Anda di halaman 1dari 22

KONSEP SEHAT SAKIT

Untuk memenuhi tugas mata kuliah “Dasar Kesehatan Masyarakat”


Yang diampu oleh Ibu Tantri Yunita Ratna, S.Tr., Keb., M.K.M

Disusun Oleh:
Kelompok 1

1. HipoLitus Tindik M.A (201104119)


2. Dimas Rizki Hidayat (201104133)
3. Yanuar adi izulchaq (201104116)
4. Eka Putri Oktariani (191104104)
5. Jasmin Zarah F.H (201104122)
6. Sofian Amadea (201104136)

FAKULTAS RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI


PROGRAM STUDI D3 – RADIOLOGI
INSTITUT TEKNOLOGI KESEHATAN MALANG WIDYA CIPTA HUSADA
MALANG
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
karunia-Nya, sehingga tugas pembuatan makalah mata kuliah Dasar Kesehatan
Masyarakat tentang Konsep Sehat Sakit dapat terselesaikan sesuai batas waktu yang
telah ditetapkan.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca dan penulis khususnya.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas . Makalah ini ditulis dari
hasil yang diperoleh dari buku dan media lainnya yang berhubungan dengan judul
makalah ini. Dan tidak lupa saya ucapkan terima kasih kepada dosen yang telah memberi
kesempatan kepada saya untuk belajar menulis dalam bentuk. Makalah ini, tidak lupa pula
kepada rekan-rekan yang telah memberi dukungan sehingga dapat menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-
kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari
Anda demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Malang, 17 Maret 2022

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I.......................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................1
1.3 Tujuan.....................................................................................................................1
BAB II......................................................................................................................................2
TINJAUAN PUSTAKA............................................................................................................2
2.1 Definisi Sehat..........................................................................................................2
2.2 Paradigma Sehat....................................................................................................2
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan.................................................................2
2.4 Definisi Sakit dan Penyakit.....................................................................................3
2.5 Perjalanan Penyakit................................................................................................4
2.6 Stressor..................................................................................................................5
2.7 Perilaku Sakit..........................................................................................................6
2.8 Dampak Sakit Bagi Individu dan Keluarga...........................................................11
2.9 Faktor Agen, Host, Environment, Reservoir........................................................11
2.10 Daur Penyakit.......................................................................................................15
2.11 Riwayat Alamiah Penyakit....................................................................................16
2.12 Manfaat Mengetahui Riwayat Alami Penyakit......................................................17
BAB IV...................................................................................................................................18
PENUTUP.............................................................................................................................18
4.1 Kesimpulan...........................................................................................................18
4.2 Saran....................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................19

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah kondisi yang dimana keadaan fisik, mental dan sosial kita
sempurna bukan hanya semata-mata terhindar dari sakit, cedera dan kondisi lemah
saja. Masalah kesehatan yang terjadi sekarang bukan hanya ditandai dengan adanya
penyakit, melainkan kesehatan terganggu karena ditandai dengan adanya gangguan
terhadap fisik, mental dan spiritual.
Upaya yang dilakukan untuk mencegah atau mengurangi penyakit selama ini
biasanya terganggu oleh budaya-budaya masyarakat yang kental di daerah tertentu
dan juga kondisi lingkungan sangat berperan dalam menciptakan individu yang sehat.
Kesehatan kini lebih bergantung pada penyakit, obat, puskesmas, rumah sakit dan
dokter yang menurut mereka dapat memberikan pelayanan dan pengobatan yang
lebih baik sehingga jarang ada orang yang berpikir bahwa aspek pencegahan menjadi
preferensi utama.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi sehat-sakit?
2. Bagaimana paradigma sehat-sakit?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi kesehatan?
4. Bagaimana perjalanan penyakit?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui definisi sehat-sakit
2. Mengetahui paradigm sehat-sakit
3. Mengetahui faktor yang mempengaruhi kesehatan
4. Mengetahui perjalanan penyakit

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Sehat


Menurut (World Health Organization, 1947) sehat adalah suatu keadaan yang
sempurna baik fisik, mental maupun sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau
kelemahan. Yang mengandung 3 karakteristik yakni merefleksikan perhatian pada
individu sebagai manusia, memandang sehat dalam konteks lingkungan internal
maupun eksternal, sehat diartikan sebagai hidup yang kreatif dan produktif.
Sehat adalah aktualisasi atau perwujuan yang diperoleh individu melalui kepuasan
dalam berhubungan dengan orang lain, perilaku yang sesuai dengan tujuan,
perawatan diri yang kompeten. Sedangkan penyesuaian diperlukan untuk
mempertahankan stabilitas dan integritas sosial (Pender, 1982)

2.2 Paradigma Sehat


Paradigma sehat adalah model pembangunan kesehatan yang jangka panjang
diharapkan mampu mendorong masyarakat untuk bersikap mandiri dalam menjaga
kesehatan mereka sendiri.
Paradigma sehat didefinisikan sebagai cara pandang atau pola pikir
pembangunan kesehatan yang bersifat holistik, proaktif, antisipatif dengan melihat
masalah kesehatan sebagai masalah yang dopengaruhi oleh banyak faktor secara
dinamis dan lintas sektoral dalam suatu wilayah yang berorientasi kepada peningkatan
pemeliharaan dan perlindungan terhadap penduduk agar tetap sehat dan bukan hanya
penyembuhan penduduk yang sakit.

