Anda di halaman 1dari 61

KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,

PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN


NOMOR 53 TAHUN 2021
TENTANG
PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KONTAMINASI SEVERE
ACUTE RESPIRATORY SYNDROME-CORONAVIRUS-2/CORONAVIRUS
DISEASE-2019 PADA HASIL PERIKANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,


PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN,

Menimbang : a. bahwa pencegahan dan pengendalian terhadap masuk


dan tersebarnya Severe Acute Respiratory Syndrome-
Coronavirus-2/Coronavirus Disease-2019 melalui
kontaminasi terhadap hasil perikanan sangat
diperlukan;
b. bahwa Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan,
Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan
Nomor 26/KEP-BKIPM/2020 tentang Pedoman
Kesiapsiagaan Sektor Kelautan dan Perikanan dalam
Mencegah Masuknya Coronavirus Disease 2019 (COVID-
19) melalui Produk Perikanan belum dapat menampung
kebutuhan pencegahan dan pengendalian terhadap
Severe Acute Respiratory Syndrome-Coronavirus-
2/Coronavirus Disease-2019 sehingga perlu ditinjau
kembali;
-2-

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana


dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu
menetapkan Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan,
Pengendalian Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan
tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Kontaminasi Severe Acute Respiratory Syndrome-
Coronavirus-2/Coronavirus Disease-2019 Pada Hasil
Perikanan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang


Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah
dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang
Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004
tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);
2. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2019 tentang
Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 200,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
6411);
3. Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang
Kementerian Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 111),
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden
Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan
Presiden Nomor 63 Tahun 2015 tentang Kementerian
Kelautan dan Perikanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2017 Nomor 5);
4. Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2019 tentang
Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 203);
5. Peraturan Menteri Klautan dan Perikanan Nomor
48/PERMEN-KP/2020 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor 1114);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,
PENGENDALIAN MUTU, DAN KEAMANAN HASIL
PERIKANAN TENTANG PEDOMAN PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN KONTAMINASI SEVERE ACUTE
RESPIRATORY SYNDROME-CORONAVIRUS-2/
CORONAVIRUS DISEASE-2019 PADA HASIL PERIKANAN.

KESATU : Menetapkan Pedoman Pencegahan dan Pengendalian


Kontaminasi Severe Acute Respiratory Syndrome-
Coronavirus-2/Coronavirus Disease-2019 Pada Hasil
Perikanan sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Kepala
Badan ini.
KEDUA : Pada saat Keputusan Kepala Badan ini mulai berlaku,
Keputusan Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian
Mutu, dan Keamanan Hasil Perikanan Nomor 26/KEP-
BKIPM/2020 tentang Pedoman Kesiapsiagaan Sektor
Kelautan dan Perikanan dalam Mencegah Masuknya
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) melalui Produk
Perikanan, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
KETIGA : Keputusan Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 9 Desember 2021

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,


PENGENDALIAN MUTU, DAN
KEAMANAN HASIL PERIKANAN,
Salinan sesuai dengan aslinya
Salinan sesuai
Sekretaris Badandengan aslinya
Karantina Ikan, ttd.
Sekretaris Badan
Pengendalian Karantina
Mutu, dan Ikan,
Pengendalian
Keamanan Mutu,
Hasil dan ,
Perikanan RINA
Keamanan Hasil Perikanan,

Hari Maryadi
Hari
HariMaryadi
Salinan
Maryadi
sesuai dengan aslinya
Hari Maryadi
Sekretaris Badan
-4-

LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA BADAN KARANTINA
IKAN, PENGENDALIAN MUTU, DAN
KEAMANAN HASIL PERIKANAN
NOMOR 53 TAHUN 2021
TENTANG
PEDOMAN PENCEGAHAN DAN
PENGENDALIAN KONTAMINASI SEVERE
ACUTE RESPIRATORY SYNDROME-
CORONAVIRUS-2/CORONAVIRUS DISEASE-
2019 PADA HASIL PERIKANAN

PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KONTAMINASI SEVERE


ACUTE RESPIRATORY SYNDROME-CORONAVIRUS-2/CORONAVIRUS
DISEASE-2019 PADA HASIL PERIKANAN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada akhir Desember 2019 dunia internasional dikejutkan oleh
suatu wabah pneumonia di Kota Wuhan, Republik Rakyat Tiongkok (RRT).
Wabah segera menjangkiti sebagian penduduk Wuhan, bahkan kemudian
timbul korban jiwa. Otoritas kesehatan setempat awalnya mengira bahwa
wabah ini mirip dengan pneumonia Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS) yang pernah menghantam RRT pada medio 2002. Persebaran
penyakit semakin meluas ke negara-negara tetangga RRT, bahkan
kemudian “bermigrasi” lintas benua. Para ahli kemudian dapat
mendeteksi bahwa penyebab wabah ini merupakan virus baru yang masih
memiliki kekerabatan dengan penyebab SARS yaitu kelompok virus
Coronavirinae atau dikenal sebagai Coronavirus. Organisasi Kesehatan
Dunia (World Health Organization/WHO) sebelumnya memberi nama
sementara virus ini Novel Coronavirus (2019-nCoV), kemudian tanggal 12
Februari 2020 mengumumkan bahwa COVID-19 menjadi nama resmi
virus corona yang berasal dari Wuhan, China. COVID-19 adalah singkatan
dari Coronavirus Disease 2019. Pemberian nama COVID-19 dinilai lebih
mudah diingat daripada penyebutan Novel Coronavirus (2019-nCOV).
Identifikasi pada level molekuler mengindikasikan bahwa virus ini
-5-

memiliki kemiripan dengan SARS Coronavirus (SARS-CoV) dan


Coronavirus pada kelelawar (Bat-CoV). Coronavirus yang merupakan
virus tipe RNA ini memang dikenal memiliki kemampuan untuk “host
jump” atau berpindah hospes. Di masa lalu, SARS-CoV yang sebelumnya
hospes definitive adalah kelelawar selanjutnya beradaptasi dan mampu
bertahan hidup pada musang, sebelum akhirnya melengkapi adaptasi
molekulernya saat terjadi Anthropozoonosis, atau penularan dari hewan
ke manusia.
Agen penyakit COVID-19 yang sejak 11 Februari 2020 disebut
sebagai Severe Acute Respiratory Syndrome-Coronavirus-2 (SARS-CoV-2),
berdasarkan penelitian terbaru memiliki pola yang serupa berdasarkan
pada penelusuran genetik. SARS-CoV-2 (COVID-19) ditengarai adalah
sejenis Bat-CoV yang mengalami genetik rekombinan dengan varian virus
lain (yang saat ini masih dalam penyelidikan) dan selanjutnya mengalami
perubahan susunan genomik hingga akhirnya mampu menginfeksi
manusia. Saat ini jalur transmisi SARS-CoV-2 (COVID-19) diketahui
melalui jalur droplet, respiratory aerosol dan kontak langsung dengan
penderita.
Dengan memahami sifat-sifat biologis virus yang merupakan parasit
intraseluler dan memiliki ukuran yang sangat kecil (bahkan lebih kecil
daripada bakteri), maka sudah selayaknya apabila setiap kejadian
(incidence) infeksi viral harus mendapatkan perhatian dan kewaspadaan
yang tinggi, apalagi tindakan kurasi (pengobatan) untuk infeksi viral pada
umumnya hanya bersifat suportif terhadap kekebalan tubuh.
Perkembangan terakhir sampai dengan Januari 2021 menunjukkan
antara lain:
1. pengetatan persyaratan importasi hasil perikanan oleh otoritas China
yang telah berdampak pada delisting Unit Pengolahan Ikan (UPI) yang
diperbolehkan ekspor ke China; dan
2. pengajuan specific trade concerns (STC) oleh beberapa negara terkait
pengetatan persyaratan importasi hasil perikanan oleh China pada
Sidang Komite SPS WTO ke-78 tahun 2020.
Mempertimbangkan hal tersebut, dipandang perlu meningkatkan
kesiapsiagaan dalam rangka pencegahan dan pengendalian kontaminasi
SARS-CoV-2 (COVID-19) pada hasil perikanan melalui pemutakhiran
pedoman pencegahan dan pengendalian kontaminasi SARS-CoV-2
(COVID-19) pada hasil perikanan.
-6-

B. Tujuan
Pedoman ini bertujuan sebagai acuan teknis dalam melaksanakan
pencegahan dan pengendalian kontaminasi SARS-CoV-2 (COVID-19)
pada:
1. Pengeluaran hasil perikanan (ekspor) ke negara tujuan yang
mempersyaratkan pengujian SARS-CoV-2 (COVID-19); dan
2. Pemasukan hasil perikanan (impor) ke wilayah negara Republik
Indonesia dari negara dengan kasus SARS-CoV-2 (COVID-19) tinggi
berdasarkan hasil analisis risiko, yang berpotensi mengontaminasi
produk perikanan.

C. Sasaran
Sasaran pedoman ini adalah untuk:
1. Pejabat Karantina Ikan baik di Pusat maupun di Unit Pelaksana
Teknis dalam mengawasi pelaksanaan pencegahan dan pengendalian
kontaminasi SARS-CoV-2 (COVID-19) pada hasil perikanan yang
keluar (ekspor) dan masuk (impor) dari dan ke wilayah Republik
Indonesia;
2. Laboratorium penguji SARS-CoV-2 (COVID-19); dan
3. Unit Usaha Kelautan dan Perikanan

D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pedoman ini meliputi:
1. pencegahan kontaminasi di rantai proses hasil perikanan (supplier
dan unit pengolahan ikan);
2. pencegahan kontaminasi di rantai logistik (gudang kemasan, cold
storage, alat transportasi, dan kontainer);
3. pengambilan dan penanganan contoh;
4. pengujian;
5. kriteria dan penetapan laboratorium penguji;
6. penanganan hasil perikanan terkontaminasi SARS-CoV-2/COVID-19
pada produk impor dan produk yang ditolak oleh negara tujuan
ekspor;
7. komunikasi, informasi, dan edukasi;
8. verifikasi dan monitoring kepatuhan; dan
-7-

9. form pelaksanaan pencegahan dan pengendalian kontaminasi severe


acute respiratory syndrome-coronavirus-2/coronavirus desease-2019
pada hasil perikanan.

Pedoman ini disusun berdasarkan beberapa acuan antara lain:


Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Infeksi Novel Coronavirus (2019-
nCoV) yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan RI, COVID-19:
Guidance for Preventing Transmission of COVID-19 within Food Businesses
(FAO, 2021), Pedoman produksi dan distribusi pangan olahan oleh Badan
Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM), RT-PCR Primers and Probes for
COVID-19 oleh United States - Centers for Disease Control and Prevention
(US CDC), dan PREDICT One Health Consortium (2016) Protokol PREDICT
Operating Procedures Basic Laboratory Safety yang dimodifikasi dan
disesuaikan dengan perkembangan terkini.
-8-

BAB II
PENCEGAHAN KONTAMINASI DI RANTAI PROSES HASIL PERIKANAN

Pencegahan kontaminasi SARS-CoV-2 (COVID-19) di rantai proses


hasil perikanan, meliputi pengendalian di supplier dan unit pengolahan ikan.

A. Manajemen Pencegahan Kontaminasi SARS-CoV-2 (COVID-19) di Unit


Usaha di Sepanjang Rantai Proses Hasil Perikanan:
1. Unit usaha membentuk Tim Pengendalian SARS-CoV-2 (COVID-19)
internal dengan menunjuk Ketua Tim;
2. Unit usaha menyusun prosedur penerapan protokol SARS-CoV-2
(COVID-19), yang menjadi satu kesatuan dalam prosedur standar
operasi sanitasi (Standard Sanitation Operating Procedures/SSOP);
3. Unit usaha membuat petunjuk dan peringatan dalam bentuk
spanduk/banner/poster/leaflet mengenai pencegahan kontaminasi
SARS-CoV-2 (COVID-19) yang dipasang pada alat transportasi
karyawan (jika terdapat fasilitas antar jemput karyawan), pintu
masuk perusahaan, lift, kantin, tempat ibadah, ruang rapat, ruang
kantor, ruang produksi, ruang ganti, laboratorium, gudang. dan area
publik (ruang tunggu, koridor, dan taman);
4. Unit usaha memasang prosedur/instruksi kerja/panduan terkait
pencegahan kontaminasi SARS-CoV-2 (COVID-19) yang mudah
dimengerti oleh personil (berupa gambar). Panduan mencakup:
a. personil hygiene sejak personil keluar dari tempat tinggal hingga
kembali ke tempat tinggal;
b. protokol kesehatan untuk pengunjung seperti formulir kuesioner
yang berisi pertanyaan terkait SARS-CoV-2 (COVID-19);
c. membatasi pembicaraan antar karyawan selama bekerja;
d. penerapan yang baik (good hygiene practices) di tempat kerja
dalam pencegahan kontaminasi SARS-CoV-2 (COVID-19) seperti
pembatasan kontak fisik atau menjaga jarak;
e. disinfeksi kendaraan yang masuk dalam perusahaan;
f. disinfeksi sarana prasarana;
g. disinfeksi inputan/masukan setiap bahan/benda/barang ke
ruang kerja/prosedur penerimaan barang dari luar;
-9-

h. kondisi darurat ketika diketahui berdasarkan pemeriksaan/


pengujian SARS-CoV-2 (COVID-19) terdapat personil yang
terpapar di tempat kerja; dan
i. penanganan produk/kemasan produk yang diketahui
terkontaminasi jejak virus SARS-CoV-2 (COVID-19) berdasarkan
hasil pengujian.
5. Unit usaha melakukan sosialisasi/training kepada karyawan untuk
memastikan bahwa semua karyawan memiliki pemahaman dan
respon yang sama terkait pencegahan kontaminasi SARS-CoV-2
(COVID-19) terhadap hasil perikanan;
6. Unit usaha mempunyai mekanisme untuk pengaturan jumlah
karyawan seperti pengaturan waktu kerja/shift karyawan atau
mekanisme lainnya;
7. Unit usaha memiliki dan menerapkan sistem pemantauan kepatuhan
dalam melaksanakan pedoman pencegahan SARS-CoV-2 (COVID-19),
seperti penggunaan alat perekam/pengawas elektronik (CCTV);
8. Unit usaha mempunyai dan menerapkan mekanisme penanganan
terhadap pekerja yang tidak patuh dalam penerapan pedoman
pengendalian SARS-CoV-2 (COVID-19);
9. Unit usaha harus memiliki persediaan bahan disinfektan dalam
jumlah yang memadai;
10. Unit usaha melakukan evaluasi secara berkala terhadap penerapan
pencegahan kontaminasi SARS-CoV-2 (COVID-19);

