASI yang mesti diketahui ibu, yaitu hindmilk dan foremilk yang
menandakan kandungan lemak di dalam susu.

1. Hindmilk adalah ASI dengan tekstur kental yang biasanya keluar saat akhir menyusu. Semakin
banyak jumlah hindmilk yang diperah, akan semakin banyak pula kandungan lemak di dalam ASI.

2. Foremilk adalah ASI yang keluar di awal menyusu. Foremilk yang ada di dalam ASI menandakan
kandungan lemak yang rendah.

Hanya dengan menyusu ASI saja, kebutuhan gizi pada bayi sebelum usia enam bukan sebenarnya telah
terpenuhi dengan baik.

1.) Angka kecukupan gizi (AKG) harian bayi usia 0-6 bulan

Kebutuhan zat gizi makro harian bayi:

Energi : 550 kkal


Protein : 12 gram (gr)
Lemak : 34 gr
Karbohidrat : 58 gr

Kebutuhan zat gizi mikro harian bayi:

1. Vitamin

Vitamin A : 375 mikrogram (mcg)


Vitamin D : 5 mcg
Vitamin E : 4 miligram (mg)
Vitamin K : 5 mcg

2. Mineral

Kalsium : 200 mg
Fosfor : 100 mg
Magnesium : 30 mg
Natrium : 120 mg
Kalium : 500 mg

2.) Panduan makanan untuk bayi usia 0-6 bulan

Makanan sekaligus minuman yang baik diberikan untuk memenuhi gizi pada bayi usia 0-6 bulan adalah
ASI.

Berikut kandungan ASI yang penting untuk bayi:

a. Karbohidrat

Karbohidrat yang ada di dalam ASI yaitu laktosa. Laktosa adalah jenis karbohidrat pada
ASI yang dapat menyumbang sekitar 42 persen total energi.

b. Protein

ASI memiliki dua jenis protein. Kedua protein yang ada pada ASI yakni whey sebanyak
60 persen dan kasein sebanyak 40 persen.

c. Lemak

ASI mengandung asam lemak esensial yaitu asam linoleat dan asam alfa-linolenat.
Keduanya merupakan zat pembangun senyawa AA (arachidonic acid) dan DHA
(docosahexaenoic acid). Asupan lemak akan menyumbang sekitar 40-50 persen kebutuhan gizi
energi harian untuk bayi.

d. Vitamin

Vitamin yang ada di dalam ASI mampu memenuhi semua kebutuhan gizi harian pada
bayi. Kandungan vitamin pada ASI meliputi vitamin larut lemak seperti A, D, E, dan K serta
larut air seperti B dan C.

e. Mineral

ASI juga kaya akan beragam zat gizi mineral untuk bayi. Berbagai mineral yang
terkandung di dalam ASI di antaranya zat besi, seng, kalsium, tembaga, mangan, fluor, kromium,
selenium, dan lainnya.

Makanan terbaik bagi bayi adalah air susu ibu (ASI) sampai berumur 2 tahun, dimana sampai 6 bulan
pertama hanya ASI tanpa disertai makanan atau minuman lain (ASI ekslusif). Mulai umur 6 sampai 24
bulan pemberian ASI harus disertai makanan lain (MPASI) karena KUALITAS dan kuantitas ASI tidak
mampu lagi memenuhi kebutuhan bayi yang terus tumbuh. Jumlah kebutuhan ASI bagi bayi tidak
dibatasi, kapan bayi mau menyusu harus diberikan.
Menginjak usia 6 bulan, sudah saatnya memberikan asupan nutrisi lewat makanan padat. ASI memang
masih diperlukan bayi, namun perkembangan bayi tentu membutuhkan asupan gizi lainnya dari
makanan pendamping ASI. Nutrisi berikut ini akan membantu tumbuh kembang bayi mulai dari fisik
hingga perkembangan otaknya.