2.3 Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan


Yang dimaksud dengan faktor-faktor yang mempengaruhi status kesehatan adalah
faktor-faktor yang berpengaruh baik yang bersifat menunjang ataupun yang bersifat
menghambat terhadap keadaan sehat-sakit. Ada beberapa faktor yang berpengaruh
terhadap kesehatan individu yaitu:

2
1. Faktor Lingkungan
Pengaruh lingkungan terhadap kesehatan besar sekali. Hal ini disebabkan karena
faktor-faktor penyabab penyakit dipengaruhi oleh lingkungan. Demikian penting
dan besarnya pengaruh lingkungan terhadap kesehatan.
2. Faktor Sosial Budaya
Faktor sosial budaya merupakan faktor kedua yang cukup besar pengaruhnya
terhadap kesehatan. Termasuk ke dalam faktor ini adalah:
a. Tingkah laku, kebiasaan, dan adat istiadat
b. Kepercayaan, pandangan hidup dan nilai-nilai
c. Sosial ekonomi, taraf hidup dan penghasilan
d. Demografi, kepadatan penduduk
e. Pendidikan
3. Fasilitas Kesehatan
a. Lokasi, tempat pelayanan dekat atau dapat dijangkau dan diketahui oleh
masyarakat atau tidak
b. Usaha informasi dan motivasi
c. Program: apakah meliputi semua kebutuhan kesehatan masyarakat atau tidak
4. Keturunan
a. Genetik
b. Struktur tubuh
Keempat faktor diatas dapat menunjang ataupun menghambat kesehatan, sehingga
dapat memudahkan atau menyulitkan timbulnya sehat-sakit dan juga faktor-faktor
tersebut saling mempengaruhi (H.L Blum, 1974).

2.4 Definisi Sakit dan Penyakit


Sakit (illness) adalah penilaian tiap-tiap individu terhadap pengalamannya
menderita suatu penyakit. Sakit menimbulkan dimensi fisiologis yang bersifat subjektif
atau perasaan yang terbatas yang lebih dirasakan oleh orang yang bersangkutan,
yang ditandai dengan perasaan yang tidak menyenangkan ( unfeeling well), lemah
(weakness), pusing (dizziness), kaku dan mati rasa (numbness).
Mungkin saja melalui pemeriksaan secara medis individu terserang suatu penyakit
dan fungsi dari salah satu organ tubuhnya terganggu, namun tidak merasakan sakit

3
dan tetap menjalankan aktivitas sehariharinya. Senada dengan penjelasan tersebut,
Sarwono (Yunindyawati, 2004) mendefenisikan bahwa sakit merupakan suatu
keadaan yang kurang menyenangkan yang dirasakan seseorang serta menghambat
aktifitas, baik secara jasmani dan rohani sehingga seseorang tersebut tidak bisa
menjalankan fungsi dan perannya secara normal dalam masyarakat.
Tolak ukur atau acuan yang paling mudah untuk menentukan kondisi sakit atau
penyakit adalah jika terjadi perubahan dari nilai batas normal yang telah ditetapkan,
akan tetapi ada beberapa definisi mengenai sakit yang dapat dijadikan acuan, antara
lain:
1. Menurut Parson, sakit adalah kondisi dimana terjadi ketidakseimbangan dari
fungsi normal tubuh manusia, termasuk sistem biologis dan kondisi penyesuaian
2. Menurut Borman, ada 3 kriteria keadaan sakit, yaitu adanya gejala, persepsi
terhadap kondisi sakit yang dirasakan serta menurunnya kemampuan dalam
beraktivitas sehari-hari
3. Menurut batasan medis, ada 2 bukti adanya sakit, yaitu tanda dan gejala
4. Perkins mengemukakan pula bahwa, sakit adalah suatu kondisi yang kurang
menyenangkan yang dialami seseorang sehingga menimbulkan gangguan pada
aktivitas sehari-hari, baik jasmani maupun sosial Penyakit memiliki perbedaan
dengan rasa sakit.
Penyakit bersifat objektif karena bisa dilihat dari parameter tertentu, sedangkan
rasa sakit bersifat subjektif l karena merupakan keluhan yang dirasakan seseorang,
karena memiliki perbedaan maka implikasinya juga berbeda. Seseorang yang
menderita penyakit belum tentu merasakan sakit, sebaliknya yang mengeluh sakit
belum tentu menderita penyakit (Asmadi, 2008)

2.5 Perjalanan Penyakit


Pada umumnya penyakit terdeteksi ketika sudah menimbulkan perubahan pada
metabolisme atau mengakibatkan pembelahan sel yang menyebabkan munculnya
tanda dan gejala. Manifestasi penyakit dapat meliputi hipofungsi (seperti konstipasi),
hiperfungsi (seperti peningkatan produksi lendir) atau peningkatan fungsi mekanis
(seperti kejang).

