Anda di halaman 1dari 3

3.

Golongan Orang yang Tidak Berhak Menerima Zakat

Zakat merupakan ibadah yang perlu sasaran untuk bisa disalurkan, salah satu ayat yang
menjelaskan golongan mustahiq (orang-orang berhak menerima zakat).

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

ِ ِّ ‫ني َعلَْي َها َوالْ ُمَؤ لََّف ِة ُقلُوبُ ُه ْم َويِف‬


ِ َ‫الرق‬
َ ‫اب َوالْغَا ِرم‬
‫ني َويِف‬ ِِ ِ ِ‫ات لِْل ُف َقر ِاء والْمساك‬
َ ‫ني َوالْ َعامل‬ َّ ‫ِإمَّنَا‬
َ َ َ َ ُ َ‫الص َدق‬
ِ ِ ِ ِ ‫السبِ ِيل ۖ فَ ِر‬ َّ ‫َسبِ ِيل اللَّ ِه َوابْ ِن‬
‫يم‬
ٌ ‫يم َحك‬ ٌ ‫يضةً م َن اللَّه ۗ َعل‬
َ
Artinya : “Sesungguhnya zakat itu hanyalah untuk orang-orang fakir, orang miskin, amil
zakat, yang dilunakkan hatinya (mualaf), untuk (memerdekakan) hamba sahaya, untuk
(membebaskan) orang yang berutang, untuk jalan Allah, dan untuk orang yang sedang
dalam perjalanan, sebagai kewajiban dari Allah. Allah Maha Mengetahui, Maha
Bijaksana.”(At-Taubah:60)1

Dari ayat ini, kita mengetahui bahwa terdapat 8 golongan yang berhak menerima zakat,
sesuai yang dijelaskan dalam surah At-Taubah:602

Namun dalam sub-bab kali ini, pemateri hendak memaparkan beberapa golongan yang
tidak boleh menerima zakat, siapa sajakah golongan-golongan tersebut:

1. Orang Kafir
Hal ini disepakati oleh ahli fiqih, sebagaimana disebutkan dalam hadits, “(Zakat) dipungut
dari orang-orang yang kaya di antara mereka dan salurkan kepada orang-orang miskin di
antara mereka”. Maksudnya, di antar kaum muslimin. Dikecualikan dari orang-orang kafir
adalah para mualaf untuk melunakkan hatinya. Akan tetapi, sedekah sunah boleh
diberikan kepada orang-orang kafir, sebagaimana firman Allah Subhanahu Wata’ala :

“Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim,
dan orang yang ditawan,”
(QS. Al-Insan 76: Ayat 8).

2. Bani Hasyim
Mereka adalah keluarga Ali Rhadiyallahu’anhu, keluarga Ja’far Rhadiyallahu’anhu,
Keluarga Uqail, keluarga Al-Abbas Rhadiyallahu’anhu, dan keluarga Al-Harits. Dalam
hal ini Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda: “Sedekah (zakat) tidak patut
bagi keluarga Muhammad. Sebab zakat tidak lain adalah kotoran masyarakat,” (HR.
Muslim)
1
https://www.google.com/amp/s/beritagar.id/artikel-amp/ramadan/orang-orang-yang-dilarang-menerima-zakat
2
https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://osf.io/f73j4/download/%3Fformat
%3Dpdf&ved=2ahUKEwiWkt259t72AhVagtgFHQ2vD0oQFnoECAcQAQ&usg=AOvVaw3x_fqc-K87Iv-
TiXW6bZZ1
Para ulama berbeda pendapat ihwal Bani Muthallib. Namun, pendapat yang lebih kuat
menyatakan bani Muthallib tidak berhak atas zakat, seperti bani Hasyim, berdasarkan
Sabda Nabi SAW. “Aku dan bani Muthallib tidak terpisahkan, baik pada zaman jahiliyah
maupun pada zaman Islam. Kami dan mereka tidak lain adalah satu (keturunan),” beliau
sambil menyilang-nyilangkan jemarinya, (HR. Asy-Syafi’i).

Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga mengharamkan zakat kepada para mantan


budak bani Hasyim dan bani Muthallib, berdasarkan sabdanya,
“Sedekah (zakat) tidak halal bagi kami. Dan, para mantan budak suatu kaum adalah
bagian dari diri mereka,” (HR. Ahmad)

3. Orangtua dan Anak


Para ahli fiqih sepakat bahwa zakat tidak boleh diberikan kepada ayah-ibu, kakek-nenek,
ataupun anak-cucu. Pasalnya muzakki harus menafkahi orang tuanya dan kakek-neneknya
terus ke atas, juga anak-anak dan cucu-cucunya terus ke bawah. Jika miskin mereka masih
di bawah tanggungan muzaki. Apabila dia memberikan zakat kepada mereka, artinya dia
mengambil manfaat untuk dirinya sendiri dengan menjadikan pemberian zakat sebagai
alasan untuk menghindar dari kewajiban menafkahi mereka. Namun Imam Malik
mengecualikan kakek-nenek dan cucu dengan memperbolehkan pemberian zakat kepada
mereka karena mereka tidak wajib dinafkahi.3

4. Istri

Ibnu al-Mundzir berkata, “Para ulama sepakat bahwa suami tidak memberi sakat kepada
istrinya. Sebab, menafkahi istri adalah kewajibannya, sehingga dengan nafkah trersebut
istri tidak perlu menerima zakat, sama sepertikedua orang tua.”

5. Sarana Ibadah
Zakat tidak boleh disalurkan kepada sarana peribadatan selain yang disebutkan Allah
dalam ayat, “sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk…” (QS. at-Taubah 9:60),
sehingga zakat tidak disalurkan untuk membangun masjid, membuat
jabatan ,memperbaiki jalan, menjamu tamu, mengafani jenazah, dan sejenisnya.

6. Para Hartawan
Zakat tidak seharusnya diberikan kepada orang kaya yaitu orang yang memiliki harta yang
banyak dan penghasilan yang cukup. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu’alaihi
Wasallam :
“Sedekah (zakat) tidak halal bagi orang kaya,” (HR. Ahmad).4

7. Orang-orang yang Mampu dan Memiliki Mata Pencaharian


Hal ini berdasarkan sabda Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam :
“Sedekah (zakat) tidak halal bagi orang kaya atau orang yang memiliki kemampuan
(untuk mencari harta),” (HR. Ahmad)

3
Fiqih As-sunnah, jilid I, hlm. 351-352; Al-Mughni wa as-syarh al-kabir, jilid II, hlm. 519
4
https://griyayatim.com/orang-orang-yang-tidak-boleh-menerima-zakat/
Demikian golongan-golongan yang tidak boleh menerima zakat yang dilandasi ayat-ayat
Allah, hadits Rasulullah, dan ijma ulama salaf, semoga bermanfaat dan bisa kita bawa
menjadi tuntunan dalam melakukan ibadah zakat yang mulia ini.

Daftar Pustaka

https://www.google.com/amp/s/beritagar.id/artikel-amp/ramadan/orang-orang-yang-dilarang-
menerima-zakat

https://griyayatim.com/orang-orang-yang-tidak-boleh-menerima-zakat/

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://osf.io/f73j4/download/
%3Fformat
%3Dpdf&ved=2ahUKEwiWkt259t72AhVagtgFHQ2vD0oQFnoECAcQAQ&usg=AOvVaw3x_fqc-
K87Iv-TiXW6bZZ1

Sabiq, Sayyid Kamaludin A., 1986, Fiqih Sunnah Jilid I&II, Sukoharjo, Insan Kamil

Anda mungkin juga menyukai