Anda di halaman 1dari 14

Nama : Rizka Putri Armenia

Nim : 2002110940
Matkul : Akuntansi Sektor Publik
Perkemuan Ke- : 6

RESUME / LEARNING JOURNAL


TEKNIK AKUNTANSI KEUANGAN SEKTOR PUBLIK

2.1 TEORI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK


Suatu teori perlu didukung dari berbagai riset yang didalamnya terdapat hipotesa
-hipotesa yang di uji kebenaranya. Teori memiliki 3 karakteristik, yaitu:
a. Kemampuan untuk menerangkan atau menjelaskan fenomena yang ada (the ability
to explain).
b. Kemampuan untuk memprediksi (the ability to predict).
c. Kemampuan mengendalikan fenomena (the ability to control given phenomena).
Pada dasarnya terdapat 3 tujuan dalam mempelajari teori akutansi, yaitu:
1.    Untuk memahami praktek akuntansi yang ada saat ini.
2.    Mempelajari kelemahan dan kekurangan dari praktek akuntansi yang saat ini di
lakukan,
3.    Memperbaiki praktek akuntansi yang akan datang.
Suatu disiplin ilmu dapat di klasifikasikan menjadi 5 kelompok, yaitu : ilmu
murni atau abstrak (abstract sciences), ilmu deskriptif (general descriptive sciences),
ilmu derivative (special derivative sciences), ilmu sipnotis (synoptic sciences), dan ilmu
terapan (appliend sciences).
Untuk menghasilkan laporan keuangan sektor publik yang relevan dan dapat di
andalkan terdapat beberapa kendala yang dihadapi akuntansi sektor publik. Hambatan
tersebut adalah :
1.     Obyektivitas
2.      Konsistensi
3.      Daya banding
4.      Tepat waktu
5.      Ekonomis dalam penyajian laporan
6.      Materialitas
2.2 PERLUNYA SISTEM AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
2.2.1 Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah
Ruang lingkup akuntansi keuangan pemerintah meliputi semua kegiatan yang
menyangkup pengumpulan data, penganalisaan, pengklasifikasian, pencatatan, dan
pelaporan atas transaksi keuangan pemerintah sebagai suatu entitas, serta penafsiran
terhadap hasil-hasilnya.
Masis (1978) dalam Glynn (1993) menjelaskan aturan dasar sistem akuntansi keuangan
sebagai berikut :
1. Identifikasi kegiatan operasi yang relevan, hanya kejadian dan kegiatan ekonomi
yang relevan saja yang akan dicatat dalam system akutansi keuangan.
2. Pengklasifikasi kegiatan operasi secara tepat. Penentuan waktu pengakuan untuk
setiap jenis operasi (timing of recognition ). Pada prinsipnya, suatu operasi dapat
dicatat /diakui pada tahan tertentu dari proses transaksi.
3. Adanya sistem pengendalian untuk menjamin reliabilitas. Sistem pengendalian ini
memiliki dua komponen ,yaitu :
a. Komponen Formal
Komponen formal adalah pembukuan berpasangan (double entry bookkeeping) :
kesalahan akuntansi akan dapat diketahui dan dilacak ketika jumlah sisi kredit
tidak sama dengan sisi debit.
b. Komponen Sub Stansial
Merupakan mekanisme konflik kepentingan (conflict of interest) :
Oleh karena itu, akuntansi keuangan sektor publik pada dasarnya berbicara masalah
tujuan laporan keuangan sektor publik, jenis laporan keuangan sektor publik, sistem
akuntansi, standar akuntansi keuangan sektor publik, jenis laporan keuangan sektor
publik, standar akuntansi keuangan sektor publik dan akuntansi biaya sektor publik.
Akuntansi biaya sektor publik sendiri bukan murni bagian dari akuntansi keuangan
sektor publik. Akutansi biaya sektor publik sendiri bukan murni bagian dari akutansi
keuangan sektor publik. Akutansi biaya sektor publik merupakan hybrid dari akuntansi
keuangan dan akuntansi manajemen sektor publik.
