Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

EKOLOGI HEWAN

MAKANAN DAN MEKANISME PERTAHANAN DIRI

DOSEN PENGAMPU:
HENDRA LARDIMAN, M.Pd

DISUSUN OLEH:
RIZKIA OFDHALENI
NIM: 1910204028

MAHASISWA JURUSAN TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLA M NEGERI (IAIN) KERINCI
T.A. 2020/2021

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perilaku adalah tindakan atau aksi yang mengubah hubungan antara
organisme dan lingkungannya. Perilaku dapat terjadi akibat stimulus dari luar.
Reseptor diperlukan unutk mendekati stimulus, saraf diperlukan untuk
mengkoordinasikan respon dan efektor untuk melaksanakan aksi. Prilaku dapat juga
terjadi karena adanya stimulus dari dalam, misalnya rasa lapar, memberikan motivasi
akan aksi yang akan diambil bila makanan benar-benar terlihat atau tercium. Umunya
perilaku suatu organisme merupakan gabungan stimulus dari dalam dan luar.
Setiap makhluk hidup akan melakukan interaksi dengan lingkungannya sejak
pertama kali mereka dilahirkan. Untuk tetap eksis setiap makhluk hidup harus mampu
melakukan adaptasi, baik pada tingkatan populasi maupun komunitas pada
suatu biosfer.
Setiap hewan mempunyai kemampuan berbeda-beda dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Penyesuaian diri ini berguna untuk memperoleh makanan.
Selain itu juga untuk mempertahankan diri dari musuhnya. Setiap jenis hewan selalu
berusaha melindungi diri dari serangan musuhnya. Hampir semua jenis hewan
memiliki bagian tubuh untuk melindungi diri. Selain itu, ada sebagian hewan
melindungi diri dengan tingkah laku.
Untuk memenuhi makalah kelompok pada mata kuliah Etologi Hewan serta
untuk mengetahui beberapa pola-pola perilaku pertahanan hewan , maka disusunlah
makalah ini.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui pola-pola perilaku dari pertahanan hewan, rantai dan
jarring-jaring makanan pada hewan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Rantai dan Jaring-jaring Makanan Pada Hewan


Rantai Makanan
Rantai makanan adalah peristiwa makan dan dimakan antara makhluk hidup
dengan urutan tertentu. Dalam rantai makanan ada makhluk hidup yang berperan
sebagai produsen,  konsumen, dan dekomposer. Pada rantai makanan tersebut terjadi
proses makan dan dimakan dalam urutan tertentu.  Tiap tingkat dari rantai makanan
dalam suatu ekosistem disebut tingkat trofik. Pada tingkat trofik pertama adalah
organisme yang mampu menghasilkan zat makanan sendiri yaitu tumbuhan hijau atau
organisme autotrof dengan kata lain sering disebut produsen. Organisme yang
menduduki tingkat tropik kedua disebut konsumen  primer (konsumen I).
Konsumen I biasanya diduduki oleh hewan herbivora. Organisme yang
menduduki tingkat tropik ketiga disebut konsumen sekunder (Konsumen II), diduduki
oleh hewan pemakan daging (carnivora) dan seterusnya. Organisme yang menduduki
tingkat tropik tertinggi disebut konsumen puncak.
Para ilmuwan ekologi mengenal tiga macam rantai pokok, yaitu rantai
pemangsa, rantai parasit, dan rantai saprofit.
1.     Rantai Pemangsa
Rantai pemangsa landasan utamanya adalah tumbuhan hijau sebagai produsen. Rantai
pemangsa dimulai dari hewan yang bersifat herbivora sebagai konsumen I,
dilanjutkan dengan hewan karnivora yang memangsa herbivora sebagai konsumen
ke-2 dan berakhir pada hewan pemangsa karnivora maupun herbivora sebagai
konsumen ke-3.
2.     Rantai Parasit
Rantai parasit dimulai dari organisme besar hingga organisme yang hidup sebagai
parasit. Contoh organisme parasit antara lain cacing, bakteri, dan benalu.
3.     Rantai Saprofit
Rantai saprofit dimulai dari organisme mati ke jasad pengurai. Misalnya jamur dan
bakteri. Rantai-rantai di atas tidak berdiri sendiri tapi saling berkaitan satu dengan
lainnya sehingga membentuk jaring-jaring makanan.
Contoh rantai makanan
Keterangan :
1.     Tumbuhan menggunakan sinar matahari untuk menghasilkan makanan dalam
bentuk gula, dan disimpan dalam dalam biji, batang, buah, dan bagian lainnya.

