Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

FENOMENA SEKULARISME, RADIKALISME DAN


FUNDAMENTALISME DALAM BERAGAMA

Dosen Pengampu :
Mulyadi Erman, S.Ag, MA

Kelompok 5

Ryan Nur Bintang 20.84.0257


KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT sebab karena limpahan
rahmat serta anugerah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul
“Fenomena Sekularisme, Radikalisme dan Fundamentalisme dalam beragama”.

Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita nabi agung
yaitu Nabi Muhammad SAW yang mana beliau telah membimbing umatnya
darizaman jahiliyah menuju zaman islamiyah.

Selanjutnya dengan rendah hati kami meminta kritik dan saran dari pembaca
untuk makalah ini supaya selanjutnya dapat kami revisi kembali. Karena kami sangat
menyadari bahwa makalah yang telah kami buat ini masih memiliki banyak
kekurangan.

Kami ucapkan banyak terima kasih kepada setiap phak yang mendukung serta
membantu kami selama proses penyelesaian menyusun makalah ini.

Demikianlah yang dapat kami haturkan, kami berharap supaya makalah ini
mampu memberikan manfaat kepada setiap pembacanya.

Yogyakarta, 21 september 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

I. Pendahuluan ………………………………………………………….… 1
II. Pengertian Sekularisme, Radikalisme dan Fundamentalisme
A. Sekularisme ……………………………………………………… 2
B. Radikalisme ……………………………………………………... 3
C. Fundamentalisme ……………………………………………….. 4
III. Sejarah Sekularisme, Radikalisme dan Fundamentalisme
A. Sekularisme ……………………………………………………… 5
B. Radikalisme ……………………………………………………... 6
C. Fundamentalisme ……………………………………………….. 7
IV. Pandangan islam Terhadap Isu Sekularisme, Radikalisme dan
Fundamentalisme
A. Sekularisme ……………………………………………………… 8
B. Radikalisme ……………………………………………………... 9
C. Fundamentalisme ………………………………………….. 10
V. Kesimpulan ……………………………………………………………. 11
Daftar Pustaka ………………………………………………………… 12
I. Pendahuluan

A.Latar Belakang

Agama dan manusia tidak akan bisa jauh keterkaitannya. Alasannya karena
manusia itu sangat membutuhkan agama. Dengan adanya agama manusia akan
hidup teratur, aman, damai, dan juga bisa memiliki pengangan hidup. Sehingga
ilmu Agama akan bisa lebih bermakna bagi kehidupan manusia sebagai
khalifah di bumi ini. Dalam hal ini agama yang dimaksud adalah islam.
Berkat adanya ilmu agama hidup akan lebih berkualitas, dengan adanya
agama hidup manusia akan lebih teratur. Maka dengan adanya ilmu dan agama,
kehidupan manusia akan jauh lebih bahagia dan sempura.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian Sekularisme, Radikalisme, dan Fundamentalisme
2. Bagaiman sejarah Sekularisme, Radikalisme, dan Fundamentalisme?
3. Bagaimana pandangan islam terhadap isu Sekularisme, Radikalisme,
dan Fundamentalisme?

C. Tujuan
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui apa itu
Sekularisme,Radikalisme, dan Fundamentalisme serta bagaimana sejarah dan
pandangan islam terhadap isu mengenai topik pembhasan makalah ini.
II. Pengertian Sekularisme, Radikalisme dan Fundamentalisme

A. Sekularisme
Paham sekularisme merupakan paham yang menyangkut tentang
ideologi atau kepercayaan yang mana senantiasanya berpendirian bahwa paham
agama tidak boleh dimasukkan dalam urusan politik, negara, atau institusi
publik lainnya. Secara bahasa Istilahsekuler(secular)berasaldaribahasalatin
Saeculum yang memiliki dua konotasi yaitu time dan location. Waktu
menunjukan sekarang sedangkan tempat dinisbahkan kepada dunia. Jadi
saeculum berarti zaman ini atau masa kini, dan zaman ini atau masa kini
menunjukan peristiwa di dunia ini, dan itu juga berarti peristiwa–peristiwa
masa kini. Adapun sekularisasi dalam kamus ilmiahadalah hal usaha yang
merampas milik gereja atau penduniawian. Sedangkan Sekularisme
adalah sebuah gerakan yang menyeru kepada kehidupan duniawi tanpa
campur tangan agama. Berikut beberapa pengertian Sekularisme dari
beberapa sumber.

i. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Sekularisme adalah paham atau pandangan yang berpendirian bahwa


moralitas tidak perlu didasarkan pada ajaran agama.
ii. Menurut Para ahli

1. George jacub Holyoake, Sekularisme adalah suatu sistem etik yang didasari
pada prinsip moral dan terlepas dari agama dan supranaturalisme.
2. H.M Rasjidi, Sekularisme adalah sistem etika filsafat yang bertujuan untuk
memberikan intepretasi terhadap kehidupan manusia tanpa percaya kepada
Tuhan, kitab suci dan hari kiamat.
3. Kristen Harvey Cox, Pembebasan manusia dari belenggu agama dan
metafisika, yaitu pengalihan perhatian dunia lain menuju dunia saat ini.
4. Dr. Syamsuddin Arif, Sekularisme merupakan pemikiran yang memisahkan
antara agama dengan urusan duniawi. Agama dianggap hanya sebatas urusan
ibadah saja, agama tidak boleh ikut campur urusan duniawi.
5. Prof. Dr. Syed Muhammad Najib, Sekularisme dalam pemikiran
manusia terbagi atas 3 komponen, yaitu pengosongan alam dari semua
makna spiritual, deklarasi politik, dan pengosongan nilai-nilai agama dari
kehidupan.

B. Radikalisme

Radikalisme adalah paham atau ideologi yang menuntuk perubahan


dan pembaruan sistem sosial dan politik dengan cara kekerasan. Secara bahasa
kata Radikalisme berasal dari bahasa Latin, yaitu kata “radix” yang artinya
akar. Ensensi dari radikalisme adalah sikap jiwa dalam mengusung perubahan.
Tuntutan perubahan oleh kaum yang menganut paham ini adalah perubahan
drastis yang jauh berbeda dari sistem yang sedang berlaku. Dalam mencapai
tujuannya, mereka sering menggunakan kekerasan. Radikalisme sering
dikaitkan dengan terorisme, karena mereka akan melakukan apa saja untuk
menghabisi musuhnya. Radikalisme sering dikaitkan dengan gerakan
kelompok-kelompok ekstrim dalam suatu agama tertentu.
i. Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

1. Paham atau aliran yang radikal dalam politik

2. Paham atau aliran yang menginginkan perubahan atau pembaharuan sosial


dan politik dengan cara kekerasan atau drastic
ii. Menurut Para ahli

1. A.Rubaidi, Radikalisme dalam lingkup keagamaan merupakan gerakan-


gerakan keagamaan yang berusaha merombak secara total tatanan sosial dan
politik yang ada dengan jalan menggunakan kekerasan.

2. Ismail Hasani dan Bonar Tigor Naipospos, Radikalisme dalam kajian


lmu Sosial, diartikan sebagai pandangan yang ingin melakukan perubahan
yang mendasar dan sesuai dengan interpretasinya terhadap realitas social atau
ideologi yang dianutnya.

3. Sartono Kartodirdjo, Radikalisme ialah suatu gerakan sosial yang menolak


secara menyeluruh tertib sosial yang sedang berlangsung dan ditandai oleh
respon kejengkelan moral yang kuat untuk menentang dan bermusuhan
dengan kaum yang memiliki hak-hak istimewa dan yang berkuasa.

4. Widiana, Radikalisme yaitu sebuah doktrin atau praktek yang mengenut


paham radikal.

5. dr. KH. Tarmidzi Taher, Radikalisme bemakna positif, yang memiliki makna
tajdid (pembaharuan) dan islah (peerbaikan), suatu spirit perubahan menuju
kebaikan. Hingga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara para pemikir
radikal sebagai seorang pendukung reformasi jangka panjang.

