Anda di halaman 1dari 74

614.

58 LINDUNGI
Ind DIRI DAN
s
DARI
COVID-19

1 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 2
614.58 LINDUNGI
Ind DIRI DAN
s
DARI
COVID-19

3 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 4
STRATEGI KOMUNIKASI VAKSINASI COVID-19

Dokumen ini dimungkinkan oleh dukungan


Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Saran sitasi:
Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat. (2020).
Strategi Komunikasi Vaksin COVID-19. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Edisi Desember 2020

ISBN 978-623-301-109-9

5 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang maha Kuasa, atas ber-
kat dan karunia-Nya sehingga buku Strategi Komunikasi Vaksinasi COVID-19 dapat
diselesaikan. Buku ini disusun sebagai panduan dalam melaksanan kegiatan komu-
nikasi vaksinasi COVID-19 bagi pengelola program komunikasi, lintas sektor/Lemba-
ga, pemangku kebijakan dan pengambil keputusan, petugas kesehatan, organisasi
kemasyarakatan, dunia usaha, perguruan tinggi, organisasi profesi, media dan pihak
lainnya untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap program vaksinasi,
mendorong penerimaan program vaksinasi, dan meningkatkan kepatuhan mas-
yarakat dalam melaksanakan perilaku kunci yaitu pakai masker, jaga jarak, dan cuci
tangan pakai sabun.

Saat ini, pemerintah Indonesia mengupayakan pengadaan vaksin COVID-19


dan pelaksanaan vaksinasi COVID-19. Seiring dengan perkembangan tersebut diper-
lukan strategi komunikasi tentang vaksinasi COVID-19 kepada masyarakat di seluruh
tingkatan.

Strategi komunikasi memiliki peran penting yang ada didalamnya men-


jelaskan seluruh aspek komunikasi vaksinasi COVID-19 berdasarkan situasi saat ini
seperti data dan fakta mengenai adopsi perilaku kunci memakai masker, menjaga
jarak, mencuci tangan pakai sabun dan juga persepsi serta penerimaan masyarakat
terhadap vaksinasi didasarkan pada kebijakan pemerintah yang masih terus diperba-
harui.

Komunikasi penerimaan vaksinasi membutuhkan perubahan perilaku yang


berkesinambungan dengan tujuan untuk memastikan bahwa masyarakat mau me-

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 6


nerima vaksin dan pada tetap mempertahankan perilaku kunci. Untuk mencapai hal tersebut
diperlukan penjelasan dan prinsip utama dalam melaksanakan strategi baik melalui komuni-
kasi publik, komunikasi perubahan perilaku, pemberdayaan masyarakat, peningkatan kapasitas
vaksinator, kerjasama lintas sektor dan berbagai organisasi.

Sebagai dokumen hidup (living document), buku strategi komunikasi mengalami


penyelarasan sesuai dengan perkembangan terbaru yang terjadi. Buku strategi komunikasi
pada versi ini, disusun berdasarkan penyelarasan Peraturan Presiden Republik Indonesia No-
mor 99 Tahun 2020 tentang Pengadaan Vaksin dan Pelaksanaan Vaksinasi Dalam Rangka Pen-
anggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/9860/2020 tentang Penetapan Jenis Vaksin
Untuk Pelaksanaan Vaksinasi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan Peraturan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor 84 tahun 2020 tentang Pelaksanaan Vaksinasi Dalam
Rangka Penanggulangan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

Kami mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang terlibat dalam peny-
usunan Strategi Komunikasi Vaksinasi COVID-19 ini, semoga segala upaya yang telah dilakukan
dapat memberi manfaat dan mendukung pengendalian COVID-19 di Indonesia.

Salam Sehat
Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat

dr. Riskiyana Sukandhi Putra, M.Kes


7 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


Pendahuluan : Strategi Komunikasi Vaksinasi COVID-19
 Dasar Pertimbangan
 Tujuan
 Pengguna Dokumen

I Analisis Situasi
 Metode Analisis
 Persepsi dan perilaku terhadap COVID-19 dan Adaptasi Kenormalan Baru (AKB)
 Persepsi dan Perilaku terhadap Vaksin COVID-19
 Pesan Kunci dan Strategi Komunikasi yang Perlu Diupayakan

II Strategi Komunikasi Vaksin COVID-19


 Konteks Pesan dan Intervensi Komunikasi Vaksin COVID-19
 Komunikasi Risiko
 Perubahan Perilaku Berkelanjutan
 Strategi Komunikasi Vaksinasi COVID-19
 Segmentasi dan Prioritas Kelompok Sasaran
 Target Sasaran Kampanye
 Kelompok Primer
 Kelompok Sekunder
 Kelompok Tersier
 Pendekatan Komunikasi: Publik (PR) dan Perubahan Perilaku
 Peta Pesan

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 8


III Implementasi Strategi Komunikasi
 Rekomendasi Media
 Rekomendasi Influencers
 Pemberdayaan Masyarakat
 Alat Bantu dan Materi Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat

IV Rencana Implementasi
1. Tahap Pra-Vaksinasi
2. Tahap Masa-Vaksinasi
3. Tahap Paska-Vaksinasi

V Pemantauan dan Evaluasi


 Metode Pemantauan dan Evaluasi
 Siklus Pemantauan dan Evaluasi
 Target Sasaran Komunikasi

9
DAFTAR ISI
Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perilaku kunci pencegahan COVID-19 di Indonesia (JHCCP, 2020)
Tabel 2. Pengetahuan dan keyakinan terkait COVID-19 di Indonesia
Tabel 3. Paparan dan kepercayaan masyarakat terhadap media/sumber informasi terkait
COVID-19 di Indonesia
Tabel 4. Perilaku masyarakat terkait pencegahan COVID-19 di Indonesia
Tabel 5. Alasan dan persepsi terkait kelalaian penggunaan masker saat pandemi
Tabel 6. Kesediaan menerima vaksin COVID-19 menurut pengguna asuransi
Tabel 7. Karakteristik Target Sasaran Kelompok Primer
Tabel 8. Karakteristik Target Sasaran Kelompok Sekunder
Tabel 9. Peta Pesan dan Tahapan Kampanye
Tabel 10. Rekomendasi Media Konvensional Yang Digunakan Pada Komunikasi Vaksinasi
Berdasarkan Karakternya
Tabel 11. Rekomendasi Media Baru Yang Digunakan Pada Komunikasi Vaksinasi
Berdasarkan Karakternya
Tabel 12. Kelompok Influencer
Tabel 13. Rekomendasi Alat bantu untuk Pemberdayaan Masyarakat
Tabel 14. Rencana Implementasi Tahap Pra-Vaksinasi
Tabel 15. Rencana Implementasi Tahap Periode-Vaksinasi
Tabel 16. Rencana Implementasi Tahap Paska-Vaksinasi
Tabel 17. Sasaran Komunikasi dan Indikator (PEMANTAUAN DAN EVALUASI)

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 10


DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Komunikasi Risiko dan Komponen Pesan “Ancaman vs Efikasi”
Gambar 2. Empat Elemen Perubahan Perilaku Berkelanjutan
Gambar 3. Tujuan, Strategi, Pesan Kunci dan Saluran Komunikasi Vaksin COVID-19
Gambar 4. Pertimbangan utama dalam distribusi vaksin COVID-19
Gambar 5. Pembagian Kelompok Sasaran Primer, Sekunder, dan Tersier
Gambar 6. Pendekatan Komunikasi
Gambar 7. Strategi Media
Gambar 8. Tahap rencana implementasi
Gambar 9. Siklus Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Program Komunikasi
Vaksinasi COVID-19
Gambar 10. Pembagian Kelompok Sasaran Primer, Sekunder, dan Tersier

11 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


PENDAHULUAN
Strategi Komunikasi
Vaksinasi COVID-19

Pemerintah telah melakukan berbagai pencegahan dan pengendalian COVID-19


melalui kerjasama dengan berbagai pihak. Komunikasi perubahan perilaku untuk
mencegah persebaran COVID-19 telah dilaksanakan secara nasional di berbagai ting-
katan, mulai dari provinsi, kabupaten hingga Puskesmas dan desa/kelurahan. Pe-
san-pesan pencegahan utama seperti pakai masker – jaga jarak – cuci tangan pakai
sabun masih terus dilaksanakan untuk memastikan bahwa publik tetap mempertah-
ankan adopsi perilaku tersebut dalam situasi pandemi.

Selain kampanye perubahan perilaku, Pemerintah saat ini juga melanjutkan upaya
pengembangan vaksin COVID-19 dengan berbagai uji klinis sehingga nantinya siap
dan aman untuk didistribusikan kepada masyarakat. Seiring dengan perkembangan
tersebut, dirasa penting untuk menyiapkan rancangan strategi komunikasi khusus
untuk vaksinasi COVID-19 kepada masyarakat dan kelompok khusus di seluruh ting-
katan.

Dasar Pertimbangan

Dokumen ini menjelaskan seluruh aspek komunikasi vaksinasi COVID-19 berdasarkan


pada situasi vaksin terkini dan kebijakan pemerintah yang masih terus diperbaharui.
Berdasarkan rilis yang diterbitkan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) , menyatakan
bahwa pemerintah telah menargetkan vaksinasi COVID-19 akan diberikan kepada
67% dari 160 juta penduduk berusia 18-59 tahun, yakni sekitar 107,2 juta orang. Na-
mun distribusi vaksin akan dibedakan dalam dua kebijakan. Pertama, secara gratis

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 12


dibagikan kepada 32 juta penduduk dari kelompok prioritas dan yang memenuhi
syarat lainnya; dan sisanya akan disalurkan lewat jalur mandiri (berbayar).

Selain itu, strategi komunikasi ini disusun berdasarkan data dan fakta yang diambil
dari hasil survei mengenai persepsi dan penerimaan masyarakat terhadap vaksinasi
COVID-19 dan survei-survei tentang vaksin di bidang kesehatan lainnya yang diang-
gap terkait.

Panduan utama dalam mengembangkan strategi komunikasi vaksin adalah pada


kebijakan pemerintah dalam mendistribusikan vaksin secara gratis (Petunjuk Teknis
Vaksinasi COVID-19) dan WHO (Roadmaps ). Beberapa hal penting yang menjadi per-
timbangan utama dalam dokumen ini diantaranya adalah:
1. Prioritas penentuan wilayah berdasarkan status pandemi. Pemerintah mempunyai
empat pembagian wilayah transmisi yaitu (i) wilayah dengan transmisi komunitas,
(ii) transmisi klaster, (iii) transmisi sporadis dan (iv) wilayah dengan kasus jarang
atau tidak ada kasus. Pertimbangan prioritas wilayah berdasarkan mode transmisi
perlu dilakukan mengingat ada wilayah yang mempunyai kebutuhan yang mesti
didahulukan sesuai dengan status kegawatdaruratannya.
2. Jumlah dan waktu penyediaan dan ketersediaan vaksin, dengan kemungkinan
akan dilakukan secara bertahap. Semua negara di dunia saat ini sangat membu-
tuhkan vaksin, namun ketersediaan vaksin sangat terbatas. Oleh karena itu Pe-
merintah memberlakukan distribusi vaksin secara bertahap sesuai dengan keter-
sediaan vaksin dari waktu ke waktu, dan setelah mendapatkan izin darurat atau
Emergency Use Athorization (EUA).
3. Karakteristik produk spesifik dari vaksin yang tersedia. Saat ini disebut-sebut
ada lebih dari 150 jenis vaksin yang sedang dikembangkan di seluruh dunia, na-
mun diperkirakan hanya sedikit saja yang akan segera tersedia dan siap digu-
nakan. Masing-masing jenis vaksin mempunyai karakteristik dan sifat yang ber-
beda, dengan tingkat keamanan dan efektifitas yang berbeda pula. Informasi rinci
mengenai vaksin ini akan mempengaruhi proses pengembangan pesan-pesan

13 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


yang akan disampaikan kepada sasaran.
4. Penilaian manfaat-risiko (risk-benefit) untuk subkelompok populasi yang ber-
beda pada
saat vaksinasi dilaksanakan. Kekhawatiran mengenai manfaat-risiko atau menjadi
isu utama masyarakat utamanya terkait dengan kelompok-kelompok yang mem-
punyai penyakit bawaan tertentu, usia lanjut, dan risiko karena pekerjaan atau
profesinya. Informasi manfaat-risiko menjadi pertimbangan dalam menentukan
langkah-langkah komunikasi kepada subkelompok tertentu untuk mencegah ke-
jadian yang tidak diharapkan.