3
2.     Tikus sebagai konsumen tingkat I {hewan herbivora/pemakan tumbuhan}
memakan tumbuhan. Kemudian tubuh tikus mengubah sejumlah makanan menjadi
energi untuk lari, makan, dan bereproduksi.
3.     Ular  sebagai konsumen tingkat II {hewan karnivora/pemakan daging} memakan
tikus. Tikus merupakan sumber energi untuk ular agar tetap hidup.
4.     Burung Elang sebagai konsumen III/konsumen puncak (karnivora) memakan ular.
Tubuh elang menggunakan energi yang tersedia dari ular untuk melangsungkan
proses kehidupan.
5.     Jika elang mati, maka akan diuraikan oleh bakteri, cacing, dan lainnya yang
berperan sebagai dekomposer untuk diubah menjadi zat hara yang akan dimanfaatkan
oleh tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang.
Jaring-jaring Makanan
Kumpulan dari rantai makanan akan menjadi sebuah jaring, yang sering disebut
dengan jaring-jaring makanan. Pada ekosistem, setiap organisme mempunyai suatu
peranan, ada yang berperan sebagai produsen, konsumen ataupun dekomposer.
Produsen adalah penghasil makanan untuk makhluk hidup sedangkan konsumen
adalah pemakan produsen. Produsen terdiri dari organisme-organisme berklorofil
(autotrof) yang mampu memproduksi zat-zat organik dari zat-zat anorganik (melalui
fotosintesis). Zat-zat organik ini kemudian dimanfaatkan oleh organisme-organisme
heterotrof (manusia dan hewan) yang berperan sebagai konsumen.
Contoh jaring-jaring makanan
Pada jaring-jaring makanan tersebut terdapat beberapa rantai makanan di
antaranya adalah sebagai berikut.
1)     Padi → tikus → elang → pengurai
2)     Padi → tikus → musang → elang → pengurai
3)     Padi → burung → musang → elang → pengurai
4)     Padi → burung → elang → pengurai
Pada gambar terlihat bahwa semua aktivitas makan memakan diakhiri oleh
pengurai. Hal ini menunjukkan peran bakteri pengurai dalam ekosistem sangatlah
penting yang berfungsi menguraikan dan menghancurkan zat penyusun tubuh
menjadi hara yang selanjutnya zat hara ini kembali ke tanah. Dengan demikian
pengurai merupakan penghubung antara konsumen dan produsen. Dengan adanya
pengurai, akan menjamin ketersediaan zat hara sehingga kebutuhan tumbuhan akan
zat hara tetap terpenuhi.
Contoh jaring-jaring makanan :
Keterangan :

4
1.     Pada tingkat trofik pertama adalah organisme yang mampu menghasilkan zat
makanan sendiri yaitu tumbuhan hijau atau organisme autotrof yang sering disebut
produsen. Terlihat pada gambar bahwa yang bertindak sebagai produsen adalah
bunga dan sawi. 
2.     Organisme yang menduduki tingkat tropik kedua disebut konsumen  primer
(konsumen I). Konsumen I biasanya diduduki oleh hewan herbivora. Terlihat pada
gambar bahwa yang berperan sebagai konsumen I (Herbivora) adalah ulat, belalang,
dan tikus.
3.     Organisme yang menduduki tingkat tropik ketiga disebut konsumen sekunder
(Konsumen II), diduduki oleh hewan pemakan daging (karnivora). Terlihat pada
gambar bahwa yang bertindak sebagai konsumen II (karnivora) adalah burung pipit
dan katak. 
4.     Organisme yang menduduki tingkat tropik tertinggi disebut konsumen puncak.
Terlihat pada gambar bahwa burung elang bertindak sebagai konsumen III/konsumen
puncak (karnivora).

