127
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VII UKSW
lemak tak jenuh omega 3 (Sugianto, 2011). Pembuatan Tepung Belut (Purwanto,
Belut mengandung asam lemak omega 3, 2012)
yang berkisar antara 4,48 persen sampai Setengah kilogram belut dibersihkan,
dengan 11,80 persen (Astawan, 2008). dengan membuang kepala, tulang, beserta isi
Namun dalam pembuatan tempe, belut perlu perutnya. Belut yang sudah dibersihkan
diolah terlebih dahulu menjadi tepung. dipotong-potong ± 3 cm. Belut yang sudah
Adanya penambahan tepung belut ini akan dipotong tersebut dioven pada suhu 50 oC
berpengaruh terhadap kandungan tempe yang selama ± 20 jam. Setelah itu, daging belut
dihasilkan terutama dalam hal peningkatan dihaluskan dengan menggunakan grinder.
protein dan asam lemak tak jenuh. Untuk itu,
perlu dilakukan penelitian lebih lanjut guna Pembuatan Tempe Dengan Penambahan
mengetahui pengaruh penambahan tepung Tepung Belut (Purwanto, 2012 yang
belut pada tempe yang dalam penelitian ini dimodifikasi)
akan dilakukan pengukuran terhadap kadar
protein, kadar air, kadar lemak, dan asam Sebanyak 100 gram kedelai
lemak tak jenuh yang dinyatakan dengan dibersihkan lalu direbus selama 30 menit.
angka ketidakjenuhan. Setelah itu kedelai direndam dalam air
Berdasarkan latar belakang di atas perebus selama 24 jam, kemudian dikuliti
maka tujuan dari penelitian ini adalah: hingga bersih. Kedelai yang sudah dikuliti
1. Menentukan kadar protein, kadar air, tersebut dikukus selama 90 menit, lalu
kadar lemak dan angka ditiriskan dan didinginkan. Setelah dingin,
ketidakjenuhan pada tempe yang kedelai dicampur dengan 1 gram ragi tempe
ditambahkan tepung belut. dan tepung belut (0% (kontrol); 0,75%; 1,5%;
2. Menentukan konsentrasi penambahan 2,25% dan 3%). Kemudian kedelai dibungkus
tepung belut yang paling disukai dengan plastik yang dilubangi dan
konsumen dari segi tekstur, aroma, diinkubasikan pada suhu ruang selama 2 hari.
rasa, dan kenampakan dari tempe
melalui uji organoleptik. Penentuan Kadar Protein Total Metode
Kjeldahl
128
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VII UKSW
bahwa jenis minyak mengering (drying oils) ketidakjenuhan tidak melewati proses
adalah minyak yang mempunyai sifat dapat pemurnian.
mengering jika kena oksidasi, dan akan
berubah menjadi lapisan tebal, bersifat Kadar Air (%) Tempe Dengan
kental, dan membentuk sejenis selaput. Lebih Penambahan Berbagai Konsentrasi
lanjut, panas merupakan salah satu faktor Tepung Belut
yang dapat mempercepat oksidasi (Ketaren,
2005). Purata kadar air (% ± SE) tempe
Kemudian pada pengukuran angka dengan penambahan berbagai konsentrasi
ketidakjenuhan tepung belut didapatkan hasil tepung belut berkisar antara 60,998 ± 0,12 %
sebesar 78,79. Rohman dan Sumantri (2007) sampai dengan 61,75 ± 0,28 %. Hasil Uji
melaporkan bahwa minyak-minyak ikan BNJ 5% ternyata menunjukkan bahwa kadar
memiliki angka ketidakjenuhan yang tinggi airnya berbeda secara bermakna. Hal
yakni di atas 120. Perbedaan ini disebabkan tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.
pengambilan lemak untuk pengukuran angka
Tabel 2 .Data Kadar Air Tempe (% ± SE) Dengan Penambahan Berbagai Konsentrasi
Tepung Belut
Keterangan:
* W = BNJ 5 %
*Angka-angka yang diikuti dengan huruf yang sama menunjukan antar perlakuan tidak berbeda
secara bermakna, sedangkan angka-angka yang diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan antar
perlakuan berbeda bermakna. (Keterangan ini juga berlaku untuk Tabel 3, s/d Tabel 9)
Kadar Protein (%) Tempe Dengan konsentrasi tepung belut berkisar antara 18,23
Penambahan Berbagai Konsentrasi ± 0,051 % sampai dengan 20,64 ± 0,055 %.