Tujuan

Dokumen ini bertujuan untuk memberikan panduan atau arahan bagi para pelaku
komunikasi kesehatan utamanya bagi mereka yang mengelola program komunikasi
perubahan perilaku baik program vaksin gratis maupun vaksin mandiri. Secara khu-
sus buku ini bertujuan untuk:
 Memberikan panduan strategi komunikasi vaksinasi COVID-19, implementasinya
serta pemantauan dan evaluasinya.
 Menyediakan pilihan kegiatan dan materi edukasi yang dapat dikembangkan
lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan.
 Memudahkan para pelaku komunikasi edukasi, petugas lapangan dan fasilitator
masyarakat untuk melaksanakan tugas mereka dalam membantu menyebarlu-
askan informasi penting tentang vaksinasi COVID-19, berdasarkan informasi yang
sesuai dengan standar dan protokol terkini.
 Sebagai alat bantu dan panduan bagi para mitra seperti dunia usaha, perguruan
tinggi, media, lintas sektor dan organisasi masyarakat (Ormas) yang mudah
digunakan.

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 14


Selanjutnya dokumen ini akan mengalami penyesuaian dan perubahan tujuan se-
jalan dengan tersedianya data dan kebijakan pemerintah dalam program vaksinasi
COVID-19.

Pengguna Dokumen

Dokumen ini memberikan panduan tentang kegiatan komunikasi bagi para pengam-
bil keputusan, organisasi masyarakat, dunia usaha, perguruan tinggi, media, sektor
pemerintah, tenaga kesehatan masyarakat, pengelola program komunikasi, tenaga
kesehatan professional di tempat-tempat pelayanan kesehatan; dan bagi relawan
kesehatan masyarakat seperti kader, petugas lapangan (PLKB) dan relawan desa
yang bergerak di bidang pemberdayaan masyarakat.

<insert picture/grafis tema vaksinasi untuk kita>

15 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


I Analisis Situasi

Metode Analisis

Analisis situasi dalam strategi ini didasarkan pada hasil studi formatif yang dilakukan
dengan metode desk review terhadap 10 literatur terkait COVID-19 yang berasal dari
dokumen penelitian/laporan organisasi (grey literature), artikel jurnal, dan laporan
dalam forum diskusi ilmiah lainnya. Telaah literatur dilakukan selama bulan No-
vember 2020 dengan fokus pada persepsi dan perilaku pencegahan COVID-19 dan
persepsi dan perilaku penerimaan vaksin COVID-19.

Persepsi dan perilaku terhadap COVID-19 dan Adaptasi Kenormalan Baru


(AKB)

Survei KAP COVID-19 yang dilakukan oleh Johns Hopkins Center for Communica-
tion Program (JHCCP) bekerja sama dengan Facebook, WHO, Massachusetts Insti-
tute of Technology (MIT), dan Global Outbreak Alert and Response Network (GOARN)
di 67 negara, termasuk Indonesia, memberikan gambaran pengetahuan, sikap dan
praktik masyarakat seputar COVID-19 . Berdasarkan survei longitudinal yang dilaku-
kan pada bulan Juli (gelombang I) terhadap 5,852 pengguna Facebook di Indonesia
dengan usia di atas 18 tahun tersebut, lebih dari 80% responden telah menerapkan
cuci tangan pakai sabun dan menggunakan masker. Masyarakat urban maupun ru-
ral, kelompok usia muda maupun yang lebih tua menunjukkan perilaku yang sama.
Akan tetapi, kelompok responden wanita dan responden dengan tingkat pendidikan
yang lebih tinggi cenderung lebih tertib. Di antara perilaku pencegahan yang lainnya,
sebagian besar masyarakat (sekitar 70% responden) juga melakukan jaga jarak.

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 16


Tabel 1. Perilaku kunci pencegahan COVID-19 di Indonesia (JHCCP, 2020)

Perilaku kunci Kelompok Gel.1 (Juli 2020) Gel.7 (Okt 2020)


Memakai masker Total 86% 86%
Wanita 91% 91%
Pria 82% 82%
Rural 87% 84%
Urban 87% 88%
Mencuci tangan
pakai sabun Total 83% 81%
Wanita 88% 89%
Pria 78% 74%
Rural 81% 78%
Urban 84% 83%
Menjaga jarak Total 72% 70%
Wanita 76% 76%
Pria 69% 64%
Rural 69% 63%
Urban 75% 74%

Selanjutnya, pengambilan data secara longitudinal telah dilakukan sebanyak 7 (tu-


juh) kali sampai dengan Oktober 2020. Hasil temuan ini juga dibedakan berdasar
jenis kelamin dan kelompok urban dengan rural. Temuan terbaru di bulan Oktober
2020 terkait tiga perilaku kunci menunjukkan 86% responden melaporkan peng-
gunaan masker dan perilaku ini tidak mengalami penurunan sepanjang masa studi;
perilaku mencuci tangan pakai sabun turun dari 83% ke 81% dan menjaga jarak
turun dari 72% menjadi 70%. Persentase praktik ketiga perilaku tersebut secara
konsisten lebih tinggi dilaporkan oleh responden kelompok perempuan dan ur-
ban dibandingkan dengan kelompok responden laki-laki dan rural. Menjaga jarak

17 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


merupakan perilaku yang dilaporkan paling rendah persentasenya di antara ketiga
perilaku kunci.

Terkait informasi mengenai COVID-19, sebagian besar masyarakat mengetahui apa


saja gejalanya dan keadaan saat ini bahwa obat maupun vaksin COVID-19 belum
tersedia. Hanya saja, dibandingkan informasi gejala, obat dan vaksin, lebih sedikit
lagi masyarakat yang mengetahui dan mampu mengidentifikasi kelompok mana
saja yang berisiko tinggi terpapar COVID-19. Ketidakmampuan mengidentifikasi
kelompok berisiko terpapar ini sejalan dengan temuan terkait keyakinan (beliefs),
di mana terdapat 65% yang mempersepsikan COVID-19 berbahaya dan mengan-
cam lingkungan masyarakat di sekitarnya, namun hanya 49% yang meyakini bah-
wa mereka dapat tertular. Rendahnya keyakinan responden bahwa dirinya berisiko
tertular ini juga sejalan dengan rendahnya efikasi diri (self-efficacy), yaitu keyakinan
bahwa dirinya dapat menghadapi COVID-19 yang hanya sekitar 34%.

Tabel 2. Pengetahuan dan keyakinan terkait COVID-19 di Indonesia

Aspek Informasi Persentase


Pengetahuan Mampu mengidentifikasi individu yang berisiko
tinggi terpapar 29%
Mampu menyebutkan 3 atau lebih gejala COVID-19 49%
Keyakinan Yakin bahwa COVID-19 berbahaya dan mengancam
lingkungan sekitarnya 65%
Yakin bahwa dirinya berisiko tertular COVID-19 49%
Cemas/takut akan berakibat serius apabila tertular 60%
Kemampuan menghadapi COVID-19 (efikasi diri) 34%

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 18


Pada umumnya, masyarakat mengakses informasi tersebut dari berbagai media
dan saluran. Sebanyak 73% responden mengaksesnya melalu televisi yang diang-
gap cukup kredibel atau dapat dipercaya (52%). Sumber informasi lain yang mem-
berikan tingkat kepercayaan yang tinggi bagi masyarakat ialah tenaga kesehatan.
Sayangnya, hanya sedikit sekali (kurang dari 30%) masyarakat yang mengakses in-
formasi dari tenaga kesehatan secara langsung. Sebagian besar masyarakat (ham-
pir 80% responden) justru mengakses sumber informasi daring (online) walaupun
mereka menganggap informasinya kurang kredibel (35%). Sebagian kecil lainnya
(kurang dari 40%) mengakses dan memercayai informasi yang diterima dari aplika-
si mengirim pesan (WhatsApp), koran, dan radio.

Tabel 3. Paparan dan kepercayaan masyarakat terhadap media/sumber


informasi terkait COVID-19 di Indonesia

Media/Sumber Informasi Tingkat Kepercayaan Paparan


Televisi 52% 73%
Tenaga kesehatan 53% 27%
Sumber informasi daring (online) 35% 79%
Aplikasi mengirim pesan daring 31% 35%
Koran 38% 17%
Radio 38% 14%
Ilmuwan/pakar 66% 38%
WHO 66% 21%
Petugas kesehatan lokal 53% 51%
Pemerintah di sektor kesehatan 49% 44%

19 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


Sumber informasi lainnya yang dipercaya oleh responden di antaranya adalah
ilmuwan/pakar (66%) namun hanya 38% yang terpapar oleh ilmuwan. WHO juga
dipercaya oleh 66% responden, tapi hanya 21% yang terpapar; petugas kesehatan
lokal disebutkan oleh 53% responden sebagai sumber yang dipercaya dan sebanyak
51% terpapar olehnya; sedangkan, pemerintah di bidang kesehatan disebutkan oleh
49% responden sebagai sumber yang dipercaya dan sebanyak 44% terpapar oleh
sumber ini.

Sumber: Johns Hopkins Center for Communication Programs, 2020

Untuk menambahkan penjelasan dari temuan-temuan di atas, analysis of COVID-19


Nielsen’ Omnibus survei dengan total sampel 2,000 responden di enam kota be-
sar yaitu Medan, Jakarta, Bandung, Semarang dan Surabaya yang dilakukan oleh
UNICEF di bulan Oktober 2020 menggambarkan beberapa hal persepsi masyarakat
terkait COVID-19. Terkait perilaku kunci, 72% responden melaporkan melakukan
cuci tangan pakai sabun, 71% menggunakan masker dan 47% yang melakukan jaga

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 20


jarak. Namun persentase untuk ketiga perilaku ini dipraktekkan bersama hanya
sekitar 32%.

Tabel 4. Perilaku masyarakat terkait pencegahan COVID-19 di Indonesia

Perilaku kunci Persentase


Mencuci tangan pakai sabun 72%
Menggunakan masker 71%
Menjaga jarak 47%
Melakukan ketiga perilaku kunci bersamaan 32%

Alasan mereka yang tidak menggunakan masker memperlihatkan masih adanya


anggapan remeh terhadap virus corona, seperti lupa menggunakan ketika keluar
rumah (54%); masih bisa waspada tanpa masker (15%); tidak ada kasus corona di
sekitarnya (10%) dan PSBB sudah diperlonggar (5,5%). Adapun terkait dengan per-
ilaku menjaga jarak, alasan yang disampaikan memperlihatkan persepsi norma so-
sial dominan sebagai faktor penghalang, seperti merasa tidak enak kalau berjauhan;
orang lain yang mendekat dan bukan saya; dan karena banyak orang yang tidak
melakukan (jadi kenapa saya harus melakukan?).

Tabel 5. Alasan dan persepsi terkait kelalaian penggunaan masker saat pandemi

Aspek Persentase
Alasan kelalaian
Lupa menggunakan ketika keluar rumah 54%
Masih bisa waspada tanpa masker 15%
Tidak ada kasus COVID-19 di sekitarnya 10%
PSBB sudah diperlonggar 5.5%
Persepsi terkait penularan
Virus corona menular ketika batuk dan bersin 71%
Virus corona menular ketika berbicara 23%
Virus corona menular ketika bernafas 25%

21 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


Banyak responden berpikir bahwa penularan virus corona ialah ketika batuk atau
bersin (71%) namun sedikit yang mengetahui penularannya ketika berbicara atau
bernafas (23% dan 25%). Pengetahuan tentang penularan inilah yang kemungk-
inan juga dapat mempengaruhi bagaimana orang melihat risiko pada seseorang.
Jika orang tidak batuk atau bersin, maka orang itu akan dianggap sehat dan tidak
menularkan virus corona. Hal ini dapat menjelaskan mengapa menjaga jarak atau-
pun menggunakan masker dianggap tidak perlu ketika berbicara dengan seseo-
rang yang tidak batuk dan bersin. Adapun ditemukan pula hubungan antara pen-
getahuan dengan persepsi akan kerentanan atau biasa dikenal sebagai perceived
susceptibility. Mereka yang memiliki pengetahuan lebih tinggi cenderung memiliki
perceived susceptibility yang tinggi juga.