Dengan demikian Radikalisme dapat dikatakan sebagai paham atau aliran


yang menginginkan perubahan atau pembaharuan social dengan cara kekerasan
atau drastis sesuai dengan ideology yang dianutnya

C. Fundamentalisme

Secara estimologi fundamentalisme berasal dari kata fundamental


yang berarti hal hal yang mendasarar atau asas asas. Sebagai gerakan
(komunitas) keagamaan, fundamentalis dipahami sebagai penganut gerakan
keagamaan yang bersifat kolot dan reaksioner yang memiliki doktron untuk
kembali kepada ajaran agama yang asli seperti yang tersurat didalam kitab suci.
Berikut beberapa pengertian fundamentalisme dari beberapa sumber.
i. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Fundamentalisme adalah
paham yang cenderung untuk memperjuangkan sesuatu secara radikal.
ii. Menurut para Ahli

1. David Ray Griffin

Dalam bukunya God and Religion in the Modern World dapat disebutkan
bahwa fundamentalisme adalah sebuah aliran atau faham yang berpegang
teguh pada dasar dasar agama secara ketat melalui penafsiran terhadap kitab
suci secara rigid dan literalis.
2. Habermas

Fundamentalisme adalah gerakan keagamaan yang memberikan porsi


sangat terbatas terhadap akal pikiran (rasio), ketika memberikan interpretasi
dan pemahaman terhadap teks teks keagamaan.
III. Sejarah Sekularisme, Radikalisme dan Fundamentalisme

a. Sejarah Sekularisme
Sejarah munculnya sekularisme sebenarnya merupakan bentuk
kekecewaan (mosi tidak percaya) masyarakat Eropa kepada agama kristen
saat itu (abad 15 an). Di mana kristen beberapa abad lamanya
menenggelamkan dunia barat ke dalam periode yang kita kenal sebagai the
dark age. Padahal pada saat yang sama peradaban Islam saat itu sedang
berada di puncak kejayaannya. Sehingga ketika perang salib berakhir
dengan kekalahan di pihak Eropa, walau mereka mengalami kerugian di
satu sisi, tetapi, sebenarnya mereka mendapatkan sesuatu yang berharga,
yaitu inspirasi pengetahuan. Karena justru setelah mereka “bergesekan”
dengan umat Islam di perang salib hal tersebut ternyata menjadi kawah
candradimuka lahirnya renaissance beberapa abad setelahnya di Eropa.
Setelah mereka menerjemahkan buku-buku filsafat yunani berbahasa arab
dan karya-karya filosof Islam lainnya ke dalam bahasa latin.
Pada saat Eropa mengalami the dark age, kristen yang sudah
melembaga (baca: Gereja) saat itu menguasai semua ranah kehidupan
masyarakat Eropa. Politik, ekonomi, pendidikan dan semuanya tanpa
terkecuali yang dikenal denga istilah ecclesiastical jurisdiction (hukum
Gereja). Semua hal yang berasal dari luar kitab suci Injil dianggap salah.
Filsafat yang notabene sebagai al-umm dari ilmu pengetahuan dengan
ruang lingkupnya yang sangat luas, mereka sempitkan dan dikungkung
hanya untuk menguatkan keyakinan mereka tentang ketuhanan yang trinitas
itu. Mereka menggunakan filsafat hanya sekedar untuk menjadikan trinitas
yang irasional menjadi kelihatan rasional. Dengan demikian secara
otomatis filsafat yang seharusnya menjadi induk semang dari seluruh ilmu
pengetahuan yang ada menjadi mandul dan tidak berfungsi.
Padahal sebenarnya apa yang dilakukan kristen saat itu sudah
bertentangan dengan falsafah kristen itu sendiri. Di mana dalam falsafah
kristen mengenal adanya dua kerajaan. Kerajaan dunia dan kerajaan langit
(baca: kerajaan tuhan). Manusia hidup di dunia ini hanya sekedar menjalani
hukuman atas dosa warisan nenek moyang manusia, Adam. Sehingga
kerajaan langit adalah satu-satunya tujuan manusia dengan cara
membebaskan diri dari segala dosa. Sampai akhirnya tuhan sendiri yang
turun/menurunkan anaknya dan mengorbankannya sebagai penebus dosa
seluruh manusia. Maka sesuai dengan sabda Yesus sendiri yang dikisahkan
Injil, “Berikan kepada kaisar apa yang menjadi haknya, dan berikan juga
kepada tuhan apa yang menjadi haknya”. Sabda ini secara gamblang
menyatakan bahwa urusan kehidupan dunia diatur oleh penguasa negara.
Tetapi pada tatanan praktis selanjutnya teori “two swords” yang
menjadi bagian dari falsafah agama kristen itu dilanggar, dengan
menjadikannya “one sword” (satu kekuasaan saja, kekuasaan kristen,
ecclesiastical jurisdiction). Dua sisi ruh (spiritual) dan materi (keduniaan)
yang dimiliki manusia yang mana ruh dikuasai/diperintah oleh kekuasaan
kristen (baca: Gereja) dan materi diatur oleh kekuasaan raja/penguasa
negara, dijadikan satu yaitu sisi ruh dan materi manusia diatur oleh
kekuasaan kristen saja. Padahal kristen itu sendiri adalah ajaran ruhi an
sich dan tidak memiliki ajaran materi (bagaimana mengatur urusan manusia
dalam sisi materinya seperti syari’ah di dalam Islam). Tentu hal tersebut
mengakibatkan “kekacauan” pada tatanan kehidupan manusia selanjutnya.
Bagaimana tidak, sisi manusia yang bersifat materi yang identik dengan
rasionalitas, immanent, profan harus diatur dan diperintah oleh kekuasaan
yang bersifat ruhi an sich yang identik dengan irasionalitas, permanent,
sakral. Yang pada akhirnya kekacauan falsafah inilah yang
menenggelamkan masyarakat Eropa ke dalam jurang the dark age berabad-
abad lamanya. Ilmu pengetahuan yang menopang majunya sebuah
peradaban malah dimusuhi. Ketika ada penemuan baru yang dianggap
bertentangan dengan isi injil dianggap sebagai sebuah pelanggaran yang
harus ditebus dengan nyawa. Sebagaimana yaang dialami Copernicus yang
menyatakan teori heliosentrisnya yang notabene bertentangan dengan injil
yang mengemukan teori geosentris.
Sesuai dengan teori arus air, jika ia ditahan maka lama kelamaan akan
menjadi tenaga yang begitu dahsyat untuk mengahancurkan penahannya.
Begitu juga yang terjadi di Eropa pada abad 15 dengan apa yang disebut
renaissance sebagai lambang dari pembebasan masyarakat Eropa dari
kungkungan kristen. Gerakan renaissance ini mulai digerakkan di berbagai
lini, seni, gerakan pembaruan keagamaan yang melahirkan kristen
protestan, humanisme dan penemuan sains. Yang selanjutnya diteruskan
dengan masa enlightenment pada abad ke-18 satu abad setelah lahirnya
aliran Filsafat Moderen pada abad ke-17.