4
Secara khas perjalanan penyakit terjadi melalui beberapa tahap:
1. Pajanan atau cedera yang terjadi pada jaringan sasaran
2. Masa latensi atau masa inkubasi (pada stadium ini tidak terlihat tanda atau gejala
3. Masa prodormal (tanda dan gejala biasanya tidak khas)
4. Fase akut (pada fase ini penyakit mencapai intensitas penuh dan kemungkinan
menimbulkan komplikasi, fase ini disebut juga sebagai fase akut subklinis)
5. Remisi (fase laten kedua ini terjadi pada sebagian penyakit dan biasanya akan
diikuti oleh fase akut lain)
6. Konvalesensi (keadaan pasien berlanjut ke arah kesembuhan sesudah perjalanan
berhenti)
7. Kesembuhan (recovery) pada kondisi ini pasien kembali sehat dan tubuhnya
sudah berfungsi normal kembali serta tidak terlihat tanda atau gejala penyakit
yang tersisa.
Penyakit akan dicetuskan oleh suatu stressor seperti perubahan dalam kehidupan
seseorang (stressor dapat terjadi melalui salah satu dari dua mekanisme:
1. Adaptasi yang berhasil baik
2. Kegagalan beradaptasi
Stressor dapat bersifat fisik natau psikologik. Stressor fisik seperti terkena racun,
dapat menimbulkan respon berbahaya yang menyebabkan terjadinya keadaan sakit
atau muncul kumpulan tanda dan gejala yang dapat dikenali. Stressor psikologik
seperti kehilangan orang yang dicintai ataupun hal lain yang dapat menyebabkan
gangguan yang bersifat psikologik dapat menimbulkan respon maladaptif. Kondisi ini
dapat menyebabkan terjadinya kekambuhan dari beberapa penyakit kronik.
Seorang perintis dalam pengkajian tentang stress dan penyakit Hans Selye,
menguraikan stadium adaptasi terhadap kejadian yang menimbulkan stress, alarm,
resistensi dan pemulihan (recovery), atau kelelahan (exhaustion). 

2.6 Stressor
Stresor adalah faktor-faktor penyabab yang menimbulkan stress. Dengan kata
lain, stressor adalah suatu prasyarat untuk mengalami respon stress. Dibagi menjadi 4
yakni:

5
1. Tingkat Individual
Stressor tingkat individual adalah stressor yang berkaitan secara langsung dengan
tugas-tugas kerja seseorang. Contoh stressor yang paling umum adalah tuntutan
pekerjaan, kelebihan beban kerja, konflik peran, ambiguitas peran, kerepotan
sehari-hari, pengendalian yang dirasakan atas peristiwa yang muncul dalam
lingkungan kerja dan karakteristik pekerjaan.
2. Tingkat Kelompok
Stressor tingkat kelompok disebabkan oleh dinamika kelompok dan perilaku atau
disebabkan karena kurangnya kebersamaan dalam grup, kurang dukungan sosial,
serta adanya konflik intraindividu, intrapersonal dan intergroup
3. Tingkat Organisasi
Terdiri dari kebijakan organisasi, struktur organisasi, keadaan fisik dalam
organisasi dan proses yang terjadi dalam organisasi.
4. Ekstraorganisasi
Terdiri dari perubahan sosial/teknologi, keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan
keuangan, ras dan kelas, dan keadaan komunitas/tempat tinggal.(Fred, 2006)

2.7 Perilaku Sakit


1. Definisi Perilaku Sakit
Perilaku sakit merupakan perilaku orang sakit yang meliputi: cara seseorang
memantau tubuhnya, mendefinisikan dan menginterpretasikan gejala yang
dialami, melakukan upaya penyembuhan, dan penggunaan system pelayanan
kesehatan. Seorang individu yang merasa dirinya sedang sakit, perilaku sakit bisa
berfungsi sebagai mekanisme koping. (Notoatmodjo, 2010)
Menurut Parsons, perilaku spesifik yang tampak bila seseorang memilih peran
sebagai orang sakit, yaitu orang sakit tidak dapat disalahkan sejak mulai sakit,
dikecualikan dari tanggungjawab pekerjaan, social dan pribadi, kemudian orang
sakit dan keluarganya diharapkan mencari pertolongan agar cepat sembuh.
Menurut Cockerham, meskipun konsep Parsons tersebut tidak berguna untuk
memahami peran sebagai orang sakit, namun tidak terlalu tepat untuk:
menerangkan variasi perilaku sakit, dipakai pada penyakit kronis, keadaan dan
situasi yang mempengaruhi hubungan pasien-dokter, atau untuk menerangkan

