Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

LINGKUNGAN FISIK DIBERBAGAI BENTUK PERMUKIMAN


DI INDONESIA
(MULAI DARI MASYARAKAT PRASEJARAH,PEMUKIMAN
MASA KLASIK , ZAMAN PENJAJAHAN HINGGA DEWASA INI).

DISUSUN OLEH

NAMA : NIA LARISTA


2110712003

DOSEN PEGAMPU
Prof.Dr. Phil., Gusti Asnan

JURUSAN ILMU SEJARAH


FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ANDALAS
T.A 2021/2022
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-
Nya kepada kita semua,sehingga Saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan
tepat waktu,guna memenuhi tugas mata kuliah geografi sejarah, dengan makalah
yang berjudul “Lingkungan fisik berbagai bentuk permukiman di Indonesia
(mulai dari masyarakat prasejarah,pemukiman masa klasik,zaman penjajahan
hingga dewasa ini)”.

Saya sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kata
sempurna dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya
miliki. Oleh karena itu,saya mengharapkan segala bentuk kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca.Dan semoga makalah hendaknya ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca.
BAB I
PEMBAHASAN

1.1 Latar Belakang

1.2. Rumusan Masalah

Berdasrkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang akan


dibahas adalah :
1. Bagaimana permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran sejarah ?
2. Bagaimana peran pemerintah dalam pengembangan pembelajaran
sejarah ?
3. Apa saja yang dimaksud filosopi pendidikan sejarah ?
4. Bagaimana cara menumbuhkan kesadaran generasi muda akan
pentingnya ilmu sejarah ?

1.3. Tujuan

Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan yang hendak dicapai


adalah :
1. Untuk mengetahui permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran
sejarah.
2. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam pengembangan
pembelajaran sejarah.
3. Untuk mengetahui filosopi pendidikan sejarah.
4. Untuk mengetahui cara menumbuhkan kesadaran generasi muda akan
pentingnya ilmu sejarah.
B

2.1. Permasalahan dalam pembelajaran sejarah


2.1.1 Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran merupakan jantung dari proses pendidikan dalam
suatu institusi pendidikan. Kualitas pembelajaran bersifat kompleks dan
dinamis, dapat dipandang dari berbagai persepsi dan sudut pandang
melintasi garis mikro, pencapaian kualitas pembelajaran merupakan
tanggung jawab profesional seorang guru, misalnya melalui penciptaan
pengalaman belajar yang bermakna bagis siswa dan fasilitas yan didapat
siswa untuk mencapai hasil belajar dengan maksimal. Pada tingkat makro,
melalui sistem pembelajaran yang berkualitas, lembaga pendidikan
bertanggung jawab terhadap perkembangan intelektual, sikap, dan moral
dari setiap individu peserta didik sebagai anggota masyarakat.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran


baik secara eksternal maupun internal diidentifikasikan sebagai berikut.
Faktor-faktor eksternal mencakup guru, materi, pola interaksi, media dan
teknologi, situasi belajar dan sistem. Masih ada pendidik yang berkurang
menguasai materi dan dalam mengevaluasi siswa menurut jawaban yang
persis seperti yang ia jelaskan. Dengan kata lain siswa tidak diberi
peluang untuk berfikir kreatif. Guru juga mempunyai keterbatasan dalam
mengakses informasi baru yang memungkinkan guru mengetahui
perkembangan terakhir dibidangnya dan kemungkinan perkembangan
yang sudah dcapai.

Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), khusunya sejarah, sering


dianggap sebagai mata pelajaran hafalan dan membosankan.
Pembelajaran ini dianggap tidak lebih dari rangkaian angka tahun dan
uruan peristiwa yang harus diingat kemudian diungkap kembali saat
menjawab soal-soal ujian. Kenyataan ini tidak dapat dipungkiri, karena
masih terjadi sampai sekarang. Pembelajaran sejarah yang selama ini
terjadi di sekolah dirasakan kering dan membosankan. Tidak dipungkiri
bahwa pendidikan sejarah mempunyai fungsi yang sangat penting dalam
membentuk kepribadian bangsa, kualitas manusia dan masyarakat
Indosedia pada umumnya. Setidaknya pernyataan tersebut tidaklah
berlebihan. Namun sampai saat ini masih terus dipertanyakan
keberhasilanya, mengingat fenomenan kehiduan berbangsa dan bernegara
Indonesia khusunya generasi muda makin hari makin diragukan
eksistensinya. Dengan kenyataan tersebut artinya ada sesuatu yang harus
dibenahi dalam pelaksanaan pendidikan sejarah (Alfian, 2007:1).
2.1.2 Permasalahan dalam pembelajaran sejarah dimasa kini
Beberapa pakar pendidikan sejarah maupun sejarawan
memberikan pendapat tentang fenomena pembelajaran sejarah
yang terjadi di Indonesia saat diantaranya masalah model
pembelajaran sejarah, kurikulum sejarah, masalah materi dan
buku ajar atau buku teks, profesionalisme guru sejarah dan lain
sebagainya.
Pertama adalah masalah model pembelajaran sejarah.
Mnurut Hamid Hasan dalam Alfian (2007) bahwa kenyataan
yang ada sekarang, pembelajaran sejarah jauh dari harapan untuk
memungkinkan anak melihat relevansinya dengan kehidupan
masa kini dan masa depan. Mulai dari jenjang SD hingga SMA,
pembelajaran sejarah cenderung hanya memanfaatkan fakta
sejarah sebagai materi utama. Tidak aneh bila pendidikan sejarah
terasa kering , tidak menarik, dan tidak memberi kesempatan
kepada anak didik untuk belajar menggali makna dari sebuah
peristiwa sejarah.

Sistem pembelajaran sejarah yang dikembangkan sebenarnya


tidak lepas dari pengaruh budaya yang telah mengakar. Model
pembelajaran yang bersifat satu arah dimana guru menjadi
sumber pengetahuan utama dalam kegiatan pembelajaran
menjadi sangat sulit untuk dirubah. Pembelajaran sejarah saat
ini mengakibatkan peran siswa sebagai pelaku sejarah pada
zamanya menjadi teranaikan. Pengalaman-pengalaman yang
telah dimiliki oleh siswa sebelumnya atau lingkungan sosialnya
tidak dijadikan bahan pelajaran di kelas, sehingga menempatkan
siswa sebagai peserta pembelajaran sejarah yang pasif
(Martanto,dkk, 2009:10). Dengan kata lain, kurang cermatnya
pemilihan strategi mengajar akan berakibat fatal bagi pencapaian
tujuan pengajaran itu sendiri (Widja, 1989:13).

Kedua adalah masalah kurikulum sejarah, karena kurikulum


adalah salah satu komponen yang menjadi acuan untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional. Secara umum dapat
dikatakan bahwa kurikulum adalah rencana tertulis dan
dilaksanakan dalam suatu proses pendidikan guna
mengembangkan potensi peserta didik menjadi berkualitas.
Dalam sebuah kurikulum termuat berbagai komponen, seperti,
tujuan, konten dan organisasi konten, proses yang
menggambarkan posisi peserta didik dalam belajar dan asessmen
hasil belajar. Selain komponen tersebut, kurikulum sebagai suatu
rencana tertulis dapat pula berisikan sumber belajar dan
peralatan belajar dan evaluasi kurikulum atau program.

2.2. Peran pemerintah dalam pembelajaran sejarah


Peran pemerintah sangat penting dalam dunia pendidikan
khusunya dalam pembelajaran sejarah. Peran pemerintah dapat
dijelaskan sebagai berikut:
a. Menata profesionalisme guru
Pengembangan sumber daya manusia saat ini sedang
digiatkan oleh berbagai pihak, baik lembaga-lembaga non
pemerintahan maupun masyarakat luas. Tentu, ketika
membicarakan SDM tidak bias dipisahkan dari tenaga-tenaga yang
menghasilkan SDM itu sendiri yakni guru.
b. Perbaikan fasilitas pendidikan
Sarana fisik sekolah seperti yang kita ketahui bersama
banyak sekolah dasar khususnya dipelosok-pelosok yang tidak
terurus dan tidak tertata serta tidak memiliki sarana yang
memadai. Padahal sekolah merupakan tempat untuk menimba
ilmu guna menghadapi masa depan. Sekolah juga dipercaya
sebagai dasar yang baik bagi pengembangan manusia.
Pemerintah memperhatikan fasilitas pendidikan seperti
rehabilitasi gedung-gedung sekolah yang rusak dan
pembangunan gedung baru yang permanen. Begitu juga ruang
belajar dibuat agar anak didik bisa merasa nyaman dalam
belajar.