b. Sejarah Radikalisme

Sebenarnya konsep radikalisme telah muncul sejak umat manusia


ada, namun demikian jika berbicara sejarah, kata “Radikal” pertama kali
diperkenalkan oleh Charles James Fox/ Pada tahun 1797 ia mendeklarasikan
“reformasi Radikal” daalam sistem pemerintahan, reformasi ini digunakan
untuk mendefenisikan pergerakan yang mendukung revolusi parlemen
negaranya. Tetapi seiring berjalannya. waktu, ideologi radikalisme mulai
terserab dan menerima ideologi liberalisme.

Seperti yang telah kami singgung pada poin pengertian, radikalisme


sering dihubung-hubungkan dengan agama. Nah agama yang paling sering
menjadi target adalah agama islam. Permulaan penargetan islam pada zaman
modern adalah setelah kalahnya Uni Soviet kepada Afganistan dan juga
kejadian 11 september (9/11) di Amerika Serikat tahun 2001. Ditambah lagi
dengan perkembangan ISIS yang menyebarkan teror keseluruh dunia.
Tetapi sangat penting untuk digarisbawahi bahwa hakikat islam
adalah negara yang cinta dan membawa kedamaian. Mereka yang
menerapkan kekerasan dengan mengatasnamakan islam bukanlah orang
islam sesungguhnya.