1.Zat besi

Jenis mineral ini memainkan peran penting dalam produksi hemoglobin. Zat besi memiliki
fungsi untuk memperlancar sel darah merah yang membawa oksigen ke seluruh tubuh.Zat besi juga
membantu perkembangan keterampilan motorik dan memori otak.Pastikan si kecil mendapatkan 11
miligram zat besi yang bisa didapat dari daging sapi, ayam, ikan, telur, alpukat, brokoli serta bayam.

2. Zinc

Hampir sama seperti zat besi, nutrisi ini menjaga otak bayi untuk terus berkembang dan
bergerak. Zinc juga berfungsi untuk produksi sel darah putih yang dapat melawan infeksi serta
memastikan sel-sel tubuh bertumbuh dengan baik. Jenis nutrisi ini, biasanya ada di dalam daging sapi
dan daging ayam. Biasanya makanan yang mengandung zat besi juga mengandung zinc.

3.Kalsium dan Vitamin D

Kalsium sangat baik untuk mengembangkan tulang kuat dan vitamin D sangat baik untuk
membantu penyerapan kalsium. ASI dan susu formula memang telah memberikan kalsium. yang
dibutuhkan bayi. Namun, Anda tetap perlu memberikan asupan kedua nutrisi ini yang bisa di dapatkan
dari telur dan ikan.

4. Omega-3

Omega-3 memang dikenal untuk kesehatan jantung. Bagi bayi, nutrisi ini punya fungsi lain yakni
membantu perkembangan otak dan mata. Berbagai penelitian juga mengungkapkan. Omega-3 akan
membantu perkembangan kemampuan kognitif bayi. Lemak sehat ini pun, membantu tubuh menyerap
vitamin A dan E. Omega-3 bisa didapatkan dari alpukat, salmon, tuna, minyak zaitun, dan lainnya.

5.Vitamin A, B, C dan E

Keempat jenis vitamin ini dapat membantu perkembangan saraf, organ mata, kulit hingga
meningkatkan fungsi kekebalan tubuh.Jenis vitamin ini menjadi paket lengkap sebagai nutrisi yang
dibutuhkan bayi.Anda tak perlu ragu lagi untuk memasukkan berbagai jenis sayuran yang terbukti
memiliki kandungan vitamin yang tinggi. Vitamin A berada di dalam wortel serta ubi.Sementara
sayuran hijau dan pisang memiliki kandungan vitamin B yang tinggi. Vitamin C ada di dalam tomat.
jeruk, stroberi hingga melon. Biji-bijian juga dibutuhkan karena mengandung vitamin E.
A. Kebutuhan gizi bayi usia 7-11 bulan

Memasuki usia pada bayi enam bulan ke atas atau sampai dua tahun, pemberian ASI sebaiknya
disertai juga dengan makanan tambahan atau makanan pendamping ASI yang disebut dengan MPASI.

Pentingnya ASI dan MP ASI:

1. Usia 0-24 bulan merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat.


2. Sering diistilahkan sebagai periode emas atau masa emas sekaligus masa kritis.
3. Periode emas dapat diwujudkan apabila pada masa ini bayi dan anak memperoleh asupan nutrisi
yang sesuai untuk tumbuh kembang optimal.
4. Sebaliknya apabila asupan nutrisi tidak sesuai dengan kebutuhannya, maka periode emas ini
akan berubah menjadi periode kritis.

Oleh karena itu, untuk mencapai tumbuh kembang optimal, Ibu bisa memberikan ASI pada
bayi usia 0-6 bulan. Dan ibu segera mulai mengenalkan pemberian MPASI kepada bayinya yang sudah
berusia 6 bulan. Inilah makanan bayi kedua yang menyertai pemberian ASI.

Alasan MP ASI baru diberikan pada bayi berusia 6 bulan

1. ASI adalah satu-satunya makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh bayi sampai berumur 6


bulan.
2. Menunda makanan padat sampai bayi berumur 6 bulan dapat menghindarkan dari berbagai risiko
penyakit.
3. Menunda pemberian makanan padat memberikan kesempatan pada sistem pencernaan bayi untuk
berkembang menjadi lebih matang.
4. Menunda pemberian makanan padat membantu para ibu untuk menjaga kesediaan ASI.