c. Membangun siswa yang berprestasi


Pemberdayaan peserta didik diarahkan dalam rangka
melahirkan siswa ideal yakni siswa yang kreatif, inovatif dan
mandiri. Beasiswa pendidikan ini hendaknya diprioritaskan
kepada para siswa ekonomi lemah (miskin) namun berpotensi
dan cerdas. Beasiswa pendidikan juga bermakna pemerataan dan
perluasan kesempatan belajar karena masih banyak resistensi
sebagian masyarakat untuk memasukkan anaknya pada lembaga-
lembaga pendidikan dasar karena alas an ekonomi, belum semua
masyarakat mendapat layanan pendidikan dasar secara optimal,
khususnya di daerah terpencil, terisolir, kumuh,dan kawasan
konflik. Upaya pemerintah dalam memberdayakan peserta
didiknya, baik melalui perbaikan sarana fisik sekolah,
peningkatan mutu pembelajaran dan beasiswa. Peran serta
pemerintah sangat besar terhadap dunia pendidikan karena
pemerintah sedang menginvestasikan anak-anak kita untuk
menjadi pribadi yang mandiri, kreatif, dan inovatif yang akan
mampu membawa kemajuan bagi bangsanya kelak dikemudian
hari.

2.3. Filosopi pendidikan sejarah

Sering orang tak sadar betapa filosofi yang digunakan dalam


pengembangan pendidikan sejarah berpengaruh dan menentukan
mengenai berbagai aspek pendidikan sejarah terutama tujuan, materi,
proses, dan evaluasi hasil belajar. Perubahan dan pengembangan
kurikulum pendidikan sejarah, dan pendidikan lainnya juga,
menunjukkan bahwa orang lebih mempedulikan perubahanpada
materi ajar, proses, dan terkadang evaluasi tidak pada perubahan
dalam filosofi. Padahal filosofi itu yang menentukan arah, materi,
proses, dan hasil pendidikan sejarah. Perubahan materi, proses, dan
alat evaluasi tanpa mengubah filosofi hanya akan mengubah aspek-
aspek pendidikan sejarah tersebut dalam label-label dan tidak dalam
hakiki dari perubahan yang dirancang. Label-label tersebut akan
dibaca dan diartikan dalam makna sebagaimana sebelumnyayaitu
filosofi yang digunakan oleh para pengembang kurikulum ketika
melakukan konstruksi dokumen kurikulum; oleh para guru yang
mengajar sejarah ketika merealisasikan rancangan dalam dokumen
kurikulum menjadi realita kurikulum, dan ketika melalukan asesmen
terhadap hasil belajar pendidikan sejarah yang dimiliki peserta didik.
2.4. Menumbuhkan kesadaran sejarah

Sejarah tidak cukup dihafalkan dan dimengerti secara tekstual,


namun perlu dihayati maknanya sehingga dapat mempengaruhi dan
membentuk sikap dan perilaku. Dengan demikian pelajaran sejarah
tidak cukup hanya memberikan unsur-unsur kronikel sejarah seperti
apa, siapa, kapan, di mana tentang suatu peristiwa, melainkan juga
harus memasukkan unsur-unsur diakronik yang menggambarkan
proses jalannya peristiwa (bagaimana sesuatu terjadi) dan hubungan
sebab akibat dari berbagai factor yang mempengaruhi peristiwa itu
(mengapa peristiwa ini terjadi).