Saat ini mungkin tidak ada kelompok yang akan mengakui secara
terbuka bahwa mereka menganut paham radikalisme, bahkan mungkin
mereka sendiri tidak sadar akan hal tersebut. Paham radikalisme sudah
dianggap sebagai paham yang salah dan sesat.

c. Sejarah fundamentalisme

Kata fundamentalisme berasal dari bahasa latin yaitu fundamentum


dalam bahasa Indonesia artinya dasar atau sendi. Kata ini mula-mula dipakai
oleh umat Kristiani yang kemudian ditempelkan kepada islam. Dalam
penggunaan aslinya, istilah itu berarti seseorang yang meyakini hal-hal yang
fundamental dalam agama, yaitu Injil dan berbagai kitab suci. Dengan
melihat makna fundamental di atas maka kalau seandainya diucapkan
muslim fundamentalis berati orang Islam yang meyakini hal-hal fundamental
dalam Islam yaitu al-Qur’an dan hadith.

Fundamentalisme adalah gerakan dalam agama Kristen-Protestan di


Amerika Serikat yang menekankan kebenaran Bible dan menentang temuan-
temuan sains moderen yang bertentangan dengan ajaran yang tertuang dalam
Bible. Encyolopedia American menyebutkan, fundamentalis adalah suatu
gerakan Protestan konservatif- militan yang mengemuka di Amerika Serikat
pada tahun 1920-an. Ia menitik beratkan untuk kembali kepada Bible agar
bisa menguasai beberapa sekte dalam agama Kristen akan tetapi usaha
tersebut gagal.

Corak pemikiran yang menjadi ciri khas fundamentalisme ini adalah


menfsiran Bible dan seluruh teks agama secara literal dan menolak secara utuh
seluruh bentuk perwakilan atas teks-teks manapun, walaupun teks-teks itu
metamor-metafor roani dan simbol-simbol sufistik, serta memusuhi kajian-
kajian yang ditulis atas Bible.

Ketika fundamentalisme Kristen itu menjaji sebuah sekte yang


independen pada awal abad ke--20, muncullah dogma-dogma yang berasal
dari penafsir literal atas Bible itu melalui lembaga-lembaganya, serta melalui
tulisan-tulisan para pendetanya yang mengajak untuk memusuhi realita,
menolak perkembangan, dan memerangi masyarakat-masyarakat modernis
yang baik maupun yang buruk sekaligus. Misalnya mereka mengeklaim
mendapatkan tuntutan langsung dari Tuhan, cenderung untuk mengisolasi diri
dari kehidupan masyarakat, menolak untuk bereaksi dengan realitas,
memusuhi akal dan pikiran serta hasil-hasil ilmiah. Oleh karnanya, mereka
meninggalkan lembaga-lembaga tersendiri bagi pendidikan anak-anak mereka
demi melestarikan ajaran-ajarannya. Itu semua adalah fundamentalisme dalam
etimologi barat dan dalam versi kristen

Dengan demikian gerakan fundamentalisme merupakan gerakan


yang menyerukan kembali dan berpegang teguh pada Bible serta menolak
setiap hal baru yang bertentangan dengan Bible.
IV. Pandangan islam Terhadap Isu Sekularisme, Radikalisme dan
Fundamentalisme

A. Pandangan islam terhadap isu Sekularisme

Islam adalah agama yang sempurna (kaffah), mengatur seluruh aspek


kehidupan. Mulai dari yang dipandang kecil seperti memakai sandal mulai
dari kaki kanan terlebih dahulu hingga mengatur urusan politik dan
pemerintahan.

Islam mengatur segenap perbuatan manusia dalam hubunganya


dengan Khaliq- nya, hal ini tercermin dalam aqidah dan ibadah ritual dan
spiritual. Seperti: tauhid, salat, zakat, puasa dan lain-lain. Kedua, mengatur
hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Yang diwujudkan berupa akhlak,
pakaian, dan makanan. Ketiga, mengatur manusia dengan lingkungan sosial.
Hal ini diwujudkan dalam bentuk mu'amalah dan uqubat. (sistem ekonomi
Islam, sistem pemerintahan Islam, sistem politik Islam, sistem pidana Islam,
strategi pendidikan, strategi pertanian, dan lain sebagainya (Taqiyyudin,
Nidhomul Islam)

Maka Islam adalah berbeda dengan agama-agama yang lain, sebab


Islam tidak sebatas ibadah ritual dan spiritual belaka, namun juga memasuki
ranah publik. Maka kaum muslim yang memisahkan agama Islam dengan
kehidupan publik (fasluddin\'anil-hayah) berarti ia telah terkena virus
sekulerisme.