6
perilaku sakit masyarakat kelas bawah. Juga menurut Meile, konsep Parsons
tersebut tidak cocok dipakai pada orang sakit jiwa.
2. Penyebab Perilaku Sakit
Menurut Mechanic sebagaimana diuraikan oleh Solito Sarwono (1993) bahwa
penyebab perilaku sakit itu sebagai berikut:
a. Dikenal dan dirasakan nyata tanda dan gejala yang menyimpang dari keadaan
normal
b. Anggapan dan gejala serius yang dapat menimbulkan bahaya
c. Gejala penyakit dirasakan akan menimbulkan dampak terhadap hubungan
keluarga, hubungan kerja, dan kegiatan kemasyarakatan.
d. Frekuensi dan persisten (terus-menerus, menetap) tanda dan gejala yang
dapat dilihat
e. Kemungkinan individu untuk terserang penyakit
f. Adanya informasi, pengetahuan, dan anggapan budaya tentang penyakit
g. Adanya perbedaan interpretasi tentang gejala penyakit
h. Adanya kebutuhan untuk mengatasi gejala penyakit
i. Tersedianya berbagai sarana pelayanan kesehatan, seperti: fasilitas, tenaga,
obat-obatan, biaya, dan transportasi.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Sakit
a. Faktor Internal
1) Persepsi individu terhadap gejala dan sifat sakit yang dialami
Klien akan segera mencari pertolongan jika gejala tersebut dapat
mengganggu rutinitas kegiatan sehari-hari. Misalnya: Tukang Kayu yang
menderita sakit punggung, jika ia merasa hal tersebut bisa
membahayakan dan mengancam kehidupannya maka ia akan segera
mencari bantuan. Akan tetapi persepsi seperti itu dapat pula mempunyai
akibat yang sebaliknya. Bisa saja orang yang takut mengalami sakit yang
serius, akan bereaksi dengan cara menyangkalnya dan tidak mau mencari
bantuan.
2) Asal atau Jenis penyakit
Pada penyakit akut dimana gejala relatif singkat dan berat serta mungkin
mengganggu fungsi pada seluruh dimensi yang ada, Maka klien bisanya

7
akan segera mencari pertolongan dan mematuhi program terapi yang
diberikan. Sedangkan pada penyakit kronik biasanya berlangsung lama
(>6 bulan) sehingga jelas dapat mengganggu fungsi diseluruh dimensi
yang ada.
b. Faktor Eksternal
1) Gejala yang Dapat Dilihat
Gejala yang terlihat dari suatu penyakit dapat mempengaruhi Citra Tubuh
dan Perilaku Sakit. Misalnya: orang yang mengalami bibir kering dan
pecah-pecah mungkin akan lebih cepat mencari pertolongan dari pada
orang dengan serak tenggorokan, karena mungkin komentar orang lain
terhadap gejala bibir pecah-pecah yang dialaminya.
2) Kelompok Sosial
Kelompok sosial klien akan membantu mengenali ancaman penyakit, atau
justru meyangkal potensi terjadinya suatu penyakit. Misalnya: Ada 2 orang
wanita, sebut saja Ny. A dan Ny.B berusia 35 tahun yang berasal dari dua
kelompok sosial yang berbeda telah menemukan adanya benjolan pada
Payudaranya saat melakukan SADARI. Kemudian mereka
mendiskusikannya dengan temannya masing-masing. Teman Ny. A
mungkin akan mendorong mencari pengobatan untuk menentukan
apakah perlu dibiopsi atau tidak; sedangkan teman Ny.B mungkin akan
mengatakan itu hanyalah benjolan biasa dan tidak perlu diperiksakan ke
dokter.
3) Latar Belakang Budaya
Latar belakang budaya dan etik mengajarkan sesorang bagaimana
menjadi sehat, mengenal penyakit, dan menjadi sakit. Dengan demikian
perawat perlu memahami latar belakang budaya yang dimiliki klien.
4) Ekonomi
Semakin tinggi tingkat ekonomi seseorang biasanya ia akan lebih cepat
tanggap terhadap gejala penyakit yang ia rasakan. Sehingga ia akan
segera mencari pertolongan ketika merasa ada gangguan pada
kesehatannya.