Dampak Pemberian MP ASI yang Tidak Tepat Pemberian MPASI dini

Dampak secara langsung :

1. Gangguan pencernaan seperti diare, sulit BAB (Buang Air Besar), dan muntah.
2. Gangguan menyusui seperti mengurangi keinginan bayi untuk menyusu sehingga frekuensi dan
kekuatan bayi menyusu berkurang yang berakibat produksi ASI juga berkurang.
3. Meningkatkan resiko terkena infeksi (penyakit menular).

Dampak jangka panjang :

1. Peningkatan berat badan (obesitas) dan alergi makanan. Obesitas ini bisa berlanjut hingga usia
dewasa nanti.
2. Gangguan pertumbuhan. Bila makanan yang diberikan kurang bergizi dapat mengakibatkan anak
menderita KEP (Kurang Energi Protein).
Dampak pemberian MPASI yang terlambat:

1. Menyebabkan bayi sulit untuk menerima makanan pendamping.


2. Menghambat pertumbuhan dan perkembangan bayi.  Energi dan zat-zat gizi yang dihasilkan ASI
tidak mencukupi lagi kebutuhan bayi setelah berusia 6 bulan.

1.) Angka kecukupan gizi (AKG) harian bayi usia 7-11 bulan

Kebutuhan zat gizi makro harian bayi:

Energi : 725 kkal


Protein : 18 gr
Lemak : 36 gr
Karbohidrat : 82 gr
Serat : 10 gr
Air : 800 mililiter (ml)

Kebutuhan zat gizi mikro harian bayi:

1. Vitamin

Vitamin A : 400 mikrogram (mcg)


Vitamin D : 5 mcg
Vitamin E : 5 miligram (mg)
Vitamin K : 10 mcg

2. Mineral

Kalsium : 250 mg
Fosfor : 250 mg
Magnesium : 55 mg
Natrium : 200 mg
Kalium : 700 mg
Zat Besi : 7 mg

2.) Panduan makan harian usia 7-11 bulan

Untuk melengkapi kebutuhan gizi tersebut, bayi harus mulai diperkenalkan dengan makanan
pendamping ASI (MPASI) sejak usianya 6 bulan.

Menurut WHO, beberapa syarat MPASI yang baik meliputi:

1. Diberikan pada waktu yang tepat, yakni ketika pemberian ASI saja sudah tidak mampu untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi pada bayi.
2. Aman, yakni MP-ASI harus disimpan dan diberikan kepada anak dengan tangan atau
perlengkapan makan yang bersih.
3. Kaya akan gizi, yakni MP-ASI mampu mencukupi kebutuhan zat gizi makro dan mikronutrien
bayi.
4. Teksturnya disesuaikan dengan usia dan kemampuan makan anak.

Salah satu syarat MPASI yang baik yakni kaya akan gizi. Maka itu, sebaiknya pastikan MP-ASI yang
Anda berikan pada si kecil mengandung 4 hal berikut:

1. Karbohidrat, contohnya nasi, kentang, mie, roti, dan bihun.


2. Protein, terutama sumber hewani. Contohnya daging, ayam, ikan, dan telur.
3. Sayur atau buah-buahan untuk bayi.
4. Lemak, yang berasal dari minyak, santan, margarin, dan lain sebagainya.

Di usia 7-12 bulan ini, pemberian lemak penting guna menyumbang asam lemak esensial serta
mendukung penyerapan vitamin larut lemak sebagai asupan gizi untuk bayi.

2.2 Kebutuhan Nutrisi pada Balita

Angka Kecukupan Gizi (AKG) yang dianjurkan untuk anak dibagi menjadi : anak usia 6-
11 bulan dengan rata-rata berat badan 9,0 kg dan tinggi badan 72 cm; anak usia 1-3 tahun dengan
rata-rata berat badan 13,0 kg dan tinggi badan 92 cm; dan anak usia 4-6 tahun dengan rata-rata
berat badan 19,0 kg dan tinggi badan 113 cm (Tabel 1).