Persepsi dan Perilaku terhadap Vaksin COVID-19

Selama bulan September 2020, WHO, Kemenkes RI, ITAGI, dan UNICEF melakukan
survei daring terhadap lebih dari 115,000 responden di 34 provinsi di Indonesia untuk
mengukur penerimaan masyarakat terhadap vaksin COVID-19 . Berdasarkan pene-
litian tersebut, lebih dari 70% masyarakat telah mengetahui adanya wacana pe-
merintah untuk melaksanakan vaksinasi nasional dalam upaya menekan laju kasus
COVID-19. Kelompok berpenghasilan rendah cenderung memiliki pengetahuan yang
lebih sedikit terkait hal ini. Adapun beberapa wilayah seperti Aceh, Kepulauan Nusa
Tenggara, Papua Barat, Sumatera Barat, Gorontalo dan Sulawesi Tengah termasuk
wilayah dengan pengetahuan terkait vaksin COVID-19 yang lebih rendah (60-65%).
Mayoritas masyarakat (sekitar 65%) bersedia menerima vaksin COVID-19 apabila
disediakan oleh pemerintah, sementara sekitar 27% merasa ragu-ragu dan seba-
gian kecil lainnya (8%) menolak. Aceh dan Sumatera Barat menjadi provinsi dengan
penerimaan terendah (di bawah 50%). Sementara itu, wilayah dengan penerimaan
tertinggi ialah Papua Barat dengan 74% dan Kepulauan Nusa Tenggara dengan 70%.
Hal ini sangat menarik, mengingat temuan sebelumnya menunjukkan dua wilayah

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 22


tersebut termasuk di antara yang paling rendah tingkat pengetahuannya terkait
vaksin COVID-19.

Kelompok masyarakat dengan latar belakang praktisi kesehatan atau profesi lain-
nya yang dekat dengan pelayanan kesehatan memiliki kecenderungan dua kali
lipat lebih dapat menerima adanya vaksin dibandingkan profesi lain. Hal ini salah
satunya dikarenakan risiko keterpaparan mereka yang tinggi (perceived threat),
sehingga merasa membutuhkan vaksin, termasuk melindungi diri sendiri, keluarga
dan lingkungan terdekat dari risiko keterpaparan COVID-19 . Selain itu, kelompok
masyarakat yang memiliki asuransi kesehatan cenderung lebih menerima vaksin
dengan tingkat penerimaan sebesar 66-70%, dibandingkan dengan responden
yang tidak memiliki asuransi (55%). Responden yang memiliki kerabat yang telah
tertular COVID-19 juga cenderung lebih bersedia menerima vaksin.

23 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


Tabel 6. Kesediaan menerima vaksin COVID-19 menurut pengguna
asuransi di Indonesia

Jenis asuransi Kesediaan menerima vaksin Persentase


BPJS Ya 66%
Tidak 7%
Belum memutuskan 27%
Swasta Ya 68%
Tidak 7%
Belum memutuskan 25%
Keduanya Ya 70%
Tidak 6%
Belum memutuskan 24%
Tidak ada Ya 55%
Tidak 12%
Belum memutuskan 33%

Berbagai sebab menolak atau meragukan vaksin pun disampaikan oleh masyarakat
dalam penelitian tersebut. Masyarakat yang menolak vaksin sebagian besar dikare-
nakan masih meragukan keamanannya (30%) dan tidak yakin bahwa vaksin akan
efektif (22%). Sementara, sebagian kecil lainnya menyatakan tidak percaya vaksin
(13%), takut pada efek samping (12%), alasan agama (8%), dan alasan lainnya (15%).

Sumber: WHO, ITAGI, UNICEF & Kemenkes RI, 2020

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 24


Terkait perilaku pencarian informasi vaksin, sumber informasi yang paling banyak
dipilih responden ialah tenaga kesehatan (57%) dan anggota keluarga (32%). Ada-
pun media pilihan yang lebih disukai ialah melalui media sosial (54%), media ce-
tak/elektronik seperti TV/koran (22%), dan saluran telekomunikasi (SMS/telefon)
(13%). Pencarian informasi melalui media sosial lebih banyak dipilih oleh kelom-
pok responden miskin; cenderung berkurang seiring dengan meningkatnya status
ekonomi. Sebaliknya, penggunaan media cetak dan elektronik justru lebih banyak
pada masyarakat kelas atas dan berkurang seiring menurunnya tingkat ekonomi .

Pesan Kunci dan Strategi Komunikasi yang Perlu Diupayakan

Secara umum, berdasarkan berbagai temuan dalam studi formatif di atas, isi pesan
kunci masih harus terus dikomunikasikan kepada masyarakat antara lain:
• Penularan COVID-19 dan siapa saja kelompok berisiko tinggi tertular COVID-19
• Pentingnya tetap menjalankan 3 perilaku kunci (termasuk ketika sudah ada
vaksin)
• Informasi keamanan dan efektivitas vaksin
• Counter hoax yang beredar di masyarakat

Menyusul dibentuknya KPCPEN (Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan


Ekonomi Nasional) sejak Juli 2020, tersedia banyak materi edukasi publik terkait
COVID-19 dan pencegahannya. Situs https://covid19.go.id didedikasikan sejak awal
pandemi agar masyarakat dapat mengakses informasi terkait COVID-19. Dalam be-
randa situs tersebut, terdapat informasi yang mencakup:
a. Berita yang dikelompokkan dalam 3 kategori: penanganan kesehatan, pemulihan
ekonomi, dan vaksin COVID-19;
b. Data dan peta sebaran kasus yang diperbarui harian;
c. Peraturan yang meliputi protokol dan regulasi;
d. Materi edukasi yang dikelompokan berdasarkan kelompok pengguna, seperti
masyarakat umum, orang-orang berisiko, tenaga kesehatan, dan banyak lagi;

25 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


e. Kolom info penting seperti daftar rumah sakit rujukan COVID-19;

Terdapat pula fitur khusus untuk melakukan tanya jawab dengan bot, kolom hoax
buster untuk mengidentifikasi apakah informasi tertentu termasuk hoax atau fakta,
dan buku saku digital #InfoVaksin yang dapat diunduh dengan klik ataupun scan
barcode.

Per 4 Desember 2020, materi edukasi publik terkait COVID-19 yang terakhir diung-
gah memiliki tema seputar mekanisme penyebaran virus corona dan himbauan
pencegahan dengan tagar #PakaiMasker #JagaJarak dan #CuciTanganPakaiSabun.
Selain edukasi pencegahan tersebut, terdapat pula pesan seputar vaksin COVID-19
yang meliputi video informasi tahapan uji klinis vaksin dan video bagaimana vaksin
memicu kekebalan tubuh. Materi edukasi vaksin tersebut dilengkapi dengan jar-
gon “Vaksin Melindungi Diri, Melindungi Negeri” dengan tagar #VaksinItuBaik #Vak-
sinUntukNegeri.
Sementara itu, di samping ketersediaan informasi digital yang sudah sangat banyak,
ragam saluran informasi sebaiknya juga dapat dioptimalkan dalam kampanye pe-
rubahan perilaku dan vaksinasi COVID-19. Hal ini dapat dilakukan melalui distribusi
pesan kunci dalam siaran TV (akses tinggi & kredibel) dan memperbanyak informa-
si counter hoax oleh nakes/sumber lain yang kredibel, baik melalui saluran daring
ataupun pemberdayaan masyarakat atau community engagement di tingkat lokal.
Merujuk pada berbagai studi , , mengenai keberhasilan promosi vaksin yang pernah
ada, strategi komunikasi yang dapat diupayakan untuk vaksinasi COVID-19 adalah
dengan melakukan:
• Segmentasi, termasuk strategi khusus pada populasi-populasi tertentu/kunci;
• Fokus pada peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan
pentingnya vaksin;
• Dorongan melalui regulasi dan konsekuensi bagi yang menolak vaksin;
• Meningkatan kualitas akses dan kemudahan dalam mendapatkan vaksin; dan
• Informasi dan edukasi yang terus-menerus dan berkelanjutan.

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 26


II Strategi Komunikasi
Vaksin Covid-19

Konteks Pesan dan Intervensi Komunikasi Vaksin COVID-19

Masyarakat saat ini menghadapi situasi yang disebut sebagai pandemic fatigue dan
infodemic. Pandemic fatigue mengacu pada pengertian bahwa masyarakat men-
galami kelelahan dan secara perlahan mengalami kemunduran motivasi untuk
melaksanakan tiga perilaku kunci pencegahan COVID-19. Kelelahan karena pandemi
adalah respons alami terhadap krisis kesehatan masyarakat yang berkepanjangan
yang belum pernah terjadi sebelumnya pada kehidupan sehari-hari semua orang,
termasuk mereka yang terpengaruh secara langsung atau tidak langsung oleh virus
itu sendiri. Tanda-tanda bahwa pandemi akan segera berakhir juga belum terlihat,
sehingga makin memperburuk kondisi kelelahan tersebut.

Infodemik atau banjir informasi mengacu pada banyaknya informasi yang disebar-
kan – baik yang akurat maupun tidak – melalui berbagai media daring dan luring
di masyarakat. Situasi ini menyebabkan masyarakat menjadi sulit untuk memilah
info yang benar dan mana yang salah atau tidak akurat; dan sulit dalam memilah
sumber informasi yang bisa dipercaya atau tidak. Infodemik juga mencakup upaya
yang disengaja untuk menyebarkan informasi yang salah untuk merusak respon
kesehatan masyarakat dengan melakukan propaganda serta agenda alternatif
kelompok atau individu untuk kepentingan mereka. Dampak dari infodemik ini ada-
lah menurunnya kedisiplinan masyarakat dalam melaksanakan pesan kunci, serta
tingkat kepercayaan terhadap program vaksinasi pemerintah.

Selain kedua hal di atas, dokumen strategi ini juga didasarkan pada hasil analisa
situasi terhadap adopsi perilaku kunci dan penerimaan vaksin. Secara ringkas hasil

27 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


studi analisa situasi menunjukkan bahwa:
1. Perilaku pencegahan COVID-19 belum konsisten dan belum sepenuhnya men-
jadi bagian
dari norma masyarakat (tingkat adopsi ketiga perilaku <35%). Hal ini disebabkan
oleh rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai gejala, penularan dan
efikasinya.
2. Rendahnya paparan informasi dari sumber yang dipercaya dari tenaga keseha
tan dan pakar. Oleh karena itu perlu memperbanyak informasi counter hoax oleh
nakes/sumber lain yang kredibel, baik melalui saluran daring ataupun pember
dayaan masyarakat atau community engagement di tingkat lokal.
3. Kelompok masyarakat yang berisiko tinggi terpapar COVID-19 (perceived threats)
dan memiliki jaminan kesehatan (baik BPJS atapun swasta) cenderung lebih
menerima vaksin. Hal ini perlu diiringi dengan diseminasi berbagai pesan menge-
nai cara penularan COVID-19, siapa saja kelompok berisiko tinggi tertular
COVID-19, pentingnya tetap melakukan perilaku kunci (termasuk ketika sudah
ada vaksin), pesan mengenai keamanan dan efektivitas vaksin, dan counter
hoax yang beredar di masyarakat.
4. Preferensi sumber dan saluran informasi masyarakat:
a. Televisi: akses 75% - tingkat kepercayaan 52%
b. Nakes, pakar/ilmuwan: akses < 30% - tingkat kepercayaan 53 - 70%
c. Internet, sosial media: akses 79% tingkat kepercayaan 35%

Berdasarkan hasil study tersebut, dapat disimpulkan beberapa pandangan publik


terhadap vaksin COVID-19 yang perlu mendapat perhatian, yaitu:
• <insert clip art fear> Persepsi resiko dan ketakutan atau fear terhadap keamanan,
keselamatan, dan keampuhan vaksin
• <insert clip art > Tingkat pengetahuan tentang vaksin
• <insert clip art > Kelelahan menghadapi pandemi berkepanjangan
• <insert clip art > Penurunan kepatuhan terhadap tiga perilaku kunci pencegahan
COVID-19

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 28


• <insert clip art > Tingkat kepercayaan, sikap dan kepedulian terhadap Vaksin (anti vaksin)
• <insert clip art > Sebaran rumor dan hoaks
• <insert clip art > Aspek sosial (agama) dan budaya yang mempengaruhi adopsi vaksinasi

Pandangan tersebut menjadi landasan dalam mengembangkan strategi komunikasi ini dan
memberikan arahan strategis pada pesan-pesan pendukung yang perlu dikembangkan lebih
lanjut.