Menumbuhkan kesadaran sejarah kepada generasi milenial


harus dilakukan dengan cara- cara yang kreatif dan inovatif agar
mudah diterima. Sebelum mempersoalkan cara dan strategi
pembelajarannya, sesungguhnya ada persoalan lain yang harus menjadi
perhatian bersama yaitu bahan ajar dan sumber referensi yang
dijadikan rujukan. Kita sering dihadapkan pada persoalan sejarah
controversial terutama sejarah kontemporer yang berbeda dengan buku
ajar di sekolah. Antara sejarah yang diingat, sejarah yang dibuat, dan
sejarah yang ditemukan seringkali tumpang tindih dan muncul ke
permukaan secara bersamaan. Sejarah manakah yang mesti
djadikanrujukan untuk diajarkan? Bukankah masing-masing corak
sejarah itu mempunyai makna dan nilainya bagi kesadaran sejarah?
Sejarah kontroversi tentang peristiwa G30S atau G30S/PKI yang terus
diperdebatkan; Kebesaran Majapahit yang digambarkan dalam
Negarakertagama oleh Mpu Prapanca digugat karena tak lebih dari
klaim kultural, bukan realitas politik. Lalu apa artinya ‘masa lalu yang
gemilang’ yang sempat mewarnai ideologi perjuangan bangsa? Atau
pusat Sriwijaya di Pelembang, atau jejak masuknya Islam pertama di
Sumatera (polemik Tugu Titik Nol Islam Nusantara di Barus,
Tapanuli)? Sejarah kritis yang dikembangkan para sejarawan tidak
selalu mudah dijadikan rujukan untuk mengajarkan sejarah di sekolah
menengahyang mempunyai capaian pembelajaran yang berbeda
dengan tujuan sejarah akademis.
B

3.1. Kesimpulan
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), khusunya sejarah, sering
dianggap sebagai mata pelajaran hafalan dan membosankan. Pembelajaran ini
dianggap tidak lebih dari rangkaian angka tahun dan uruan peristiwa yang harus
diingat kemudian diungkap kembali saat menjawab soal-soal ujian. Kenyataan
ini tidak dapat dipungkiri, karena masih terjadi sampai sekarang. Pembelajaran
sejarah yang selama ini terjadi di sekolah dirasakan kering dan membosankan.
Fakta di lapangan banyak ditemui metode yang digunakan dalam pembelajaran
sejarah adalah dengan metode ceramah.

Solusi pembelajaran sejarah agar tidak membosankan dan kering salah


satunya adalah mengubah metode pembelajaran yang ada, salah satunya dengan
metode 1. Tanya jawab, 2. Metode diskusi. Selain itu juga ditunjang dengan
sumber belajar yang bervariasi sehingga pengetahuan siswa dapat berkembang
dengan baik. Terakhir adalah pemberian motivasi pengajar kepada peerta didik
untuk membuat pesera didik rajin belajar sehingga dapat menguasi materi yang
telah diajarkan.
Peran pemerintah dalam pembelajaran sejarah sangat penting, karena
pemerintah adalah salah satu komponen penting dalam pendidikan. Peran-peran
pemerintah dalam pembelajaran sejarah adalah sebagai berikut: 1. menata
profesionalisme guru, 2. perbaikan fasilitas pendidikan, 3. membangun siswa
yang berprestasi

3.2 Saran
Pembelajaran sejarah harus dikembangkan supaya dapat membuat
peserta didik dapat menyerap pengetahuan yang telah diberikan. Pengajar harus
memberikan metode belajar yang bervariasi agar siswa tertarik dan dapat
mengikuti pembelajaran dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.slideshare.net/RudiAndrianto/problematika-sejarah

https://mybloghafidafandi.blogspot.com/2015/06/problematika-pembelajaran-
sejarah.html?m=1

http://justclick-everlast.blogspot.com/2009/01/peran-pemerintah-dalam-dunia-
pendidikan.html

www.Permasalahanpembelajaransejarahdiindonesia130925142800phpap01.pdf.com

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/194403101967101-
SAID_HAMID_HASAN/Makalah/Beberapa_Problematik_Dalam_Pendidikan_S
ejarah.pdf

Anda mungkin juga menyukai