Tabel 1. Angka Kecukupan Gizi Anak

Kelompok BB TB E P Lemak Omega Omega KH Serat Air


Umur (kg) (cm) (kkal) (g) Total 3 6 (g) (g) (ml)
6-11 bulan 9 72 800 15 35 0.5 4.4 105 11 600
1-3 tahun 13 92 1350 20 45 0.7 7 215 19 1150
4-6 tahun 19 113 1400 25 50 0.9 10 220 20 1650

1. Energi

Kebutuhan energi anak secara perorangan didasarkan pada kebutuhan energi untuk
metabolisme basal, kecepatan pertumbuhan, dan aktivitas. Energi untuk metabolisme basa
bervariasi sesuai jumlah dan komposisi jaringan tubuh yang aktif secara metabolik bervariasi
sesuai umur dan gender. Aktifitas fisik memerlukan energi di luar kebutuhan untuk metabolisme
basal. Aktifitas fisik adalah gerakan yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya.
Selama aktifitas fisik, otot membutuhkan energi di luar metabolisme untuk bergerak, sedangkan
jantung dan paru-paru memerlukan tambahan energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen
ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa dari tubuh.
Sumber energi berkonsentrasi tinggi adalah bahan makanan sumber lemak, seperti lemak
dan minyak, kacang-kacangan dan bijibijian. Setelah itu bahan makanan sumber karbohidrat,
seperti padipadian, umbi-umbian, dan gula murni. Semua makanan yang dibuat dari dan dengan
bahan makanan tersebut merupakan sumber energi. Energi merupakan kemampuan atau tenaga
untuk melakukan kerja yang diperoleh dari zat-zat gizi penghasil energi. Berdasarkan hasil Angka
Kecukupan Gizi (2019), angka kecukupan energi untuk anak usia 6-11 bulan adalah sebesar
800kkal/orang/hari, anak berusia 1-3 tahun adalah sebesar 1350kkal/orang/hari, sedangkan untuk
anak berusia 4-6 tahun adalah sebesar 1400kkal/orang/hari.

2. Karbohidrat

Karbohidrat-zat tepung / pati-gula adalah makanan yang dapat memenuhi kebutuhan


energi, energi yang terbentuk dapat digunakan untuk melakukan gerakan-gerakan tubuh baik yang
disadari maupun yang tidak disadari misal, gerakan jantung, pernapasan, usus, dan organ-organ
lain dalam tubuh. Pangan sumber karbohidrat misalnya serealia, biji-bijian, gula, buah-buahan,
umumnya menyumbang paling sedikit 50% atau separuh kebutuhan energi keseluruhan. Anjuran
konsumsi karbohidrat menurut Angka Kecukupan Gizi (2019) sehari bagi anak usia 6-11 bulan
sebesar 105gram, anak usia 1-3 tahun sebesar 215 gram, dan untuk usia anak 4-6 tahun sebesar
220 gram.

3. Protein

Kebutuhan protein anak termasuk untuk pemeliharaan jaringan. Perubahan komposisi


tubuh, dan pembentukan jaringan baru. Selama pertumbuhan, kadar protein tubuh meningkat dari
14,6% pada umur satu tahun menjadi 18-19% pada umur empat tahun, yang sama dengan kadar
protein orang dewasa. Kebutuhan protein untuk pertumbuhan diperkirakan berkisar antara 1-4 g/kg
penambahan jaringan tubuh.

Protein diperlukan untuk pertumbuhan, pemeliharaan, dan perbaikan jaringan tubuh, serta
membuat enzim pencernaan dari zat kekebalan yang bekerja untuk melindungi tubuh balita.
Protein bermanfaat sebagai presekutor untuk meurotransmitter demi perkembangan otak yang baik
nantinya. Kebutuhan protein menurut Angka Kecukupan Gizi (2019), untuk anak usia 6-11 bulan
sebesar 15 gram, anak usia 1-3 tahun sebesar 20 gram, dan anak usia 4-6 bulan sebesar 25 gram.