2.2.2 Sistem Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah
Sistem akuntansi pemerintah daerah meliputi serangkaian proses ataupun
prosedur, baik manual maupun terkomputerisasi, yang dimulai dari pencatatan,
penggolongan dan peringkasan transaksi dan kejadian keuangan serta pelaporan
keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan
pengeluaran pemerintah daerah. Sistem akuntansi pemerintah daerah secara garis besar
terdiri atas empat prosedur akuntansi yaitu :
1. Prosedur Akuntansi Penerimaan Kas
Prosedur ini meliputi serangkaian proses, baik manual maupun terkomputerisasi, mulai
dari pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi dan kejadian keuangan,
hingga pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBN
yang berkaitan dengan penerimaan kas pada SKPD atau SKPKD.
2. Prosedur Akuntansi Pengeluaran Kas
Dalam prosedur ini meliputi serangkaian proses, baik manual maupun terkomputerisasi,
mulai dari pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi dan kejadian keuangan,
hingga pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBN
yang berkaitan dengan pengeluaran kas pada SKPD atau SKPKD.
3. Prosedur Akuntansi Selain Kas
Prosedur ini meliputi serangkaian proses, baik manual maupun terkomputerisasi, mulai
dari pencatatan, penggolongan dan peringkasan transaksi dan kejadian keuangan,
hingga pelaporan keuangan dalam rangka pertanggungjawaban pelaksanaan APBN
yang berkaitan dengan transaksi dan kejadian keuangan selain kas pada SKPD atau
SKPKD.
4.      Prosedur Akuntansi Aset
Prosedur akuntansi aset meliputi serangkaian proses, baik manual maupun
terkomputerisasi, mulai dari pencatatan dan pelaporan akuntansi atas perolehan, hingga
pemeliharaan, rehabilitasi, penghapusan, pemindahan, perubahan klasifikasi dan
penyusutan terhadap aset yang dikuasai/digunakan SKPKD dan/atau SKPD. Prosedur
akuntansi digunakan sebagai alat pengendalian dalam pengelolaan aset yang
dikuasai/digunakan SKPD dan atau SKPKD.
2.3 STANDAR AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
2.3.1 Definisi Standar Akuntansi Publik
Standar akuntansi sektor publik memberikan kerangka demi berjalannya fungsi -
fungsi tahapan siklus akuntansi sektor publik, yaitu perencanaan, penganggaran,
realisasi anggaran, pengadaan barang dan jasa, pelaporan, audit, dan
pertanggungjawaban publik.
2.3.2 Lingkup Standar Akuntansi Sektor Publik
Tujuan penyusunan pedoman akuntansi :
Menyediakan organisasi sektor publik suatu pedoman akuntansi yang diharapkan dapat
diterapkan bagi pencatatan transaksi keuangan organisasi sektor publik yang berlaku
dewasa ini.
Menyediakan organisasi sektor publik suatu pedoman akuntansi yang dilengkapi dengan
klasifikasi rekening dan prosedur pencatatan serta jurnal standar yang telah disesuaikan
dengan siklus kegiatan organisasi sektor publik, yang mencakup penganggaran,
perbendaharaan, dan pelaporannya.
2.3.3 Ragam dan Hubungan Antar standar Akuntansi Sektor Publik
Secara umum terdapat empat ragam standar yang mengatur organisasi sektor
publik :
1. Standar Nomenklatur
Nomenklatur didefinisikan sebagai daftar perkiraan / akun buku besar yang
ditetapkan dan disusun secara sistematis untuk memudahkan perencanaan, pelaksanaan
anggaran, pertanggungjawaban, dan pelaporan keuangan pemerintah pusat.