2.2 Definisi mekanisme pertahanan diri pada hewan


Semua jenis hewan sebenarnya memiliki peluang untuk dimangsa. Bahkan
serigala dan singa sering menjadi mangsa ketika mereka masih sangat muda.
Beberapa hewan seperti pada kebanyakan ulat dan kadal meleburkan warna dirinya
dengan latar belakang di mana mereka berada sehingga seringkali sulit untuk dilihat.
Perilaku ini sering disebut dengan perilaku cryptic. Beberapa jenis hewan lain
memiliki kemampuan perilaku untuk melepaskan diri dari pemangsaan, seperti berlari
sangat cepat pada antelope dan berenang dengan cepat pada ikan. Perilaku lain,
melakukan serangan balik dengan perilaku menggunakan tanduk atau dengan gigitan.
Beberapa hewan melakukan perilaku dengan menakut - nakuti, sehingga predator
berpikir bahwa dengan memakannya akan berisiko terkena gigitan atau yang lainnya.
Racoon misalnya, akan memperlihatkan gigi - giginya yang tajam ketika didekati
predator. Serta ada beberapa jenis hewan yang melakukan kamuflase (penyamaran)
untuk melindungi diri dari predator. Seperti Burung Ptarmigan pada musim dingin
berbulu putih, dan pada musim panas bulunya berbintik membuat tidak menarik
perhatian.
Perilaku mempertahankan diri pada hewan yaitu pola Perilaku yang di
lakukan oleh hewan guna keberlangsungan hidupnya. Baik itu berkisar pada
melarikan diri dari pemangsa potensialnya maupun bertahan dari kondisi
lingkungannya. Berdasarkan pengertiannya, Pola perilaku pertahanan diri pada
hewan terbagi atas 2 yaitu:

5
1. Pola perilaku mempertahankan diri yaitu pola perilaku yang berkisar mulai
pada melarikan diri dari pemangsa potensial sampai dengan menggunakan senjata
bertahan dan penggunaan kamuflase dan mimikri (meniru).
2. Pola perilaku Bertahan hidup dalam lingkungan fisik yaitu Kebanyakan hewan
hanya dapat bertahan hidup dalam kisaran suhu, salinitas, kelembaban tertentu,
dan sebagainya. Kisaran ini relatif luas bagi hewan, seperti mamalia dan burung,
yang banyak mempunyai mekanisme yang efisien untuk mempertahankan kendali
homeostatis terhadap lingkungannya.

2.3 Jenis-jenis pola perilaku Pertahanan pada hewan


Setiap hewan mempunyai kemampuan berbeda-beda dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungannya. Penyesuaian diri ini berguna untuk memperoleh makanan.
Selain itu juga untuk mempertahankan diri dari musuhnya. Setiap jenis hewan selalu
berusaha melindungi diri dari serangan musuhnya. Hampir semua jenis hewan
memiliki bagian tubuh untuk melindungi diri. Selain itu, ada sebagian hewan
melindungi diri dengan tingkah laku. Berikut jenis-jenis pola perilaku bertahan pada
hewan yaitu sebagai berikut :
1. Pola perilaku mempertahankan diri
A. Mimikri
Mimikri adalah cara mempertahankan diri terhadap musuh dengan cara
menyerupai sesuatu, secara khas menyerupai tipe lain organiseme lainseperti
misalnya bunglon yang dapat berubah-ubah sesuai warna benda di sekitarnya agar
dapat mengelabuhi binatang predator / pemangsa sehingga sulit mendeteksi
keberadaan bunglon untuk dimangsa. Jika bunglon dekat dengan dedaunan hijau
maka dia akan berubah warna kulit menjadi hijau, jika dekat batang pohon warna
coklat, dia juga ikut ganti warna menjadi coklat, dan lain sebagainya.
B. Kamuflase

Proses adaptasi yang menyamakan atau menyeragamkan warna kulit dengan


lingkungan sekitarnya untuk melindungi diri dari predator atau untuk mencari

6
makan. Ada beberapa jenis kamuflase seperti menyesuaikan diri dengan perubahan
dalam lingkungan, ada juga yang tidak menyembunyikan sama sekali, tapi menakuti
hewan lain dengan menyamarkan diri sebagai sesuatu yang berbahaya atau tidak
menarik.
Lingkungan menjadi faktor paling penting dalam proses kamuflase. Teknik
kamuflase sederhana adalah dengan mencocokkan dirinya dengan lingkungan
sekitarnya. Dalam hal ini, berbagai elemen dari habitat alami dapat disebut sebagai
model untuk kamuflase.Karena tujuan akhir dari kamuflase adalah untuk
bersembunyi dari hewan lain, fisiologi dan perilaku predator hewan atau mangsa
sangat signifikan. Binatang tidak akan mengembangkan setiap kamuflase yang tidak
membantu bertahan hidup, jadi tidak semua hewan berbaur dengan lingkungan
dengan cara yang sama. Misalnya, tidak ada gunanya binatang mereplikasi warna
sekitarnya jika predator utamanya buta warna.
C Autotomi