Penilaian terhadap asupan protein anak harus didasarkan pada: (1) kecukupan untuk
pertumbuhan, (2) mutu protein yang dimakan, (3) kombinasi makanan dengan kandungan asam
amino esensial yang saling melengkapi bila dimakan bersama, (4) kecukupan asupan vitamin,
mineral, dan energi.

4. Lemak

Lemak merupakan sumber energi dengan konsentrasi yang cukup tinggi. Balita
membutuhkan lebih banyak lemak dibandingkan orang dewasa karena tubuh mereka
menggunakan energi yang lebih secara proporsional selama masa pertumbuhan dan perkembangan
mereka. Angka kecukupan lemak untuk anak usia 6-11 bulan sebesar 35 gram, usia 1-3 tahun
sebesar 45 gram, dan anak usia 4-6 tahun sebesar 50 gram.

5. Serat

Serat adalah bagian dari karbohidrat dan protein nabati yang tidak dipecah dalam usus kecil
dan penting untuk mencegah sembelit, serta gangguan usus lainnya. Serat dapat membuat perut
anak menjadi cept penuh dan terasa kenyang, menyisakan ruang untuk makanan lainnya sehingga
sebaiknya tidak diberikan secara berlebih. Kecukupan serat untuk anak usia 6-11 bulan sebesar 11
gram/hari, anak usia 1-3 tahun adalah 19 gram/hari, sedangkan anak 4-6 tahun adalah 20 g/hari.

6. Vitamin dan Mineral

Vitamin adalah zat organik kompleks yang dibutuhkan dalam jumlah yang sangat kecil
untuk beberapa proses penting yang dilakukan di dalam tubuh. Fungsi vitamin adalah untuk
membantu proses metabolisme, yang berarti kebutuhannya ditentukan oleh asupan energi,
karbohidrat, protein, dan lemak. Mineral adalah zat anorganik yang dibutuhkan oleh tubuh untuk
berbagai fungsi. Mineral penting untuk proses tumbuh kembang secara normal. Kekurangan
konsumsi terlihat pada laju pertumbuhan yang lambat, mineralisasi tulang yang tidak cukup,
cadangan besi yang kurang, dan anemia.

B. Penilaian Kualitas dan Kuantitas Konsumsi Gizi

Tingkat konsumsi pangan suatu individu atau rumah tangga ditentukan oleh kualitas serta
kuantitas hidangan makanan yang disajikan. Kuantitas hidangan menunjukkan terpenuhinya
asupan zat-zat gizi yang berasal dari pangan yang diperlukan oleh tubuh, sedangkan kuantitas
menunjukkan jumlah masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan zat gizi tersebut dalam tubuh.
Apabila pangan yang dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan zat-zat gizi dalam tubuh, baik dari
kualitas maupun kuantitasnya, tubuh akan memaksimalkan penggunaan zat-zat gizi untuk fungsi ,
baik dari segi kuantitas ataupun kualitas maka dapat memicu terjadinya masalah gizi yaitu masalah
gizi lebih ataupun masalah gizi kurang (Sediaoetama, 2008). Kualitas konsumsi pangan
merupakan jumlah jenis pangan yang dikonsumsi yang dapat memenuhi zat gizi mikro maupun
makro yang dibutuhkan oleh tubuh (Moursi et al.2008).