2. Standar Akuntansi Sektor Publik (SSAP)
a. PSAK No. 45 tentang Standar Akuntansi Untuk Entitas Nirlaba
Karakteristik organisasi sektor publik berbeda dengan organisasi bisnis. Ukuran kinerja
organisasi sektor publik penting bagi pengguna. Para pengguna laporan keuangan
organisasi sektor publik memiliki kepentingan bersama yang tidak berbeda dengan
organisasi bisnis, yakni untuk menilai :
 Jasa yang diberikan oleh organisasi sector public dan kemampuannya untuk
terus memberikan jasa tersebut.
 Cara pengelolah melaksanakan tugas dan pertanggungjawabannya.
 Aspek kinerja pengelola.
Pertanggungjawaban pengelola mengenai kemampuannya mengelolah sumber daya
organisasi yang diterima dari para penyumbang disajikan melalui laporan aktivitas dan
laporan arus kas.
b. Laporan Keuangan yang Dihasilkan
 Laporan Posisi Keuangan
 Laporan Aktivitas
 Laporan Arus Kas
 Posisi Keuangan
3. Standar Pemeriksaan Keuangan Negara (SPKN)
SPKN merupakan acuan bagi auditor dalam melakukan kegiatan pemeriksaan
atau audit, yang merupakan suatu proses yang sistematis. Tujuan standar pemeriksaan
keuangan Negara ini adalah membantu pemerintah, termasuk instansi dan para
pejabatnya, dalam menyelenggarakan pengelolaan dan membuat pertanggungjawaban
keuangan Negara, yang semakin baik.
SPKN membagi standar audit / pemeriksaan menjadi tiga jenis yaitu :
a. Standar Pemeriksan Keuangan
b. Standar Pemeriksaan Kinerja
c. Standar Pemeriksaan untuk tujuan tertentu
Definisi standar pada tiga area akuntansi biaya :
a. Pengukuran biaya termasuk metode dan teknik yang digunakan dalam
mendefinisikan komponen biaya, menentukan dasar pengukuran biaya, dan
menetapkan kriteria untuk menggunakan teknik pengukuran biaya sector public
alternative.
b. Penetapan biaya selama periode akuntansi biaya menunjuk pada metode
yang digunakan ketika menentukan jumlah biaya yang ditetapkan selama
periode akuntansi biaya tersendiri.
c. Alokasi biaya ke tujuan biaya menunjuk pada penetapan alokasi biaya
langsung dan tidak langsung.

Standar Akuntansi Biaya Sektor Publik versus Prinsip-prinsip Biaya


Standar akuntansi biaya sektor publik dan prinsip-prinsip biaya adalah hal yang
berlainan. Sektor akuntansi biaya sektor publik berkaitan dengan pengukuran,
penetapan, dan alokasi biaya kontrak organisasi sektor publik. Sementara itu, prinsip-
prinsip biaya menunjuk pada pemenuhan biaya, yang merupakan unsure dalam
pengadaan barang dan jasa serta merupakan fungsi dari hukum, aturan, dan kontrak
tersendiri. Biaya mungkin saja dialokasikan namun belum tentu dapat memenuhi
prinsip-prinsip biaya.
Dalam konteks siklus akuntansi sektor publik, standar-standar tersebut masih terfokus
pada tahapan yaitu tahap pelaporan (SAP, SAK), tahap audit (SPAP, SPKN), tahap
perencanaan -penganggaran (standar akuntansi biaya), dan tahap perencanaan
pertanggungjawaban publik (standar nomenklatur).
2.3.4 Kebutuhan Standar Akuntansi Sektor Publik di Indonesia
Manfaat Standar Akuntansi Keuangan Sektor Publik (SAKSP) adalah :
a. Meningkatkan kualitas dan reliabilitas laporan akuntansi dan keuangan
organisasi sektor publik, khususnya dalam hal ini organisasi pemerintahan.
b. Meningkatkan kinerja keuangan dan perekonomian.
c. Mengusahakan harmonisasi antara persyaratan atas laporan ekonomis dan
keuangan.
d. Mengusahakan harmonisasi antar yurisdiksi dengan menggunakan dasar
akuntansi yang sama.