Autotomi adalah teknik bertahan hidup dengan cara mengorbankan salah satu
bagian tubuh. Contoh autotomi yaitu pada cicak / cecak yang biasa hidup di dinding
rumah, pohon, dll. Cicak jika merasa terancam ia akan tega memutuskan ekornya
sendiri untuk kabur dari sergapan musuh. Ekor yang putus akan melakukan gerakan-
gerakan yang cukup menarik perhatian sehingga perhatian pemangsa akan fokus ke
ekor yang putus, sehingga cicak pun bisa kabur dengan lebih leluasa.
D. Mengeluarkan bau atau cairan tubuh

Pola perilaku pertahanan diri ini, biasannya di lakukan oleh hewan-hewan


tertentu untuk menghindari pemangsannya atau merasa jiwanya terancam. Hewan
yang mengeluarkan bau atau cairan tubuhnya saat merasa dirinya terancam contohnya
adalah sigung, Mamalia hitam dengan garis putih Ini telah mendapatkan gelar hewan
terbau di dunia, ia akan mengeluarkan bom bau ketika merasa terancam. Bahkan
kemudian, mereka akan memberikan sinyal beberapa peringatan, seperti mendesis,
menghentakkan kaki mereka, atau mengangkat ekor mereka di udara sebelum
mengeluarkan bau mereka. Semprotan berbahaya Sigung ‘dapat menyebar sejauh 10

7
kaki (3 meter), tetapi mereka hanya dapat menggunakan 5 sampai 6 kali semprotan
sebelum mereka mengisi pasokan bom bau, yang dapat berlangsung hingga 10 hari.
Semprotan ini tidak mematikan, namun bau sigung cukup untuk membuat predator
apapun mengevakuasi daerah tersebut, dan bau tetap terasa selama berhari-hari, yang
dapat membuat korban merasa sangat tidak nyaman. 
2. Pola perilaku bertahan hidup dalam lingkungan fisik kebanyakan
A. Hibernasi

Hibernasi adalah teknik bertahan hidup pada lingkungan yang keras dengan
cara tidur menonaktifkan dirinya (dorman). Hibernasi bisa berlangsung lama secara
berbulan-bulan seperti beruang pada musim dingin. Hibernasi biasanya membutuhkan
energi yang sedikit, karena selama masa itu biantang yang berhibernasi akan
memiliki suhu tubuh yang rendah, detak jantung yang lambat, pernapasan yang
lambat, dan lain-lain. Binatang tersebut akan kembali aktif atau bangun setelah masa
sulit terlewati. Contoh hewan yang berhibernasi yaitu seperti ular, ikan, beruang,
kura-kura, bengkarung, dan lain-lain.
2.4 Contoh-contoh perilaku pertahanan pada hewan

1. Cicak dan Kadal

Jika ada pemangsa yang menyerang dan menangkap ekor cicak, makhluk
tersebut akan segera memutuskan ekornya. Bagian ekor yang putus akan bergerak-
gerak untuk beberapa menit. Hal ini akan mengalihkan perhatian pemangsanya. Pada
saat itu, cicak akan segera menjauhi pemangsanya. Ekor cicak akan tumbuh seperti
semula dalam beberapa bulan.
Cecak dan kadal memutuskan ekornya jika diserang oleh musuh. Tindakan
hewan memutus bagian tubuhnya disebut autotomi. Hal ini dilakukan untuk
mengelabui musuhnya. Bagian ekor yang putus dapat bergerak-gerak sehingga

8
mengalihkan perhatian musuhnya. Saat itulah kadal atau cecak melarikan diri. Ekor
yang telah putus pada hewan itu dapat tumbuh kembali.
2. Bunglon