Sekulerisme sendiri sebagaimana ditulis Shidiq Jawi di majalah Al-


Waie mempunyai akar sejarah sangat panjang dalam sejarah peradaban Barat.
Pada tiga abad pertama Masehi, agama Kristen mengalami penindasan di
bawah Imperium Romawi sejak berkuasanya Kaisar Nero (tahun 65). Kaisar
Nero bahkan memproklamirkan agama Kristen sebagai suatu kejahatan. (Idris,
1991:74). Menurut Abdulah Nashih Ulwan (1996:71), pada era awal ini
pengamalan agama Kristen sejalan dengan Injil Matius yang
menyatakan,\\\"Berikanlah kepada Kaisar apa yang menjadi milik Kaisar dan
berikanlah kepada Tuhan apa yang menjadi milik Tuhan.\\\" (Matius, 22:21).

Sekularisme merupakan akar dari liberalisme yang sejatinya masuk


secara paksa ke Indonesia melalui proses penjajahan, khususnya oleh
pemerintah Hindia Belanda. Prinsip negara sekuler telah termaktub dalam
Undang-Undang Dasar Belanda tahun 1855 ayat 119 yang menyatakan bahwa
pemerintah bersikap netral terhadap agama, artinya tidak memihak salah satu
agama atau mencampuri urusan agama. (Suminto, 1986:27).

Prinsip sekuler dapat ditelusuri pula dari rekomendasi Snouck Hurgronje


kepada pemerintah kolonial untuk melakukan Islam Politik, yaitu kebijakan
pemerintah kolonial dalam menangani masalah Islam di Indonesia. Kebijakan
ini menindas Islam sebagai ekspresi politik. Inti Islam Politik adalah (1) dalam
bidang ibadah murni, pemerintah hendaknya memberi kebebasan, sepanjang
tidak mengganggu kekuasaan Pemerintah Belanda; (2) dalam bidang
kemasyarakatan, pemerintah hendaknya memanfaatkan adat kebiasaan
masyarakat agar rakyat mendekati Belanda; (3) dalam bidang politik atau
kenegaraan, pemerintah harus mencegah setiap upaya yang akan membawa
rakyat pada fanatisme dan ide Pan Islam. (Suminto, 1986:12).

Uniknya sebagian kaum Muslim secara sadar atau tidak justru


mengagung- agungkan paham yang satu ini, padahal jika ditelisik lebih dalam
ini adalah jelas merupakan produk pemikiran impor dari Barat. Bisa pula
disebut ideologi transnasional.

Pemikiran sekulerisme inilah yang menjadi jalan bagi penjajah untuk


tetap menjajah Indonesia meski bukan lagi dalam bentuk penjajahan fisik.
Baik penjajahan dalam bidang politik, sosial, ekonomi, budaya dan keamanan.
Semua ini dibalut dengan ideologi negara yang sudah disepakati bersama.
Sayangnya sekulerisme ini terus menerus dikampanyekan oleh para
pengagumnya.

b. Pandangan islam terhadap isu Radikalisme

Radikalisme menjadi senjata ampuh untuk menyerang Islam. Berkat


bantuan media mainstream, label radikalisme pun disematkan bagi apa dan
siapa saja yang teguh menjalankan dan menerapkan Islam secara kaffah. Maka
tak heran label radikalisme lekat disematkan kepada kaum Muslimin yang
terlihat berpenampilan secara islami seperti memakai celana cingkrang, cadar,
jilbab/kerudung secara syar’i. Umat Islam yang lantang menyuarakan syariah
dan Khilafah, serta bangga mengibarkan Bendera Tauhid pun dicap terpapar
radikalisme.