8
5) Kemudahan Akses Terhadap Sistem Pelayanan
Dekatnya jarak klien dengan RS, klinik atau tempat pelayanan medis lain
sering mempengaruhi kecepatan mereka dalam memasuki sistem
pelayanan kesehatan. Demikian pula beberapa klien enggan mencari
pelayanan yang kompleks dan besar dan mereka lebih suka untuk
mengunjungi Puskesmas yang tidak membutuhkan prosedur yang rumit.
6) Dukungan Sosial
Dukungan sosial disini meliputi beberapa institusi atau perkumpulan yang
bersifat peningkatan kesehatan. (Effendy, 1998)
4. Tahap-tahap Perilaku Sakit
a. Tahap I (Mengalami Gejala)
Pada tahap ini pasien menyadari bahwa ada sesuatu yang salah. Mereka
mengenali sensasi atau keterbatasan fungsi fisik tetapi belum menduga
adanya diagnosa tertentu. Persepsi individu terhadap suatu gejala meliputi:
1) Kesadaran terhadap perubahan fisik (nyeri, benjolan, dll)
2) Evaluasi terhadap perubahan yang terjadi dan memutuskan apakah hal
tersebut merupakan suatu gejala penyakit
3) Respon emosional
Jika gejala itu dianggap merupakan suatu gejala penyakit dan dapat
mengancam kehidupannya maka ia akan segera mencari pertolongan
b. Tahap II (Asumsi Tentang Peran Sakit)
Terjadi jika gejala menetap atau semakin berat. Orang yang sakit akan
melakukan konfirmasi kepada keluarga, orang terdekat atau kelompok
sosialnya bahwa ia benar-benar sakit sehingga harus diistirahatkan dari
kewajiban normalnya dan dari harapan terhadap perannya.
Menimbulkan perubahan emosional seperti: menarik diri/depresi, dan juga
perubahan fisik. Perubahan emosional yang terjadi bisa kompleks atau
sederhana tergantung beratnya penyakit, tingkat ketidakmampuan, dan
perkiraan lama sakit.
Seseorang awalnya menyangkal pentingnya intervensi dari pelayanan
kesehatan, sehingga ia menunda kontak dengan sistem pelayanan kesehatan
akan tetapi jika gejala itu menetap dan semakin memberat maka ia akan

9
segera melakukan kontak dengan sistem pelayanan kesehatan dan berubah
menjadi seorang klien.
c. Tahap III (Kontak dengan Pelayanan Kesehatan)
Pada tahap ini klien mencari kepastian penyakit dan pengobatan dari
seorang ahli, mencari penjelasan mengenai gejala yang dirasakan, penyebab
penyakit, dan implikasi penyakit terhadap kesehatan dimasa yang akan
datang. Profesi kesehatan mungkin akan menentukan bahwa mereka tidak
menderita suatu penyakit atau justru menyatakan jika mereka menderita
penyakit yang bisa mengancam kehidupannya. Klien bisa menerima atau
menyangkal diagnosa tersebut.
Bila klien menerima diagnosa mereka akan mematuhi rencana
pengobatan yang telah ditentukan, akan tetapi jika menyangkal mereka
mungkin akan mencari sistem pelayanan kesehatan lain, atau berkonsultasi
dengan beberapa pemberi pelayanan kesehatan lain sampai mereka
menemukan orang yang membuat diagnosa sesuai dengan keinginannya atau
sampai mereka menerima diagnosa awal yang telah ditetapkan.
Klien yang merasa sakit, tapi dinyatakan sehat oleh profesi kesehatan,
mungkin ia akan mengunjungi profesi kesehatan lain sampai ia memperoleh
diagnosa yang diinginkan. Klien yang sejak awal didiagnosa penyakit tertentu,
terutama yang mengancam kelangsungan hidup, ia akan mencari profesi
kesehatan lain untuk meyakinkan bahwa kesehatan atau kehidupan mereka
tidak terancam. Misalnya: klien yang didiagnosa mengidap kanker, maka ia
akan mengunjungi beberapa dokter sebagai usaha klien menghindari
diagnosa yang sebenarnya.
d. Tahap IV (Peran Klien Dependen)
Pada tahap ini klien menerima keadaan sakitnya, sehingga klien
bergantung pada pemberi pelayanan kesehatan untuk menghilangkan gejala
yang ada. Klien menerima perawatan, simpati, atau perlindungan dari
berbagai tuntutan dan stress hidupnya.
Secara sosial klien diperbolehkan untuk bebas dari kewajiban dan tugas
normalnya, semakin parah sakitnya, semakin bebas.

10
Pada tahap ini klien juga harus menyesuaikan dengan perubahan jadwal
sehari-hari. Perubahan ini jelas akan mempengaruhi peran klien di tempat ia
bekerja, rumah maupun masyarakat.
e. Tahap V (Pemulihan dan Rehabilitasi)
Merupakan tahap akhir dari perilaku sakit, dan dapat terjadi secara tiba-
tiba, misalnya penurunan demam. Penyembuhan yang tidak cepat,
menyebabkan seorang klien butuh perawatan lebih lama sebelum kembali ke
fungsi optimal, misalnya pada penyakit kronis.
Tidak semua klien melewati tahapan yang ada, dan tidak setiap klien
melewatinya dengan kecepatan atau dengan sikap yang sama. Pemahaman
terhadap tahapan perilaku sakit akan membantu perawat dalam
mengidentifikasi perubahan – perubahan perilaku sakit klien dan bersama-
sama klien membuat rencana perawatan yang efektif. (Ekasari & Dkk, 2008)