Komunikasi Risiko

Badan Kesehatan Dunia (WHO) mendefinisikan komunikasi risiko sebagai pertukaran infor-
masi dan pandangan mengenai risiko serta faktor-faktor yang berkaitan dengan risiko di antara
para pengkaji risiko, manajer risiko, konsumen dan berbagai pihak lain yang berkepentingan.
Dalam situasi pandemi seperti ini, banyak pihak telah melakukan berbagai upaya komuni-
kasi secara serentak dan dalam waktu yang sama. Di satu sisi situasi seperti ini memberikan
keuntungan bagi masyarakat untuk secara cepat mendapatkan informasi terkini. Namun di
sisi lain mempunyai kelemahan yaitu pesan yang terlalu banyak dikeluarkan, bersifat random
(impulsive) dan selalu berubah akan menciptakan kebisingan atau noise yang mengganggu
penerimaan pesan dan pada akhirnya menghalangi orang untuk memahaminya dan men-
gubah perilakunya. Oleh karena itu penting bagi para pengelola komunikasi agar memberi
perhatian dan prioritas pada tujuan perubahan perilaku kunci yang dianggap penting untuk
menurunkan kasus COVID-19 secara efektif dan efisien.

Konsep pengembangan pesan yang digunakan adalah model “Extended Parallel Process”
yang mendiskusikan perasaan terancam (terhadap COVID-19) dan efikasi (kepercayaan atas
kemampuan diri) untuk memberikan respon terhadap ancaman tersebut. Kuncinya adalah
pada keseimbangan diantara kedua faktor tersebut. Jika ancaman (perasaan terancam) tidak
tinggi maka orang tidak akan melihat pandemi sebagai hal penting bagi hidupnya. Demikian
pula jika orang merasa sangat takut terhadap ancaman tersebut, maka mereka tidak akan
berani melakukan inisiatif apapun.

29 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


Keseimbangan yang ideal adalah meyakinkan orang bahwa kondisi COVID-19 ini bisa diken-
dalikan jika mereka melakukan tindakan dan respon sesuai dengan saran/pesan yang disam-
paikan termasuk dalam penerimaan vaksin.

Gambar 1: Komunikasi Risiko dan Komponen Pesan “Ancaman vs Efikasi”

Perubahan Perilaku Berkelanjutan

Komunikasi penerimaan vaksin membutuhkan perubahan perilaku yang berkesinambungan.


Tujuannya untuk memastikan bahwa masyarakat mau menerima vaksin dan pada saat ber-
samaan tetap mempertahankan perilaku kunci (pakai masker – jaga jarak – cuci tangan pakai
sabun). Untuk memastikan terjadinya kesinambungan tersebut, maka pengelola komunikasi
perlu memastikan capaian atas ke empat elemen sebagai berikut:

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 30


1. Lingkungan kebijakan. Elemen ini mensyaratkan adanya kebijakan yang mendukung untuk
pelaksanaan program vaksinasi. Kebijakan tersebut mencakup petunjuk teknis (roadmaps)
distribusi vaksin, alokasi sumber dana dan daya untuk melaksanakan kegiatan, protokol
kesehatan dalam masa adaptasi kebiasaan baru, dan panduan komunikasi vaksinasi yang
menjadi payung dalam menggerakkan perubahan perilaku. Termasuk di dalamnya adalah
penegakkan kebijakan testing, tracing dan treatment (3T) yang menjadi tanggungjawab
pemerintah daerah. Kesemua kebijakan ini akan memberikan perlindungan dan panduan
bagi para pihak yang melaksanakan program vaksinasi.
2. Sistem layanan kesehatan. Perubahan perilaku akan lebih berkesinambungan jika ada
sistem dan layanan pemberian vaksin yang baik. Ketika individu sudah memutuskan untuk
bersedia mendapatkan vaksin sebagai hasil dari kegiatan edukasi, maka pelayanan terse-
but harus tersedia, dan dipastikan bahwa mereka mendapatkan pelayanan yang mudah
diakses dan berkualitas. Untuk mendukung pelayanan vaksinasi diperlukan beberapa
prasyarat yaitu adanya standar operasional dan prosedur pemberian vaksin, kompetensi
vaksinator yang baik, jalur dan fasilitas logistik vaksin yang terjamin, pendataan dan pe-
mantauan penerima vaksin, dan keterampilan memadai dari para tenaga kesehatan (vak-
sinator) mengenai cara memberikan konsultasi mengenai vaksin kepada pasien.
3. Norma masyarakat. Norma yang berlaku di kalangan keluarga, teman sebaya, pasangan
seringkali menjadi faktor utama pertimbangan individu dalam mengadopsi pengetahuan
dan atau perilaku baru. Keberadaan norma masyarakat yang mendukung vaksinasi, akan
mempengaruhi individu untuk menyetujui dan akhirnya menerima vaksin. Untuk men-
dorong adanya norma ini, diperlukan edukasi kepada kelompok melalui kegiatan pember-
dayaan masyarakat, ketersediaan materi komunikasi edukasi, dan adanya aksi masyarakat
yang mendukung atau menerima vaksin.
4. Individu. Tujuan dari perubahan perilaku individu adalah penerimaan vaksin. Dalam hal ini,
para individu perlu memiliki tingkat pemahaman yang baik mengenai vaksin, dan me-
mahami risiko dan manfaat jika mendapatkan vaksin. Tahapan yang lebih tinggi setelah
mengubah perilaku adalah ketika para individu ini kemudian mau memberikan dukungan
perlindungan kepada kelompok rentan lainnya.

31 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


Gambar 2: Empat Elemen Perubahan Perilaku Berkelanjutan

Strategi Komunikasi Vaksinasi COVID-19

Tujuan utama komunikasi vaksinasi adalah untuk meningkatkan kepercayaan publik terha-
dap program vaksin, mendorong penerimaan program vaksinasi, dan meningkatkan kepatu-
han masyarakat untuk melaksanakan tiga perilaku kunci (pakai masker – jaga jarak – cuci
tangan pakai sabun).

Strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut adalah melalui komunikasi
publik (public relations), komunikasi massa, pemberdayaan masyarakat, peningkatan kapasi-
tas vaksinasi, kerjasama lintas organisasi, dan lintas sektor. Masing-masing strategi memerlu-
kan perencanaan rinci lebih lanjut yang tidak tercakup secara mendalam dalam dokumen ini.
Namun dokumen akan menjelaskan panduan dan prinsip utama dalam menjalankan strate-
gi-strategi tersebut.

Fokus dari rancangan komunikasi ini adalah pada kegiatan pemberdayaan masyarakat (PM)
sebagai ujung tombak dalam memastikan bahwa norma sosial dan penerimaan vaksin di

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 32


tingkat individu meningkat. Kegiatan PM dapat dilakukan dengan berbagai cara untuk me-
mastikan bahwa para pelaku komunikasi tetap mematuhi kebijakan jaga jarak dan tidak
berkerumun seperti dalam situasi non pandemi.

Dalam masa kampanye sebelumnya, pesan kunci yang disampaikan adalah pakai masker,
jaga jarak dan cuci tangan pakai sabun. Namun kini seiring dengan perkembangan situasi
maka vaksin menjadi bagian terintegrasi dari pesan kunci tersebut.

Pesan terbagi menjadi dua yaitu Vaksinasi dan tetap melakukan tiga perilaku kunci (CTPS,
pakai masker dan jaga jarak). Pada tingkatan pelaksanaan atau implementasi, pihak pengelola
program selalu menyampaikan kedua pesan tersebut secara bersamaan, agar publik men-
yadari bahwa vaksinasi bukan untuk menggantikan tiga perilaku kunci.

Saluran komunikasi menggunakan berbagai cara seperti media konvensional (TV, Radio, Ko-
ran), media sosial/digital, dan aplikasi berbasis teknologi. Selain melalui media, informasi juga
bisa disalurkan melalui tenaga kesehatan (termasuk vaksinator), fasilitas kesehatan, Petugas
Lapangan Keluarga Berencana (PLKB), kader kesehatan, relawan kesehatan, dan tokoh ag-
ama maupun masyarakat.

Gambar 3: Tujuan, Strategi, Pesan Kunci dan Saluran Komunikasi Vaksin COVID-19

33 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


Segmentasi dan Prioritas Kelompok Sasaran

Ada dua tantangan yang menjadi landasan dalam pembagian kelompok sasaran, yaitu:
1. Ketersediaan vaksin menjadi masalah serius yang melatarbelakangi pembagian kelompok
sasaran dalam program vaksin. Penyediaan vaksin dalam jumlah besar sekaligus masih
belum dimungkinkan karena itu pemerintah akan melakukan pembelian secara bertahap
hingga semua kelompok primer bisa mendapatkan vaksin.
2. Status epidemiologi wilayah. Pertimbangan pemilihan kelompok sasaran berdasarkan
pada kondisi tingkat keparahan penularan COVID-19 di suatu wilayah. Semakin tinggi ting-
kat keparahan penularan, maka akan semakin tinggi tingkat kebutuhan akan vaksin.

Gambar 4: Pertimbangan Utama dalam Distribusi Vaksin COVID-19

Bedasarkan kedua pertimbangan tersebut, dokumen strategi ini membagi kelompok sasaran
ke dalam tiga kelompok yaitu primer, sekunder dan tersier. Jumlah target sasaran primer
adalah 32 juta orang yang ditujukan bagi semua penduduk berusia 18 – 59 tahun. Akan teta-
pi pemberian vaksin pada kelompok primer akan dilakukan secara bertahap berdasarkan
kondisi pasokan dan prioritas sebagai berikut :

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 34


1. Tenaga kesehatan, asisten tenaga kesehatan, tenaga penunjang yang bekerja pada Fasilitas
pelayanan kesehatan, TNI/Polri, aparat hukum, dan petugas pelayanan publik lainnya.
2. Tokoh masyarakat/agama, pelaku perekonomian strategis, perangkat daerah kecamatan,
desa, RT/RW;
3. Guru/tenaga pendidik dari PAUD/TK, SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi;
4. Aparatur pemerintah pusat, daerah, dan legislatif;
5. Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) BPJS Kesehatan; dan
6. Masyarakat dan pelaku perekonomian lainnya.

Gambar 5: Pembagian Kelompok Sasaran Primer, Sekunder, dan Tersier

Target Sasaran Kampanye


Sasaran kampanye media dibagi menjadi tiga kelompok, yakni kelompok primer, sekunder
dan tersier.

Kelompok Primer
Kelompok primer ini menjadi fokus utama dalam pemberian vaksin, sebagai kelompok
dengan daftar prioritas penduduk Indonesia yang tersebar di berbagai daerah.

35 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


Tabel 7. Karakteristik Target Sasaran Kelompok Primer

GEOGRAFI DEMOGRAFI PSIKOGRAFI

Seluruh Indonesia Umur: 18 – 59 tahun Umum


Gender: Pria & Wanita
Status sosial ekonomi: B, C, D

Pekerjaan:
1. Tenaga kesehatan, asisten tenaga
kesehatan, tenaga penunjang yang
bekerja pada Fasilitas pelayanan
kesehatan, TNI/Polri, aparat hukum,
dan petugas pelayanan publik lainnya.
2. Tokoh masyarakat/agama, pelaku
perekonomian strategis, perangkat
daerah kecamatan, desa, RT/RW;
3. Guru/tenaga pendidik dari PAUD/TK,
SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi;
4. Aparatur pemerintah pusat, daerah,
dan legislatif;
5. Peserta Penerima Bantuan Iuran
(PBI) BPJS Kesehatan;
dan
6. Masyarakat dan pelaku perekonomian
lainnya.

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 36


Kelompok Sekunder
Kelompok sekunder ini merupakan kelompok yang akan menjadi panutan, penggerak untuk
mengedukasi serta sosialiasi mengenai vaksinasi covid-19 di berbagai lapisan.

Tabel 8. Karakteristik Target Sasaran Kelompok Sekunder

GEOGRAFI DEMOGRAFI PSIKOGRAFI

Kota Besar di Indonesia Umur: 18 – 59 tahun 1. Tokoh/Ahli Kesehatan


(berdasarkan 34 provinsi Gender: Pria & Wanita 2. Pemerhati keluarga
Indonesia) (Parenting)
Status sosial ekonomi: B & C 3. Sosial dan budaya
4. Pemerhati perekono
mian & bisnis
Pekerjaan:
1. Juru Bicara Nasional
2. Tokoh agama dan tokoh
masyarakat/informal leaders
3. Vaksinator dan tenaga
kesehatan di Faskes
4. Tokoh berpengaruh di media
(Selebriti dan influencer)
5. Tenaga dan relawan kesehatan
masyarakat

Kelompok sasaran sekunder berperan sebagai panutan, turut menyebarluaskan pesan-pe-


san vaksinasi dan menciptakan suasana yang kondusif guna mempercepat penerimaan vak-
sin dan perilaku kunci di sasaran primer. Mereka ini terdiri dari Juru Bicara Nasional, tokoh
agama, tokoh masyarakat (termasuk informal leaders), tenaga vaksinator, tenaga kesehatan
di fasilitas kesehatan, tokoh berpengaruh di media (daring dan luring), dan relawan kesehatan
masyarakat seperti petugas lapangan keluarga berencana (PLKB), kader dan relawan desa.