Radikalisme sejatinya senjata ampuh untuk menyerang Islam. Strategi


Barat untuk melumpuhkan dan menjauhkan ajaran Islam yang mulia di tengah
kaum Muslimin. Ketakutan Barat terhadap munculnya kekuatan umat Islam
dalam institusi politik bernama Khilafah, membuat Barat berpikir keras
menghadang kebangkitannya. Hal ini ditandai dengan pernyataan perang
terhadap terorisme pasca tragedi WTC 9/11.
Isu radikalisme marak dihembuskan untuk menyudutkan Islam dan
umatnya. Semua ini tidak lain untuk mengamankan hegemoni Kapitalisme atas
negeri-negeri Islam. Strategi Barat yang dimainkan Barat untuk mengamankan
hegemoninya ini tentunya tidak main-main. Lembaga think-tank Amerika,
Rands Corporation, pernah merilis sebuah kajian teknis yang berjudul Civil
Democratic Islam, tahun 2003. Secara terbuka, Rands Corporation membagi
umat Islam menjadi empat kelompok yaitu Fundamentalis (termasuk radikalis
dan ekstremis), Tradisional, Modernis dan Sekularis.

Politik belah bambu yang dimainkan Barat lewat kajian teknis ini
terbukti ampuh memecah belah persatuan umat Islam. Membenturkan satu
dengan yang lain. Sedangkan di satu sisi memberikan dukungan kepada pihak
lainnya. Menimbulkan konflik internal dalam diri umat Islam. Serta
merebaknya Islamofobia dalam diri umat Islam.

Jelas radikalisme merupakan senjata ampuh menyerang Islam. Perang


terbuka Barat terhadap Islam. Proyek Barat untuk mengamankan hegemoninya
atas negeri- negeri Muslim. Serta mengamankan keberlangsungan Kapitalisme
yang diembannya. Proyek yang menguntungkan Barat. Sebaliknya merugikan
Islam dan umatnya. Dengan demikian tidak ada sikap lain kecuali melawan
skenario radikalisme ini. Umat Islam harus bangkit dan bersatu melawan
stigmatisasi negatif terhadap istilah radikal.
c. Pandangan islam terhadap isu Fundamentalisme

Di Indonesia, gerakan fundamentalisme berkedok agama dipraktikkan


secara terbuka oleh kelompok sosial (massa), bahkan negara yang hadir dalam
state apparatus-nya. Kelompok sosial tertentu menghalangi pembangunan
tempat ibadah, membatasi kebebasan warga dalam mengekspresikan
keyakinan dan perusakan sejumlah tempat ibadah. Selain massa, negara
melalui para aparaturnya melakukan kekerasan atas warga. Kebijakan-
kebijakan negara bersifat diskriminasi terhadap kelompok sosial-agama
tertentu.

Dalam fundamentalis tentu saja memiliki banyak lawan, dari luar


maupun dalam. Dari luar sudah jelas ditimbulkan oleh rasa dengki, takut, dan
rakus. Hanya saja semua itu hal yang biasa, malah yang paling penting itu
adalah musuh dari kalangan umat Islam sendiri, atau yang masih menamakan
diri mereka muslim.
Diantara umat Islam ada yang sangat memusuhi kelompok yang memiliki
sifat-sifat fundamentalis walau beragam corak dan ragamnya. Baik yang
radikal maupun yang moderat. Di tingkat politik, dari kalangan pemerintah ada
yang memusuhi fundamentalisme karena takut kehilangan kekuasaan dan
sumber penghasilannya, ada yang karena tidak tahu hakikat ajaran Islam, dan
ada pula yang memang memihak kepada musuh-musuh Islam demi
kepentingan pribadi.

Di tingkat sosial kemasyarakatan, mereka yang membenci


fundamentalise Islam adalah mereka yang menikmati berbagai fasilitas hidup,
bisnis, pekerjaan atau penghasilan yang mereka sangka bahwa Islam tidak
akan membiarkan mereka memilikinya. Dan diantara mereka ada yang
tenggelam dalam kenikmatan hidup dan syahwat, halal maupun haram, karena
menurut mereka Islam akan membatas-batasi kebebasan mereka
menikmatinya.