2.3.5 Teknik Penyusunan Standar
Berikut adalah tahap-tahap dalam menyusun standar akuntansi (Suwardjono,
2006:109) :
 Evaluasi masalah pada tahap awal
 Mengadakan riset dan analisis
 Menyusun dan mendistributifkan memorandum diskusi (discussion
memorandum) kepada setiap pihak yang berkepentingan
 Mengadakan dengar pendapat umum (Public Hearing)
 Menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan public atas memorandum
diskusi
 Menerbitkan draft awal standar yang diusulkan
 Menganalisis dan mempertimbangkan tanggapan tertulis
 Memutuskan (keputusan penerbitan)
 Menerbitkan (penerbitan pernyataan)
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam penyusunan dan penetapan standar adalah
sedapat mungkin menghindari terjadinya standar yang overload. Standar yang overload
terjadi ketika :
 Standar terlalu banyak
 Standar terlalu rumit
 Tidak ada standar yang tegas (rigid) sehingga sulit untuk membuat pilihan
dalam penerapannya.
 Standar mempunyai tujuan yang sifatnya umum (general purpose standards)
sehingga gagal dalam menyajikan perbedaan kebutuhan diantara para penyaji
dan pengguna.
 Standar kurang spesifik sehingga gagal dalam mengidentifikasi perbedaan antara
:
 Entitas public dan entitas non-publik
 Laporan keuangan tahunan dan interim
 Organisasi besar dan kecil
 Laporan keuangan auditan dan non-auditan
 Pengungkapan yang berlebihan, pengukuran yang terlalu kompleks, atau kedua -
duanya.
2.4 TEKNIK - TEKNIK AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK
Terdapat beberapa teknik akuntansi keuangan yang dapat diadopsi sektor publik,
yaitu :
1)     Akuntansi Anggaran ( budgetary accounting )
2)     Akuntansi Komitmen ( commitment accounting )
3)     Akuntansi Dana ( fund accounting )
4)     Akuntansi Kas ( cash accounting )
5)     Akuntansi Akrual ( accrual accounting )
Pada dasarnya kelima teknik akuntansi tersebut tidak bersifat mutually exclusive.
Artinya, penggunaan salah satu teknik akuntansi tsb tidak menolak penggunaan teknik
yang lain. Dengan demikian, suatu organisasi dapat  menggunakan teknik akuntansi
yang berbeda – beda, bahkan dapat menggunakannya kelima teknik dalam waktu yang
bersamaan.
Akuntansi kas, akuntansi akrual, dan akuntansi komitmen berbeda satu dengan
lainnya karena adanya perbedaan waktu pengakuan pendapatan dan biaya. Dalam hal
pengakuan pendapatan, pada dasarnya terdapat dua langkah yang mempengaruhi
pencatatan, yaitu pada saat barang dikirim dan faktur dikeluarkan, dan pada saat barang
dikirim dan faktur dibayar.
1. Akuntansi Anggaran ( Budgetary Accounting )
Akuntansi anggaran ( budgetary accounting ) mengacu pada praktik yang
dilakukan oleh banyak organisasi sektor publik, khususnya pemerintah dalam upaya
menyajikan akun -akun operasinya dengan menggunakan format yang sama dengan
anggarannya. Tujuan praktik ini adalah untuk menekankan peranan anggaran dalam
siklus perencanaan – pengendalian -pertanggungjawaban.
a.   Level agregasi
Contoh yang baik di mana level agregasi yang diadopsi oleh akun-akun anggaran
mempengaruhi daya bandingnya ada di pemerintah daerah. Satu otoritas mungkin
menerbitkan akun-akun anggarannya untuk jasa pendidikan secara keseluruhan.
b. Kekurangan lain dari akuntansi anggaran terletak pada seberapa sering atau seberapa
intensifkah laporan keuangan membandingkan antara anggaran dengan yang aktual
terjadi dan menjelaskan perbedaannya. Banyak organisasi yang membuat akun-akun
anggaran seiring dengan anggaran namun hanya membandingkan dua diantaranya
secara global.