Tepung Belut Hasil Uji BNJ 5% menunjukkan bahwa kadar
protein dengan penambahan berbagai
Protein merupakan suatu zat konsentrasi tepung belut ternyata berbeda
makanan yang sangat penting bagi tubuh secara bermakna. Dari Tabel 3 terlihat bahwa
manusia. Fungsi utama protein bagi tubuh kadar protein tempe yang telah diberi tepung
ialah untuk membentuk jaringan baru dan belut meningkat jika dibandingkan dengan
mempertahankan jaringan yang telah ada kontrol. Nilai kandungan protein yang
(Winarno, 1992). terbesar terdapat pada perlakuan tempe
Purata kadar protein (% ± SE) tempe dengan penambahan tepung belut sebesar 3%,
belut dengan penambahan berbagai yaitu 20,64 ± 0,055%.
Tabel 3. Data Kadar Protein Tempe (% ± SE) Dengan Penambahan Berbagai Konsentrasi Tepung
Belut
Kadar protein yang didapat semuanya kapang tempe dengan aktivitas proteolitiknya
masih sesuai standar yang tertuang dalam akan menguraikan protein yang ada menjadi
SNI 3144:2009, yaitu kadar protein minimal asam-asam amino, sehingga kandungan
dalam tempe adalah 16%. Dapat dikatakan nitrogen terlarut akan mengalami peningkatan
bahwa produk tempe ini baik karena kadar (Aguskrisno, 2011). Peningkatan nitrogen
proteinnya cukup tinggi bila dibandingkan terlarut akan berdampak pula terhadap
dengan standar yang ditetapkan. peningkatan kandungan nitrogen total yang
akan terukur dengan metode Kjeldahl.
131
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VII UKSW
Tabel 4. Data Kadar Lemak Tempe (% ± SE) Dengan Penambahan Berbagai Konsentrasi Tepung
Belut
Tabel 5. Data Angka ketidakjenuhan Tempe (Angka iod ± SE) Dengan Penambahan Berbagai
Konsentrasi Tepung Belut
132
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VII UKSW
Tabel 6. Analisa Tekstur Pada Tempe Dengan Penambahan Berbagai Konsentrasi Tepung Belut
*
Nilai: 1= sangat suka, 2= suka, 3=agak suka , 4= tidak suka, 5= sangat tidak suka
133
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VII UKSW
Tabel 7. Analisa Aroma Pada Tempe Dengan Penambahan Berbagai Konsentrasi Tepung
Belut
Tabel 8. Analisa Rasa Pada Tempe Dengan Penambahan Berbagai Konsentrasi Tepung
Belut
*
Nilai: 1= sangat tidak suka, 2= tidak suka, 3=agak suka , 4=suka, 5=sangat suka
134
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VII UKSW
Tabel 9. Analisa Warna Pada Tempe Dengan Penambahan Berbagai Konsentrasi Tepung
Belut
Konsentrasi Tepung Belut (%)
0 0,75 1,5 2,25 3
Purata 3,44 3,36 3,4 3,36 3,24
± SE ±0,34 ±0,33 ±0,34 ±0,31 ±0,38
W= 0,484 a a a a a
Nilai: 1= sangat suka, 2= suka, 3=agak suka , 4= tidak suka, 5=sangat tidak suka
135
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VII UKSW
nasional.kompas.com/read/2008/11/07/10453
394/si.licin.kuatkan.tulang. [15
November 2011]
Dwinaningsih, E.A. 2010. Karakteristik
Kimia dan Sensori Tempe dengan
Variasi Bahan Baku Kedelai/Beras dan
Penambahan Angkak Serta Variasi
Lama Fermentasi. Skripsi. Fakultas
Pertanian Teknologi Hasil Pertanian
Universitas Sebelas Maret. Surakarta.