Di tingkat pemikiran adalah mereka yang telah dicuci otaknya oleh


pendidikan dan gaya berfikir Barat. Mereka memandang fundamentalisme
Islam sebagaimana guru-guru mereka memandang Islam. Mereka melihat
Islam sebagai ancaman berikutnya terhadap peradaban Barat setelah runtuhnya
Soviet. Sayangnya pendapat mereka tentang fundamentalisme Islam ini juga
dikuatkan oleh sebagian mereka yang menisbatkan diri kepada fundamentalis
dengan buruknya pemahaman mereka terhadap Islam, dan jeleknya sikap dan
adab mereka walau atas nama Islam.
KESIMPULAN

i. Sekularisme
Definisi sekularisme adalah paham yang menyangkut tentang
ideologi atau kepercayaan yang mana senantiasanya berpendirian bahwa
paham agama tidak boleh dimasukkan dalam urusan politik, negara, atau
institusi publik lainnya.Sebenarnya konsep radikalisme telah muncul sejak
umat manusia ada, namun demikian jika berbicara sejarah, kata “Radikal”
pertama kali diperkenalkan oleh Charles James Fox/ Pada tahun 1797 ia
mendeklarasikan “reformasi Radikal” daalam sistem pemerintahan, reformasi
ini digunakan untuk mendefenisikan pergerakan yang mendukung revolusi
parlemen negaranya. Tetapi seiring berjalannya waktu, ideologi radikalisme
mulai terserab dan menerima ideologi liberalisme. Kaum Muslim secara
sadar atau tidak justru mengagung-agungkan paham yang satu ini, padahal
jika ditelisik lebih dalam ini adalah jelas merupakan produk pemikiran impor
dari Barat. Bisa pula disebut ideologi transnasional.

i. Radikalisme

Radikalisme adalah paham atau ideologi yang menuntuk perubahan


dan pembaruan sistem sosial dan politik dengan cara kekerasan. Konsep
radikalisme telah muncul sejak umat manusia ada, namun demikian jika
berbicara sejarah, kata “Radikal” pertama kali diperkenalkan oleh Charles
James Fox/ Pada tahun 1797 ia mendeklarasikan “reformasi Radikal” daalam
sistem pemerintahan, reformasi ini digunakan untuk mendefenisikan
pergerakan yang mendukung revolusi parlemen negaranya. Tetapi seiring
berjalannya waktu, ideologi radikalisme mulai terserab dan menerima ideologi
liberalisme. Radikalisme menjadi senjata ampuh untuk menyerang Islam.
Berkat bantuan media mainstream, label radikalisme pun disematkan bagi apa
dan siapa saja yang teguh menjalankan dan menerapkan Islam secara kaffah.

ii. Fundamentalisme

Secara estimologi fundamentalisme berasal dari kata fundamental


yang berarti hal hal yang mendasara atau asas asas. Fundamentalisme adalah
gerakan dalam agama Kristen-Protestan di Amerika Serikat yang menekankan
kebenaran Bible dan menentang temuan-temuan sains moderen yang
bertentangan dengan ajaran yang tertuang dalam Bible. Encyolopedia
American menyebutkan, fundamentalis adalah suatu gerakan Protestan
konservatif-militan yang mengemuka di Amerika Serikat pada tahun 1920-an.
Ia menitik beratkan untuk kembali kepada Bible agar bisa menguasai
beberapa sekte dalam agama Kristen akan tetapi usaha tersebut gagal.Di
Indonesia, gerakan fundamentalisme berkedok agama dipraktikkan secara
terbuka oleh kelompok sosial (massa), bahkan negara yang hadir dalam state
apparatus-nya. Kelompok sosial tertentu menghalangi pembangunan tempat
ibadah, membatasi kebebasan warga dalam mengekspresikan keyakinan dan
perusakan sejumlah tempat ibadah. Selain massa, negara melalui para
aparaturnya melakukan kekerasan atas warga. Kebijakan- kebijakan negara
bersifat diskriminasi terhadap kelompok sosial-agama tertentu.
DAFTAR PUSTAKA

http://dosensosiologi.com/pengertian-sekularisme/

https://www.ilmudasar.com/2017/08/Pengertian-Sejarah-Ciri-
Kelebihan-dan- Kekurangan-Radikalisme-adalah.html

https://seputarilmu.com/2019/06/radikalisme.html
https://pwkpersis.wordpress.com/2008/03/28/sekilas-tentang-
sekularisme/ https://suaraislam.id/isu-radikalisme-senjata-ampuh-
serang-islam/

http://yahya-ibrahim.blogspot.com/

http://agamaislam-psikologi.blogspot.com/2014/11/makalah-tentang-
analisis- faham.html

Anda mungkin juga menyukai