Logika dari akuntansi anggaran adalah bahwa anggaran dan akun-akun harus
dibandingkan secara berkesinambungan sehingga tindakan dapat diambil untuk
memperbaiki perbedaan tersebut. Hal ini berlaku bagi pengguna eksternal dan
internal dari informasi. Dengan melaporkan hanya dua kolom ( anggaran dan aktual
saja), tidak hanya tujuan utama dari akuntansi anggaran ini saja yang tidak dapat
tercapai, melainkan akan memerlukan banyak waktu untuk menjawab pertanyaana
pengguna yang spesifik atas perbedaan yang dapat di hindarkan apabila akun-akun
itu sendiri telah menyediakan analisis yang releven. Kesimpulan yang dapat ditarik
adalah bahwa akuntansi anggaran lebih berfokus pada bentuk akunnya dari pada
isinya.
2. Akuntansi Komitmen ( Commitment Accounting )
Akuntansi komitmen ( commitment accounting ) dapat digunakan bersama, baik
dengan basis akuntansi kas maupun akrual. Karena tidak masuk akal untuk
menggunakan akuntansi komitmen tersebut untuk beban karyawan, maka akuntansi
komitmen hanya mencakup salah satu bagian kecil dalam anggaran organsisasi.
Sebagai konsekuensinya, akuntansi komitmen ini hanya merupakan subsistem dalam
sistem akuntansi utama organisasi. Meskipun demikian, akuntansi komitmen ini
dapat menjadi sangat penting, terutama bagi pemegang anggaran.
Akuntansi komitmen mengakui transaksi ketika organisasi telah memiliki
komitmen untuk melaksanakan transaksi tersebut. Ini berarti bahwa transaksi tidak
diakui ketika ada penerimaan atau pengeluaran kas, juga bukan pada saat faktur
diterima atau dikirimkan, namun pada saat yang lebih awal, yaitu pada saat pesanan
dibuat atau diterima.
Sebagai contoh, misalnya manajer memesan 100 kotak kapur tulis. Manajer ini telah
menentukan pemasok mana yang akan dipilih dan harga sekarang dari kapur ini,
misalnya  adalah Rp. 5000 per kotak. Ketika pesanan dibuat dan dikirimkan kepada
pemasok untuk 100 kotak kapur dengan harga Rp. 5000 per kotaknya, manejer
mendebit beban. Ada bermacam-macam faktor yang mempengaruhi jumlah dari
faktur yang kemudian akan diterima, seperti mislanya pemasok tidak memilki 100
kotak kapur, harga yang kemudian berubah atau asumsi harga yang salah dari
manager. Maka kreditnya tidak menuju pada pemasok ( bukan utang atau kas yang
diberikan kepada pemasok) namun pada akun pemesanan sebagai berikut :
Kapur                                               500.000
      Pesanan kepada pemasok             500.000
Ketika faktur atas kapur tersebut sudah diterima, maka jurnalnya menjadi :
Pesanan kepada pemasok               500.000
                        Utang kepada pemasok                   500.000
Kalau barang yang dikirimkan atau jumlah fakturnya lebih atau kurang dari jumlah
yang dicatat dalam suatu pesanan, jurnal koreksi harus dibuat, misalnya ternyata
harga kapur tersebut bukan Rpp.5000, tetapi Rp 5.500, maka jurnlanya sebagai
berikut :
Pesanan kepada pemasok              500.000
Kapur                                               50.000
Utang kepada pemasok                   550.000
Dengan menggunakan sistem ini, organisasi mengakui pesanan sebagai komitmen
untuk menimbulkan pengeluaran dan akun ini mencatat komitmen secara
berkesinambungan.
Kritik atas akuntansi komitmen
Fungsi utama dari akuntansi komitmen adalah dalam kontrol anggaran. Gagasannya
adalah bahwa akun-akun bulanan yang mencatat hanya faktur yang diterima atau
dibayar memberikan hanya sedikit nilai terhadap proses pengambilan keputusan.