37 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


Kelompok Tersier

Kategori berikutnya adalah kelompok tersier yaitu pihak-pihak yang membuat dan menga-
wasi kebijakan, memfasilitasi atau menyediakan sumber daya dan dana dalam pencapaian
tujuan komunikasi. Masuk dalam kategori ini adalah organisasi mitra, kementerian/lembaga
lintas sektor, pemerintah daerah dan media.

Kelompok tersier ini juga berperan penting dalam komunikasi vaksinasi, sebagai pengawas
serta pengamat tersalurkannya vaksin COVID-19 secara menyeluruh sesuai dengan sasaran
target.

Pendekatan Komunikasi: Publik (PR) dan Perubahan Perilaku

Komunikasi publik bertujuan untuk mempertahankan reputasi sektor kesehatan dan


meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap program vaksinasi. Upaya komunikasi yang
dilakukan mengarah kepada membangun hubungan dengan banyak pihak, meningkatkan
perhatian masyarakat terhadap vaksin dan membuat program vaksinasi menjadi perbincan-
gan positif di media. Termasuk mengatasi berita viral yang negatif, kemungkinan terjadinya
kejadian ikutan paska imunisasi (KIPI), dan hoaks yang memberikan pengaruh negatif terha-
dap citra vaksin dan sektor kesehatan.

Komunikasi perubahan perilaku berfokus pada serangkaian upaya terstruktur untuk mengu-
bah perilaku kelompok sasaran sehingga mau menerima vaksin dan tetap menerapkan tiga
perilaku kunci. Kegiatan-kegiatan komunikasi yang dilakukan juga berupaya untuk mengatasi
segala hambatan yang menghalangi terjadinya perubahan norma, sosial dan perilaku baik di
tingkat individu, keluarga/peer, komunitas maupun masyarakat. Perubahan pada berbagai
tingkatan ini memerlukan proses yang panjang dan secara konsisten harus terus menerus
dilakukan. Untuk menjadi konsisten dan bertahan dalam jangka panjang, program memer-

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 38


lukan peningkatan kapasitas pelayanan vaksin dan penegakkan kebijakan secara konsekuen
dan tegas terkait dengan protokol kesehatan.

Pemberdayaan masyarakat (community engagement) dalam istilah yang paling sederha-


na, adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kapasitas dan melibatkan
masyarakat dalam mencapai tujuan komunikasi. Melalui pemberdayaan masyarakat, mas-
yarakat bukan diposisikan sebagai pelaku pasif melainkan berperan aktif dalam menangani
dan membantu penyelesaian dampak-dampak terkait COVID-19 dan atau vaksin. Pember-
dayaan masyarakat juga berfungsi untuk memaksimalkan efektivitas adopsi pesan-pesan
kunci melalui respons kolektif dan akhirnya bisa mencegah penularan di tingkat komunitas.
Dengan melibatkan masyarakat dalam program vaksinasi COVID-19, sektor kesehatan mem-
punyai kesempatan untuk memberikan pelayanan vaksinasi secara realistis, relevan dan se-
suai dengan kebutuhan dan tantangan kelompok sasaran. Oleh karena itu, Pemberdayaan
masyarakat - sejalan dengan hasil riset analisa situasi - merupakan garda terdepan dalam
program vaksinasi COVID-19 yang perlu mendapatkan perhatian besar dari berbagai pihak.

Gambar 6: Pendekatan Komunikasi

39 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


Peta Pesan

Dalam komunikasi vaksinasi, masyarakat memerlukan waktu untuk memahami dan menim-
bang manfaat serta risiko atas program vaksinasi yang akan diberikan. Oleh sebab itu strategi
komunikasi ini akan dibagi ke dalam tiga tahap yaitu pra vaksinasi, vaksinasi dan pasca vaksi-
nasi. Masing-masing tahapan mempunyai tujuan dan fokus pesan yang berbeda seperti yang
dijelaskan dalam tabel di bawah ini.

Fase Tujuan Pesan Faktor Penunjang


Pra Vaksinasi Meningkatkan peneri- • Info dasar vaksin • Transparansi
maan terhadap vaksin terpilih (aman, efektif, • Koordinasi antar lem
(vaccine acceptance) halal, double dose) baga pemerintah
• Bagaimana vaksin • Kerjasama dengan
melindungi organisasi profesi dan
• Info jenis Vaksin (Vak- pemangku kepenti-
sin Mandiri dan Vaksin ngan
program) • Penguatan pesan
• Info kelompok priori- CTPS, pakai masker
tas vaksin program dan jaga jarak
tahap 1, 2, dan 3
• Info Periode Vaksinasi
program
• Tetap CTPS, pakai
masker, dan jaga jarak
• Meluruskan hoaks dan
rumors

Masa Meningkatkan cakupan • Info dasar vaksin • Pelayanan / pos


Vaksinasi vaksin dan perubahan terpilih (aman, efektif, vaksinasi
perilaku kunci halal, double dose • Prosedur layanan
atau dosis ganda) vaksinasi
• Info wilayah Vaksinasi • Logistik vaksin
• Kelompok prioritas • Pendataan kelompok
(tahapan) prioritas
• Info registrasi vaksina- • Vaccine coverage
si (mandiri atau • Penguasaan KIE ten-
program) tang vaksin oleh

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 40


Mengelola umpan balik • Info persyaratan Nakes, relawan kese-
(KIPI/ Kejadian Ikutan penapisan hatan dan PLKB
Paska Imunisasi) • Lokasi vaksinasi • Penguatan pesan
• CTPS, pakai masker, CTPS, pakai masker
dan jaga jarak dan jaga jarak
• Info gejala efek sam- • Kualitas pelayanan
ping dan cara menga- kesehatan
tasinya

Pasca vaksinasi • CTPS, pakai masker, • Kualitas pelayanan


dan jaga jarak kesehatan
• Sistem pelaporan KIPI
• Penguatan pesan
CTPS, pakai masker
dan jaga jarak

Dalam setiap tahapan kampanye tersebut, ketiga pendekatan (komunikasi publik, komunikasi
perubahan perilaku dan pemberdayaan masyarakat) memainkan peran yang saling menun-
jang.

41 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


III Implementasi
Strategi Komunikasi

Implementasi strategi komunikasi vaksinasi ini mencakup tiga pendekatan yang sudah
dideskripsikan pada bagian sebelumnya yaitu Komunikasi Perubahan Perilaku, Public Re-
lations atau dengan kata lain adalah HUMAS (Hubungan Masyarakat) dan melalui Pem-
berdayaan Masyarakat (community engagement). Operasionalisasi strategi komunikasi
diturunkan dalam bentuk kampanye media yang tidak dirancang dalam bentuk yang me-
ngunci, namun sangat terbuka untuk mengalami penyesuaian terkait dengan info terbaru-
kan atau perubahan situasi kegiatan komunikasi media yang dilakukan oleh berbagai pihak
di Indonesia. Pesan-pesan yang disarankan dalam bagian ini merupakan panduan dan masih
memerlukan penyesuaian kembali saat kampanye benar-benar dilaksanakan. Pengelola
program kampanye perlu memahami siapa yang menjadi khalayak sasaran kampanye dan
bagaimana mereka memberikan repon terhadap pesan yang diterimanya.
Kampanye media dalam program vaksinasi menggunakan communication props yaitu “Mari
Akhiri Pandemi dengan #MakinDisiplin dan #YakinVaksin”. Tema #MakinDisiplin untuk meng-
galakkan terus tiga perilaku kunci (bahkan setelah ada vaksin); sementara #YakinVaksin ini
untuk menjawab ketidakpercayaan dan keraguan atas vaksin. Kedua tema tersebut bisa dis-
ertai jargon ikutan, seperti #VaksinAman, #BikinNyaman. Tema-tema ini bertujuan untuk
menggelompokan konten dan mempermudah pencarian dengan menggunakan kata kun-
ci sesuai dengan kebutuhan branding dan promosi; dan dilaksanakan menggunakan lintas
platform. Kampanye media terbagi ke dalam tiga tahapan yaitu “pra vaksinasi, vaksinasi, dan
pasca vaksinasi. Data lebih detail dapat dilihat pada gambar xx.

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 42


Gambar 7: Strategi Media

Pengelola program kampanye perlu memahami siapa yang menjadi khalayak sasaran kam-
panye dan bagaimana mereka memberikan repon terhadap pesan yang diterimanya.

Rekomendasi Media

Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi, media komunikasi mengalami perubahan


bentuk dan karakteristik. Dua bentuk media yang sering digunakan dalam berbagai komuni-
kasi kesehatan adalah media konvensional dan media baru (new media). Secara sederhana
media konvensional mengacu pada berbagai bentuk media yang bisa mengirimkan pesan
tanpa bantuan internet. Format pesan bisa dalam bentuk elektronik seperti TV dan radio;

43 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


dan berbentuk cetak seperti koran, majalah, poster, leaflet, banner, baliho dan sejenisnya.
Masing-masing bentuk media konvensional mempunyai kelebihan dan kelemahan, namun
secara umum bersifat satu arah dan dianggap lebih bisa dipercaya oleh kelompok sasaran
utamanya jika disampaikan oleh orang atau institusi yang kredibel dalam bidang kesehatan.

Adapun beberapa media konvensional yang digunakan pada komunikasi vaksinasi berdasar-
kan karakternya sebagai berikut:

Tabel 10. Rekomendasi media konvensional yang digunakan pada komunikasi


vaksinasi berdasarkan karakternya

Media Format Rekomendasi

TV nasional - Iklan layanan masyarakat - Jawa Pos (Jawa Pos TV)


(5-15-30”) - Kompas Gramedia (Kompas
- Masuk ke dalam headline TV)
pemberitaan mengenai - Bakrie (TV One, ANTV)
informasi serta edukasi - Media Group (Metro TV)
mengenai vaksin selama - CT Corp (Trans TV, Trans 7,
masa pra vaksinasi, vaksi- CNN TV)
nasi serta pasca vaksinasi - Global Media (MNC, RCTI,
secara transparan dan Global TV)
konsisten - Emtek (SCTV, Indosiar,
- Talkshow di beberapa O Channel)
program TV - Lippo Group (Berita Satu TV)

Radio Iklan dan Talkshow di - RRI (Pro 2 FM)


beberapa radio nasional - Jawa Pos (Jawa Pos, Fajar
dan daerah (menyasar usia FM)
35 – 50 tahun) - Kompas Gramedia (Sonora)
- Global Media Com (Trijaya FM,
RDI)
- Emtek (El Shinta)
- Pas FM

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 44


Usia 20 – 35 tahun - MARI Group (Hard Rock FM,
Jak FM, Mustang FM,
- MRA Group (Cosmopolitan FM)
- Global Media Com (Global FM)

Cetak • Pendekatan dengan - Kompas Gramedia Group


melakukan konferensi (Kompas, Tribun Jakarta,
media, interview media, Tabloid Kontan, Warta Kota,
diskusi media secara Tabloid Nova, Harian Pagi
rutin untuk memberikan Surya)
informasi terkini. - Jawa Pos Group (Jawa Pos)
• ByLine Article, penulisan - Media Group (Media Indonesia)
artikel yang membahas - MNC (Koran SINDO)
perkembangan vaksin - Bisnis Media Group (Koran
(dari sosok publik figur/ Bisnis Indonesia)
praktisi) yang dimuat di
media cetak
• Distribusi rilis media
secara berkala
• Pesan pendek
• Video, buku saku, poster,
leaflet, lembar balik
• Infografis

Sedangkan media baru atau berbasis teknologi informasi diartikan sebagai semua kegiatan
komunikasi yang dimediasi oleh sambungan internet seperti media online dan media sosial.
Karakteristik dari media baru diantaranya adalah informasi dapat diperbaharui dengan cepat,
dapat diakses dari mana saja dan kapan saja; dan para pengguna dapat saling berinterak-
si satu sama lain. Jangkauan media berbasis teknologi informasi relatif lebih tersegmenta-
si dibandingkan dengan media konvensional dan tidak semua golongan masyarakat dapat
mengaksesnya. Tingkat penggunaan media baru cukup tinggi di kalangan kelompok sasaran,
namun dianggap kurang dapat dipercaya sehubungan dengan informasi hoaks dan rumor
yang sering disebarkan melalui media ini.