2.8 Dampak Sakit Bagi Individu dan Keluarga


Menurut (Friedman, 1998) Kondisi sakit tidak dapat dipisahkan dari peristiwa
kehidupan. Individu dan keluarga harus menghadapi berbagai perubahan yang terjadi
akibat kondisi sakit dan pengobatan yang dilaksanakan. Setiap individu akan
berespons secara unik dalam kondisi sakit yang dialaminya, oleh karena itu intervensi
keperawatan yang diberikan harus bersifat individual. Individu dan keluarga umumnya
akan mengalami perubahan perilaku dan emosional, seperti perubahan peran,
gambaran diri, konsep diri, dan dinamika dalam keluarga.
Saat mengalami penyakit, peran individu dapat mengalami perubahan. Perubahan
tersebut mungkin tidak terlihat dan berlangsung singkat atau terlihat secara drastis dan
berlangsung lama. Individu / keluarga lebih mudah beradaptasi dengan perubahan
yang berlangsung singkat dan tidak terlihat. (Friedman, 1998)

2.9 Faktor Agen, Host, Environment, Reservoir


1. Faktor penjamu (host)
Pada faktor ini yaitu semua yang melekat pada diri manusia yang dapat
memepengaruhi timbunya penyakit serta perjalanan suatu penyakit. Faktor
tersebut terdiri dari:

11
a. Umur dapat mempengaruhi status kesehatan karena terdapat kecenderungan
penyakit menyerang tubuh manusia pada kelompok umur-umur tertentu,
contohnya seperti penyakit campak dan difteri yang umumnya menyerang
anak-anak, sedangkan penyakit stroke, hipertensi, diabetes yang umunya
menyerang lansia
b. Jenis kelamin dapat mempengaruhi status kesehatan, hal ini karena ada
beberapa penyakit yang hanya diterima pada wanita dan tidak dialami oleh
pria ataupun sebaliknya
c. Genetika/keturunan faktor ini dapat mempengaruhi status kesehatan.
Misalnya buta warna, hemophilia, sickle cell disease yang hanya diturunkan
karena faktor genetik
d. Ras/etnik/warna kulit terdapat perbedaan antara ras kulit putih dan kulit hitam
misalnya ras kulit putih lebih berisiko terkena penyakit kanker kulit
dibandingkan ras kulit hitam. Sehingga ras/etnik/warna kulit dapat
mempengaruhi status kesehatan seseorang
e. Pekerjaan seseorang dengan pekerjaan tertentu dapat mempengaruhi
timbulnya penyakit tertentu.
f. Status pernikahan sering disebutkan bahwa para perjaka lebih sering
mengalami kecelakaan yang cukup tinggi dibandingkan para lelaki yang telah
berkeluarga
g. Keadaan fisiologis tubuh keadaan fisiologi tubuh mempengaruhi status
kesehatan. Misalnya kelelahan, kehamilan, stress, keadaan gizi, dll.
h. Keadaan imunologis keadaan imunologis merupakan keadaan pertahanan
tubuh atau kekebalan tubuh, dimana kekebalan tubuh didapat secara aktif
maupun pasif, seperti kekebalan tubuh yang didapat akibat infeksi
sebelumnya yang telah diderita, memperoleh antibodi karena pemberian
vaksinasi
i. Perilaku/gaya hidup seseorang yang terbiasa hidup kurang bersih, lebih
mudah terkena penyakit infeksi daripada seseorang yang terbiasa hidup
bersih(Irwan, 2017)

12
2. Faktor penyebab (agent)
Agent adalah semua unsur organisme hidup yang dapat menyebabkan timbulnya
penyakit atau masalah kesehatan lainnya. Faktor agent yaitu :
a. Golongan biologic: umumnya pada golongan ini yang banyak menimbulkan
penyakit adalah mikroorganisme seperti bakteri, jamur, virus, protozoa dll
b. Golongan kimia: Beragam zat kimia yang dapat menyebabkan timbulnya
penyakit pada seseorang baik yang bersumber dari luar tubuh maupun dari
dalam tubuh manusia
c. Golongan fisik faktor fisik yang dapat mempengaruhi timbulnua penyakit
dalam bentuk fisik atau benda yang dilihat oleh mata. Seperti suhu yang
terlalu tinggi atau rendah, suara yang terlalu bising, kelembaban, kebisingan
dll
d. Golongan gizi/nutrient gizi ialah zat yang diperlukan tubuh untuk
melangsungkan fungsi kehidupan manusia. Apabila seseorang kekurangan
atau kelebihan zat gizi maka akan berdampak pada timbulnya masalah
kesehatan
e. Golongan mekanik golongan ini lebih banyak dikategorikan ke dalam
golongan fisik tetapi pada golongan ini lebih banyak disebabkan oleh kelalaian
manusia, seperti pukulan, dalam pekerjaan, dan sebagainya (Irwan, 2017)
3. Faktor lingkungan (environment)
Faktor lingkungan (environment) adalah segala sesuatu yang berada disekitar
manusia serta beragam pengaruh luar yang mempengaruhi kehidupan dan
perkembangan manusia. Adapun faktor lingkungan adalah sebagai berikut:
a. Lingkungan fisik dapat meliputi air, tanah, keadaan geografis, keadaan geologi
b. Lingkungan biologis misalnya human reservoir, animal reservoir, dan
antrhopode reservoir
c. Lingkungan sosio-eknomi misalnya arus penduduk, kepadatan penduduk di
suatu negara atau daerah, status perekonomian, nilai-nilai social yang
terdapat disuatu wilayah, keadaan sosial masyarakat, urbanisasi, stratifikasi
sosial (Irwan, 2017)