Agar manajer dapat mengendalikan anggraan mereka, mereka perlu mengetahui
seberapa besar anggaran yang telah menjadi komitmen dalam hubungan dengan
pesanan yang dibuat. Kalau manajer hanya menerima akun-akun yang mencakup
penerimaan dan pembuatan faktur saja, manajemen dapat dengan mudah menjadi
terlalu terpaku atau terlalu berkomitmen ( over commited ) kepada anggarannya.
Tentu saja manajer yang berhati-hati akan mengetahui bahwa akun-akun tersebut
tidak memasukan pesanan yang telah dibuat namun fakturnya belum diterima, dan
akan membuat catatan meraka sendiri mengenai hal ini sehingga mereka tidak
membuat anggaran mereka over committed. Karena berkaitan dengan fungsi
utamanya, akuntansi komitmen berfokus pada pesanan yang telah dibuat. Pesanan
yang diterima yang berhubungan dengan pendapatan, tidak akan di catat sampai
faktur dikirimkan. Masalah pengendalian anggaran tidak mempengaruhi pendapatan
dengan cara yang sama seperti halnya pengendalian anggaran memenuhi beban.
Walaupun ada kasus yang menyatakan bahwa akuntansi komitmen meningkatkan
pengendalian anggaran adalah baik, ada masalah yang turut terlibat dalam
mengadopsi akuntansi komitmen ini dalam akun - akun. Masalah ini adalah bahwa
pos tertentu yang telah didukung oleh pengiriman pesanan akan dicatat sebagai
beban. Secara umum, tidak ada kewajiban hukum yang ditimbulkan dan pesanan
tersebut dapat di batalkan dengan mudah. Maka sulit untuk menerima bahwa pesanan
ini adalah beban untuk pariode akuntansi di mana pesanan tersebut baru dibuat.
Terdapat banyak masalah yang timbul dalam akuntansi berbasis akrual yang lebih
berbahaya ketika organisasi menerapkan sistem akuntansi komitmen ini. Misalnya,
ada manajer yang anggarannya masih di bawah batas maksimal sebulan sebelum
akhir tahun anggaran. Manajer mengetahui bahwa level normal dari pembelanjaan
akan membuat pengeluaran anggaran terlalu rendah ( under-spent) dan hal ini dapat
menyebabkan anggaran tahun berikutnya menjadi berkurang. Dalam akuntansi
akrual, untuk memastikan bahwa seluruh anggaran di belanjakan, maka pesanan
tambahan akan diajukan dan faktur yang diterima  akan dicatat. Hal ini menjadi
masalah, namun setidaknya dibatasi oleh waktu mulai dari pesanan diajukan sampai
dengan faktur tersebut  diterima.
Jika menggunakan akuntansi komitmen, manajer dapat dengan mudah mengeluarkan
pesanan saat mendekati akhir tahun anggaran untuk menghabiskan anggaran
tersebut. Sementara, kecil kemungkinannya untuk mencegah pesanan dibatalkan
setelah tahun anggaran dalam akun-akun tertentu.
Jika akuntansi komitmen diadopsi selama tahun anggaran, konveksi dari akuntansi
komitmen menjaid akrual biasa pada akhir tahun adalah sebagai berikut :
Pesanan yang dibuat           xxx
Belanja ABC                          xxx
Belanja XYZ                          xxx
Jurnal ini dibuat untuk pesanan yang telah dibuat namun fakturnya belum diterima
pada akhir tahun. Jurnal ini akan dibalik dalam tahun anggaran yang baru sehingga
akun yang di catat kembali menjadi komitmen yang di catat.
3. Akuntansi Dana ( Fund Accounting )
Sumber daya keuangan berupa dana yang disediakan untuk digunakan oleh
organisasi nirlaba atau institusi pemerintah biasanya mempunyai keterbatasan
penggunaan dalam arti dana-dana tersebut dibatasi penggunaannya untuk tujuan atau
aktivitas tertentu yang terkadang merupakan syarat dari pihak eksternal yang
merupakan penyedia dana.
