Anda di halaman 1dari 5

KLIPING

“ PERBEDAAN AGAMA”

Oleh :

Nama : Charles
Kelas : VIII

SMPN 4 TANJUNG PALAS

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia-Nya
sehingga penyusunan kliping yang berjudul “ Perbedaan Agama ” dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat waktu.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Guru Mata Pelajaran IPS, yang telah
membimbing dan membantu dalam proses penyusunan kliping ini.

Sebagai karya awal, kliping ini pasti memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu,
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca dan penulis akan menerimanya
dengan senang hati

29 November 2021

Penulis
ISI

Perbedaan agama adalah berbedanya keyakinan dan cara pandang seseorang terhadap Tuhannya.
Namun, setiap agama yang ada, harus saling toleransi dan menghargai satu sama lain, serta tetap
menjaga kerukunan antar umat beragama.

Indonesia terdiri atas beragam agama, etnis, dan budaya. Dari masa lalu hingga sekarang
demikianlah kondisi Indonesia. Indonesia itu bukan hanya terdiri atas satu jenis etnis, agama,
atau budaya jadi tidak bisa dipaksakan Indonesia harus menjadi satu. Kondisi keberagaman yang
ada mendasari semboyan Bhinneka Tunggal Ika yaitu berbeda-beda tetapi satu yaitu Indonesia.
Indonesia akan kuat apabila bersatu namun sepertinya hampir setiap hari masih terjadi
pergesekan-pergesekan akibat perbedaan-perbedaan yang ada terutama perbedaan agama.

Perbedaan agama menjadi risiko terbesar terjadinya pergesekan. Dengan seringnya terjadi
pergesekan akibat perbedaan agama, fokus pembangunan bangsa menjadi kurang optimal karena
energi berkurang untuk mengurus hal tersebut. Kita dapat belajar pada negara-negara lain seperti
Brunei, Malaysia, dan Singapura. Bagaimana pembangunan fisik, pendidikan, dan sosial di
negara-negara tersebut maju dengan pesatnya. Indonesia yang dulunya menjadi pusat
pembelajaran bagi negara-negara tersebut sekarang malah tertinggalkan. Negara-negara tersebut
juga memiliki risiko pergesekan agama karena beragam agama yang dianut warganya. Namun
penghormatan negara dan warga negara terhadap agama yang dianut setiap warga negaranya
dapat diterapkan dengan baik.

Agama memiliki peran dalam kehidupan penganutnya. Agama dapat melahirkan sebuah
energi positif dan negatif. Agama dapat melahirkan energi positif, apabila penganutnya
menjadikan agama sebagai kekuatan moral dan spiritual, sumber inspirasi dan motivasi hidup,
sebagai petunjuk, kabar 4 gembira, serta peringatan yang mampu menciptakan akhlak manusia,
selain itu agama juga melahirkan energi negatif apabila penganutnya menjadikan agama sebagai
sumber konflik, kemiskinan, kesedihan, dan tidak memberikan energi kemanusiaan untuk orang-
orang sekitarnya.

risiko pergesekan dan konflik perbedaan agama. Risiko Indonesia mengalami konflik
besar karena hazard nya secara nyata ada. Tidak hanya satu agama yang ada di Indonesia, tidak
hanya satu agama yang dianut warga negara Indonesia. Mau memaksakan semua warga negara
menganut satu agama jelas tidak boleh karena berkaitan dengan keyakinan kebatinan setiap
orang dengan sang Pencipta. Hazard secara objektif ada dan seperti kondisi di negara-negara
lain. Namun yang membedakan adalah vulnerability. Vulnerability negara Indonesia termasuk
tinggi. Banyak bukti pemerintah tidak tegas dalam menerapkan penghormatan kehidupan
beragama. Selain itu warga negara Indonesia juga belum sepenuhnya menghormati perbedaan
agama yang ada. Di setiap agama mengajarkan agamanyalah yang paling benar namun sudah
diajarkan tentang pentingnya penghormatan terhadap ajaran atau agama yang dianut orang lain.
Pemerintah yang belum sepenuhnya baik dalam menjaga keharmonisan kehidupan beragama dan
warga negara yang masih intoleran membuat vulnerability tinggi.
SARAN DAN PESAN

Jika perbedaan adalah sebuah keniscayaan dan merupakan bagian dari kehidupan, untuk
apa kita repot untuk saling meniadakan? Bukankah sikap tersebut merupakan sikap yang arogan
dan justru tidak mensyukuri karunia yang diberikan Tuhan. Maka baiknya, dari pada kita sibuk
untuk menghakimi orang dalam keyakinan yang lain, sibuk mendiktenya, mungkin akan lebih
bermanfaat jika kita mencoba mengevaluasi diri kita masing-masing, sudah benarkah proses
ibadah kita? Sudah sempurna kah perjalanan spiritual kita? Sudah banyakkah pahala kita? Kita
kan tidak tau, maka ketidaktahuan itulah yang semestinya menjadi dasar untuk terus
memperbaiki diri, mengkaji apa yang kita yakini, hingga esensi dari beragama itu benar benar
kita rasakan, tak ada ajaran dengan kebencian, sebab kita hidup untuk mencapai kesejahteraan.

Anda mungkin juga menyukai