Bunglon meliputi beberapa marga, seperti Bronchocela, Calotes, Gonocephalus,


Pseudocalotes dan lain-lain. Bunglon bisa mengubah-ubah warna kulitnya, biasanya
berubah dari warna-warna cerah (hijau, kuning, atau abu-abu terang) menjadi warna
yang lebih gelap, kecoklatan atau kehitaman.
Bunglon dapat mengubah warna kulit sesuai dengan lingkungannya. Misalnya
di daun yang berwarna hijau, bunglon berwarna hijau. Ketika berada di batang pohon
berwarna cokelat, bunglon akan berubah menjadi cokelat. Tindakan hewan mengubah
warna kulitnya saat melindungi diri dinamakan mimikri.
3. Lebah dan Kelabang

Hewan-hewan ini menggunakan sengatnya untuk melindungi diri. Sengat


tersebut dapat mengeluarkan zat beracun yang dapat melukai musuh atau
pemangsanya.
4. Cumi-Cumi, Sotong, dan Gurita

9
Cumi-cumi, sotong, dan gurita hidup di laut. Ketika diserang musuh, hewan-
hewan ini mengeluarkan cairan hitam seperti tinta. Akibatnya air menjadi keruh. Saat
itulah hewan-hewan ini segera melarikan diri.
5. Landak

Landak mempunyai kulit berduri dan kaku. Saat menghadapi bahaya, landak
mengembangkan durinya. Selain itu, landak juga berusaha membelakangi musuh.
Dengan demikian, apabila musuhnya menyerang, tubuh musuh akan tertusuk duri.
Walaupun duri landak ini tidak beracun, tetapi dapat membuat lawannya terluka.
6. Trenggiling dan Luing

Trenggiling dan luing akan menggulung tubuhnya jika mendapat gangguan dari
luar. Trenggiling mempunyai kulit berupa sisik yang keras. Saat menggulung, bagian
perutnya yang lunak akan terlindungi suatu perisai yang sangat keras.
7. Belalang 

10
Belalang daun biasanya hinggap di dedaunan untuk mencari makanan. Tubuh
belalang daun berwarna hijau mirip warna daun sehingga tersamarkan. Hal ini
menyulitkan musuhnya untuk mengetahui keberadaan belalang tersebut.
8. Walang Sangit

Walang sangit adalah serangga yang menjadi hama penting pada tanaman
budidaya, terutama padi. Nama hewan ini menunjukkan bentuk pertahanan dirinya,
yaitu mengeluarkan aroma yang menyengat hidung (sehingga dinamakan "sangit").
Sebenarnya tidak hanya walang sangit yang mengeluarkan aroma ini, tetapi juga
banyak anggota Alydidae lainnya.
Walang sangit merupakan hewan dalam kelompok serangga. Walang sangit
hinggap di dedaunan untuk mencari makanan. Walang sangit dapat mengeluarkan bau
yang sangat menyengat. Bau ini untuk mengusir musuhnya.
9. Ant (Semut Malaysia)

Kebanyakan orang yang akrab dengan semut api dan sengatan menyakitkan,
tetapi serangga-serangga merah itu mungkin tampak jinak jika Anda membandingkan
dengan sepupunya, semut Malaysia. Juga dikenal sebagai semut meledak, serangga

11
kecil ini benar-benar mengambil pekerjaan sebagai seorang prajurit yang ekstrim.
Semut Malaysia adalah sama kecilnya dengan semut biasa, tapi dibangun untuk
melayani dan melindungi seluruh koloninya. Dianggap sebagai semut prajurit, di
dalam tubuhnya terisi dengan kantong beracun dari kepala hingga ke bawah
punggungnya. Ketika predator muncul, otot semut akan kontraksi untuk
mempersiapkan racun. Lalu akan menyemprot racun pada musuhnya. Musuh yang
terkena bisa mati karena racun, atau jika memiliki kemampuan cukup besar untuk
bertahan hidup, ia akan berpikir dua kali sebelum mendekati semut lain di daerah
tersebut.
10. Skunk (Sigung)