45 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


Dalam menjalankan komunikasi vaksinasi ini, pengelola program dapat menggunakan berb-
agai media baru seperti website dan vlog. Adapun media sosial yang dapat digunakan un-
tuk penyampaian komunikasi vaksinasi adalah twitter, instagram, facebook, youtube dengan
website sebagai landing page jika pengguna memerlukan informasi lebih lanjut.

Tabel 11. Rekomendasi media baru yang digunakan pada komunikasi vaksinasi
berdasarkan karakternya

Media Format Rekomendasi

Media Online Short news Group Media online


Talk-show TV online
ILM (paid ads) Radio online

Media sosial Short video, infografis, Chat group, Twitter, Insta-


paid ads, dan influencers gram, FaceBook, Youtube,
blog, vlog, podcast dll

Website Akses materi edukasi Akun website resmi KE-


Landing Page Short News MENKES & mitra terkait
Short Video

Untuk kelompok primer, kampanye media menggunakan gabungan antara media berba-
sis teknologi informasi dan media konvensional. Tujuannya agar pesan bisa tersebar dalam
waktu singkat, cepat dan massal ke seluruh khalayak. Beberapa contoh format diantaranya
adalah berupa iklan layanan masyarakat TV/Radio, infografis, video pendek, audio, dan me-
dia cetak edukasi yang ditempatkan di lokasi strategis seperti fasilitas kesehatan. Juru bicara
Nasional dan daerah memainkan peranan penting untuk menyampaikan informasi mengenai
info dasar vaksin, distribusinya serta menanggapi sebaran rumors dan hoaks di masyarakat.

Untuk kelompok sekunder dan tersier, penyebaran pesan dilakukan dengan melibatkan
tokoh berpengaruh baik di media konvensional maupun media berbasis teknologi informasi

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 46


(media baru). Keterlibatan tokoh, selebriti dan influencer melalui saluran media sosial juga
menjadi perhatian khusus dalam implementasi strategi komunikasi vaksinasi. Tujuan peng-
gunaan influencer di media sosial, diharapkan dapat meningkatkan perbincangan positif
mengenai vaksin secara online.

Rekomendasi Influencers

Secara sederhana, influencers adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk memba-
ngun kesadaran (awareness) dan pelibatan (engagement) dengan pengikut mereka melalui
media sosial. Hal tersebut menempatkan mereka pada posisi kuat untuk mempengaruhi
pengikutnya agar bertindak atau memutuskan sesuatu sesuai dengan saran.

Pengelola program dapat memanfaatkan influencers dengan melihat faktor kredibilitas


(tingkat kepercayaan), jumlah followers dan tingkat pelibatan (Engagement Rate/ER) yang
tinggi. Influencers yang telah mendapatkan kepercayaan dari followers, bisa menyampaikan
pesan-pesan vaksinasi secara lebih meyakinkan untuk memangkas hoaks dan info salah
dibandingkan dengan jalur komunikasi resmi lainnya. Influencers juga mempunyai kekuatan
dalam membuat konten buatan mereka sendiri (user generated content), dengan gaya Ba-
hasa mereka dalam mempromosikan vaksinasi COVID-19 namun tetap menggunakan salah
satu tema yang dipromosikan (#yakinvaksin #makin disiplin).

Tabel 12: Kelompok Influencer

Kelompok Influencer Karakter

Mega Influencer Pengikut: > 1.000.000 orang


(Selebriti, selebgram) Contoh:
1. Pemerhati kesehatan
2. Parenting
3. Business
4. dan kategori lainnya yang mencakup segala
bidang

47 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


Macro Influencer Pengikut:
• 500.000 – 1.000.000 orang

Micro Influencer Pengikut: 10.000 – 50.000 orang

Nano Influencer Pengikut: < 10.000 orang


Kalangan: professional, praktisi dan komunitas.
Catatan:
Hubungan komunikasi antara nano influencer
dengan para pengikutnya cukup kuat. Biasanya
nano influencer merupakan tokoh atau sosok yang
diikuti dalam komunitas atau lingkungannya.

Pemberdayaan Masyarakat

Pemberian vaksin akan dilaksanakan di Puskesmas dan atau fasilitas kesehatan lainnya yang
ditunjuk oleh pemerintah. Anggota masyarakat dari kelompok prioritas dan primer akan
mendapatkan panggilan secara individual (by name and by address) melalui teknologi ko-
munikasi atau bentuk lainnya, agar datang dan mendapatkan vaksinasi COVID-19 di Pusk-
esmas. Setiap orang diwajibkan untuk disuntik sebanyak 2 kali vaksin dalam jangka waktu
14 hari. Oleh sebab itu Puskesmas perlu menyiapkan diri dengan serangkaian kegiatan pem-
berdayaan masyarakat di wilayah kerjanya untuk memastikan bahwa target vaksinasi dapat
tercapai dengan baik.

Elemen penting yang terlibat dalam pendekatan ini, baik secara langsung atau tidak langsung,
adalah kolaborasi dengan mitra/institusi sosial, keberadaan media cetak/elektronik, respon
masyarakat yang positif, dukungan kampanye media nasional/daerah, dan dukungan dalam
implementasi kebijakan vaksinasi.

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 48


Alat Bantu dan Materi Komunikasi Pemberdayaan Masyarakat

Di tingkat fasilitas kesehatan, media yang dapat disiapkan adalah media luar ruang seperti
baliho, spanduk, atau media elektronik seperti video, lagu/jingle radio yang diputar ulang di
ruang tunggu pasien atau ruang publik. Tujuannya ada dua yaitu (1) memberikan informasi
dasar mengenai vaksin COVID-19; dan (2) agar khalayak mengetahui bahwa tempat tersebut
menyediakan pelayanan vaksinasi COVID-19.

Selain itu, Puskesmas juga mempunyai hubungan kerjasama dengan para relawan kesehatan
masyarakat seperti kader, petugas lapangan keluarga berencana (PLKB), dan relawan desa.
Para pihak ini membantu Puskesmas untuk melakukan penjangkauan ke masyarakat melalui
berbagai kegiatan pemberdayaan masyarakat termasuk edukasi dan konseling. Sebagai pihak
yang berhadapan langsung dengan masyarakat, para kader/PLKB perlu mendapatkan pela-
tihan untuk meningkatkan pengetahuan (pelatihan) mengenai vaksin dan vaksinasi. Mereka
juga memerlukan dukungan materi edukasi untuk menyebarkan informasi seputar vaksin
kepada kelompok sasaran primer seperti kelompok prioritas, dan sasaran sekunder seperti
tokoh agama dan tokoh masyarakat. Beberapa media yang dapat dikembangkan diantaranya
adalah media cetak seperti buku saku vaksinasi COVID-19 khusus kader, poster, lembar balik;
dan media elektronik seperti lagu/jingle, infografis, dan video pendek untuk diputar di media
sosial.

Beberapa contoh kegiatan yang dilakukan melalui pendekatan pemberdayaan masyarakat:


1. Merencanakan dan melakukan kunjungan dari rumah ke rumah secara terstruktur
2. Memfasilitasi pertemuan kelompok masyarakat (seperti kelompok ibu, kelompok agama)
3. Memanfaatkan tempat berkumpul komunitas seperti masjid, sekolah, dan pasar untuk
menyebarkan informasi, tanya jawab dan melawan informasi yang salah tentang vaksin;
dan untuk mengadopsi perilaku kunci
4. Mengembangkan peta sosial dan mengidentifikasi rumah-rumah penduduk usia 18-59
tahun yang belum divaksinasi
5. Merekrut tokoh masyarakat, budaya, dan agama untuk mendampingi kader selama kun-

49 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


jungan rumah tangga dan bertindak sebagai sumber komunikasi yang kredibel untuk meng-
hilangkan ketakutan, keraguan dan rumor tentang vaksin.

Tabel 13: Rekomendasi Alat bantu untuk Pemberdayaan Masyarakat

Sasaran Saluran Pesan Kegiatan Alat Bantu


Komunikasi Materi
Fasilitas o Nakes Puskesmas o Memberikan infor o Interpersonal / o Lembar balik
Kesehatan masi dasar konseling o Kartu vaksin
mengenai vaksin o Banner/baliho
COVID-19; dan (luar ruang)
o Tempat pelayanan o Poster (dalam
vaksinasi COVID-19. ruang)
o Materi KIE o infografis
o Video pendek

(Dukungan KPP,
media sosial dan PR)

Prioritas o Nakes dan Kader o Informasi dasar o Interpersonal / o Buku saku


dan primer vaksin (imunitas Kelompok o Poster
tubuh, jenis, risiko o Mobilisasi sosial o video pendek
dan manfaat) o Infografis
o Vaksinasi (prioritas)
pendaftaran, (Dukungan KPP,
penapisan keseha- media sosial dan PR)
tan, lokasi, jumlah
suntikan dll)
o Tetap jaga jarak,
CTPS , dan pakai
masker
o Meluruskan info
dan pengetahuan
salah tentang
vaksin
o Keragu-raguan (ti-
dak percaya) vaksin
o Khawatir Efek
samping

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 50


Sekunder o Nakes dan Kader Tahu manfaat vaksin Advokasi o Buku saku
dan mau mengajak (Dukungan KPP,
masyarakat men- media sosial dan
dukung vaksinasi PR)

Tersier o Nakes dan Kader Tahu kebijakan Advokasi o SK Menteri


vaksinasi dan o Juknis
mampu mendukung
implementasi kebija- (Dukungan KPP,
kannya media sosial dan PR)

51 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


IV Rancangan
Implementasi

Strategi komunikasi diimplementasikan ke dalam 3 tahap utama, yaitu tahap Pra-Vaksinasi,


Masa-Vaksinasi dan Pasca-Vaksinasi, dan masing-masing tahapan dilaksanakan dalam waktu
kurun tertentu. Selain itu, sebelum tahapan implementasi kegiatan dilaksanakan, perlu diper-
siapkan hal-hal sebagai berikut:

1. Penyusunan identitas kampanye dan materi komunikasi yang disesuaikan berdasarkan ke


butuhan sesuai dengan karakteristik target sasaran dan pesan yang akan disampaikan. Ma-
teri komunikasi disusun melalui proses uji coba untuk memastikan keefektifannya.
2. Peningkatan kapasitas dan keterampilan tenaga kesehatan dan kader kesehatan dalam
melakukan kegiatan komunikasi, informasi, edukasi (KIE) dan konseling vaksinasi Covid-19
serta melakukan kegiatan pemantauan dan evaluasi komunikasi.
3. Koordinasi persiapan baik di tingkat nasional, propinsi maupun kabupaten/kota. Koordi
nasi persiapan ini perlu dilakukan dengan melibatkan seluruh lintas sektor yang men-
dukung pelaksanaan vaksinasi Covid-19, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), SatGas Pe-
nanganan Covid-19, Kantor Staf Presiden Republik Indonesia, Kementerian Komunikasi
dan Informatika, BUMN, BUSwasta, dan lintas kementerian/Lembaga terkait lainnya;
b. Kantor UN (WHO, Unicef) dan donor;
c. Ormas, asosiasi profesi, swasta;
d. Program/proyek terkait;
e. Entitas terkait lainnya.

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 52


Gambar 8. Tahap rencana implementasi

PERSIAPAN
(3 bulan)

PRA-VAKSINASI MASA-VAKSINASI PASCA-VAKSINASI


(3 bulan) (3 bulan) (3 bulan)

Rencana implementasi lebih detail akan dijelaskan pada tabel berikut:

Tahap Pra-Vaksinasi
Pada tahap ini, pesan-pesan komunikasi bertujuan untuk meningkatkan penerimaan terha-
dap vaksin (vaccine acceptance).

53 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


Tabel 14. Rencana Implementasi Tahap Pra-Vaksinasi

Pendekatan Komunikasi Media dan Saluran Penanggung Jawab Waktu


Komunikasi Pelaksanaan

a. Kampanye Publik Iklan layanan masyara- Dit. Promkes dan PM, H-30 hari
kat (video 30 detik) Dinkes Prov, Kab/Kota sebelum
terkait keamanan dan
vaksinasi
kemanjuran vaksin; 3
Talkshow (TV dan radio), Dit. Promkes dan PM,
perilaku kunci (me- Dinkes Prov, Kab/Kota
makai masker, mencuci Koran/majalah Dit. Promkes dan PM,
tangan, menjaga jarak); (headline, byline article, Dinkes Prov, Kab/Kota
pemberian vaksin advertorial)
termasuk info regis- Dit. Promkes dan PM,
Poster, leaflet, baliho,
trasi, lokasi, waktu dan Dinkes Prov, Kab/Kota
spanduk
mekanisme pemberian
vaksin Media berita online Dit. Promkes dan PM
(detik.com, okezone.
com);

Media baru (infografis, Dit. Promkes dan PM


influencers, short news),
melalui media sosial

b. Public Relations Konferensi pers (press Rokomyanmas H-30 hari


sebelum
terkait info vaksin ter- release, PR brief),
vaksinasi
pilih, cara kerja vaksin, advokasi media (kun-
info pemberian vaksin jungan media, diskusi),
dan meluruskan hoaks advertorial, hak jawab/
dan rumor serta berita koreksi ke media,
salah yang beredar penyiapan jubir dan tim
komunikasi.

