Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH ETIKA KEPERAWATAN

PERATURAN PERUNDANGAN KESEHATAN DAN KEPERAWATAN


UNDANG – UNDANG KESEHATAN NO. 36 TAHUN 2009

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1
1. FERDIAN KUSUMA A. N. A (P17250211002)
2. ERLINDA CHALISTA DEWI (P17250211009)
3. NAWANG SEPTYA PRADANI (P17250211010)
4. AURA FAUDRIYA N. P. (P17250211012)
5. ZAINATUTS TSANIA (P17250211014)
6. VIOLIAN NAIHANUM P. (P17250211015)
7. ARYA FADILA N. (P17250211016)
8. ADELIA PUSPITA A. (P17250211018)
9. HANA NURHAERANI Y. (P17250211019)

PRODI D-III KEPERAWATAN PONOROGO


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
2021/2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................... 2
KATA PENGANTAR ........................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 4
1.2 Tujuan........................................................................................................ 4
BAB II ANALISIS................................................................................................. 5
2.1 Peluang Terhadap Profesi Keperawatan.................................................... 5
2.2 Ancaman Terhadap Profesi Keperawatan ................................................
BAB III PENUTUP................................................................................................
3.1 Kesimpulan................................................................................................
3.2 Saran..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmatNya kami dapat menyelesaikan tugas makalah tepat waktu. Penulisan makalah yang
berjudul ”Peraturan Perundangan Kesehatan dan Keperawatan UU Kesehatan No. 36 Tahun
2009” ini dalam rangka pemenuhan tugas mata kuliah Etika Keperawatan.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari kekurangan. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan dan kemampuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran
pembaca akan penulis terima dengan senang hati demi perbaikan makalah lebih lanjut.
Tulisan ini dapat diselesaikan berkat adanya bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, sudah sepantasnya penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua
pihak. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Semoga makalah ini dapat dipahami dan memberikan manfaat bagi siapapun
yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri
maupun orang yang membacanya.

Ponorogo, 26 Maret 2022

Penyusun

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) mengakui
dan melindungi kesehatan sebagai hak asasi setiap manusia. Pembangunan kesehatan sebagai
upaya negara untuk memberikan pelayanan kesehatan yang didukung oleh sumber daya
kesehatan, baik dari tenaga kesehatan maupn tenaga non-kesehatan. Dengan demikian, kesehatan
selain menjadi hak asasi manusia, kesehatan juga merupakan suatu investasi.
Kesehatan merupakan hak asasi manusia, selain itu kesehatan juga salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana
terdapat dalam Pancasila dan Pembukaan UUD 1945.
Perawat sebagai salah satu tenaga paramedis yang bertugas memberikan pelayanan
kesehatan kepada masyarakat umum. Tugas utama perawat adalah memberikan pelayanan
kesehatan atau memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan keterampilan dan keahlian yang
dimilikinya. Pada praktek keperawatan terdapat sebuah permasalahan hukum, terutama
permasalahan tentang bagaimana cara atau mekanisme pelimpahan tugas atau kewenangan
dokter kepada perawat. Undang-undang praktik keperawatan profesional pada dasarnya
berfungsi untuk mengatur praktik keperawatan dengan tujuan agar hak-hak masyarakat untuk
memperoleh perawatan yang baik dapat terpenuhi. Undang-undang ini memiliki tujuan
melindungi dalam penggunaaan kemampuan profesional.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mengetahui dan memahami peluang UU Kesehatan No 36 tahun 2009
Terhadap Profesi Keperawatan
2. Mahasiswa mengetahui dan memahami ancaman UU Kesehatan No 36 tahun 2009
Terhadap Profesi Keperawatan

4
BAB II
ANALISIS
2.1 Peluang Terhadap Profesi Keperawatan
1. Pasal 27 ayat 1 : ”Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan pelindungan
hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya”
Pasal 27 ayat 1 memberi perawat peluang memiliki perlindungan hukum dari pemerintah
yang berupa perlindungan hukum preventif yaitu mencegah terjadinya sengketa melalui
dikeluarkannya undang-undang tentang registrasi dan praktik keperawatan yang terdapat
dalam Undang-Undang kesehatan yang isinya bahwa setiap perawat yang ingin melakukan
praktik keperatawan dalam fasilitas pelayanan kesehatan maka wajib memiliki surat ijin
praktik perawat dan surat ijik kerja dan Perlindungan Hukum Represif yakni sebagai suatu
bentuk perlindungan hukum yang mengarah terhadap penyelesian sengketa.
Sehingga peluang praktik keperawatan perawat terbuka lebar dan perlindungan hukumya
sudah terjamin.
2. Pasal 63 ayat 4 : “Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu
kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu”
Pasal 63 ayat 4
3. Pasal 56 ayat 1 : “Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh
tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami
informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap”
Pasal 56 ayat 1 memberi perawat peluang dalam melakukan tindakan keperawatan,
karena setiap tindakan yang dilakukan telah melalui persetujuan dari pasien sehingga jika
terjadi sesuatu yang tidak diharapkan pada pasien dan selama prosedur yang dilakukan
perawat sesuai dengan standar operasional prosedur maka pasien tidak dapat menuntut
sembarangan perawat. Karena tindakan yang dilakukan oleh perawat sudah mendapatkan
persetujuan dari pihak pasien atau keluarga.

