Abstrak : Dalam suatu organisasi setiap pelaku organisasi (karyawan) akan dituntuk untuk
bekerja dan melakukan pekerjaannya sesuai dengan apa yang sudah direncakan. Mereka akan
terus mengerjakan hal yang sama dalam kurun waktu yang tidak bisa ditentukan. Hal yang sering
dialami oleh setiap pekerja adalah merasa bosan dengan apa yang dilakukannya. Kebosanan
dapat menyebabkan pengambilan keputusan yang tidak etis di tempat kerja. Merasa bosan dari
waktu-kewaktu tidak buruk, tetapi perilaku tidak etis yang mengikutinya mungkin akan
bermasalah. Ketika seseorang melakukan tugas secara berulang mereka cenderung akan
mengalami kebosanan dalam pekerjaannya karena merasakan kurangnya rangsangan dari
lingkungan eksternal. Bahkan perilaku kebosanan bisa mempengaruhi perilaku tidak etis pada
diri sendiri.
Kata kunci : Perilaku Organisasi, Bosan, Pengambilan keputusan
Abstract : In an organization, every organizational actor (employee) will be required to work and
do the work according to what has been planned. They will continue to do the same thing
indefinitely. What is often experienced by every worker is feeling bored with what they see.
Boredom can lead to unethical decision making in the workplace. Feeling bored from time to
time isn't bad, but unethical behavior might get you into trouble. When someone performs a task
repeatedly, they will experience boredom in external work because they experience stimulation
from the environment. Even boredom can affect unethical behavior in yourself.
Keyword : Organizational Behavior, Bored, Decision making
PENDAHULUAN
Rasa jenuh atau bosan tentunya merupakan sifat alamiah terhadap diri manusia, hal ini
bisa disebabkan oleh berbagai macam faktor antara lain, rutinitas yang monoton terhadap bidang
yang digeluti. Di dalam dunia kerja tentu ada kemungkinan muncul berbagai masalah yang
berhubungan dengan pekerjaan dan beberapa kondisi yang dapat memicu munculnya rasa bosan.
Merasa bosan denngan aktivitas sehari-hari tentu sangat wajar. Baik disadari maupun tidak
pekerjaan yang dilakukan seseorang seperti pekerjaan administrasi dan keuangan berpotensi
menimbulkan rasa bosan pada dirinya. Misalnya beban pekerjaan dan deadline waktu dari atasan,
overload atau underload pekerjaan, dan lain-lain. Hal ini muncul dalam kurun waktu yang
pendek maupun panjang.
Berkurangnya kapasitas kontrol diri. Kebosanan mengurangi kapasitas pengendalia diri
dan perhatian. Mirip dengan emosi negatif lainnya, kebosanan menyebabkan perubahan perilaku
menuju perbaikan suasana hati secara langsung, sehingga orang membuat keputusan yang buruk.
Bagi orang yang bosan, kpnsekuensi jangka panjang memudar dan hasil langsung tampak lebih
besar.
Banyak karyawan perusahaan merasa takut akan hari berikutnya di tempat kerja. Dapat
dilihat dari survei 2015 yang menunjukkan 75% karyawan yang disurvei merasa tertekan dan
penuh kecemasan pada Minggu malam untuk mengantisipasi pekerjaan. Meskipun orang dapat
cemas tentang pekerjaan karena berbagai alasan, salah satunya dapat ditemukan apabila
melakukan kegiatan yang berulang sebagai bagian dari pekerjaan sehari-hari.
Kebosanan memiliki dampak terhadap produktifitas atau kinerja karyawan, sehingga
berdampak pada perusahaan atau organisasi. Apabila tidak ditanggulangi dengan segera pada
awal kebosanan maka dapat mengurangi produktifitas, tetapi lambat laun dapat berpotensi
mengakibatkan kecelakaan kerja. Kebosanan kerja yang terjadi telah mengakibatkan rendahnya
tingkat pada produktivitas karyawan.
Banyak perusahaan yang melakukan tindakan pencegahan kebosanan dengan cara rotasi
jabatan, melaksanakan company gathering, memberikan kesempatan untuk melakukan cuti,
mengadakan kegiatan untuk membangkitkan atau memperbaharui motivasi kerja. Semua
kegiatan tersebu untuk mencegah atau mengurangi kebosanan kerja pada karyawan. Motivasi
kerja sebagai sesuatu yang menimbulkan dorongan atau semangat kerja. Motivasi kerja menjadi
sangat penting bagi karyawan untuk mencapai tujuan perusahaan. Perusahaan menghendaki
karyawan yang memiliki potensi kerja, sehingga gejala-gejala yang mengarahkan kepada
kebosanan kerja dapat teratasi.
LANDASAN TEORI
Perilaku organisasi merupakan : “Studi tentang perilaku manusia dalam pengaturan
organisasi, antarmuka antara perilaku manusia dan konteks organisasi, dan organisasi itu
sendiri”. Definisi diatas memiliki tiga aspek yaitu perilaku individu, organisasi, dan interaksi di
antara keduanya. Setiap individu membawa kesebuah organisasi seperangkat keyakinan, nilai,
sikap, dan karakteristik pribadi lainnya yang unik dan karakteristik dari semua individu harus
berinteraksi satu sama lain untuk membuat peraturan organisasi. Perilaku organisasi secara
khusus berkaitan dengan perilaku terkait pekerjaan yang terjadi dalam organisasi
(Saravanakumar, 2019). Pencapaian target organisasi dikarenakan adanya kreativitas, komunikasi,
dan pengoperasian dalam sistem perilaku organisasi. Tujuan utama dari perilaku organisasi adalah
mengidentifikasi variable yang dibutuhkan oleh organisasi dan individu yang bekerja dalam organisasi
tersebut untuk mencapai target organisasi. Variabel utama dalam pencapaian organisasi antara lain
kinerja, kepuasan kerja, dan pengembangan karyawan (John Newstrom, 2011).
METODE PENELITIAN
Metode yang kami gunakan dalam melakukan studi kasus ini yaitu dengan memanfaatkan
data atau case pada buku Organizational Behaviour. Kemudian, dengan pendalaman materi dari
beberapa literature yang kami baca baik dari buku maupun internet mengenai kasus yang terkait
tentang perilaku organisasi. Kemudian kami gabungkan menjadi satu untuk menjawab kasus
yang kami kerjakan.
DAFTAR PUSTAKA