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 54


c. Pemberdayaan Kegiatan KIE dan kon- Dit. Promkes dan PM, H-30 hari
masyarakat terkait seling melalui komuni- sebelum
Dinkes Prov, Kab/Kota
vaksinasi
keamanan dan keman- kasi antar pribadi (KAP)
juran vaksin; 3 perilaku (dengan menggunakan
kunci; pemberian vaksin materi buku saku vaksin
termasuk info regis- Covid-19, poster, lagu,
trasi, lokasi, waktu dan lembar balik, infografis,
mekanisme pemberian video ILM 3 menit dan
vaksin 30 detik)

Pelibatan tokoh agama/ Dinkes Kab/Kota


tokoh masyarakat

d. Advokasi terkait Pertemuan koordinasi Dit. Promkes dan PM, H-14 hari
pelaksanaan vaksinasi lintas sektor untuk Rokomyanmas, Dinkes sebelum
vaksinasi
secara massal mendukung pelaksa- Prov, Kab/Kota
naan vaksinasi

55 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


Tahap Masa-Vaksinasi
Pada fase masa vaksinasi, fokus utama pesan komunikasi adalah untuk meningkatkan akses
vaksin kepada kelompok sasaran prioritas.

Tabel 15. Rencana Implementasi Tahap Periode-Vaksinasi

Pendekatan Komunikasi Media dan Saluran Penanggung Jawab Waktu


Komunikasi Pelaksanaan

a. Kampanye Publik Kegiatan launching Rokomyanmas Hari H


+ 60 hari
terkait ajakan vaksinasi tokoh politik nasional
ke pusat layanan kes- dengan melibatkan
ehatan termasuk info lintas sektor (kolaborasi
target sasaran, regis- dengan semua pihak,
trasi, lokasi, cara kerja
termasuk influencer,
vaksin; dan penguatan 3 “duta vaksin”, dll)
perilaku kunci
Iklan layanan masyara- Dit. Promkes dan PM,
kat (video 30 detik) Dinkes Prov, Kab/Kota

Talkshow (TV dan radio), Dit. Promkes dan PM,


Dinkes Prov, Kab/Kota

Koran/majalah Dit. Promkes dan PM,


(headline, byline article, Dinkes Prov, Kab/Kota

advertorial)

Poster, leaflet, baliho, Dit. Promkes dan PM,


spanduk Dinkes Prov, Kab/Kota

Media berita online ; Dit. Promkes dan PM

Media baru (infografis, Dit. Promkes dan PM


influencers, short news),
melalui media sosial

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 56


b. Public Relations ter- Konferensi pers (press Rokomyanmas Hari H
kait info vaksin terpilih, release, PR brief), + 30 hari

cara kerja vaksin, info advokasi media (kun-


pemberian vaksin dan jungan media, diskusi),
meluruskan hoaks dan advertorial, hak jawab/
rumor serta berita salah koreksi ke media,
yang beredar penyiapan jubir dan tim
komunikasi.

c. Pemberdayaan Kegiatan KIE dan kon- Dit. Promkes dan PM, Hari H + 120
Masyarakat terkait seling melalui komuni- Dinkes Prov, Kab/Kota hari
(segera
ajakan vaksinasi ke kasi antar pribadi (KAP) setelah
pusat layanan keseha- (dengan menggunakan pemberian
vaksin)
tan termasuk info target materi buku saku vaksin
sasaran, registrasi, Covid-19, poster, lagu,
lokasi, cara kerja vaksin, lembar balik, infografis,
efek samping dan cara video ILM 3 menit dan
mengatasinya; dan 30 detik)
penguatan 3 perilaku
Pelibatan tokoh agama/ Dinkes Kab/Kota
kunci
tokoh masyarakat
Dit. Promkes dan PM,
Dinkes Prov, Kab/Kota

d. Advokasi terkait Pertemuan koordinasi Dit. Promkes dan PM, Hari H + 120
Dinkes Prov, Kab/Kota hari
pelaksanaan vaksinasi lintas sektor untuk
secara massal dan mendukung pelaksa- Dit. Promkes dan PM
menyelesaikan kendala naan vaksinasi
Dit. Promkes dan PM
teknis lapangan

57 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


6. Tahap Paska-Vaksinasi
Di tahap paska-vaksinasi, tujuan pesan komunikasi adalah untuk mengelola umpan balik
(KIPI/ Kejadian Ikutan Paska Imunisasi).

Tabel 16. Rencana Implementasi Tahap Periode-Vaksinasi

Pendekatan Komunikasi Media dan Saluran Penanggung Jawab Waktu


Komunikasi Pelaksanaan

a. Kampanye Publik Iklan layanan masyara- Dit. Promkes dan PM, Selama 3
terkait penguatan 3 rakat (video 30 detik) Dinkes Prov, Kab/Kota bulan setelah
kampanye
perilaku kunci + Vaksi- bulan vaksi-
nasi (menggunakan Talkshow (TV dan radio), Dit. Promkes dan PM, nasi berakhir
masker, mencuci Dinkes Prov, Kab/Kota
tangan, menjaga jarak Koran/majalah Dit. Promkes dan PM,
dan vaksin) (headline, byline article, Dinkes Prov, Kab/Kota
advertorial)
Poster, leaflet, baliho, Dit. Promkes dan PM,
spanduk Dinkes Prov, Kab/Kota

Media berita online; Dit. Promkes dan PM

Media baru (infografis, Dit. Promkes dan PM


influencers, short news),
melalui media sosial

b. Public Relations un- Konferensi pers (press Rokomyanmas Selama 3


tuk meluruskan hoaks release, PR brief), bulan setelah
kampanye
dan rumor serta berita advokasi media (kun- bulan vaksi-
salah yang beredar jungan media, diskusi), nasi berakhir
advertorial, hak jawab/
koreksi ke media,
penyiapan jubir dan tim
komunikasi.

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 58


b. Pemberdayaan Kegiatan KIE dan kon- Dit. Promkes dan PM, Sejak bulan
masyarakat terkait cara seling melalui komuni- Dinkes Prov, Kab/Kota vaksinasi
dimulai dan
kerja vaksin, efek samp- kasi antar pribadi (KAP) berlanjut
ing dan cara mengata- (dengan menggunakan hingga 1
bulan setelah
sinya; dan penguatan 3 materi buku saku vaksin bulan vaksi-
perilaku kunci Covid-19, poster, lagu, nasi berakhir
lembar balik, infografis,
video ILM 3 menit dan
30 detik)

Pelibatan tokoh agama/ Dinkes Kab/Kota Selama 6


tokoh masyarakat bulan setelah
kampanye
bulan vaksi-
nasi berakhir

c. Advokasi untuk Pertemuan koordinasi Dit. Promkes dan PM,


menyelesaikan persoa- lintas sektor untuk Rokomyanmas, Dinkes
Prov, Kab/Kota
lan teknis lapangan mendukung pelaksa-
naan vaksinasi

59 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


V Pemantauan dan
Evaluasi

Kegiatan pemantauan dan evaluasi tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan utama komu-
nikasi. Dalam pendekatan “perbaikan berkelanjutan” maka penyusunan skema tindakan,
pelaksanaan perbaikan strategi, lalu pemantauan dan evaluasi merupakan siklus yang perlu
dilaksanakan secara menerus, berkelanjutan.
Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan Strategi Komunikasi Vaksinasi COVID-19 akan meni-
tikberatkan pada:
1. Keluaran utama;
2. Faktor-faktor pendukung;
3. Dampak dan capaian program komunikasi.

V.1. Metode Pemantauan dan Evaluasi


Metode untuk melakukan pemantauan dan evaluasi antara lain:

a. Survei
Pendekatan survei (dengan kuesioner) diterapkan di tingkat nasional guna melihat waktu
pelaksanaan tindakan, ketersediaan dan penyerapan anggaran (input), kesiapan pelaksa-
naannya program komunikasi (process), bagaimana hasilnya (output), serta dampak dari
program komunikasi itu sendiri. Selanjutnya, hasil survei tersebut dapat digunakan sebagai
referensi tindak lanjut bagi kabupaten/ kota.
Survei untuk tujuan utamanya adalah untuk memotret kinerja program komunikasi yang
dilakukan saat ini, guna memperoleh informasi mengenai aspek-aspek program komunikasi
yang perlu mendapat prioritas. Survei dapat dilakukan dengan frekwensi per semester atau
setahun sekali terhadap program kegiatan komunikasi, serta saluran komunikasi. Dengan de-
mikian penyusunan perangkat untuk survei juga perlu disusun secara bersama bagaimana
bentuk, sisi dan sistematikanya dan siapa yang bertugas melakukan survei sampai dengan

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 60


menganalisisnya. Hasil survei sedianya dipublikasikan kepada masyarakat luas dan bersifat
terbuka. Penyampaiannya dapat disepakati apakah melalui media cetak, media elektronik
atau media online.
b. Observasi/ pengamatan
Metode observasi lapangan masih diperlukan sebagai pelengkap informasi yang dihasilkan
dari survei pada kelompok sasaran primer, sekunder dan tersier. Observasi bertujuan me-
mantau apa yang sesungguhnya terjadi, fasilitas alat bantu dan dukungan lainnya terhadap
pelaksanaan program komunikasi yang dilakukan. Dalam tindakan perbaikan, juga diperlu-
kan bukti, termasuk pernyataan (testimony) dari para pemangku kepentingan (stakeholders)
yang terlibat. Selanjutnya, untuk memudahkan melihat kemajuan, baik untuk perbandingan
antar daerah atau perbandingan antara yang lalu dan saat ini (antar waktu), perlu dilakukan
scoring dari tiap tahap yang telah dikerjakan. Sumber data yang bisa dipergunakan antara lain
bisa dari:
• Laporan internal KemenKes;
• Laporan media;
• Laporan kantor statistik;
• Survei kepuasan pada kelompok sasaran primer, sekunder dan tersier;
• Jajak pendapat terhadap kelompok sasaran primer, sekunder dan tersier, dll.

c. Cerita atau praktik terbaik


Metode ini menekankan cerita perubahan perilaku yang dialami oleh kelompok sasaran prim-
er, sekunder dan tersier berdasarkan frekwensi program komunikasi yang dilakukan, seh-
ingga bersifat personal, mendalam, dan unik tergantung dari intervensi yang terjadi di mas-
ing-masing daerah.

Dalam mempersiapkan kegiatan pemantauan dan evaluasi untuk mengukur capaian dan
perkembangan program komunikasi serta mendapatkan masukan dan umpan balik dari
kelompok sasaran, perlu disusun standar dan formatnya yang dilakukan oleh Direktorat Pro-
mosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat berkoordinasi dengan pihak pelaksana se-
cara berjenjang hingga ke tingkat Puskesmas.

61 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


Beberapa perangkat yang perlu dipersiapkan untuk mendapatkan masukan aspirasi dan
umpan balik dari kelompok sasaran primer, sekunder dan tersier dapat diuraikan sebagai
berikut:
• Daftar pertanyaan;
• Jadwal;
• Perangkat fasilitasi;
• Format pelaporan.

V.2. Siklus Pemantauan dan Evaluasi


Pemantauan dan evaluasi sesungguhnya adalah cara untuk mengenali dan mengukur kin-
erja kegiatan komunikasi dan promosi. Oleh karena itu, sebelum masuk kepada pembaha-
san pemantauan dan evaluasi, perlu lebih dahulu dipahami: Mengapa harus mengenali dan
mengukur kinerja kegiatan komunikasi dan promosi? Alasan diperlukannya pengenalan dan
pengukuran kinerja kegiatan komunikasi dan promosi antara lain:

a. Agar Anda bisa membedakan sukses vs gagal;


b. Agar Anda mengerti mengapa kesuksesan terjadi;
c. Agar Anda mengerti mengapa kegagalan terjadi;
d. Agar kegagalan tidak berulang;
e. Agar sukses dapat diulang dan ditularkan.