13
4. Faktor resorvoir
Reservoir merupakan habitat normal terhadap tempat suatu agen infeksi hidup,
berkembang biak dan tumbuh di dalamnya. Reservoir untuk agen infeksi banyak
terdapat pada manusia, binatang dan lingkungan. Beberapa reservoir, dapat
bertindak sebagai sumber infeksi terhadap, penjamu yang rentan. Virus
membutuhkan suatu reservoir hidup (manusia, binatang, hewan). Tipe – tipe
reservoir
a. Manusia
Carrier, adalah orang yang terkena infeksi tetapi belum meiliki tanda tau gejala
yang jelas, dan dapat menularkan infeksi yang diderita kepada orang lain.
Carrier memiliki 3 tipe yaitu:
1) Para carrier yang terjangkit infeksinya tidak terlihat selama infeksi itu
berkembang
2) Para carrier yang berada pada tahap inkubatori
3) Para carrier yang berada dalam tahap pemulihan
4) Hewan
Penyakit yang secara alamiah dijumpai di hewan vertabrata, juga
menularkan ke manusia. Reservoir utama adalah binatang. Tipe reservoir
hewan yaitu :
a) Orang yang makan daging binatang yang menderita penyakit
b) Melalui gigitan binatang sebagai vektornya
c) Binatang penderita penyakit langsun menggigit manusia (Notoatmodjo,
2007)
5) Lingkungan
Peran lingkungan sebagai reservoir dapat dijelaskan dengan adanya
manusia, hewan dan benda sebagai tempat berkembang biaknya bibit
penyakit. Contoh : air kotor, sampah dan sebagainya.
Sifat suatu reservoir adalah hal yang paling penting dalam menentukan
metode pengendalian yang tepat. Apabila hewan perairan yang menjadi
reservoir maka dapat dikendalikan dengan imunisasi.Penjamu yang rentan
merupakan mata rantai terakhir pada rantai infeksi, beberapa faktor dapat
mempengaruhi tahan alami dalam beberapa sistem pernapasan, prosedur

14
bedah dan kateter intravaskular,yang mengganggu perlindungan kulit.
Tindakan yang dilakukan pada penjamu berfokus pada penurunan
kerentanan penjamu dan meliputi kemoprofilaksis (pencegahan dengan
obat-obatan) serta imunisasi. Contoh dalam tatanan pelayanan kesehatan
termasuk kebijakan yang menghendaki kondisi pegawai yang kebal
terhadap penyakit campak, gondong, rubella dan hepatitis B (hal ini dapat
berlaku dalam beberapa wilayah) (Bustan, M.N,2007).

2.10 Daur Penyakit


Patogenesis merupakan bagian dari Daur Penyakit (siklus penyakit). Daur
penyakit merupakan seluruh proses perkembangan penyakit termasuk efeknya
terhadap tumbuhan dan tahap perkembangan potagen. Secara umum daur ulang
terdiri atas beberapa tahapan, yaitu inokulasi, penetrasi, infeksi, kolonisasi,
pembentukan struktur reproduksi, penyebaran patogen,dan jintas (survival)
patogen. Dibawah ini masing-masing tahapan itu dijelaskan meskipun proses itu
sebenarnya berlangsung secara terus-menerus dan sukar untuk memisahkan satu
tahapan dengan tahapan selanjutnya. Pertama dijelaskan siklus penyakit dengan
mengambil penyakit akibat jamur sebagai model kemudian ditekan kekhususan
pada daur penyakit yang disebabkan oleh masing-masing bakteri, virus, dan
nematoda. Fenomena patologis menurut (Herdman, 2012), yang utama pada
penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang
mengakibatkan terjadinya perembesan atau kebocoran plasma, peningkatan
permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma yang
secara otomatis jumlah trombosit berkurang, terjadinya hipotensi (tekanan darah
rendah) yang dikarenakan kekurangan haemoglobin, terjadinya hemokonsentrasi
(peningkatan hematocrit > 20%) dan renjatan (syok).
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita
adalah penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal di
seluruh tubuh, ruam atau bitnik-bintik merah pada kulit (petekie), sakit
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran limpa
(splenomegali). Hemokonsentrasi menunjukkan atau menggambarkan adanya
kebocoran atau perembesan plasma ke ruang ekstra seluler sehingga nilai