5
Ancaman Terhadap Profesi Keperawatan
1. Pasal 27 ayat 1 : ”Tenaga kesehatan berhak mendapatkan imbalan dan pelindungan
hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya”
Pasal 27 ayat 1 memiliki ancaman yang berpengaruh pada kesejahteraan dan hak-hak
perawat yang belum sepenuhnya diperhatikan, sehingga sering timbul tuntutan hukum
yang ditujukan kepada perawat. Tuntutan hukum tersebut lahir karena perawat melakukan
asuhan keperawatan di luar wewenangnya. Tuntutan hukum tersebut disebabkan
pengaturan kewenangan dan pelimpahan wewenang yang tidak jelas serta tidak ada
perlindungan hukum bagi perawat dalam menjalankan profesinya sehingga tindakan yang
dilakukan oleh perawat dapat dikategorikan illegal seperti kewajiban perawat menolong
pasien gawat darurat masih menimbulkan kontroversi.
Contoh permasalahan yang dihadapi perawat yaitu kasus perawat Misran. Kasus Misran
berawal dari putusan Pengadilan Negeri Tenggarong yang dikuatkan dengan putusan
banding Pengadilan Tinggi Samarinda berupa vonis tiga bulan penjara subside denda
sebesar Rp. 2.500.000,00 (dua juta lima ratus ribu rupiah), yang diputuskan berdasarkan
Pasal 82 ayat (1) huruf d UU Kesehatan juncto Pasal 63 ayat (1) UU Kesehatan 1992
karena memberikan pengobatan pada masyarakat di daerah yang tidak ada dokter,
apoteker, dan apotik di luar kewenangannya, sementara Misran adalah petugas negara yang
ditunjuk sebagai penanggung jawab pelayanan kesehatan yaitu sebagai Kepala Puskesmas
Pembantu yang telah bertugas selama 18 tahun tanpa masalah dalam melayani masyarakat.
4. Pasal 63 ayat 4 : “Pelaksanaan pengobatan dan/atau perawatan berdasarkan ilmu
kedokteran atau ilmu keperawatan hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu”
Pasal 63 ayat 4
2. Pasal 56 ayat 1 : “Setiap orang berhak menerima atau menolak sebagian atau seluruh
tindakan pertolongan yang akan diberikan kepadanya setelah menerima dan memahami
informasi mengenai tindakan tersebut secara lengkap”
Pasal 56 ayat 1 memiliki ancaman bagi perawat jika tindakan yang dilakukan perawat
melebihi batas wewenang nya karena menurutnya tindakan yang perawat lakukan sudah
mendapat persetujuan dari pasien. Padahal seharusnya meskipun tindakan yang dilakukan
memperoleh persetujuan dari pasien perawat harus tetap melakukan tindakan berdasarkan
kompetensi yang ia miliki dan tidak melebihi batas wewenang.
Contoh dalam melakukan kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di RSSA
Pontianak, terkadang ada pekerjaan dalam bidang pelayanan kesehatan seorang dokter
yang dikerjakan oleh perawat, hal ini seperti yang dinyatakan oleh dokter di RSSA
Pontianak yaitu ada sebagian pekerjaan dokter yang didelegasikan atau diserahkan kepada
perawat untuk mengerjakannya, seperti ganti verband, pasang catether, pasang infus,
menjahit/merawat luka, mengeluarkan nanah dari luka, mencabut tampon hidup setelah
pasien operasi hidung, menyuntik, dan lain sebagainya. Tanggungjawab hukum terhadap
pekerjaan tersebut berada pada dokter (rangkuman hasil wawancara dengan 3 orang Dokter
dan 20 orang perawat di Rumah Sakit Umum Santo Antonius Pontianak).

6
Berdasarkan uraian di atas berarti bahwa perawat dimungkinkan untuk melakukan
tindakan medis di rumah sakit yang tidak didasarkan pada kompetensi perawat, latar
belakang pendidikan, kursus, pelatihan, dan asistensi dari dokter yang bersangkutan (yang
menangani pasien) karena perawat adalah partner dokter. Dalam Undang-Undang Nomor
36 Tahun 2009 hal ini tidak secara tegas diatur, namun dalam berbagai peraturan tingkat
Menteri hal ini ditegaskan.

7
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perawat sebagai salah satu tenaga paramedis yang bertugas memberikan pelayanan kesehatan
kepada masyarakat umum. Tugas utama perawat adalah memberikan pelayanan kesehatan atau
memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan keterampilan dan keahlian yang dimilikinya. dalam
bertugas perawat dilindungi oleh hukum yang berlaku, namun meskipun demikian perawat tidak
boleh sewenang-wenang dalam melakukan tindakan, harus tetap melakukan berdasarkan standar
operasional prosedur yang berlaku.

3.2 Saran
Bagi seorang perawat atau calon perawat harus mengetahui dan menaati aturan hukum
kesehatan yang berlaku agar dalam praktiknya bisa sesuai dengan hukum yang ada sehingga tercipta
asuhan keperawatan yang komprehensif, perawat tidakperlu takut hukum, tetapi harus memandang
hukum sebagai rambu-rambu dalam melaksanakan tindakan.

8
DAFTAR PUSTAKA
Purnawan, Hudi and , Dr.Hari Wujoso, Sp..,M.MF (2017) Diskresi Pelimpahan Wewenang
Tindakan Medik Dari Dokter Kepada Perawat (Studi di Kotawaringin Timur). Thesis
thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Mahaputri, A. A. I., Budiartha, I. N. P., & Dewi, A. A. S. L. (2019). Perlindungan Hukum Bagi
Profesi Perawat Terhadap Pelaksanaan Praktik Keperawatan. Jurnal Analogi Hukum,
1(3), 277-281.
Rahadian, S. (2017). Penerapan Undang-Undang Keperawatan terhadap Perlindungan Hukum
Profesi Perawat. Journal of Law and Policy Transformation, 1(1), 28-55.

Anda mungkin juga menyukai