Mamalia hitam dengan garis putih Ini telah mendapatkan gelar hewan terbau di
dunia. Menurut Humane Society dari Amerika Serikat, makhluk yang telah
disalahartikan ini tidak selalu bau dan hanya mengeluarkan bom bau ketika terancam.
Bahkan kemudian, mereka akan memberikan sinyal beberapa peringatan, seperti
mendesis, menghentakkan kaki mereka, atau mengangkat ekor mereka di udara
sebelum mengeluarkan bau mereka. Semprotan berbahaya Sigung ‘dapat menyebar
sejauh 10 kaki (3 meter), tetapi mereka hanya dapat menggunakan 5 sampai 6 kali
semprotan sebelum mereka mengisi pasokan bom bau, yang dapat berlangsung
hingga 10 hari. Semprotan ini tidak mematikan, namun bau sigung cukup untuk
membuat predator apapun mengevakuasi daerah tersebut, dan bau tetap terasa selama
berhari-hari, yang dapat membuat korban merasa sangat tidak nyaman. 
11. Humpback Whale (Paus Bungkuk)

12
Ketika salah satu mamalia laut terbesar hendak mencari makan yang benar-
benar besar, hanya satu atau dua ikan yang tidak akan melakukannya. Ikan paus
bungkuk sering berkumpul dengan sesamanya, dan menggunakan metode yang lebih
cerdik untuk menangkap ikan prasmanan. Paus mulai dengan melingkari sekelompok
ikan, dan kemudian mereka membuang napas untuk menjebak ikan di semacam
jaring yang terbuat dari gelembung. Jaring ini cukup kuat dan mampu menangkap
ikan seperti jaring sungguhan. Setelah ikan terjebak, ikan paus bungkuk bergiliran
menyelam ke bagian bawah jaring, lalu berenang cepat-cepat dengan mulut
yangterbuka lebar, mengambil sejumlah besar ikan ke dalam mulut mereka. 
12. Bombardier Beetle (Kumbang Pengebom).

Karena kumbang tidak dapat terbang cepat seperti serangga lainnya, mereka
membutuhkan alat-alat lainnya untuk mempertahankan diri melawan musuh.
Kumbang Pengebom secara khusus dilengkapi dengan beberapa mekanisme
pertahanan yang serius, termasuk lapis baja yang melindungi tubuh dari unsur-unsur.
Tapi cairan panas mendidih yang disemprot dari perutnya yang paling efektif
terhadap predator. Di dalam perut kumbang ada 2 kamar yang dipenuhi bahan kimia
itu, ketika digabungkan, membuat asam yang memanaskan sampai 212 derajat
Fahrenheit (100 derajat Celsius) dan kemudian semprotan keluar secara eksplosif
melalui dinding perut, dan jika semprotan tidak cukup untuk menakut-nakuti binatang
apa pun, kumbang ini juga membuat suara seperti tembakan setelah merilis
semprotan asam pada predatornya. 
13. Whip Scorpion (Kalajengking Cambuk).

13
Kalajengking cambuk, nama untuk binatang yang memiliki ekor tipis yang
menyerupai cambuk kulit, hanya tumbuh sekitar 3 inci (18 cm). Kalajengking ini
tidak memiliki racun dan ekornya tidak menyengat. Tetapi kalajengking cambuk
memiliki sesuatu yang tidak dimiliki spesies kalajengking lainnya, yaitu asam. Jika
kalajengking cambuk merasa terancam, ia akan menyambuk ekor ke sekelilingnya
dan mengeluarkan aliran fluida tajam dari kelenjar analnya. Memang cairan itu tidak
beracun, tapi cukup untuk membuat predator untuk mundur atau setidaknya ragu-ragu
untuk menyerang dan memberikan kalajengking cambuk untuk kabur. 
14. Archer Fish (Ikan Pemanah).

Ikan pemanah adalah penembak jitu di dalam sungai, dan sebuah jet air adalah
senjatanya. Dengan bidikan yang tepat, ikan ini mampu mengambil serangga apapun
dalam beberapa meter tanpa menggunakan apa-apa selain air yang disemprotkan dari
mulutnya. Mulutnya miring ke atas, yang sangat berguna ketika melompat untuk
meraih serangga darat. Ikan ini biasanya berenang tepat di bawah permukaan air, dan
ketika tempat mangsa itu dalam jangkauan, ia akan menyesuaikan matanya seperti
bidikan, sehingga mendapatkan garis horizontal yang sejajar dengan mangsa.
Tembakan air yang kuat ini bisa mencapai 5 kaki (1,5 meter) jauhnya. Ikan pemanah
hampir selalu mengenai target dengan 1 tembakan, bahkan bisa langsung membunuh
belalang, laba-laba dan serangga lainnya. Jika sebuah serangga cukup dekat, ikan
akan melupakan tembakannya dan hanya melompat keluar dari air dan mengambil
serangga dengan mulutnya sebagai gantinya. 
15. Horned Lizard (Kadal Bertanduk).