B. Higiene Personil (personal hygiene)


Higiene personil dimaksudkan untuk memberikan tindakan
pencegahan terjadinya kontaminasi SARS-CoV-2 (COVID-19) dari orang
yang menangani hasil perikanan, orang yang langsung menyentuh pangan
sebagai bagian dari pekerjaannya, termasuk karyawan yang mungkin
menyentuh permukaan yang kontak dengan hasil perikanan atau
permukaan lain di ruangan dimana pangan ditangani secara terbuka,
serta pengunjung yang datang ke perusahaan sesuai dengan standar dan
ketentuan yang berlaku secara nasional dan internasional, diantaranya:
1. Setiap personil (karyawan dan tamu) harus mempunyai kesadaran
yang tinggi terhadap kesehatan pribadinya;
- 10 -

2. Setiap personil yang memasuki area perusahaan wajib mengenakan


masker dari rumah sampai dengan selepas kerja kembali ke rumah
masing-masing;
3. Setiap personil yang datang ke unit usaha/pabrik/perusahaan wajib
dilakukan pemeriksaan suhu dengan termometer yang sudah
terkalibrasi, dan dilakukan pencatatan rekaman. Personil yang
diperbolehkan masuk bekerja dengan suhu badan ≤ 37.3 oC;
4. Jika ditemukan pekerja yang tidak sehat, dengan indikasi suhu
tubuh diatas 37.3 oC yang disertai gejala SARS-CoV-2 (COVID-19)
seperti demam, batuk, pilek, sakit tenggorokan, gangguan
pernafasan, letih/lesu/lemas maka dilarang melakukan kegiatan di
unit usaha dan direkomendasikan untuk segera memeriksakan diri
ke fasilitas layanan kesehatan. Hanya personil yang sehat yang dapat
bekerja;
5. Pemeriksaan ulang suhu (double check) dilakukan setelah
pemeriksaan suhu di gerbang masuk perusahaan untuk
mengantisipasi ada personil yang lolos pemeriksaan;
6. Unit usaha menyiapkan pakaian kerja, penutup kepala/hairnet,
sarung tangan, masker baru/bersih yang digunakan di ruang proses.
Selain itu, menyiapkan ruang khusus untuk menyimpan
perlengkapan pakaian kerja (hairnet, masker, baju proses, serta
sepatu boot);
7. Unit usaha harus mempunyai ruang yang dilengkapi dengan fasilitas
yang cukup untuk menyimpan perlengkapan dan/atau peralatan
karyawan yang dibawa dari rumah (rak untuk alas kaki, dan loker
untuk menyimpan jaket, tas, perhiasan, jam tangan, dsb);
8. Personil wajib menggunakan masker baik di dalam maupun di luar
ruang proses untuk mencegah percikan droplet ketika berbicara,
batuk atau bersin;
9. Personil harus mencuci tangan sesering mungkin minimal 20 detik
karena penggunaan sarung tangan tidak dapat menggantikan fungsi
cuci tangan;
10. Unit usaha harus menyediakan tempat pencucian tangan dengan air
mengalir dan disinfektan yang cukup, dilengkapi dengan pengering
sekali pakai, tempat pembuangan sampah yang tidak dioperasikan
dengan tangan, serta menerapkan sistem jaga jarak antar personil;
- 11 -

11. Personil yang menangani hasil perikanan secara langsung


menggunakan dan mengganti sarung tangan secara berkala serta
mencuci tangan diantara penggantian sarung tangan dan saat sarung
tangan dilepas;
12. Setiap personil unit usaha harus dilakukan pengujian SARS-CoV-2
(COVID-19) secara regular oleh tenaga kesehatan dan atau
melakukan uji mandiri;
13. Jika berdasarkan uji rapid test ditemukan hasil reaktif harus
dilanjutkan dengan uji swab test dengan RT-PCR. Jika hasilnya
positif, personil dilarang masuk kerja hingga hasil uji swab test
negatif (minimal 14 hari);
14. Jika ditemukan pekerja yang positif terpapar SARS-CoV-2 (COVID-
19), maka pekerja tersebut dilarang masuk sampai dinyatakan
sembuh berdasarkan pengujian swab test dengan RT-PCR;
15. Setiap Inspektur Mutu, Inspektur Karantina, atau Auditor pada saat
inspeksi dan atau pengambilan contoh uji dalam rangka official
control wajib dilengkapi dengan hasil negatif uji antigen SARS-CoV-2
(COVID-19) dengan masa berlaku paling lama 2 x 24 jam sebelum
pelaksanaan kegiatan.

C. Penerapan cara kebersihan/kesehatan personal yang baik/good personal


hygiene practices
1. Setiap personel yang bekerja di ruangan pengolahan wajib melakukan
physical distancing, antara lain pada saat masuk dan keluar ruang
proses, jam istirahat, di ruang makan, serta saat menuju ke dan
pulang dari tempat kerja.
2. Pada saat makan di ruang makan personel wajib membatasi atau
mengurangi pembicaraan yang tidak penting dan tidak berkerumun.
3. Pada saat bekerja di ruang proses posisi tidak berhadapan (face to
face) atau mempunyai sistem tertentu seperti penggunaan tabir
pemisah (stagger) pada pekerja yang bekerja pada satu meja.
4. Selama bekerja personil dilarang memegang anggota tubuh seperti
mata, hidung dan mulut. Jika memegang anggota tubuh, pekerja
wajib mencuci tangan sesuai dengan prosedur yang berlaku.
5. Unit usaha harus melakukan pembatasan/pengaturan jumlah
karyawan dalam kelompok kerja untuk mengurangi interaksi antar
personil dan menghindari kerumunan di lingkungan kerja.
- 12 -

6. Unit usaha harus menerapkan sistem pengaturan jumlah orang di


ruang ganti pakaian (jumlah orang disesuaikan dengan besar ruang
ganti) agar tidak terjadi penumpukan karyawan pada saat mengganti
pakaian.
7. Unit usaha harus mengatur pintu keluar dan masuk personil
sedemikian rupa sehingga personil yang berbeda waktu masuk dan
keluarnya tidak bertemu. Unit usaha dapat membuat peta/mapping
untuk keluar masuk personil.
8. Unit usaha harus menerapkan physical distancing di tempat ibadah
dan secara berkala dilakukan disinfeksi dan penggunaan
perlengkapan ibadah secara mandiri.
9. Unit usaha memberikan tanda khusus misalnya di lantai sebagai
pembatas jarak antar personil pada ruang kantor, ruang rapat, ruang
khusus merokok (smoking area), ruang arsip, gudang penyimpanan,
klinik, bengkel kerja, kantin, tempat ibadah, area publik (ruang
tunggu, koridor, taman), dsb.
10. Unit usaha harus menyediakan suplemen dan atau makanan bergizi
untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
11. Unit usaha melakukan pembersihan dan disinfeksi peralatan makan
secara berkala.
12. Unit usaha menyiapkan fasilitas cuci tangan/hand sanitizer pada
setiap pintu keluar masuk bagian ruang seperti ruang kantor, ruang
rapat, ruang khusus merokok (smoking area), ruang arsip, gudang
penyimpanan, klinik, bengkel kerja, kantin, tempat ibadah, dsb.
13. Unit usaha harus dapat memastikan seluruh area kerja memiliki
sirkulasi udara yang baik.

D. Disinfeksi Input produksi


1. Setiap pemasukan barang input produksi seperti bahan kemasan,
bahan kimia, bahan tambahan pangan, serta peralatan dan
perlengkapan harus dilakukan proses disinfeksi.
2. Untuk input produksi berupa bahan yang dikonsumsi manusia
menggunakan disinfeksi food grade.
3. Unit usaha melakukan program pengujian terhadap bahan input
sebagai bentuk verifikasi.
- 13 -

E. Disinfeksi sarana dan prasarana (lantai, dinding, atap, mesin sortir, alat
metal detector, forklift, dsb)
1. Unit usaha harus mempunyai program disinfeksi sarana dan
prasarana serta lingkungan secara regular di sekitar unit usaha.
2. Unit usaha melaksanakan program disinfeksi rutin terhadap ruang
utama antara lain: ruang proses (area bongkar bahan baku, area
penerimaan, area proses, area pengemasan, area stuffing), area
limbah pengolahan, toilet/kamar mandi, gudang kemasan, gudang
bahan kimia, gudang bahan tambahan pangan (BTP), dan
laboratorium.
3. Unit usaha melaksanakan program disinfeksi rutin terhadap ruang
pendukung antara lain: ruang kantor, ruang rapat, ruang
arsip/dokumen, klinik, bengkel kerja/ruang mekanik, ruang
pencucian baju/laundry, kantin, tempat ibadah, tempat istirahat,
parkiran kendaraan, dan ruang keamanan.
4. Disinfeksi harus secara rutin dilakukan terhadap permukaan
kerja/titik-titik peralatan yang sering digunakan bersama, misalnya
gagang pintu, meja, troli dsb.
5. Larutan disinfektan harus dipersiapkan dan digunakan sesuai
dengan petunjuk pemakaian dan standar persyaratan mengenai
konsentrasi larutan, volume, dan waktu kontak.
6. Personil yang melakukan disinfeksi harus mengenakan alat
pelindung diri (APD) sekurang-kurangnya meliputi jubah, sarung
tangan tugas berat (heavy duty glove), masker medis, pelindung mata
(jika ada risiko cipratan materi organik atau bahan kimia), dan sepatu
bot atau sepatu kerja tertutup.
7. Pelaksanaan disinfeksi partikel SARS-CoV-2 (COVID-19) yaitu
penyemprotan cairan disinfektan pada permukaan harus dibarengi
dengan penyikatan atau penggosokan untuk membersihkan materi
organik.
8. Pelaksanaan disinfeksi pada ruang tertutup tidak direkomendasikan
menggunakan metode fogging atau pengkabutan (WHO Panduan
Interim Pembersihan dan disinfeksi permukaan lingkungan dalam
konteks SARS-CoV-2 (COVID-19).
9. Unit usaha harus mendokumentasikan/mencatat proses disinfeksi
sebagai salah satu bukti penerapan pengendalian penyebaran SARS-
CoV-2 (COVID-19).
- 14 -

BAB III
PENCEGAHAN KONTAMINASI DI RANTAI LOGISTIK

Pencegahan kontaminasi SARS-CoV-2 (COVID-19) di rantai logistik


hasil perikanan meliputi penyimpanan di gudang kemasan dan cold storage,
serta alat transportasi dan atau kontainer.

A. Penyimpanan di Gudang Kemasan dan Cold Storage


1. Tempat penyimpanan mempunyai sirkulasi udara yang baik untuk
menjamin perputaran udara.
2. Mempunyai prosedur dan program disinfeksi tempat penyimpanan
secara berkala.
3. Disinfeksi terhadap gudang kemasan dan cold storage menggunakan
jenis bahan disinfektan yang aman/food grade, sehingga tidak
menjadi sumber kontaminasi bahan kimia berbahaya.
4. Jika pada saat proses disinfeksi cold storage masih terdapat produk
hasil perikanan, dipastikan produk tersebut sudah dikemas dengan
bahan yang kedap air, sehingga disinfektan tidak masuk ke dalam
daging ikan yang dapat merubah mutu hasil perikanan dimaksud.
5. Memastikan bahwa setiap bagian gudang kemasan dan cold storage
mendapatkan disinfeksi yang memadai.
6. Petugas yang melakukan proses disinfeksi harus dilengkapi dengan
pakaian APD yang sesuai persyaratan.
7. Mendokumentasikan (merekam/mencatat) proses disinfeksi tempat
penyimpanan sebagai bukti pengendalian.