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 62


Berikut adalah siklus pemantauan dan evaluasi Strategi Komunikasi Vaksinasi COVID-19:

Faktor Eksternal

Pelaksanaan Keluaran Manfaat Dampak


Kondisi Kegiatan
Program (outputs) (outcome) (impact)
Komunikasi yang
Komunikasi

Masukan
(inputs)

Pemantauan
dan Evaluasi

Faktor
Internal

Umpan Balik
(Feed Back)

Gambar 9. Siklus Monitoring dan Evaluasi Pelaksanaan Program


Komunikasi Vaksinasi COVID-19

Keterangan siklus:
1. Data yang dipantau secara periodik, terprogram, dengan indikator-indikator kunci yang di
pantau terhadap input, proses, output, bahkan outcome bila tindakan perbaikan sudah
dilaksanakan. Pemantauan terbagi menjadi dua periode: Januari – Juni dan Juli – Desem-
ber. Pemantauan ini dilaksanakan secara menerus, dan melekat pada unit kerja yang ber-
sangkutan, dilaksanakan dalam rangka perbaikan kegiatan komunikasi dan promosi secara
berkelanjutan (continuous communication process improvement)

63 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


2. Pelaksananya adalah penyelenggara kegiatan komunikasi dan promosi di lingkungan
Kementerian Kesehatan dipimpin oleh pimpinan unitnya.
3. Evaluasi pelaksanaan kegiatan komunikasi dilaksanakan untuk mendapatkan informasi
dan pembelajaran (lesson-learned) dari proses tindakan komunikasi dan promosi, untuk
memperoleh umpan balik (feed-back).
4. Umpan balik tersebut akan digunakan untuk mengambil keputusan:
- Apakah suatu tindakan akan diteruskan/ disempurnakan/ dihentikan?
- Apakah hal (positif/ negatif) sebagai pembelajaran yang dapat diambil untuk pelajaran
(direplikasi atau dihindari) bagi kelanjutan ataupun penerapan di bidang/ tempat lainnya.
5. Fokus Evaluasi, umumnya difokuskan kepada:
- Evaluasi Persiapan program komunikasi, yaitu penilaian atas persiapan yang dilakukan,
ketersediaan input yang dibutuhkan.
- Evaluasi Proses Program Komunikasi, yaitu penilaian atas proses-proses pelaksanaan
kegiatan komunikasi, dan hasil (output) sementaranya sesuai jadwal;
- Evaluasi Hasil Program Komunikasi, ialah penilaian hasil (output) dan manfaat (outcome)
dari pelaksanan kegiatan komunikasi.

Untuk mengukur dampak dan tingkat efektifitasnya, beberapa indikator telah dikembangkan
untuk tiap-tiap sasaran sebagaimana diuraikan di awal laporan ini, disertai checklist peman-
tauan dan evaluasi sederhana guna memantau pencapaian indikator. Sasaran dan strategi
yang lebih luas akan di review dan disesuaikan.

Pada tahun terakhir dari pencapaian sasaran, strategi komunikasi ini akan di evaluasi dan
disempurnakan. Unit kerja bidang komunikasi di lingkungan Kementerian Kesehatan akan
bekerja sama dengan unit kerja pemantauan dan evaluasi terkait review tahunan.

V.3. Target Sasaran Komunikasi

Hal penting agar Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat bisa termoti-
vasi untuk melakukan perbaikan program komunikasi berkelanjutan ialah adanya masukan

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 64


dan umpan balik “persepsi kelompok sasaran” atas program komunikasi yang dilakukan.

Pada diagram berikut ditunjukkan target sasaran komunikasi:

Primer

l Daftar Prioritas

l Penduduk usia 18 - 59 tahun

Sekunder
l Juru Bicara Nasional

l Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat/Informal Leaders

l Vaksinator dan Tenaga Kesehatan di Faskes

l Tokoh Berpengaruh di Media

l Tenaga dan Relawan Kesehatan Masyarakat

Tersier
l Organisasi Mitra ( Pramuka, PKK, Dunia Usaha, UMKM, Perguruan Tinggi,

dan Organisasi Profesi )

l Lintas Sektor Pusat dan Daerah

l Pemda

l Media

Gambar 10. Pembagian Kelompok Sasaran Primer, Sekunder, dan Tersier

65 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


Sedangkan pada tabel berikut ditunjukkan sasaran komunikasi beserta indikatornya:

Tabel 17. Sasaran Komunikasi dan Indikator (PEMANTAUAN DAN EVALUASI)

Indikator Alat Ukur


Sasaran I: Meningkatkan kepercayaan publik terhadap vaksin COVID-19

a. # kelompok masyarakat dan pemerintah lokal - Laporan berkala


yang dijangkau melalui sesi peningkatan kesada- (per enam bulan)
ran dan kepercayaan terhadap vaksin - Hasil survei
b. Sebanyak # juru bicara vaksin di tingkat nasional - Bukti/ fakta penggunaan
dan daerah ditunjuk dan dilatih media dalam menunjang
c. # % wanita dan #% pria terlibat dalam proses pembuatan kebijakan
sosialisasi di level daerah
d. # pemimpin daerah, tokoh masyarakat dan
agamawan menjadi penggerak dalam implemen-
tasi pemberian vaksin
e. # champion lokal lahir yang dapat membantu
memimpin advokasi kebijakan
f. # pemuatan media informasi seputar vaksin yang
tersebar di berbagai kanal media (paid, owned,
earned)
g. # jurnalis/ produsen informasi yang paham
mekanisme dan pemberian vaksin
h. Sebanyak # % jumlah kanal media (paid, owned,
earned) yang memuat informasi positif tentang
vaksin meningkat
i. # dokumen yang menyertakan pemilahan data
terkait dampak pada wanita, pria, anak-anak,
penyandang disabilitas, orang lanjut usia, serta
rencana resolusi

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 66


Indikator Alat Ukur
Sasaran II: Mendorong penerimaan vaksinasi bagi kelompok sasaran

a. Sebanyak #% memiliki pengetahuan tentang - Hasil review tahunan


vaksin COVID-19 bersifat positif dari auditor
b. # permintaan penyediaan informasi pendukung independen
terkait vaksin - Peningkatan anggaran
c. Sebanyak #% wanita dan #% pria yang berpa Kementerian/ Lembaga
tisipasi dalam kegiatan-kegiatan kampanye bulan - Level partisipasi dalam
vaksinasi COVID-19 atas inisiatif sendiri kegiatan komunikasi dan
d. # kelompok masyarakat penggerak yang terbentuk promosi
guna mendorong penerimaan vaksinasi di komu - Media monitoring
nitasnya masing-masing - Cerita sukses atau praktik
e. Sebanyak #% penyedia layanan dan kader baik
meningkat pengetahuannya tentang vaksin
f. Sebanyak #% penyedia layanan dan kader mening-
kat pengetahuannya dalam melakukan komunikasi
antar pribadi
g. # frekuensi kunjungan kelompok sasaran ke
fasilitas kesehatan untuk mengimplementasikan
komunikasi antar pribadi dalam penerimaan
vaksinasi
h. Sebanyak #% wanita dan #% pria yang puas
dengan manfaat yang diterima saat menerima
vaksin
i. #kelompok masyarakat miskin yang memberikan
pandangan positif akan pentingnya penerimaan
vaksinasi guna perbaikan kondisi kesehatan

67 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


Indikator Alat Ukur
Sasaran III: Meningkatkan kepatuhan terhadap pesan kunci COVID-19

a. #regulasi tentang strategi komunikasi yang diadap- - Laporan berkala (per enam
tasi sesuai konteks lokal daerah masing-masing bulan)
b. #kelompok kerja/ unit khusus di daerah untuk - Cerita sukses atau praktik
penegakan kepatuhan terhadap pesan kunci vaksin baik
c. Sebanyak #% wanita dan #% pria yang terpapar - Kandungan produk komu-
informasi yang memuat pesan kunci COVID-19 nikasi
meningkat - Survei kepatuhan tahunan
d. Sebanyak #% wanita dan #% pria yang paham
tentang pesan kunci COVID-19 secara benar
e. Sebanyak #% wanita dan #% pria memberikan
tanggapannya terhadap informasi seputar pesan
kunci COVID-19
f. Sebanyak #% wanita dan #% pria yang ikut
menyebarluaskan informasi seputar kepatuhan
dan pelanggaran di lapangan dari pesan kunci
COVID-19
g. Sebanyak #% wanita dan #% pria yang ikut
menulis kepatuhan dan pelanggaran dari pesan
kunci COVID-19 dengan benar di kanal media
masing-masing (blog, citizen jurnalism)
h. Sebanyak #% wanita, #% pria dan #% anak-anak
yang mengubah pola hidupnya mengikuti gaya
adaptasi kebiasaan baru

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 68


Masukan dari proses pemantauan dan evaluasi diatas bisa menyempurnakan informasi
mengenai pandangan kelompok sasaran yang sesungguhnya, bahkan bisa untuk mengeval-
uasi target pencapaian program komunikasi yang diterapkan. Selanjutnya masukan tersebut
direspon dengan perbaikan lebih lanjut menyangkut komponen: target komunikasi (berapa
persen kelompok sasaran yang akan terjangkau oleh program komunikasi yang diterapkan,
kenaikan pengetahuan, perubahan sikap, jangkauan vaksinasi), penyempurnaan struktur dan
tata laksana, perbaikan prosedur, peningkatan kemampuan penyedia layanan dan kader lebih
lanjut, dan perbaikan ulang atas peraturan dan kebijakan pendukungnya.

Proses peningkatan kualitas program komunikasi secara berkelanjutan ini sebaiknya dilakukan
dengan mengadakan pertemuan internal dan eksternal penyelenggara program komunikasi
(mis: Tim Komunikasi Kementerian Kesehatan, Tim Komunikasi Kantor Sekretaris Presiden/
Wakil Presiden, Kementerian Komunikasi dan Informatika dan kantor Komite Penanganan
COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN)), mungkin secara bulanan atau dua
bulanan untuk membahas masukan dan umpan balik dari kelompok sasaran, dengan wakil
pemangku kepentingan lainnya. Jika ini sudah menjadi kebiasaan rutin, maka peningkatan
kualitas program komunikasi secara berkelanjutan ini akan menjadi budaya organisasi.

Kegiatan pemantauan dan evaluasi pada tingkat nasional adalah sebagai berikut:
1. Materi yang dipantau adalah perkembangan pelaksanaan kegiatan strategi komunikasi
penerimaan vaksin dengan menggunakan komunikasi antar pribadi.
2. Pemantauan dilakukan setiap enam bulan sekali melalui laporan terpadu tentang perkem-
bangan penerimaan vaksin COVID-19.
3. Rapat koordinasi lintas program di Kementerian Kesehatan dilakukan untuk membahas
hasil pemantauan dan evaluasi guna menentukan tindak lanjut.
4. Umpan balik (feedback) hasil pemantauan dapat disampaikan melalui mekanisme persu-
ratan.
5. Hasil pemantauan akan menjadi bahan masukan dalam melakukan evaluasi upaya komu-
nikasi secara keseluruhan.

69 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


Kegiatan pemantauan dan evaluasi pada tingkat kabupaten/ kota adalah sebagai berikut:
1. Materi yang dipantau adalah perkembangan pelaksanaan kegiatan strategi komunikasi
penerimaan vaksin dengan menggunakan komunikasi antar pribadi di provinsi, kabupaten/
kota dan desa.
2. Pemantauan dilakukan setiap enam bulan sekali secara terpadu melalui laporan secara
berjenjang, rapat koordinasi lintas program dan pembinaan terpadu.
3. Umpan balik (feedback) hasil pemantauan dapat disampaikan melalui mekanisme persu-
ratan dan dapat dibawa ke forum pimpinan apabila tindaklanjut yang memerlukan kepu
tusan pimpinan yang lebih tinggi.
4. Hasil pemantauan akan menjadi bahan masukan dalam melakukan evaluasi upaya komu
nikasi secara keseluruhan.

Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 70


Tim Penyusun Buku

Tim review:
dr. Lily S Sulistyowati, MM
drg. Marlina BR Ginting, M.Kes
Aji Muhawarman, ST, MKM
Andi Sari Bunga Untung, SKM, MSc.PH.

Tim penyusun:
Theresia Irawati, SKM, M.Kes
Sinansari, SKM
Bhinuri Damawanti, SKM
Theresia Rhabina Noviandri Purba, SKM
Satryo Utomo, A.Md

Disain buku:
Umarjono Hadi, S.Sn.

71 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19


Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 72
73 Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19
Strategi Komunikasi Vaksinasi Covid-19 74

Anda mungkin juga menyukai