14
Kadal bertanduk dilengkapi dengan taktik pertahanan begitu banyak, bisa
dianggap sebagai menteri pertahanan dari semua spesies hewan. Seperti bunglon,
warna kulitnya dapat menyesuaikan diri dengan banyak latar belakang alam,
termasuk gurun yang disebut “rumah”. Reptil ini bahkan dapat terlihat seperti batu,
berkat warna mereka dan punggung bertanduk. Ketika samaran tidak bekerja,
pertahanan berikutnya adalah membusungkan tubuhnya untuk membuat dirinya
terlihat lebih besar dan membuat predatornya kurang selera. Jika itu tidak
menghentikan musuhnya, maka kadal bertanduk melakukan “kudeta de gras” yaitu
menyemprotkan darah keluar dari matanya.
Untuk melakukan hal ini, kadal bertanduk membatasi aliran darah ke seluruh
tubuh, meningkatkan tekanan darah di kepala, dan memecahkan pembuluh darah di
kelopak matanya. Ini bertujuan menyemburan darah sampai dengan 5 kaki (1,5
meter) jauhnya. Darah itu tidak beracun, tapi itu tampaknya cukup membingungkan
predator dan memberikan selera yang sangat buruk.
16. Belut Listrik

Beberapa ratus spesies ikan memiliki organ penghasil listrik, namun hanya
sedikit yang dapat menghasilkan daya listrik yang kuat. Organ penghasil listrik yang
dimiliki oleh kebanyakan ikan tersusun dari sel saraf dan sel otot yang telah
mengalami perubahan penting.
Prinsip kerja piringan listrik ini mirip dengan cara kerja baterai. Ketika ikan
beristirahat, otot-otot yang tidak berhubungan belum aktif. Namun jika menerima
pesan dari saraf, akan segera bekerja secara serentak untuk mengeluarkan daya listrik.
17. Tupai (Opossum)

15
Tupai kecil yang lucu punya banyak trik untuk mekanisme pertahanan dirinya.
Dia dapat berpura-pura mati! Dia bisa mengeluarkan busa di mulutnya sehingga
predatornya akan mengaggapnya seperti keracunan, atau sakit. Hewan ini juga
mengeluarkan cairan anus berwarna hijau yang baunya mirip aroma kuskus yang
menyengat. Tupai berpura-pura mati yang sebenarnya seperti pingsan sesaat,
sehingga membuat predator yang memang ingin membunuhnya enggan
mendekatinya.

16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesimpulan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Perilaku mempertahankan diri pada hewan yaitu pola Perilaku yaitu perilaku
pertahanan hewan yang berkisar pada melarikan diri dari pemangsa potensialnya
agar tidak akan di mangsa.
2. Pola perilaku pertahanan diri pada hewan terbagi atas 2 yaitu, Pola perilaku
mempertahankan diri dan Pola perilaku Bertahan idup dalam lingkungan fisik
3. Jenis-jenis pola perilaku bertahan pada hewan yaitu Mimikri, Kamuflase,
Autotomi, Hibernasi dan Mengeluarkan cairan atau bau busuk dari dalam
tubuhnya

3.2 Saran
Ekologi hewan tepatnya pola-pola perilaku pertahanan hewan perlu di pelajari
lebih seksama  untuk lebih memahimanya. Namun semoga dengan adanya makalah
ini dapat membantu para pembaca atau pendengar untuk mengetahui tentang materi
pola perilaku pertahanan hewan.

17
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, Neil A. dkk.2004.Biologi Jilid III(edisi.5). Jakarta : Erlangga.


Sukarsono. 2009.Pengantar Ekologi Hewan. Malang : UMM Press.
Htt://muhammad03putra.blogspot.com/2014/11/makalah-ekologi-hewan-hewan-
dan.html?m=1 (diakses pada tanggal 22 maret 2020)

18

Anda mungkin juga menyukai