B. Alat Transportasi dan/atau Kontainer


1. Alat transportasi dan/atau kontainer yang digunakan harus melalui
proses disinfeksi sebelum memasuki area unit usaha.
2. Proses disinfeksi harus dipastikan bahwa setiap bagian alat
transportasi baik bagian luar maupun bagian dalam kontainer
mendapatkan disinfektan yang memadai.
3. Pada bagian dalam kontainer sebelum diisi dengan hasil perikanan
dilakukan disinfeksi dengan bahan disinfektan food grade.
4. Petugas yang melakukan proses disinfeksi harus dilengkapi dengan
pakaian APD yang sesuai persyaratan.
- 15 -

5. Mendokumentasikan (merekam/mencatat) proses disinfeksi tempat


penyimpanan sebagai bukti pengendalian.
6. Menyediakan alkohol atau hand sanitizer berbasis alkohol untuk
digunakan pengemudi alat angkut, terutama setelah menyentuh
permukaan yang sering disentuh banyak orang.
7. Pengemudi alat angkut dan petugas pengangkut harus menerapkan
physical distancing dengan supplier/pembeli saat melakukan
pengantaran barang.
- 16 -

BAB IV
PENGAMBILAN DAN PENANGANAN CONTOH

Pengambilan dan penanganan contoh meliputi petugas pengambil


contoh, prosedur pengambilan contoh, penanganan contoh uji lapang, teknik
pengambilan contoh, serta pengemasan dan pengiriman contoh.

A. Petugas Pengambil Contoh


1. Kriteria Petugas
a. Setiap personel yang mengambil contoh uji baik petugas teknis
BKIPM maupun personel unit usaha harus memiliki kompetensi
teknis pengambilan contoh uji.
b. Setiap personel yang mengambil contoh uji baik petugas teknis
BKIPM maupun personel unit usaha harus bebas dari terpapar
Virus Covid-19 yang dibuktikan dengan hasil pemeriksaan antigen
Covid-19 paling lama 2 x 24 jam sebelum melaksanakan tugas
pengambilan contoh dan mengenakan pakaian APD untuk
perlindungan terhadap kontaminasi dari Covid-19.
c. Setiap Petugas KIPM yang melaksanakan tugas di lapangan
diwajibkan memahami dan memiliki komitmen untuk
melaksanakan Pedoman ini.
2. Personel hygiene
Personal hygiene dimaksudkan untuk memberikan tindakan
pencegahan dan perlindungan kepada para Petugas KIPM dan personel
unit usaha sesuai dengan standar dan ketentuan yang berlaku secara
nasional dan internasional, diantaranya:
a. selalu menjaga kesehatan diri sendiri agar kondisi sistem daya
tahan tubuh bekerja dengan optimum;
b. mencuci tangan dengan menggunakan sabun dilanjutkan dengan
mengusap telapak tangan dengan alkohol 70% (konsentrasi
minimum) sebelum melaksanakan tugas;
c. penggunaan masker yang sesuai dengan ketentuan pada saat
pengambilan contoh uji di lapangan;
d. pemakaian alat pelindung diri yang steril sebelum melaksanakan
tugas, yaitu:
1) headcap;
- 17 -

2) baju lapangan yang tertutup dari kepala sampai dengan kaki


dan berlengan panjang;
3) sarung tangan double gloves synthetic nitril (hindari berbahan
lateks);
4) sepatu boot yang terlebih dahulu disemprot kloroform
dan/atau covershoes; dan
5) mengenakan kacamata safety goggle.
e. petugas harus menghindari kontak langsung dengan orang-orang
yang menunjukkan gejala klinis terduga pnemounia sesuai dengan
ketentuan Kementerian Kesehatan;
f. dalam melaksanakan tugas di lapangan petugas diwajibkan
menggunakan bahan-bahan penanganan contoh uji yang bersifat
aman bagi kesehatan manusia dan lingkungan serta tidak
memberikan efek merusak terhadap contoh uji;
g. setelah melaksanakan tugas, peralatan yang digunakan
disterilisasi dan disimpan pada tempat yang telah ditentukan;
1) alat yang bisa dipakai ulang dan tidak tahan panas dapat
disterilisasi dengan didisinfeksi;
2) alat yang bisa dipakai ulang dan tahan panas dapat disterilisasi
menggunakan autoclave, yang lebih dulu dimasukkan kedalam
wadah steril; dan
3) alat yang habis pakai, dimusnahkan dengan cara dibakar.
h. apabila pada saat melaksanakan tugas personel merasa tidak
sehat, terutama demam, batuk dan gangguan pernapasan, segera
hentikan kegiatan dan melapor kepada layanan kesehatan
terdekat;
i. apabila setelah melaksanakan tugas personel merasa tidak sehat,
terutama demam, batuk dan gangguan pernapasan, segera
melapor kepada layanan kesehatan terdekat.

B. Prosedur Pengambilan Contoh


1. Kriteria Contoh
Seluruh Contoh yang dipilih dan diambil untuk pengujian, merupakan
hasil swab yang harus mewakili permukaan jenis makanan/produk
tertentu, kemasan maupun alat angkut yang telah ditentukan saat
melakukan pengambilan contoh atau inspeksi, yaitu:
- 18 -

a. produk: ikan segar, ikan beku, produk olahan ikan, produk non
ikan (rumput laut, ubur-ubur, fish meal), produk olahan kering
(kerupuk ikan, squid liver powder), dll;
b. kemasan: inner plastic/inner cartoon, master cartoon, styrofoam,
outer plastic, dll; dan
c. alat angkut: container.
2. Identifikasi Titik Contoh
Petugas teknis BKIPM dan personel unit usaha harus mengidentifikasi
titik swab pengambilan contoh untuk masing-masing kriteria contoh
uji, antara lain:
a. contoh produk, berdasarkan ukuran kemasan terkecil atau ekor;
b. contoh kemasan, merupakan kemasan luar (master karton
dan/atau plastik pembungkus master karton) dan kemasan dalam
(kemasan primer); dan
c. alat angkut, merupakan bagian dalam container, yaitu: dinding,
langit-langit dan lantai.
3. Ketentuan Pengambilan Contoh
Pengambilan contoh atau sampling produk perikanan untuk pengujian
kontaminasi SARS-CoV-2 (COVID-19) dilakukan dengan teknik
tertentu yang sesuai dengan standar, telah divalidasi dan diverifikasi
oleh Otoritas Kompeten supaya mendapatkan hasil pengujian yang
akurat dan valid. Beberapa ketentuan umum yang perlu diperhatikan
pada saat pengambilan contoh uji, diantaranya:
a. pengambilan contoh uji dilakukan terhadap pemasukan (impor)
hasil perikanan dalam bentuk segar/beku (produk akhir dan
kemasannya); serta pengeluaran (ekspor) hasil perikanan dalam
bentuk segar/beku (produk akhir dan kemasannya) ke negara
tujuan China;
b. pengambilan contoh uji terhadap pemasukan (impor) dilakukan
sebanyak 3 (tiga) contoh uji per consignment yang terdiri dari hasil
pooling pada kemasan luar (minimal 15 titik), kemasan dalam
(minimal 15 titik), dan produknya (minimal 15 titik) oleh petugas
UPT-BKIPM dalam rangka monitoring oleh otoritas kompeten.
Pengambilan contoh uji dilakukan secara acak pada batch yang
berbeda;
- 19 -

c. pengambilan contoh uji terhadap pengeluaran (ekspor) hasil


perikanan untuk tujuan konsumsi dengan ketentuan sebagai
berikut:
1) contoh diambil dan dilakukan swab di lokasi unit usaha;
2) pengambilan contoh dilakukan oleh petugas teknis BKIPM atau
personel unit usaha yang didampingi petugas teknis BKIPM
untuk mengidentifikasi pengambilan contoh uji yang diambil dan
bertanggung jawab melakukan pooling terhadap contoh uji;
3) Petugas teknis BKIPM melakukan perhitungan jumlah contoh
yang akan diambil berdasarkan dokumen packing list yang
diajukan pelaku usaha pada saat melakukan permohonan
ekspor, serta mempertimbangkan bentuk dan ukuran kemasan
dan/atau ukuran ikan, sebagaimana perhitungan pada Form 1;
dan
4) Petugas teknis BKIPM atau personel unit usaha yang didampingi
petugas teknis BKIPM melakukan pengambilan contoh uji dengan
teknik swab terhadap alat angkut, kemasan luar master karton
dan/atau plastik pembungkus master karton), kemasan dalam
(kemasan primer), dan produk, yang masing-masing contoh
selanjutnya dilakukan pooling sesuai skema pengambilan contoh
pada Form 2 untuk dibawa ke laboratorium penguji.
e. pengambilan contoh uji dilakukan secara acak/random atau sesuai
persyaratan melalui teknik swab pada contoh uji dan penanganan
contoh uji dilakukan dengan metode pooling (pooling methods);
f. amati pengambilan swab setiap titik (sub-contoh uji) dan tempatkan
setiap sub-contoh uji ke dalam tabung 15 ml berisi media VTM (virus
transport medium) atau media fiksatif virus lainnya (UTM/Universal
Transport Medium, RNAlater, Trizol, Alcohol-glyserol, PBS, NaCl
fisiologis dan seterusnya). Sebagai catatan media VTM yang
digunakan termasuk didalamnya type classic maupun inactivated;
g. tempatkan contoh uji yang dikantongi ke dalam wadah/kotak
pengemasan, serta pastikan contoh uji diberi label dengan benar.

C. Penanganan Contoh Uji Lapang


Untuk contoh uji yang diduga dapat menyebabkan penularan
penyakit, maka prosedur pengambilan dan penanganan atau dikenal
sebagai sample custody yang harus dilakukan oleh petugas karantina ikan
- 20 -

di lapangan atau individu yang telah terlatih dan memiliki pengetahuan


tentang tata cara pengambilan contoh uji untuk pemeriksaan penyakit
berbahaya, menular dan zoonosis.
Apabila tidak tersedia es atau dry ice, maka larutan VTM dan Trizol
diganti dengan larutan RNAlater dengan ketentuan ketahanan contoh uji
sebagai berikut:
a. contoh uji dalam RNAlater dapat disimpan selama 1 hari pada suhu
37 C;
b. contoh uji dalam RNAlater dapat disimpan selama 1 minggu pada suhu
kulkas ( 4 C);
c. contoh uji dalam RNAlater dapat disimpan pada suhu ruangan (25 C)
selama 1 minggu.
Catatan:
Media lainnya yang dapat digunakan adalah UTM (universal transport
medium), RNAlater, Alkohol-glycerol (80:20).

D. Teknik Pengambilan Contoh


1. Pengambilan Contoh Lendir Ikan
a. Siapkan Styrofoam/coolbox/container berisi es atau dry ice untuk
penyimpanan contoh menggunakan media VTM atau media fiksatif
virus lainnya di dalam tabung 0,5 ml. Untuk contoh yang tidak
dimungkinkan di transportasikan dalam keadaan dingin, dapat
menggunakan larutan fiksatif berupa Alcohol-glycerol atau
RNAlater sebanyak 0,5 ml. Masing-masing tabung diberi label;
b. Ambil contoh uji lendir sebanyak 500 mikroliter dan masukkan
kedalam tabung berisi VTM atau media fiksatif virus lainnya.
Untuk larutan fiksatif lain berupa alcohol glycerol atau RNAlater,
contoh uji berupa lendir dimasukkan dalam larutan fiksatif
tersebut sebanyak 500 mikroliter;
c. Tutup rapat tabung VTM atau media fiksatif virus lainnya dan segel
dengan parafilm untuk mencegah kebocoran;
d. Masukkan tabung VTM atau media fiksatif virus lainnya yang telah
berisi contoh uji ke dalam Styrofoam/coolbox/container berisi es
atau dry ice. Contoh uji didalam Alcohol-glycerol/RNAlater dapat
ditransportasikan dalam suhu ruang;
e. Lakukan prosedur pengemasan apabila contoh uji akan langsung
dikirim;
- 21 -

f. Untuk contoh uji yang akan ditunda pengirimannya (maksimal 48


jam) segera simpan dalam freezer bersuhu -20 C. Untuk contoh uji
yang akan disimpan dalam jangka waktu lama sebaiknya disimpan
dalam freezer bersuhu -80 C.

2. Pengambilan Contoh Hasil Perikanan


a. Siapkan Styrofoam/coolbox/container berisi es atau dry ice untuk
penyimpanan contoh uji menggunakan VTM atau media fiksatif
virus lainnya di dalam tabung 1,5 ml. Untuk contoh uji yang tidak
dimungkinkan ditransportasikan dalam keadaan dingin, dapat
menggunakan larutan fiksatif berupa Alcohol-glycerol atau
RNAlater sebanyak 0,5 ml. Masing-masing tabung diberi label;
b. Dengan menggunakan swab-stick steril lakukan swab pada contoh
uji target, dengan luasan area minimal 100 cm2 pada seluruh
permukaan contoh uji, sedangkan untuk ukuran ikan atau
kemasan yang kurang dari 100 cm2 maka dilakukan swab pada
seluruh permukaan contoh uji, kemudian masukkan swab-stick
tersebut kedalam tabung berukuran 15 ml yang berisi 5 ml VTM
atau media fiksatif virus lainnya dan gunakan swab-stick yang
berbeda untuk setiap contoh uji yang berbeda, potong swab-stick
1 cm dari ujungnya menggunakan gunting steril tanpa menyentuh
ujung swab-stick. Sebelum potongan swab stick dimasukan ke
dalam satu tabung 15 ml yang telah berisi VTM atau media fiksatif
virus lainnya. Selanjutnya cuci gunting menggunakan ethanol 75%
dan keringkan;
c. Tutup rapat tabung VTM atau media fiksatif virus lainnya segel
dengan parafilm untuk mencegah kebocoran;
d. Masukkan tabung VTM atau media fiksatif virus lainnya yang telah
berisi contoh uji ke dalam Styrofoam/coolbox/container berisi es
atau dry ice;
e. Lakukan prosedur pengemasan apabila contoh uji akan langsung
dikirim;
f. Untuk contoh uji yang akan ditunda pengirimannya (maksimal 48
jam) segera simpan dalam freezer bersuhu -20 C. Untuk contoh uji
yang akan disimpan dalam jangka waktu lama sebaiknya disimpan
dalam freezer bersuhu -80 C;
- 22 -

g. Untuk contoh uji yang akan ditunda pengirimannnya (maksimal 48


jam) segera simpan dalam freezer bersuhu -20 C. Untuk contoh uji
yang akan disimpan dalam jangka waktu lama sebaiknya disimpan
dalam freezer bersuhu -80 C.