Gambar 8 Diagram Batang Warna Tempe Gaman, P.M. dan K.B. Sherrington. 1992.
Dengan Penambahan Berbagai Ilmu Pangan. Terjemahan. Yogyakarta :
Konsentrasi Tepung Belut UGM-Press.
Habsari, R. 2011. Kandungan Kedelai.
http://www.soyjoy.co.id/article/kandung
an-kedelai/. [15 November 2011]
KESIMPULAN Hidayat, N. 2008. Pengembangan Produk &
Teknologi Proses. J. Teknol. Dan
1). Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik Industri Pangan, Vol. XIX No.2 Th.
kesimpulan bahwa kadar protein, kadar 2008. http
air, kadar lemak, dan angka ://ptp2007.wordpress.com/2008/08/05/se
ketidakjenuhan pada tempe dengan putar-tempe/. [14 November 2011]
penambahan berbagai konsentrasi Ketaren, S. 2005. Minyak dan Lemak
tepung belut meningkat, dan Pangan. Jakarta : UI-Press.
penambahan sebesar 3% tepung belut Mahmud, R. 2010. Denaturasi Protein.
menunjukkan peningkatan yang http://kuhascexpress.blogspot.com/2010/
tertinggi. 12/denaturasi-protein.html. [7 Mei 2012]
2). Hasil uji organoleptik tempe dengan uji Munarso, S. J. dan Jumali., 1998. Pengaruh
kesukaan tekstur, aroma, rasa, dan Perbedaan Kadar Amilosa Tepung Beras
warna dengan konsentrasi penambahan (Oryza Sativa) Terhadap Mutu Kwe
tepung belut sampai 3% masih dapat Tiau yang Dihasilkan. Prosiding
diterima oleh panelis. Seminar Nasional Teknologi Pangan
dan Gizi. Yogyakarta.
Purwanto, M.I.A. 2012. Perubahan Nilai Gizi
DAFTAR PUSTAKA Tempe Berbahan Baku Kedelai (Glycine
max L. Merr) var. Grobogan dengan
Aguskrisno. 2011. Peranan Rhizopus oryzae Penambahan Tepung Belut dan Variasi
Pada Industri Tempe Dalam onsentrasi Usar. Skripsi. FSM UKSW
Peningkatan Industri Pangan. Salatiga.
http://aguskrisnoblog.wordpress.com/20 Rohman, A. dan Sumantri. 2007. Analisis
11/12/27/pemamfaatan-bakteri- Makanan. Yogyakarta : Gadjah Mada
rhizopus-oryzae-dalam-industri-tempe/. University Press.
[30 April 2012] Soekarto, S. T. 1985. Penilaian Organoleptik
AOAC, 1970. Official Methods of Analysis of untuk Industri Pangan dan Hasil
the Association of Official Analytical Pertanian. Jakarta : Bharatara Karya
Chemists. 11th Edition. Association of Aksara.
Official Analytical Chemists. Steel, R. G. D dan J. H. Torie. 1989. Prinsip
Washington DC. dan Prosedur Statistika. PT Gramedia,
Ariani, M.2007. Diversifikasi Konsumsi Jakarta.
Pangan di Indonesia. Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi.
http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffil 1989. Analisa Bahan Makanan dan
es/Mono27-7/. [14 November 2011] Pertanian. Yogyakarta : Liberty.
Astawan, M. 2008. Si Licin Belut Kuatkan Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi.
Tulang. 1997. Prosedur Analisa untuk Bahan
136
PROSIDING SEMINAR NASIONAL SAINS DAN PENDIDIKAN SAINS VII UKSW
137