15
hematocrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh
karena itu, pada penderita DHF sangat dianjurkan untuk memantau hematocrit
darah berkala untuk mengetahuinya. Setelah pemberian cairan intravena
peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi
sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya
untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak
mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan
yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan
dan apabila tidak segera ditangani dengan baik maka akan mengakibatkan
kematian. Sebelumnya terjadinya kematian biasanya dilakukan pemberian
transfusi guna menambah semua komponenkomponen di dalam darah yang telah
hilang.

2.11 Riwayat Alamiah Penyakit


Istilah/term lain yang sering dipakai antara lain: Natural History of
Disease, Natural Course of Disease, atau Natural History of Illness. Istilah natural
history of disease adalah yang paling banyak digunakan. Menurut Rothmann
(2008) studi riwayat alamiah penyakit bertujuan mengukur kondisi kesehatan
(health outcome) yang akan diperoleh pada orang sakit jika tidak mendapatkan
pengobatan yang signifikan bagi kesehatannya. Sedangkan Van de Broeck (2013)
menyatakan studi pemaparan riwayat alamiah penyakit merupakan salah satu
tujuan dari studi epidemiologi deskriptif Dalam studi epidemiologi suatu penyakit,
memahami riwayat alamiah penyakit merupakan hal sangat penting. Contohnya
dalam mempelajari edpidemiologi HIV/Aids akan dapa dipahami jika telah
mempelajari tahaptahap penyakitnya. Riwayat alamiah penyakit adalah perjalanan
perkembangan penyakit pada seseorang sepanjang waktu, bila tidak dilakukan
pengobatan. (CDC, 2012 dan Gerstman, 2003). Sedangkan menurut Last (2001),
riwayat alamiah penyakit adalah perjalanan penyakit sejak timbul (onset atau
inception) hingga selesai (resolution).

16
2.12 Manfaat Mengetahui Riwayat Alami Penyakit
Mengetahui riwayat alamiah penyakit sangat penting dalam proses
diagnosis penyakit. Selain untuk memperkirakan kondisi kesehatan pasien, data
riwayat penyakit juga memberikan referensi penting untuk pengobatan yang lebih
efektif. Riwayat penyakit merupakan bagian penting dari studi epidemiologi. Kajian
ini dalam kalangan medis populer juga dengan sebutan natural history of disease.

17
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Masalah kesehatan merupakan masalah kompleks yang merupakan resultant dari
berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun masalah buatan manusia,
sosial budaya, perilaku, populasi penduduk, genetika, dan sebagainya. Pengertian
sakit menurut Sarwono (dalam Yunindyawati, 2004) mendefenisikan bahwa sakit
merupakan suatu keadaan yang kurang menyenangkan yang dirasakan seseorang
serta menghambat aktifitas, baik secara jasmani dan rohani sehingga seseorang
tersebut tidak bisa menjalankan fungsi dan perannya secara normal dalam
masyarakat.
Kondisi sakit tidak dapat dipisahkan dari peristiwa kehidupan. Individu dan
keluarga harus menghadapi berbagai perubahan yang terjadi akibat kondisi sakit dan
pengobatan yang dilaksanakan. Setiap individu akan berespons secara unik dalam
kondisi sakit yang dialaminya, oleh karena itu intervensi keperawatan yang diberikan
harus bersifat individual.

4.2 Saran
Kami menyadari bahwa penulisan makalah ini banyak kekurangan, maka dari itu
kami membutuhkan berbagai masukan-masukan ataupun saran yang bersifat
membangun untuk memperbaiki pembuatan makalah selanjutnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

Asmadi. (2008). Konsep Dasar Keperawatan. EGC.


Effendy, N. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat . EGC.
Ekasari, M. F., & Dkk. (2008). Keperawatan Komunitas Upaya Memandirikan Masyarakat
untuk Hidup Sehat. Trans Info Media.
Fred, L. (2006). Perilaku Organisasi (10th ed.). PT Andi.
Friedman, M. . (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek (Family Nursing Theory
and Practice). EGC.
H.L Blum. (1974). Faktor yang Mempengaruhi Status Derajat Kesehatan Masyarakat atau
Perorangan.
Herdman, T. H. (2012). Diagnose Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2012-2014 . EGC.
Irwan. (2017). Epidemiologi Penyakit Menular. CV. Absolute Media.
Notoatmodjo, S. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta.
Pender. (1982). Konsep Sehat Sakit.
World Health Organization. (1947). Definisi Sehat:WHO.
Yunindyawati. (2004). Modul Mata Kuliah Sosiologi Kesehatan . FISIP UNISRI.

19

Anda mungkin juga menyukai