3. Pengambilan Contoh Swab pada Kemasan dan Alat Angkut


a. Usapkan swab yang sudah dibasahi dengan media VTM atau media
fiksatif virus lainnya;
b. Untuk jenis contoh uji kemasan dan alat angkut, lakukan swab
pada contoh uji target, dengan luasan area minimal 100 cm2 pada
seluruh permukaan contoh uji, kemudian masukkan swab-stick
tersebut kedalam tabung berisi 500 mikroliter VTM atau media
fiksatif virus lainnya dan gunakan swab-stick yang berbeda untuk
setiap contoh uji yang berbeda, potong swab-stick 1 cm dari
ujungnya menggunakan gunting steril tanpa menyentuh ujung
swab-stick. Sebelum potongan swab stick dimasukan ke dalam
satu tabung 15 ml yang telah berisi 5 VTM atau media fiksatif virus
lainnya. Selanjutnya cuci gunting menggunakan ethanol 75% dan
keringkan; saat pengambilan contoh uji, berikan tekanan pada
swab basah ke permukaan, gerakkan setidaknya dalam dua arah
berbeda. Hindari untuk membiarkan swab benar-benar kering;
c. Tempatkan kembali swab ke dalam tabung transport yang berisi
sekitar 2 ml VTM atau media fiksatif virus lainnya;
d. Lakukan pada titik-titik sampling berikutnya;
e. Tutup rapat tabung VTM atau media fiksatif virus lainnya, segel
dengan parafilm untuk mencegah kebocoran;
f. Masukkan tabung VTM atau media fiksatif virus lainnya yang telah
berisi contoh uji ke dalam Styrofoam/coolbox/container berisi es
atau dry ice;
g. Lakukan prosedur pengemasan apabila contoh uji akan langsung
dikirim;
h. Untuk contoh uji yang akan ditunda pengirimannya (maksimal 48
jam) segera simpan dalam freezer bersuhu -20 C. Untuk contoh uji
yang akan disimpan dalam jangka waktu lama sebaiknya disimpan
dalam freezer bersuhu -80 C;
i. Tutup rapat tabung VTM atau media fiksatif virus lainnya dan segel
dengan parafilm untuk mencegah kebocoran;
- 23 -

j. Masukkan tabung VTM atau media fiksatif virus lainnya yang telah
berisi contoh uji ke dalam Styrofoam/coolbox/container berisi es
atau dry ice;
k. Lakukan prosedur pengemasan apabila contoh uji akan langsung
dikirim;
l. Untuk contoh uji yang akan ditunda pengirimannnya (maksimal 48
jam) segera simpan dalam freezer bersuhu -20 C. Untuk contoh uji
yang akan disimpan dalam jangka waktu lama sebaiknya disimpan
dalam freezer bersuhu -80 C.

4. Pengambilan Contoh Uji Daging/Organ/Kulit Ikan


a. Siapkan Styrofoam/coolbox/container berisi es atau dry ice untuk
penyimpanan contoh uji menggunakan VTM atau media fiksatif
virus lainnya di dalam tabung 0,5 ml. Untuk contoh uji yang tidak
dimungkinkan di transportasikan dalam keadaan dingin, dapat
menggunakan larutan fiksatif berupa Alcohol-glycerol atau
RNAlater sebanyak 0,5 ml. Masing-masing tabung diberi label.
b. Dengan menggunakan scalpel, gunting dan pinset steril, ambil
contoh uji daging/organ/kulit Ikan dengan ukuran 0,5 cm3 atau
sebesar biji kacang hijau dan masukkan kedalam tabung berisi
VTM atau media fiksatif virus lainnya.
c. Tutup rapat tabung VTM atau media fiksatif virus lainnya dan segel
dengan parafilm untuk mencegah kebocoran.
d. Masukkan tabung yang telah berisi contoh uji ke dalam
Styrofoam/coolbox/container berisi es atau dry ice.
e. Lakukan prosedur pengemasan apabila contoh uji akan langsung
dikirim.
f. Untuk contoh uji yang akan ditunda pengirimannya (maksimal 48
jam) segera simpan dalam freezer bersuhu -20 C. Untuk contoh uji
yang akan disimpan dalam jangka waktu lama sebaiknya disimpan
dalam freezer bersuhu -80 C.

E. Pengemasan dan Pengiriman Contoh


Contoh uji yang mengandung partikel yang bersifat menular harus
dikemas dalam 3 lapis kemasan yang terdiri atas:
1. Lapisan Pertama atau Wadah Primer
- 24 -

Contoh uji dan pelarutnya dimasukkan ke dalam suatu


wadah/container yang kedap air, dan tersegel dengan ketat untuk
menghindari kebocoran. Wadah contoh uji dapat dari bahan gelas,
logam, atau plastik yang teruji kekuatannya, termasuk didalamnya
dapat berupa tabung dengan tutup ulir (screw-cap tubes) maupun
tabung gelas (vial) yang dilengkapi pelindung karet dan pengunci dari
logam. Selain itu hal terpenting adalah wadah/container yang
digunakan harus diberi label atau identitas spesimen. Apabila
menggunakan container, maka harus dipastikan bahwa container
tersebut tahan terhadap tekanan dalam tidak kurang dari 95 kPa dan
tahan suhu antara -40 C sampai 55 C.
2. Lapisan Kedua
Wadah primer yang berisi contoh uji dan pelarutnya selanjutnya
dimasukkan kedalam lapisan kedua yang bersifat kedap air. Pada
lapisan kedua ini harus dicantumkan nama contoh uji, alamat dan
nomor telpon asal pengirim. Apabila wadah yang dipakai memiliki
risiko pecah apabila berbenturan satu sama lain, maka sebaiknya
masing-masing dikemas tersendiri dengan menggunakan pelapis
kedua untuk menghindari kontak antar wadah. Selanjutnya diantara
wadah primer dan lapisan kedua ditempatkan bahan yang bersifat
menyerap atau absorbent material untuk menyerap volume total
larutan yang mengandung contoh uji. Pada bagian terluar dari lapisan
kedua ditempelkan jumlah dan daftar contoh uji.
3. Lapisan Ketiga
Selanjutnya lapisan kedua (yang telah berisi Wadah Primer)
dimasukkan kedalam container Styrofoam yang memiliki cukup
ketebalan untuk menahan goncangan. Sebelum digunakan untuk
mengemas, sebaiknya Styrofoam diuji dahulu dengan memasukkan
tabung kedalamnya dan dijatuhkan pada ketinggian 1,2 meter.
Styrofoam yang bagus akan mampu mencegah kerusakan tabung
didalamnya. Adapun dimensi Styrofoam minimal berukuran panjang x
lebar x tinggi (10 cm x 10 cm x 10 cm).
- 25 -

Contoh Pengemasan Contoh Uji yang Benar

Wadah Primer berupa tabung dengan


tutup ulir yang telah disegel dengan
menggunakan parafilm untuk mencegah
kebocoran contoh uji

Wadah Primer yang berisi contoh uji


dilapisi bahan penyerap terlebih dahulu
sebelum dimasukkan ke dalam Lapisan
Kedua.

Lapisan Kedua yang didalamnya berisi Wadah Primer diletakkan didalam Lapisan
Ketiga atau Styrofoam dan diberikan pembatas dari kardus. Masukkan dry ice
kedalam Styrofoam hingga menyelimuti Lapisan Kedua selanjutnya tutup rapat dan
segel Styrofoam lalu bungkus Styrofoam dengan plastik dan masukkan kedalam
kardus pengiriman (cardboard). Apabila menggunakan dry ice usahakan
memberikan celah/rongga kecil pada saat pengepakan dengan kardus pengiriman
untuk menyeimbangkan tekanan gas.
- 26 -

BAB V
PENGUJIAN

Pengujian hasil perikanan yang berpotensi terkontaminasi SARS-CoV-2


(COVID-19) dilakukan dengan metode yang telah tervalidasi di laboratorium
yang kompeten sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

A. Pengujian SARS-CoV-2
Pengujian SARS-CoV-2 dilakukan dengan teknik molekuler dari sediaan
asam nukleat hasil ekstraksi dari contoh uji. Uji deteksi materi genetik
SARS CoV-2 dilakukan secara kuantitatif menggunakan teknik one step
reverse transcriptase real time PCR (qRt PCR). Terdapat 2 (dua) metode
teknik pengujian molekuler pada pengujian SARS-CoV-2 yaitu dengan
metoda CDC USA dengan taget gen N1 dan N2, dan metode CDC China
dengan target gen Orf1ab dan N. Analisis kedua metoda tersebut bersifat
kuantitatif dengan mengacu kepada nilai Ct (cycle threshold). Contoh uji
yang diterima oleh laboratorium penguji lebih dulu dilakukan komposit,
dengan skema sebagaimana pada Form 3. Prosedur pengujian contoh uji
meliputi:
1. Pengujian SARS-CoV-2 Dengan Metoda One step Reverse Transcription
Real Time PCR (RT-qPCR) Metode CDC USA
Teknik pengujian molekuler SARS-CoV-2 (COVID-19) dengan
metoda Quantitative (real time) Reverse Transcription PCR (RT-qPCR).
Analisa metoda uji tersebut dilakukan secara kuantitatif. Pelacakan
SARS-CoV-2 dengan metoda molekuler berdasarkan metode CDC USA
yaitu menggunakan target gen N (nucleocapsid) pada positi N1 dan N2.
Gen target SARS-CoV-2 berdasar pada CDC 2019-nCoV Real Time RT-
PCR Primer and Probes (2020) adalah gen N 1 dan N2 dengan limit
deteksi 1,0-3.2 copy/µL, serta gen RNaseP sebagai gen control
pengujian.
Hasil uji positif SARS-CoV-2 (COVID-19) ditandai dengan adanya
kenaikan kurva pada contoh uji yang memotong garis threshold.
Demikian sebaliknya contoh uji dinyatakan negative jika tidak terdapat
kenaikan kurva yang memotong garis threshold. Analisa kuantitatif
pengujian SARS-CoV-2 dengan real time RT-PCR ditunjukkan dengan
nilai curve threshold (Ct) yang dihasilkan. Nilai Ct real time PCR penting
untuk diketahui karena besaran nilai Ct berbanding terbalik dengan
- 27 -

tingkat infeksius virus. Jika semakin tinggi nilai Ct maka kemampuan


infeksius virus rendah, begitu pula sebaliknya. Semakin rendah nilai
Ct, maka semakin tinggi konsentrasi virus (viral load) SARS-CoV-2.
Beberapa jurnal penelitian menyatakan bahwa sampel dengan nilai Ct
>34, tidak menyebabkan infeksi.
Intepretasi nilai Ct real time RT-PCR SARS-CoV-2 sangat
tergantung dari nilai cut off reagen uji yang digunakan. Permasalahan
yang berkaitan dengan alat diagnostik yang berbasis Ct value adalah
tidak adanya cut-off yang absolut atau konstan. Nilai Ct dari satu
laboratorium tidak dapat secara langsung dibandingkan dengan nilai
Ct dari laboratorium yang berbeda karena perbedaan alat, reagen, dan
metode pengujian. Setiap alat dan reagen mempunyai karakteristik
dan cut off nilai Ct yang berbeda. Ada yang menggunakan nilai cut
off Ct>30 sebagai hasil negatif, ada yang menggunakan nilai cut
off Ct>35, >40, maupun >45. Oleh karena itu, interpretasi nilai Ct
harus dilakukan dengan hati-hati. Jika dijumpai nilai Ct pengujian
meragukan karena berada diantara batas bawah nilai Ct positif dan
nilai cut off, maka hasil uji berada pada wilayah abu abu (grey zone).
Pengujian harus diulang atau diuji dengan metoda lain untuk dapat
menarik simpulan hasil uji.
Penggunaan kontrol negatif dan standar positif sangat diperlukan
untuk menjamin kualitas pengujian, jika pada kontrol negatif terjadi
kenaikan kurva maka pengujian dinyatakan terkontaminasi maka
hasil uji tidak dapat diterima dan harus dilakukan pengulangan
pengujian. Jika standar positif tidak terjadi kenaikan kurva maka
contoh uji negatif dinyatakan sebagai false negative atau negatif palsu
dan pengujian harus diulang. Spesifisitas metoda pengujian ditandai
dengan penggunaan pelacak (primer) lebih dari satu gen. Jika kedua
gen atau satu gen target menunjukkan kenaikan kurva maka hasil uji
dinyatakan positif. Jika hanya satu gen dengan nilai Ct di wilayah
abu-abu (grey area) dan nilai Ct gen lainnya negative maka hasil uji
dinyatakan negatif. Prosedur pengujian SARS-CoV-2 (COVID-19)
dengan RT-qPCR adalah sebagai berikut:
a. Peralatan pengujian
- Bio safety cabinet BSL 2B
- Laminary air flow
- Microcentrifuge (adjustable, up to 13 000 rpm)
- 28 -