Tidak seperti perusahaan swasta yang mencari laba, organisasi sektor publik
mempunyai tujuan-tujuan yang spesifik. Dengan latar belakang seperti itu
perusahaan swasta dapat mengyunakan sumber daya yang dimiliki untuk keperluan
apapaun yang penting bagi meraka adalah adanya laba yang berbeda dengan
organisasi sektor publik dimana sumber daya yang ada harus digunakan dengan
tujuan tertentu.
B.Contoh Kasus
Contohnya pemerintah meneriman pinjaman dari world bank ( bank dunia ) sebesar
RP.10 miliar untuk pembangunan jalan dan jembatan. Maka, tidak ada pilihan lain
bagi pemerintah selain menggunakan dana  RP. 10  miliar tersebut untuk
pembangunan jembatan dan jalan.
Secara umum, sangat lazim jika dari keseluruhan dana yang dipunyai organisasi
sektor publik, masing-masing mempunyai tujuan tersendiri dalam penggunaannya,
baik karena faktor eksternal ( pembatansan eksternal ) faktor internal ( perencanaan
manajeman ), merupakan karena peraturan. Untuk mengakomodasi keadaan itu,
organisasi sektor publik membuat dana-dana (funds) dalam sistem akuntansinya.
Pemasukan yang dimiliki organisasi sektor publik kemudian diklasifikasikan ke
dalam dana-dana tersebut sesuai dengan tujuan dan maksud tertentu. Sistem dana ini
dimaksudkan sebagai alat kontrol apakah suatu dana tertentu telah digunakan sesuai
dengan tujuannya.
Adanya keterbatasan penggunaan dana memberikan implikasi akan suatu kewajiban
untuk memberikan pertanggungjawaban kepada pihak penyedia dana ( donatur).
Oleh karena itu organisasi-organisasi nirlaba dan institusi pemerintah menggunakan
akuntansi dana ( funds accounting ) untuk mengontrol dana yang terikat atau dibatasi
penggunaannya(restriced funds) tersebut sekaligus untuk menjamin adanya ketaatan
atas persyaratan yanga ada.
 Dana adalah sebuah kesatuan akuntansi tersendiri yang terpisah berdasarkan
tujuan tertentu. Dalam satu dana itu, terdapat kesatuan akun sendiri yang
terdiri atas aset ( aktiva). Kewajiban dan ekuitas dana. Dengan demikian,
sumber daya suatu organisasi sektor publik  yang terdiri atas dana-dana
Bagi perusahaan komerisal, dana adalah bagian dari aktivanya yang dicadangkan
karena akan di gunakan atau dialokasikan untuk tujuan tertentu. Sedangkan bagi
organisasi nirlaba dan kalangan instansi pemerintah, dana adalah suatu entitas
akuntansi tersendiri. Dana yang bisa dibelanjakan ( expendable funds)
Dana yang disediakan untuk membiayai aktivitas-aktivitas yang bersifat non-
business yang menjadi bagian dari tujuan organisasi sektor publik.
a. Dana yang tidak bisa dibelanjakan (nonexpendable funds)
Dana yang dipisahkan untuk aktivitas-aktivitas yang bersifat bisni.
Digunakan sebagai pendukung dari expendable funds.
Persamaan Akuntansi Dana
Dalam akuntansi dana dikenal dnegan persamaan akuntansi sebagai berikut :
AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS DANA 
 Persamaan tersebut tentu saja berbeda dengan persamaan akuntansi yang kita kenal
pada akuntansi keuangan yang digunakan dalam perusahaan komersial yang berupa : 
AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS
Disini terdapat perbedaan yang mendasar antar ekuitas dana dan ekuitas. Di
perusahaan selisih antara aktiva dan utang adalah ekuitas yang menunjukan adanya
kepemilikan pada perusahaan tersebut oleh pemegang sahamnya. Sementara itu, di
organisasi sektor publik, ekuitas dana tidak menunjukan adanya kepemilikan
siapapun karena memang tidak ada  kepemilikan individu dalam suatu organisasi
sektor publik.

Anda mungkin juga menyukai