Kualitas dan kuantitas pangan yang dikonsumsi dapat menentukan tingkat konsumsi
pangan. Kualitas pangan mencerminkan adanya zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh yang terdapat
dalam bahan pangan, sedangkan kuantitas pangan mencerminkan jumlah setiap gizi dalam suatu
bahan pangan, sehingga untuk mencapai keadaan gizi yang baik, maka unsur kualitas dan kuantitas
harus dapat terpenuhi (Zulaikhah 2012). Tingkat konsumsi pangan yang dikonsumsi dapat
mencerminkan kualitas dan kuantitas pangan. Adanya zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh terdapat
dalam bahan pangan mencerminkan kualitas pangan, sedangkan jumlah setiap zat gizi dalam suatu
pangan dapat mencerminkan kuantitas pangan. Semakin beragamnya jenis pangan yang
dikonsumsi maka kualitas dari konsumsi pangan akan semakin meningkat (Azadbakht et al. (2006)
dan Ruel (2003).
Dalam pedoman umum gizi seimbang terdapat 13 pesan yang perlu diperhatikan yaitu : (1)
makanlah aneka ragam makanan, (2) makanlah makanan yang memenuhi kebutuhan energi, (3)
makanlah makanan sumber karbohidrat setengah dari kebutuhan energi, 4) batasi konsumsi lemak
dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi, (5) gunakan garam beryodium, (6)
makanlah makanan sumber zat besi, (7) berikan ASI saja kepada bayi sampai umur 4 bulan dan
tambahkan MP-ASI sesudahnya, (8) biasakan makan pagi (9) minumlah air bersih dan aman yang
cukup jumlahnya, (10) lakukan aktifitas fisik secara teratur, (11) hindari minuman yang
beralkohol, (12) makanlah makanan yang aman bagi kesehatan, (13) bacalah label pada makanan
yang dikemas.

Porsi makan balita di dasarkan pada “Isi Piringku”,isi piringku merupakan panduan makan
sehat yang dapat menjadi acuan sajian sekali makan. Isi piringku digunakan untuk mendorong
masyarakat menyajikan makanan dengan gizi yang seimbang dengan cara yang mudah dikenali
dan dipahami.

Aturan pembagian dalam isi piringku menggambarkan porsi makan yang dikonsumsi
dalam satu kali makan yang terdiri dari 50% makanan pokok sebagai sumber karbohidrat dan lauk-
pauk sebagai sumber protein. Dari separuh isi piring tersebut dibagi menjadi 2/3 bagian terdiri dari
makanan pokok dan 1/3 sisanya adalah lauk-pauk. Sedangkan 50% lagi sebagai sumber serat
pangan, vitamin, dan mineral yang terdiri dari sayuran dan buah-buahan, pembagiannya 2/3
sayuran dan 1/3 buah-buahan.

Menurut Profesor dan Ahli Gizi IPB Dodik Iriawan, untuk balita usia 2-3 tahun dianjurkan
makan karbohidrat sebanyak tiga porsi, sayuran 1,5 porsi, buah tiga porsi, lauk nabati satu porsi,
lauk hewani satu porsi, susu satu gelas, dan satu sendok teh minyak, serta satu sendok makan gula.
Sedangkan usia 3-5 tahun, dianjurkan untuk mengonsumsi karbohidrat sebanyak empat porsi,
sayuran dua porsi, buah tiga porsi, lauk nabati dan lauk hewani masing-masing dua porsi, susu satu
porsi, dan minyak empat sendok teh serta gula sebanyak dua sendok makan.

Untuk meningkatkan kualitas hidup, setiap orang membutuhkan zat gizi (karbohidrat,
protein, lemak, vitamin, dan mineral) dalam jumlah yang cukup (seimbang). Kejadian
ketidakseimbangan antara masukan dan kebutuhan terjadi akibat kurangnya konsumsi makanan
yang beranekaragam. Dengan mengonsumsi makanan yang beranekaragam dalam kehidupan
sehari-hari, maka kekurangan zat gizi pada jenis makanan akan dilengkapi dengan keunggulan zat
gizi yang lain, sehingga akan diperoleh masukan zat gizi yang seimbang.