- Adjustable pipettes (10, 20, 100, 200 μl)


- Sterile, RNase-free pipette tips with aerosol barrier
- Vortex
- Pipet tips dengan barrier 0.5-10 ul, 2-20 ul, 20-200 ul, 100-
1000 ul
- Tabung vial 1.5 ml
- Tabung vial 0.6 ml
- Plate real time PCR 96 well, 0.2 ml atau 0.1 ml
- Mesin real time PCR multiplex system (iQ5 atau Quanstudio5)
- Microcentrifuge tubes (0.5ml and 1.5 ml)
- Mesin Real Time PCR iQ 5 (BioRad) atau Quanstudi 5 (Applied
Bisystem)
- Nanodrop One/OneC Spectrophotomter (Thermo Scientific)
- Perlengkapan Keselamatan sesuai dengan standar SMBL
(Sarung tangan, Jas lab lengan panjang, masker, penutup
kepala , dan sepatu lab)
Catatan : Untuk proses ekstraksi disarankan menggunakan
masker N95
b. Bahan pengujian
- Quick RNA Viral Kit (Zymo Research) Cat. No. R1034 atau
R1035
- Viral RNA Buffer
- Ethanol 95%
- Viral Wash Buffer (R1035)
- Contoh DNA/RNA Shield
- DNase/RNase Free Water
- Sensifast Probe No-Rox One Step Kit (Bioline)
- 2019-nCOV RUO Kit
- 2019-nCOV N Positive Control
- Hs RPP30 Positive Control
c. Tahapan Pengujian
1) Ekstraksi RNA virus
- Nama Kit Ekstraksi: Quick RNA Viral Kit (Zymo Research)
Cat. No. R1034 atau R1035.
2) Persiapan Reagensia:
a) Contoh uji dikondisikan pada suhu kamar (15-25°C).
- 29 -

b) Tambahkan beta mercaptoethanol (tidak disuplai) ke dalam


Viral RNA Buffer sampai mencapai pengenceran 0.5% (v/v),
misalnya 500 ul untuk setiap 100 ml.
c) Tambahkan 204 ml ethanol 95% ke dalam 48 ml Viral Wash
Buffer (R1035)
d. Langkah Kerja:
1) Homogenkan contoh uji swab dengan cara di vortex.
2) Ambil 100 ul media contoh swab dan masukan ke dalam tabung
(vial 1.5 ml). Tambahkan 100 ul contoh DNA/RNA Shield (2x
Concentrate). Campurkan dengan cara di vortex selama
minimal 15 detik.
3) Tambahkan 400 ul Viral RNA Buffer ke dalam campuran contoh
uji. Campurkan dengan cara di vortex selama minimal 15 detik.
4) Pindahkan 600 ul campuran dari langkah 3 ke dalam Zymo
Spin IC Column dalam collection tube. Sentrifuse pada
kecepatan 13000 x g selama 1 menit. Tempatkan spin kolom
dalam tabung koleksi 2 ml yang baru dan buang filtratnya.
5) Tambahkan 500 ul Viral Wash Buffer ke dalam spin kolom.
Sentrifuse pada kecepatan 13000 x g selama 1 menit.
Tempatkan kembali spin kolom dalam tabung koleksi dan
buang filtratnya.
6) Ulangi tahap 5 sebanyak 1x ulangan.
7) Tambahkan 500 ul Ethanol absolute (95-100%) ke dalam spin
kolom. Sentrifuse dengan kecepatan 13000 x g selama 1 menit.
8) Tempatkan spin kolom dalam tabung microcentrifuge 1.5 ml
yang bersih dan buang tabung koleksi yang mengandung filtrat.
Buka hati-hati tutup spin kolom dan tambahkan 25 ul
DNase/RNase Free Water. Inkubasi pada suhu kamar (15-25°C)
selama 1 menit, dan sentrifuse pada kecepatan 13000 x g
selama 1 menit.
9) Simpan RNA virus pada suhu -20°C sampai dengan -70ºC jika
tidak langsung digunakan.
2. Pengukuran Konsentrasi RNA dengan Nanodrop
a. Peralatan Pengujian
Nanodrop One/OneC Spectrophotomter (Thermo Scientific)
- 30 -

Catatan: Pengukuran RNA dari swab contoh produk dan kemasan


ikan dilakukan untuk membuktikan bahwa RNA berhasil
diekstraksi.
b. Langkah Kerja Pengukuran Konsentrasi RNA dengan Nanodrop
1) Homogenkan contoh RNA dengan cara divorteks;
2) Nyalakan NanoDrop OneC dengan menekan tombol power
kanan belakang alat;
3) Setelah tampilan layer pada alat muncul, Pilih Program RNA;
4) Muncul perintah masukkan blanko, kemudian masukan
Nuclease Free Water sebagai Blanko, Sentuh perintah “BLANK”;
5) Setelah muncul BLANK OK, buka pedestal bersihkan dengan
tisu kacamata;
6) Masukan contoh RNA ke dalam pedestal kemudian sentuh
perintah “MEASURE”;
7) Grafik, nilai konsentrasi, nilai 260/280, dan nilai 260/230
akan muncul;
- Ratio 260/280 ~ 1.8 → pure DNA,
- Ratio 260/280 ~ 2.0 → pure RNA
- Ratio 260/230 ~ 2.0-2.2 → pure DNA/RNA
8) Buka Pedestal, bersihkan dengan tisu kacamata, masukkan
contoh RNA berikutnya;
9) Setelah selesai, bersihkan pedestal, tutup, keluar program
RNA.
4. Pengujian Real Time PCR SARS-CoV-2 (COVID-19)
a. Mesin Real Time PCR:
iQ 5 (BioRad) atau Quanstudi 5 (Applied Bisystem)
b. Reagen Real Time PCR (Metode CDC USA):
Sensifast Probe No-Rox One Step Kit (Bioline)
2019-nCOV RUO Kit
2019-nCOV N Positive Control
Hs RPP30 Positive Control
c. Persiapan Primer dan Probe:
1) Setelah diterima, simpan primer dan probe (bentuk lyophilized)
pada 2-8 °C.
2) Reagen ini hanya boleh ditangani di tempat yang bersih dan
disimpan pada suhu yang sesuai dan dalam keadaan gelap.
Proses pembekuan-pencairan (freeze-thawing) berulang harus
- 31 -

dihindari. Pertahankan pada kondisi dingin saat setelah


dicairkan.
3) Dengan menggunakan teknik aseptik, cairkan primer/probe
kering dengan 1.5 ml air bebas nuklease (konsentrasi kerja
50X) dan biarkan rehidrasi selama 15 menit pada suhu kamar
dalam gelap.
4) Campurkan perlahan dan primer/probe dialikuot pada volume
300 μL ke dalam 5 tabung yang telah diberi label sebelumnya.
Simpan satu alikuot primer/probe pada suhu 2-8º C dalam
keadaan gelap. Jangan membekukan ulang (stabil hingga 4
bulan). Simpan alikuot yang tersisa pada ≤ -20º C di dalam
freezer non-frost-free.
d. Persiapan Kontrol Positif (nCoVPC) 2019-nCoV
1) Reagen ini harus ditangani dengan hati-hati di area
penanganan asam nukleat khusus untuk mencegah
kemungkinan kontaminasi. Proses pembekuan-pencairan
berulang harus dihindari.
2) Encerkan kontrol positif dalam tabung dengan 1 mL air bebas
nuklease untuk mencapai konsentrasi yang tepat. Buat alikuot
(sekitar 30 μL) dan simpan pada ≤ -20º C.
e. Persiapan No Template Control (NTC):
1) Air steril dan bebas nuclease;
2) Aliquot dalam volume kecil;
3) Digunakan untuk memeriksa kontaminasi selama ekstraksi
spesimen dan/atau untuk set up pemasangan plate.
f. Persiapan Peralatan
Bersihkan dan dekontaminasi semua permukaan kerja, pipet,
sentrifuse, dan peralatan lain sebelum digunakan. Agen
dekontaminasi yang dapat digunakan adalah Bleach 10%, ethanol
70%, dan DNAzap ™ atau RNase AWAY® untuk meminimalkan
risiko kontaminasi asam nukleat.
g. 2019-nCOV 2019 RUO Kit (IDT, cat no. 52904)
Kit ini terdiri atas campuran 3 pasang primer dengan probe, yaitu
N1, N2, dan RNase P. Primer N1 dan N2 merupakan primer spesifik
untuk identifikasi SARS COV-2 (COVID-19), sedangkan RNase P
merupakan marker untuk keberhasilan ekstraksi RNA dari contoh
- 32 -

uji manusia. Kit ini dilengkapi dengan kontrol positif yang berupa
plasmid untuk N1, dan N2.
h. SensiFAST TM Probe No Rox One Step Kit (Bioline-76001)
Protokol ini merupakan protokol untuk teknik realtime PCR dengan
cetakan RNA. Amplifikasi dilakukan dalam thermalcycler IQ5
Biorad atau Quanstudio tanpa ROX reference.
i. Tempat Pengerjaan
1) Pengerjaan preparasi master mix realtime PCR dilakukan di
ruangan pre-PCR yang dilengkapi dengan Laminar Air Flow.
2) Penambahan RNA contoh uji dilakukan di bench RNA di
ruangan pre-PCR lab bioteknologi PSSP- IPB.
3) Penambahan control plasmid N1 dan N2 dilakukan di ruangan
post-PCR lab bioteknologi PSSP- IPB.
4) Tempat pengerjaan dikondisikan minim cahaya.
j. Persiapan Reagensia:
1) Keluarkan semua reagent yang diperlukan dan thawing di
dalam laminar hood. Setelah thawing, vortex dan pulse
sentrifugasi sebentar.
2) Keluarkan RNA dari dalam freezer, thawing di room
temperature, setelah thawing, vortex dan pulse sentrifugasi
sebentar. Selanjutnya simpan di dalam lemari es.
k. Prosedur:
1) Siapkan model cetakan contoh uji sesuai plate untuk uji
realtime PCR (Misal jumlah contoh uji = 2)

2) Siapkan master mix realtime sesuai dengan jumlah contoh uji


yang diinginkan yang dipersiapkan dalam dua vial masing-
masing berisi:
- 33 -

3) Masukan campuran reaksi dari vial realtime ke dalam plate


yang sudah dilabel.
4) Tambahkan RNA contoh uji di atas bench top masing-masing 8
ul.
5) Tambah positif kontrol di bench ruang produk PCR.
6) Lakukan up and down pipetting dan tutup plate dengan sealer
plastic film.
7) Nyalakan mesin Realtime PCR, pertama nyalakan bagian
thermocycler kemudian bagian kamera. Selanjutnya nyalakan
komputer, buka software IQ5. Setelah software dibuka pastikan
di layar mesin tertera ‘Host Control Mode’.
8) Atur program mesin PCR:

9) Dalam software pilih FAM sebagai flourophores, Atur plate


sesuai letak contoh uji, dan masukan plate ke dalam mesin PCR
sesuai dengan template yang telah diatur dalam software
10) Klik run, simpan file protocol. Klik Begin run
l. Analisa Data
1) Setelah selesai akan didapat nilai Ct yang harus dianalisis;
2) Positif; Bila Ct contoh uji ≤ 40, Ct terdeteksi di positif control
N1 atau N2;
3) Negatif; Bila Ct contoh uji > 40 atau tidak terdeteksi, Ct
terdeteksi di positif control N1 atau N2;
4) Ct tidak boleh terdeteksi di NTC;
5) Diulang; Bila Ct di NTC muncul;
6) Buka mesin PCR, buang plate ke dalam tempat sampah yag
berlambang biohazard;
- 34 -

7)

m. Interpretasi Hasil
1) No Template Control (NTC)
NTC terdiri dari penggunaan air bebas nuklease dalam reaksi
qRT-PCR sebagai pengganti RNA. Reaksi NTC untuk semua
primer dan set probe tidak boleh menunjukkan kurva
pertumbuhan fluoresensi yang melewati garis ambang batas.
Jika salah satu reaksi NTC menunjukkan kurva pertumbuhan
yang melintasi ambang siklus, kontaminasi contoh uji mungkin
telah terjadi. Batalkan proses dan ulangi pengujian.
2) Kontrol Positif 2019-nCoV (nCoVPC)
nCoV positive control terdiri dari RNA yang ditranskripsi secara
in vitro. nCoV positive control akan menghasilkan hasil positif
dengan primer dan set probe berikut: N1, dan N2.

2. Pengujian SARS-CoV-2 Dengan Metoda One step Reverse Transcription


Real Time PCR (RT-qPCR) Metode CDC China.
Target gen yang akan diamplifikasi pada metode CDC Chine yaitu
gen Orf1ab dan N. Jika terdapat hasil yang inconclusive, maka dilakukan
konfirmasi menggunakan target gen Enevelope SARS Coronavirus (E
Sarbeco). Tahapan pengujiannya adalah sebagai berikut:
a. Ekstraksi RNA dengan metode robotic (otomatis)
Nama Kit : ZiXpress 32® Viral Nucleic Acid Extraction
Company : Zinexts Life Science Corp, Taiwan
Cat. Number : ZP 02201
- 35 -

1) Alat-Alat yang diperlukan:


- Tube 1.5 mL atau 2.0 mL steril
- Mikropipet (100-1000 uL, 20-200 uL, 5-10 uL)
- Barier tips sesuai dengan mikropipet yang digunakan
(100-1000 uL, 20-200 uL, 5-10 uL)
- Biosafety Cabinet kelas 2B (Biosafety Cabinet 2B)
- Mesin ekstraski otomatis (ZiXpress 32® Viral Nucleic Acid
Extraction)
2) Bahan-Bahan:
- Kit Ekstraksi: Plate pre-filled buffer with 16 test sample/plate
- Swab produk/kemasan perikanan dan sampel lainnya
3) Alat Pelindung Diri (APD):
- Jas-lab (water proof)
- Masker
- head cap
- glove (nitrile)
- sepatu lab
4) Tempat Pengerjaan: Ruang Infected Lab Bioteknologi
b. Prosedur Kerja ekstraksi RNA metode robotik:
1) Hidupkn tombol ‘POWER’ pada belakang alat dan tunggu hingga
layar pada depan alat menyala.
2) Tekan tombol UV dan atur 30 menit agar UV mampu menyala
selama 30 menit untuk sterilisasi;
3) Pasang sisir pada mixing sleeves sesuai dengan jumlah sampel
yang akan dikerjakan;
4) Ambil reagen plate, dan buka alumunium foil pada bagian atas
plate (dilakukan dalam biosafety cabinet);
5) Tambahkan Binding Buffer 360 uL ke dalam well 1 dan 7 sesuai
dengan sampel yang akan dikerjakan;
6) Tambahkan Proteinase K 15 uL ke dalam well 1 dan 7 sesuai
dengan sampel yang akan dikerjakan;
7) Vortex sampel sebentar, tambahkan Sampel 200 uL ke dalam well
1 dan 7;
8) Tambahkan Internal Control dari Kit Realtime PCR Beijing ABT
(tabung No 6) 10 uL ke dalam well 1 dan 7;
9) Letakkan reagen plate ke dalam mesin Zixpress, lalu tutup.
Pastikan lampu UV tidak menyala dan sisir comb sudah terpasang
- 36 -

10) Pilih protokol ‘VIRUS’ pada layar, pastikan urutan kerja sudah
sesuai dengan protokol:

11) Setelah proses ekstraksi selesai ‘FINISHED’, buka jendela alat dan
keluarkan reagen plate dan letakkan di dalam BSC. Hasil elusi
ekstraksi RNA 100 uL diambil pada kolom well 6 dan 12;
12) Setelah selesai, tekan tombol ‘POWER’ pada layer. Matikan tombol
‘POWER’ pada belakang alat Zixpress
c. Persiapan Uji deteksi SARS CoV-2 Metode CDC Chine menggunakan
teknik one step reverse transcriptase real time PCR (qRT PCR)
Nama Kit : Multiple Real Time PCR Kit for Detection of 2019-
nCOV (XABT)
Company : Beijing Applied Biological Technologies Co. LtD
Cat. Number : CT8223-24T, CT8223-48T
d. Persiapan Sebelum Preparasi- Master Mix Real time PCR
1) Alat-Alat:
- Tube 1.5 mL atau 2.0 mL steril
- Mikropipet (100-1000 uL, 20-200 uL, 5-10 uL)
- Barier tips sesuai dengan mikropipet yang digunakan
- Plate real time PCR
- Sealer plate real time PCR
- Mesin real time PCR multiplex (Biorad Opus)
- Laminar Air flow (tempat preparasi master mix)
2) Bahan-Bahan:
- Kit Multiple Real Time PCR Kit for Detection of 2019-nCOV
- Sampel RNA
3) Alat Pelindung Diri (APD):
- Jas-lab ruang Pre-PCR
- Masker
- 37 -

- glove (nitrile)
4) Tempat Pengerjaan: Ruang Pre-PCR lab Bioteknologi
e. Pembuatan Master Mix Real Time PCR
1) Saat ekstraksi sampel, sebanyak 10 uL Internal Control (IC)
ditambahkan ke dalam tube sampel. Penambahan IC dilakukan
bersamaan dengan penambahan sampel dan lisis buffer.
2) Hitung jumlah reaksi PCR Mix sesuai dengan sampel yang akan
dikerjakan ditambah control positive dan control negative. Jumlah
sampel +2 + B= N (B adalah tambahan Reaksi untuk kesalahan
pipetting)
3) Buat PCR Mix dalam tabung 2 mL dengan komposisi sesuai table di
bawah:

4) Campur mix sesuai urutan di No. 1, distribusikan ke dalam plate


PCR masing-masing 15 uL
5) Tambahkan masing-masing 5 uL template RNA sampel/ control
positif ke dalam plate pcr yang sudah berisi PCR mix sehingga total
volume/reaksi menjadi 20 uL
6) Program Mesin Real Time PCR sesuai tabel di bawah:

7) Jenis Probe dan Fluoresens:


FAM → Gen ORF1ab
HEX/VIC → Gen N
Cy5 → Internal Control
- 38 -

8) Interpretasi Hasil:

Catatan:
Dalam setiap kali running Real Time PCR Control Negatif harus No Ct
(N.A) dan Control Positif harus terindentifikasi Ct

B. Tindak Lanjut Hasil Pengujian SARS-CoV-2 (COVID-19)


Berdasarkan hasil pengujian laboratorium, maka tindak lanjut yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. apabila hasil pengujian terhadap komposit contoh uji negatif, maka UPT
KIPM dapat melakukan penerbitan health certificate untuk pengeluaran
produk perikanan untuk tujuan ekspor.
2. apabila ditemukan hasil pengujian terhadap komposit contoh uji
positip, maka UPT KIPM tidak memberikan persetujuan untuk
penerbitan health certificate.
3. Laboratorium dapat melakukan uji lanjutan terhadap masing-masing
pooling contoh uji untuk menelusuri obyek yang terkontaminasi Virus
CoV-2 (COVID-19), atas permintaan Unit Pengolahan Ikan, dengan
skema penelusuran contoh uji sebagaimana pada Form 4.
4. apabila berdasarkan hasil penelusuran sebagaimana pada point b 3
ditemukan hasil positif pada produk, dan negatif pada kemasan
- 39 -

dan/atau container maka produk tidak dapat dilakukan pengeluaran


untuk tujuan ekspor.
5. Apabila berdasarkan hasil uji komposit sebagaimana point 2 dan/atau
uji lanjutan sebagaimana point 3 ditemukan hasil positif maka
dilakukan proses ulang, misalnya dengan penggantian kemasan,
pengolahan dan/atau dengan cara pemanasan
(perebusan/pemasakan).
6. Untuk memastikan bahwa hasil perikanan yang sudah di re-proses
bebas kontaminasi SARS-CoV-2 (COVID-19) maka dilakukan
pengambilan contoh dan pengujian kembali.

C. Uji Banding (Pengujian Lanjutan)


Uji banding dapat dilaksanakan apabila contoh uji ditemukan positif
SARS-CoV-2 (COVID-19) secara berulang dan pelaku usaha melakukan
keberatan terhadap hasil uji. Uji banding dapat dilaksanakan apabila
contoh uji ditemukan positif SARS-CoV-2 (COVID-19) secara berulang dan
pelaku usaha melakukan keberatan terhadap hasil uji. Dalam
pelaksanaan uji banding harus dilakukan oleh laboratorium lain yang
telah ditetapkan dan memiliki kompetensi yang sama atau lebih tinggi
berdasarkan rekomendasi Tim Satuan Tugas Pencegahan dan
Pengendalian Kontaminasi SARS-CoV-2 (COVID-19) pada Hasil Perikanan
dan BUSKIPM. Uji banding dapat dilakukan pada contoh uji yang sama
atau pada contoh uji hasil pengambilan ulang. Tata cara dalam melakukan
uji banding adalah sebagai berikut:
1. Pengambilan ulang contoh uji
a. pengambilan ulang contoh uji dilakukan oleh petugas pengambil
contoh dengan memenuhi standar pengambilan contoh sesuai BAB
IV;
b. contoh uji dikirim ke laboratorium yang telah ditetapkan;
c. minimal 2 (dua) laboratorium penguji yang ditetapkan sebagai
laboratorium pelaksana uji banding;
d. hasil uji dari masing-masing laboratorium peserta uji banding
dianalisa dan dievaluasi.
2. Pengujian pada retensi contoh uji
a. menggunakan contoh uji yang sama (retain contoh uji) dari
laboratorium penguji I;
- 40 -

b. retain contoh uji dikirimkan ke minimal 2 (dua) laboratorium yang


ditetapkan sebagai laboratorium pelaksana uji banding;
c. hasil uji dari masing-masing laboratorium peserta uji banding
dianalisa dan dievaluasi.
- 41 -

BAB VI
KRITERIA DAN PENETAPAN LABORATORIUM PENGUJI

A. Kriteria Laboratorium Penguji


Dalam pelaksanaan pengujian SARS-CoV-2 (COVID-19) harus
dilakukan di laboratorium yang kompeten dan memenuhi persyaratan.
Laboratorium uji harus memenuhi beberapa persyaratan sesuai dengan
Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia yang terbaru
tentang Jejaring Laboratorium Pemeriksaan SARS-CoV-2 (COVID-19)
antara lain persyaratan bangunan meliputi persyaratan gedung dan
persyaratan ruang laboratorium, persyaratan biosafety cabinet,
persyaratan peralatan, persyaratan SDM, persyaratan praktik biosafety
dan biosecurity, persyaratan good laboratory practice.
Dalam hal pembentukan legal standing dan pelaksanaan
kerjasama/kolaborasi antara unit kerja lingkup BKIPM dengan
laboratorium penguji SARS-CoV-2 (COVID-19) dilaksanakan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku di lingkungan Kementerian Kelautan dan
Perikanan (Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 65 Tahun
2016 tentang Pedoman Kerjasama dan Penyusunan Perjanjian di
Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan maupun peraturan
turunan terkait lainnya).

Tabel 1. Kriteria Laboratorium Penguji SARS-CoV-2 (COVID-19)


No Kriteria
1 Persyaratan Gedung
a. Gedung BSL-2 harus memiliki:
1) Memiliki ruangan penerimaan dan penyimpanan contoh uji
2) Memiliki ruangan pemeriksaan spesimen
3) Memiliki ruangan untuk penanganan limbah infeksius yang
dilengkapi dengan autoclave
4) Memiliki ruangan untuk loker, administrasi, dan pantry
5) Memiliki ruangan penyimpanan reagen
6) Jalur akses ke dalam gedung terbatas dan ada kamera
surveilans (CCTV)
b. Ruang Laboratorium BSL-2
- 42 -

No Kriteria
1) Ruangan laboratorium yang cukup luas untuk bekerja dan
terpisah dengan area publik dalam gedung
2) Pemisahan ruangan infeksius dan non-infeksius dengan
diberikan label di setiap pintu ruangan
3) Memiliki pintu yang dapat di kunci/akses terbatas
4) Memiliki jendela yang tertutup rapat
5) Aliran udara searah dengan filter udara pada exhaust/HVAC
System (disarankan)
6) Memiliki penerangan yang cukup dan lampu tidak
menggantung
7) Memiliki lantai yang kuat, tahan air, dan tidak ada
celah/disarankan dilapis epoxy serta tidak ada sudut antara
lantai dan dinding
8) Dinding tidak kasar, anti-air dan mudah dibersihkan
9) Memiliki wastafel cuci tangan di dekat pintu keluar ruangan
laboratorium
10) Memiliki wastafel dilengkapi dengan pencuci mata
(disarankan)
11) Memiliki shower yang ditempatkan di lorong ruangan
laboratorium
12) Pasokan listrik yang memadai, penerangan darurat, genset
yang standby
13) Pengolahan air yang baik antara suplai dan pembuangan,
sistem pencegahan arus balik, kran otomatis, pengolahan
air reverse osmosis untuk laboratorium
14) Gedung memiliki hidran/sistem pemadam kebakaran yang
memenuhi syarat (disarankan menggunakan bahan
pemadam api khusus di ruangan dengan alat-alat
laboratorium)
15) Memiliki sistem telekomunikasi /sistem interkom
16) Memiliki sistem alarm untuk keamanan
17) Gedung memiliki jalur evakuasi yang memenuhi syarat
keselamatan dan kesehatan kerja (K3)
2 Persyaratan Biosafety Cabinet (BSC)
a. Biosafety cabinet (BSC) kelas II A2 dengan standar internasional
- 43 -