Pilihan seseorang terhadap jenis dan kualitas makanan turut dipengaruhi oleh status sosial
dan ekonomi. Sebagai contoh, orang kelas menengah ke bawah tidak sanggup membeli makanan
jadi, daging, buah dan sayuran yang mahal. Pendapatan akan membatasi seseorang untuk
mengkonsumsi makanan yang mahal harganya. Kelompok sosial juga berpengaruh terhadap
kebiasaan makan, misalnya kerang dan siput disukai oleh beberapa kelompok masyarakat,
sedangkan kelompok masyarakat yang lain lebih menyukai hamburger dan pizza (Dirjen
Binkesmas Depkes RI, 2007).

Makanan pada anak harus serasi, selaras, dan seimbang. Artinya sesuai dengan tingkat
tumbuh kembang anak dan nilai gizinya harus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan usia serta
beragam jenis bahan makanan. Kualitas makan anak sangat ditentukan oleh kualitas menu yang
disediakan di lingkungan keluarga. Tingginya kualitas dan kuantitas konsumsi balita juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu, faktor ekonomi orang tua, pendidikan orang tua, dan
kebiasaan makan dari segi jenis dan jumlah porsi makanan yang dihidangkan. Menu gizi seimbang
artinya susunan makanan yang mengandung zat-zat gizi dalam jumlah yang sesuai dengan
kebutuhan tubuh, dengan memperhatikan prinsip keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas
fisik, kebersihan dan berat badan ideal (Kurniasih, Hilmansyah, Astutidan Iman 2010).

Kandungan gizi dan keragaman pada konsumsi balita dapat mencerminkan kualitas dan
kuantitas menu yang dikonsumsi. Konsumsi makan balita yang berkualitas dapat dilihat dari jenis
atau keberagaman makanan yang dikonsumsinya, sedangkan berdasarkan asupan konsumsi balita
dalam sehari terutama energi dan protein.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Gizi merupakan asupan yang teramat penting bagi tumbuh kembang anak. Kecukupan gizi
untuk anak akan mendorong perkembangan anak secara optimal. Sebaliknya kekurangan gizi atau
malnutrisi akan menimbulkan berbagai risiko kesehatan anak, diantaranya adalah hambatan
pertumbuhan tulang, lemah otol, degeneratif otak serta gangguan mental. Orang tua harus
memahami standar kebutuhan gizi anak yang harus terpenuhi.

Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab
pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun
seiring dengan bertambahnya usia.

Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif
lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang
dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.

3.2 Saran

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak ditemukan kekurangan dan jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritikan yang membangun dari pembaca sangat
diperlukan agar kedepannya kami dapat menyusun makalah dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Helmyati, S., Hadi, H., & Lestariana, W. Kejadian Anemia pada Bayi Usia 6 bulan yang Berhubungan
dengan Sosial Ekonomi Keluarga dan Usia Pemberian Makanan Pendamping ASI. Berita
Kedokteran Masyarakat, 2007, 23(1) : 35–40.

Mufida, L., Widyaningsih, T.D., Maligan, J.M. Prinsip Dasar Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-
ASI) Untuk Bayi 6-24 Bulan: Kajian Pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 2015, 3 (4): 
p.1646-1651.

Fikawati, D.S., Syafiq, A., & Karima, K. Gizi Ibu dan Bayi. Depok: Rajagrafindo Persada.

Sudaryanto, G. MPASI Super Lengkap. Penebar Swadaya Grup, Jakarta

Santosa, Sugeng. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT. Rieneka Cipta.

Nasution, A.H., dkk. 1988. Gizi untuk Kebutuhan Fisiologis Khusus. Jakarta: PT. Gramedia.

Wargiana, R., Susumaningrum, L.A., Rahmawati, I. Hubungan Pemberian MP-ASI Dini dengan Status
Gizi Bayi Umur 0-6 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas Rowotengah Kabupaten Jember. Jurnal
Pustaka Kesehatan, 2013, 1 (1).

Yogi, E.D. 2014. Pengaruh Pola Pemberian ASI dan Pola Makanan Pendamping ASI Terhadap Status
Gizi Bayi Usia 6-12 Bulan. Jurnal Delima Harapan, 2(1): 14-18.

Anda mungkin juga menyukai