No Kriteria
b. BSC memiliki sash (penutup)
c. BSC dilengkapi dengan UV light (disarankan)
d. BSC dilengkapi dengan UPS
e. Kontak listrik mandiri (tidak bergabung dengan alat lain)
f. Penempatan BSC tidak di depan aliran udara Air Conditioner
g. Penempatan BSC tidak di depan akses pintu
h. Penempatan BSC tidak di daerah orang lalu lalang
i. Memiliki SOP pengoperasian dan pemeliharaan BSC
j. Memiliki SOP pelaksanaan pekerjaan menggunakan BSC
3 Persyaratan Peralatan
a. BSC kelas II A2
b. Laminar airflow atau PCR hood
c. RT PCR
d. Micro pipet
e. Autoclave
f. Refrigerator untuk reagen
g. Freezer-80˚C untuk penyimpan spesimen (kalau tidak ada, sisa
spesimen langsung dimusnahkan)
h. Coolbox
i. Refrigerated Centrifuge
j. Spindown
k. Vortex
4 Persyaratan SDM
a. Tenaga analis kesehatan/ahli teknologi laboratorium
medis/litkayasa/peneliti virology dengan latar belakang
pendidikan analis/biologi/kedokteran/kedokteran hewan/
biomedis dan ilmu lain yang berkaitan.
b. Tidak memiliki riwayat penyakit berat/catastropik
c. Tidak memiliki riwayat kejahatan
d. Memiliki kompetensi dalam pemeriksaan dengan Real Time PCR
e. Memiliki kompetensi dalam biosafety dan biosecurity
5 Persyaratan Praktik Biosafety dan Biosecurity
a. Biosafety
1) Memiliki prosedur Risk Assessment terkait pekerjaan di
laboratorium
- 44 -

No Kriteria
2) Menyediakan sarana, peralatan, dan alat pelindung diri
(APD) yang sesuai dengan hasil Risk Assessment
3) Tersedia peralatan keselamatan seperti Spill kit dan alat
pemadam api ringan (APAR)
4) Memiliki sarana pengelolaan limbah infeksius seperti
autoclave yang tervalidasi
5) Memiliki program vaksinasi dan emergency check-up untuk
petugas laboratorium
6) Memiliki program pelatihan biorisiko secara berkala
b. Biosecurity
1) Memiliki keamanan fisik: sistem surveilan lingkungan
(CCTV), tempat penyimpanan spesimen yang memiliki kunci
(Freezer/deep freezer), sistem akses terbatas
2) Memiliki keamanan informasi: sistem data yang aman
3) Memiliki prosedur keamanan dalam pengiriman spesimen
4) Memiliki kendali material dan akuntabilitas
5) Memiliki SDM satuan pengamanan yang terlatih
6) Memiliki manajemen program terkait biosecurity
6 Persyaratan Good Laboratory Practice
a. Memiliki personel dan manajemen laboratorium yang kompeten
b. Memiliki standar operational prosedur pemeriksaan yang
terstandar
c. Melakukan pemantapan mutu internal dan eksternal
d. Memiliki program pelaporan hasil yang sistematis dan
tertelusur
e. Melakukan pemeliharaan dan kalibrasi alat laboratorium yang
terdokumentasi dengan baik.

B. Rekomendasi Penetapan Laboratorium Penguji


Laboratorium yang telah memenuhi kriteria sebagai laboratorium
penguji SARS-CoV-2 (COVID-19) pada produk perikanan akan diberikan
rekomendasi sebagai laboratorium pengujian SARS-CoV-2 (COVID-19)
pada hasil perikanan. Rekomendasi ini diberikan apabila laboratorium
telah memenuhi beberapa kriteria penilaian sebagai berikut:
1. Laboratorium memiliki fasilitas seperti pada point A;
- 45 -

2. Laboratorium menerapkan SNI ISO/IEC 17025:2017 tentang


persyaratan umum kompetensi laboratorium pengujian;
3. Laboratorium menerapkan ISO 35001:2019 tentang Sistem
Manajemen Biorisiko Laboratorium;
4. Laboratorium telah melakukan identifikasi risiko terhadap Covid-19
yang akan ditangani;
5. Laboratorium yang akan bekerja sama dalam pengujian SARS-CoV-2
(COVID-19) pada hasil perikanan sebelumnya akan dilakukan
verifikasi oleh Tim Pusat dan BUSKIPM;
6. Laboratorium yang telah diverifikasi dan memenuhi persyaratan untuk
melakukan pengujian SARS-CoV-2 (COVID-19) pada produk perikanan
akan diberikan rekomendasi melalui Keputusan Kepala BKIPM.
- 46 -

BAB VII
PENANGANAN HASIL PERIKANAN TERKONTAMINASI SARS-CoV-2/
COVID-19 PADA PRODUK IMPOR DAN PRODUK YANG DITOLAK OLEH
NEGARA TUJUAN EKSPOR

A. Penanganan Hasil Perikanan Impor yang Hasil Pengujian Contoh Ujinya


Positif Terkontaminasi SARS-CoV-2 (COVID-19):
1. Terhadap hasil perikanan impor yang setelah dilakukan pengujian
contoh uji dan positif terkontaminasi SARS-CoV-2 (COVID-19), maka
terhadap hasil perikanan tersebut dilakukan penolakan.
2. Apabila dalam waktu 3 (tiga) hari tidak dilakukan pengeluaran maka
terhadap hasil perikanan tersebut dilakukan pemusnahan (sesuai
amanat Instruksi Presiden Nomor 4 Tahun 2019 tentang Peningkatan
Kemampuan dalam Mencegah, Mendeteksi dan Merespon Wabah
Penyakit, Pandemi Global dan Kedaruratan Nuklir, Biologi dan Kimia).

B. Penanganan Terhadap Hasil Perikanan Ekspor yang Ditolak dan


Dikembalikan dari Negara Tujuan yang Terdeteksi Positif Kontaminasi
SARS-CoV-2 (COVID-19):
1. Dilakukan pengamanan dan tindakan karantina untuk penanganan
dan pengujian laboratorium lebih lanjut.
2. Setelah dilakukan pengujian ulang laboratorium:
a. jika didapat hasil “negatif” maka dapat dilakukan ekspor kembali
ke negara tujuan.
b. jika didapat hasil “positif” maka dilakukan proses ulang, misalnya
dengan penggantian kemasan, pengolahan dan/atau dengan cara
pemanasan (perebusan/pemasakan).
c. untuk memastikan bahwa hasil perikanan yang sudah di re-proses
bebas kontaminasi SARS-CoV-2 (COVID-19) maka dilakukan
pengambilan contoh dan pengujian kembali.

C. Tata Cara Pemusnahan Hasil Perikanan yang Terkontaminasi SARS-CoV-


2 (COVID-19)
1. Setelah dilakukan pengamanan terhadap arsip contoh uji, contoh uji
RNA/DNA dan hasil perikanan maka Kepala UPT memerintahkan
kepada petugas administrasi untuk menyiapkan surat pemusnahan
dan berita acara pemusnahan hasil perikanan.
- 47 -

2. Menyiapkan draft surat pemusnahan dan berita acara pemusnahan


untuk ditandatangani oleh Kepala UPT/Pejabat yang ditunjuk.
3. Menandatangani surat pemusnahan dan memerintahkan petugas
karantina untuk melakukan tindakan pemusnahan.
4. Menyiapkan dan menetapkan tempat, peralatan dan cara/metode
pemusnahan berdasarkan jenis, jumlah, ukuran hasil perikanan.
5. Menyerahkan surat pemusnahan kepada pemilik/kuasa pemilik hasil
perikanan dan melaksanakan tindakan pemusnahan dengan cara
dibakar menggunakan incinerator.
6. Menandatangani berita acara pemusnahan hasil perikanan.
7. Membuat laporan secara tertulis kepada Kepala UPT/Pejabat yang
ditunjuk terkait tindakan pemusnahan yang dilakukan.
8. Kepala UPT melaporkan hasil kegiatan pemusnahan kepada Kepala
Badan KIPM.
Bagi UPT KIPM yang belum memiliki fasilitas pemusnahan yang memadai,
dapat berkoordinasi dengan otoritas kesehatan setempat/lintas sektor.
- 48 -

BAB VIII
KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI

Komunikasi risiko merupakan komponen penting yang tidak


terpisahkan dalam pengendalian hasil perikanan agar mengurangi risiko
kontaminasi SARS-CoV-2 (COVID-19). Komunikasi risiko dapat membantu
membangun kepercayaan publik terhadap kesiapsiagaan pemerintah, unit
usaha dan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) yang terlibat dalam
rantai produksi, penyimpanan dan distribusi hasil perikanan.
Selain melakukan komunikasi tentang keamanan dan mutu hasil
perikanan, unit usaha perikanan harus mempunyai tim internal yang
bertugas melakukan informasi dan edukasi mengenai pencegahan
kontaminasi SARS-CoV-2 (COVID-19) pada hasil perikanan. Tim
pengendalian SARS-CoV-2 (COVID-19) yang dibentuk secara internal, harus
menyiapkan petunjuk dan peringatan mengenai pembatasan kontak fisik,
hygiene perorangan dan penerapan sanitasi bagi karyawan dan
mengkomunikasikannya sehingga setiap karyawan memahami prosedur yang
harus dilaksanakan.
Petunjuk dan peringatan yang sesuai harus tersedia pada area-area
berikut:
1. alat transportasi karyawan (jika terdapat fasilitas antar jemput
karyawan);
2. pintu masuk;
3. lift;
4. kantin;
5. tempat ibadah (misal mushola/masjid);
6. ruang rapat;
7. kantor;
8. ruang produksi;
9. ruang ganti;
10. laboratorium;
11. gudang; dan
12. area publik (misalnya ruang tunggu, koridor dan taman).
Penyampaian petunjuk dan peringatan dilakukan kepada karyawan
menggunakan media yang sesuai, antara lain penyampaian secara langsung
serta penggunaan leaflet, poster, spanduk, banner, media elektronik dan
media sosial. Tim secara rutin mengulang penyampaian petunjuk dan
- 49 -

peringatan, misalnya melalui pengeras suara setiap 2 jam, media elektronik


yang ada di area perusahaan setiap 1 jam dan sebagainya.
Tim secara rutin melakukan pengecekan terhadap pemahaman dan
kesadaran karyawan antara lain melalui briefing karyawan, survey dan
pencatatan. Petunjuk dan peringatan antara lain berupa:
1. prosedur pembatasan kontak fisik;
2. prosedur hygiene personel, meliputi cuci tangan, etika bersin dan
batuk, pemakaian masker dan sarung tangan;
3. prosedur sanitasi dan disinfeksi permukaan;
4. prosedur penerimaan barang dari luar;
5. prosedur menerima tamu dari luar.
Selain petunjuk dan peringatan internal, perusahaan perlu menyiapkan
petunjuk penanganan produk hasil perikanan bagi distributor dan konsumen
dalam rangka pencegahan penularan SARS-CoV-2 (COVID-19) dan
penjaminan keamanan dan mutu hasil perikanan. Petunjuk dapat berupa
prosedur penanganan hasil perikanan selama distribusi maupun setelah
sampai kepada konsumen.
- 50 -

BAB IX
VERIFIKASI DAN MONITORING KEPATUHAN

Monitoring kepatuhan terhadap penerapan pencegahan kontaminasi


SARS-CoV-2 (COVID-19) hasil perikanan di unit usaha dilakukan secara
mandiri (own check) dan diverifikasi oleh UPT KIPM meliputi supplier dan Unit
Pengolahan Ikan yang berada di wilayah kerja masing-masing.

A. Tujuan Verifikasi dan Monitoring


Tujuan pelaksanaan verifikasi dan monitoring adalah:
1. memantau pelaksanaan Pedoman ini dan memastikan agar
dilaksanakan dengan tepat dan berkelanjutan; dan
2. melakukan identifikasi faktor risiko yang perlu segera diantisipasi
dalam rangka pencegahan kontaminasi SARS-CoV-2 (COVID-19) pada
hasil perikanan.

B. Pelaksanaan Verifikasi dan Monitoring


Ruang lingkup pelaksanaan verifikasi dan monitoring kepatuhan
terhadap Pedoman ini meliputi:
1. Verifikasi dan monitoring kepatuhan internal oleh unit usaha
a. unit usaha harus melakukan verifikasi penerapan protokol SARS-
CoV-2 (COVID-19) dan melakukan monitoring kepatuhan di
lingkungan internalnya sesuai Pedoman ini. Sistem verifikasi dan
monitoring dapat berupa formulir checklist, alat perekam
elektronik (CCTV), atau sistem lain yang sesuai;
b. unit usaha harus dapat memastikan bahwa aspek utama
pencegahan kontaminasi SARS-CoV-2 (COVID-19) pada hasil
perikanan di lingkungan internalnya diterapkan dengan benar dan
konsisten, meliputi: personal hygiene dan good hygiene practices;
c. unit usaha harus melakukan pemantauan terhadap monitoring
kepatuhan internal di rantai logistik (gudang penyimpanan dan
alat transportasi).
2. Verifikasi terhadap monitoring kepatuhan internal unit usaha dalam
rangka pengendalian oleh UPT KIPM, dengan menggunakan checklist
sebagaimana pada Form 5.
- 51 -

a. UPT KIPM harus memastikan bahwa unit usaha telah memiliki Tim
atau Penanggung jawab pencegahan kotaminasi SARS-CoV-2
(COVID-19) secara internal;
b. UPT KIPM harus memastikan bahwa unit usaha telah memiliki
panduan/prosedur/instruksi kerja terkait pencegahan
kontaminasi SARS-CoV-2 (COVID-19);
c. UPT KIPM harus memastikan bahwa personal hygiene dan good
hygiene practices telah diimplementasikan secara benar dan
konsisten sesuai dengan protokol kesehatan SARS-CoV-2 (COVID-
19) di unit usaha;
d. UPT KIPM memastikan bahwa unit usaha telah melaksanakan
program disinfeksi sarana dan prasarana, serta input produksi
secara berkala.
3. UPT KIPM melakukan monitoring kepatuhan di sepanjang rantai
penyimpanan dan distribusi (gudang penyimpanan dan alat
transportasi) untuk lalu lintas ekspor hasil perikanan ke China atau
negara lain yang mempersyaratkan.
4. Pusat Pengendalian Mutu melakukan verifikasi secara teknis tugas
pengendalian penerapan protokol kesehatan SARS-CoV-2 (COVID-19)
oleh UPT KIPM di unit usaha.
5. Pusat Standardisasi Sistem dan Kepatuhan melakukan verifikasi
tingkat kepatuhan terhadap pelaksanaan verifikasi tugas
pengendalian protokol kesehatan SARS-CoV-2 (COVID-19.

C. Pelaporan
1. Pelaporan Hasil Verifikasi oleh UPT KIPM
Pelaporan hasil pelaksanaan verifikasi dalam rangka pengendalian
oleh UPT KIPM meliputi:
a. Laporan hasil verifikasi UPT KIPM terhadap protokol pengendalian
SARS-CoV-2 (COVID-19) dalam kegiatan produksi atau monitoring
internal di unit usaha:
1) UPT melaporkan kepada Kepala BKIPM, cc. Kepala Pusat
Pengendalian Mutu dan Kepala Pusat Standardisasi Sistem dan
Kepatuhan;
2) hasil verifikasi terhadap pelaksanaan pengendalian penerapan
protokol SARS-CoV-2 (COVID-19) dalam kegiatan produksi sesuai
- 52 -

dengan Form 2. Checklist Hasil Verifikasi Pelaksanaan Pengendalian


Protokol Covid-19 dalam Kegiatan Produksi;
3) laporan hasil verifikasi disampaikan per 3 (tiga) bulan.
b. Rekapitulasi pengambilan contoh uji dan hasil pengujiannya dari unit
usaha yang berada di wilayah kerja masing-masing:
1) UPT KIPM menyampaikan rekapitulasi kepada Ketua Satuan Tugas
Kesiapsiagaan Sektor Kelautan dan Perikanan cc. Kepala Pusat
Pengendalian Mutu dan Kepala Pusat Standardisasi Sistem dan
Kepatuhan;
2) rekapitulasi berupa contoh uji dan hasil pengujiannya, baik ekspor
maupun impor;
3) rekapitulasi disampaikan per 1 (satu) bulan.
c. Kepala UPT KIPM melaporkan kepada Kepala BKIPM, cc. Kepala Pusat
Pengendalian Mutu dan Kepala Pusat Standardisasi Sistem dan
Kepatuhan jika terdapat kejadian yang memerlukan penanganan atau
pengambilan keputusan segera, misalnya hasil pengujian laboratorium
yang positif SARS-CoV-2 (COVID-19).

D. Sekretariat Satuan Tugas Kesiapsiagaan


Sekretariat Satuan Tugas Kesiapsiagaan Sektor Kelautan dan
Perikanan dapat dihubungi melalui Telp/fax. (021) 3519070/3860527.
Laporan dan rekapitulasi dapat disampaikan melalui e-layar KKP atau
email ke pusatpm.bkipm@kkp.go.id untuk Pusat Pengendalian Mutu dan
pusatssk.bkipm@kkp.go.id untuk Pusat Standardisasi Sistem dan
Kepatuhan.
- 53 -

BAB X
FORM PELAKSANAAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KONTAMINASI
SEVERE ACUTE RESPIRATORY SYNDROME-CORONAVIRUS-2/
CORONAVIRUS DISEASE-2019 PADA HASIL PERIKANAN

Form 1. Jumlah Contoh Uji untuk setiap Consignment


A. Hasil perikanan Dalam Kemasan
1. Jumlah contoh uji untuk produk dan kemasan (berat kemasan terkecil ≤ 1
kg)
Besarnya Lot Jumlah Master Karton yang
(Jumlah Kemasan Terkecil) Diambil*
≤ 4800 6
4801 - 21000 13
24001 - 48000 21
48001 - 84000 29
84001- 144000 48
144001- 240000 84
≥ 240000 126
*Masing-masing master karton diambil 1 (satu) kemasan terkecil sebagai contoh uji
produk dan kemasan bagian dalam

2. Jumlah contoh uji untuk produk dan kemasan (berat kemasan terkecil >1
kg s/d < 4,5 kg)
Besarnya Lot Jumlah Master Karton yang
(Satuan Kemasan Terkecil) Diambil*
≤ 2400 6
2401 - 15000 13
15001 - 24000 21
24001 - 84000 29
84001- 144000 48
144001- 240000 84
≥ 240000 126
*Masing-masing master karton diambil 1 (satu) kemasan terkecil sebagai contoh uji
produk dan kemasan bagian dalam

3. Jumlah contoh uji untuk produk dan kemasan (berat kemasan terkecil ≥
4,5 kg)
Besarnya Lot Jumlah Master Karton yang
(Satuan Kemasan Terkecil) Diambil*
≤ 600 6
601 - 2000 13
20001 - 72000 21
72001 - 15000 29
15001- 24000 48
24001- 420000 84
≥ 420000 126
*Masing-masing master karton diambil 1 (satu) kemasan terkecil sebagai contoh uji
produk dan kemasan bagian dalam
- 54 -

B. Hasil Perikanan Dalam Bentuk Curah


1. Jumlah contoh uji untuk ikan curah dengan ukuran < 10 kg/ekor

Jumlah Ikan Jumlah Contoh yang Diambil


≤ 2400 6
2401 - 15000 13
15001 - 24000 21
24001 - 84000 29
84001- 144000 48
144001- 240000 84
≥ 240000 126

2. Jumlah contoh uji untuk ikan curah dengan ukuran > 10 kg/ekor
Besarnya Lot
Jumlah Contoh Uji
(Satuan Kemasan Terkecil)
≤ 600 6
601 - 2000 13
20001 - 72000 21
72001 - 15000 29
15001- 24000 48
24001- 420000 84
≥ 420000 126
- 55 -

Form 2. Skema Pengambilan Contoh Alat Angkut, Kemasan dan Produk

Keterangan:
- Kode: A = Alat Angkut; B = Kemasan Luar; C = Kemasan Dalam; D = Produk
- 56 -

Form 3. Skema Komposit Contoh Uji

Keterangan:
- Kode: A1= Container 1; A2= Container 2; B= Kemasan Luar; C= Kemasan Dalam;
D= Produk
- 57 -

Form 4. Skema Penelusuran Contoh Bila Ditemukan Hasil Uji Positip

Keterangan:
- Kode : A1= Container 1; A2= Container 2; B= Kemasan Luar; C= Kemasan
Dalam; D= Produk
- 58 -

Form 5. Checklist Hasil Verifikasi Pelaksanaan Pengendalian Protokol


Covid-19 dalam Kegiatan Produksi

Nama Unit Usaha :


Alamat Unit Usaha :
Penanggung jawab :
Unit Usaha
Nama Quality Control :

Uraian Kegiatan
No. Ada Tidak Keterangan
Pengendalian
1. Apakah ada penunjukan Apabila ada, agar di
secara resmi penanggung lampirkan surat
jawab protokol Covid-19 di penunjukan penanggung
unit usaha? jawab

Apabila tidak ada, mohon


disertakan alasannya

2. Apakah ada panduan Apabila ada, agar di


Pengendalian penyebaran lampirkan panduan dan
Covid-19 di unit usaha? prosedur yang telah
(termasuk prosedur bagi disusun.
pekerja mulai dari keluar
tempat tinggal sampai Apabila tidak ada, mohon
dengan kembali ketempat disertakan alasannya
tinggal)

3. Apakah telah dilakukan Apabila ada, agar


pemeriksaan (screening) dilampirkan bukti screening
awal kepada seluruh pekerja awal
melalui pengecekan suhu
tubuh dan orang dengan Apabila tidak ada, mohon
gejala pernafasan seperti disertakan alasannya
batuk/flu/sesak nafas pada
waktu memasuki area unit
usaha?

4. Apakah jika ditemukan Apabila ada, agar


pekerja yang tidak sehat dilampirkan prosedur
dengan indikasi suhu tubuh penanganannya
di atas 38OC disertai
gangguan pernapasan, maka Apabila tidak, mohon
pekerja dilarang melakukan disertakan alasannya
kegiatan pengolahan dan
direkomendasikan untuk
memeriksakan diri ke
fasilitas kesehatan?
- 59 -

Uraian Kegiatan
No. Ada Tidak Keterangan
Pengendalian
5. Apakah pekerja yang Apabila ada, agar
sembuh dari suspect atau dilampirkan bukti atau
positif Covid-19 atau yang pedoman yang mengatur
memiliki riwayat perjalanan hal tersebut
dari negara atau wilayah
yang dikategorikan zona Apabila tidak, mohon
merah tidak diperbolehkan disertakan alasannya
memasuki area unit usaha
dalam waktu 14 (empat
belas) hari?

6. Apakah ada panduan bagi Apabila ada, agar


pekerja mulai dari keluar dilampirkan panduannya
tempat tinggal sampai
dengan kembali ke tempat Apabila tidak, mohon
tinggal? disertakan alasannya

7. Apakah unit usaha Apabila ada, mohon


menyiapkan pakaian kerja dilampirkan foto
yang bersih untuk karyawan
(masker, penutup kepala Apabila tidak, mohon
dan pakaian kerja)? disertakan alasannya

8. Apakah dilakukan Apabila ada, agar


pembatasan/pengaturan dilampirkan jadwal kerja
jumlah pekerja untuk
meminimalisir terjadinya Apabila tidak, mohon
kerumunan? disertakan alasannya

9. Apakah unit usaha Apabila ada, agar


menyediakan waktu dilampirkan buktinya
berjemur selama 15 menit
dan memberikan supplement Apabila tidak, mohon
dan/atau makanan bergizi disertakan alasannya
untuk seluruh pekerja?

10. Apakah unit memiliki Apabila ada, agar


sirkulasi udara yang baik? dilampirkan buktinya

Apabila tidak, mohon


disertakan alasannya

11. Apakah unit usaha Apabila ada, agar


meningkatkan frekuensi dilampirkan buktinya
pembersihan di area
pengolahan dan lingkungan Apabila tidak, mohon
unit usaha dengan disertakan alasannya
desinfektan?

12. Apakah unit usaha Apabila ada, agar


menyediakan fasilitas cuci dilampirkan buktinya
tangan (air mengalir dan
- 60 -

Uraian Kegiatan
No. Ada Tidak Keterangan
Pengendalian
sabun atau berbasis Apabila tidak, mohon
alkohol), masker, sarung disertakan alasannya
tangan dan pakaian kerja
yang bersih?

13. Apakah unit usaha Apabila ada, agar


melakukan disinfeksi dilampirkan bukti catatan
terhadap sarana desinfeksi kendaraan
transportasi yang digunakan
untuk mengangkut bahan Apabila tidak, mohon
baku atau hasil perikanan? disertakan alasannya

14. Apakah unit usaha Apabila ada, agar


mensosialisasikan Perilaku dilampirkan buktinya
Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) dan informasi Apabila tidak, mohon
mengenai Covid-19 melalui disertakan alasannya
banner/spanduk atau media
lainnya di tempat-tempat
strategis dalam lingkungan
unit usaha?

15. Apakah unit usaha Apabila ada, agar


melakukan pencatatan dilampirkan buktinya
terhadap pengendalian
penyebaran Covid-19? Apabila tidak, mohon
- Jumlah pekerja yang disertakan alasannya
masuk setiap hari
- Catatan suhu masing-
masing pekerja
- Tindak lanjut terhadap
pekerja yang terindikasi
suspect Covid-19
- Sanksi terhadap
pelanggaran pencegahan
penyebaran Covid-19

16. Apakah unit usaha Apabila ada, agar


memastikan seluruh pekerja dilampirkan buktinya
mematuhi protokol
Kesehatan selama pandemi Apabila tidak, mohon
Covid-19? Meliputi disertakan alasannya
- Memakai masker sejak
keluar dari rumah
- Jika ada pekerja yang
sakit, untuk
memeriksakan diri ke
fasilitas layanan
kesehatan
- Pekerja yang kembali dari
negara/wilayah zona
merah untuk melakukan
- 61 -

Uraian Kegiatan
No. Ada Tidak Keterangan
Pengendalian
isolasi mandiri selam 14
(empat belas) hari
- Memakai masker, sarung
tangan dan pakaian kerja
yang disediakan unit
usaha selama kegiatan
produksi
- Melakukan physical/social
distancing dengan
menjaga jarak minimal 1
meter dengan pekerja
lainnya atau
menggunakan tabir
pemisah dan dilarang
berkerumun selama jam
istirahat
- Harus melakukan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS)
- Dilarang berkerumun,
berjabat tangan dan
berbicara dengan sesama
pekerja atau orang lainnya
selama berada di
lingkungan unit usaha

Inspektur Mutu

(……………………..)
Noreg:

KEPALA BADAN KARANTINA IKAN,


PENGENDALIAN MUTU, DAN
Salinan sesuai dengan aslinya KEAMANAN HASIL PERIKANAN,
Salinan sesuai
Sekretaris Badandengan aslinya
Karantina Ikan,
Sekretaris Badan
Pengendalian Karantina
Mutu, dan Ikan, ttd.
Pengendalian
Keamanan Mutu,
Hasil dan ,
Perikanan
Keamanan Hasil Perikanan, RINA

Hari Maryadi
Hari
HariMaryadi
Salinan
Maryadi
sesuai dengan aslinya
Hari Maryadi
Sekretaris Badan

Anda mungkin juga menyukai