Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Masharif al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah

ISSN: 2527 - 6344 (Print)


ISSN: 2580 - 5800 (Online)
Website: http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/Mas/index
Volume 6, No. 2, 2021 (572-585)

ANALISIS KINERJA BANK MUAMALAT


INDONESIA (BMI) SURABAYA DENGAN
PENDEKATAN BALANCE SCORECARD

Rifa’atul Maftuhah
Universitas Muhammadiyah Surabaya
rif.maftuhah@fai.um-surabaya.ac.id

Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Surabaya dengan pengukuran berbasis Balanced
Scorecard. Balanced Scorecard merupakan alat pengukuran kinerja yang
memiliki empat perspektif, yakni perspektif keuangan, perspektif
pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pembelajaran
dan pertumbuhan. Penelitian dilakukan di Bank Muamalat Indonesia (BMI)
dengan mengambil data keuangan dari tahun 2017 sampai tahun 2019
untuk menganalisis perspektif keuangan dan melakukan wawancara untuk
menganalisis perspektif proses bisnis internal. Peneliti juga menggunakan
kueisoner yang disebarkan kepada pelanggan dan karyawan dalam
pengambilan sampel untuk menganalisis perspektif pelanggan dan
pembelajaran dan pertumbuhan. Dari hasil yang telah dilakukan diketahui
bahwa kinerja Bank Muamalat Indonesia (BMI) secara umum sudah baik,
hal tersebut ditunjukan dengan hasil analisis dari masing-masing perspektif.
Kinerja keuangan menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun, kinerja
kepuasan pelanggan menunjukkan nilai kepuasan yang baik. Kinerja
proses bisnis internal juga menunjukkan hasil yang baik pada proses
inovasi, operasi, dan layanan. Begitu pula dengan kepuasan karyawan
yang menunjukkan nilai kepuasan yang baik. Berdasarkan hasil penelitian
tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa Balanced Scorecard merupakan
pengukuran kinerja yang sangat baik digunakan karena Balanced
Scorecard mengangkat aspek-aspek penting yang selama ini diabaikan
oleh pengukuran kinerja secara tradisional.
Kata Kunci:
Balanced Scorecard, Kinerja, Kinerja Bank Muamalat Indonesia
1. Pendahuluan
Dunia bisnis saat ini berlangsung dalam iklim yang sangat
kompetitif. Perusahaan dituntut untuk lebih meningkatkan kinerja dalam
persaingan bisnis dengan perbaikan kualitas kinerja. Sistem pengukuran
kinerja perusahaan kebanyakan masih menggunakan sistem
pengukuran tradisional, yaitu hanya mengukur kinerja berdasarkan
aspek keuangan (finansial). Ukuran keuangan (finansial) saja tidak dapat
memberikan gambaran yang riil mengenai keadaan perusahaan yang
sesungguhnya karena mudah dimanipulasi sesuai dengan kepentingan
manajemen. Konsep pengukuran kinerja yang hanya menitikberatkan
pada aspek keuangan (finansial) saja mulai ditinggalkan karena hanya
mengejar tujuan profitabilitas untuk jangka pendek semata.
Hanya perusahaan yang memiliki keunggulan pada tingkat
global yang mampu memuaskan atau memenuhi kebutuhan
konsumen dan mampu menghasilkan produk yang bermutu serta cost
effective. Dalam rangka mencapai pelayanan prima, perusahaan
dihadapkan pada penentuan strategi dalam pengelolaan usahanya.
Penentuan strategi akan dijadikan sebagai landasan dan kerangka
kerja untuk mewujudkan sasaran-sasaran kerja yang telah ditentukan
oleh manajemen. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu alat untuk
mengukur kinerja sehingga dapat diketahui sejauh mana strategi dan
sasaran yang telah ditentukan dapat tercapai.
Perkembangan bank syariah di Indonesia semakin meningkat
sejak krisis ekonomi melanda Indonesia pada tahun 1998.
Ketika bank konvensional banyak mengalami negative spread
(tingkat suku bunga pinjaman lebih rendah dari pada suku bunga
tabungan) dalam bisnisnya, sementara bank syariah mampu bertahan
menghadapi krisis ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa bank syariah
memiliki keunggulan, sehingga mampu bertahan menghadapi keadaan
yang sangat sulit bagi dunia perbankan Selama ini pengukuran kinerja
yang dilakukan perbankan pada umumnya hanya bertumpu pada
aspek keuangan saja.
Sistem pengukuran kinerja tersebut tidak cukup untuk
mencerminkan kondisi kinerja dari suatu perusahaan atau organisasi
secara keseluruhan. Selain itu, pengukuran kinerja yang hanya
bertumpu pada aspek keuangan saja kurang relevan dengan
kebutuhan kinerja saat ini. Hal tersebut disebabkan oleh dinamika
lingkungan persaingan yang bergerak cepat, sehingga tidak
menginformasikan upaya-upaya apa yang perlu diambil saat ini dan
masa yang akan datang untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Salah satu alternative pengukuran kinerja adalah Balanced
Scorecard (BSC). BSC merupakan sistem manajemen strategis yang
menerjemahkan visi dan strategi suatu organisasi kedalam tujuan dan
ukuran operasional. Keunggulan pendekatan BSC dalam sistem
perencanaan strategi adalah mampu meningkatkan strategi yang
memiliki karakteristik komprehensif, koheren, dan seimbang.Ukuran

Jurnal Masharif al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah/Vol. 6, No. 2, 2021
573
operasional dinyatakan dalam empat perspektif yaitu perspektif
keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran
dan pertumbuhan.
Keseimbangan antara pengukuran kinerja keuangan dan non
keuangan akan membantu perusahaan dalam mengetahui dan
mengevaluasi kinerjanya secara keseluruhan. Perusahaan akan
mampu mengukur bagaimana unit bisnis melakukan penciptaan
nilai saat ini dengan mempertimbangkan kepentingan-kepentingan
masa yang akan datang melalui BSC. BSC memungkinkan untuk
mengukur apa yang telah diinvestasikan untuk pengembangan
sumber daya manusia, sistem dan prosedur, demi perbaikan kinerja
masa depan.
Pada hal ini PT Bank Muamalat Indonesia Tbk Cabang Bogor (PT
BMI Tbk) harus mampu meningkatkan kualitas kinerja perusahaan
secara terus menerus dan dapat mengembangkan bisnis perusahaan.
Salah satunya dengan cara memiliki alat ukur kinerja yang menyeluruh.
Alat pengukur kinerja yang menyeluruh yaitu alat ukur yang tidak hanya
mengukur dari aspek keuangan saja, akan tetapi tetap
mempertimbangkan aspek non keuangan. Metode Balanced Scorecard
(BSC) dibuat untuk menyeimbangkan pengukuran aspek keuangan
dengan aspek non keuangan. Penerapan metode Balanced Scorecard
pada suatu perusahaan dapat mengukur dengan tetap
mempertimbangkan kepentingan masa yang akan datang terhadap unit
bisnis yang dijalankan dengan penciptaan nilai saat ini.

2. Kajian Pustaka
2.1 Balanced Scorecard
2.1.1 Pengertian Balanced Scorecard
Balanced Scorecard adalah sebuah sistem manajemen
untuk mengukur kinerja perusahaan secara lebih
komprehensif. Balanced Scorecard diciptakan untuk mengatasi
problem tentang kelemahan sistem pengukuran kinerja
eksekutif yang hanya berfokus pada perspektif keuangan saja
dan cenderung mengabaikan perspektif non keuangan.
Menurut Luis dan Biromo (2007:16), balanced scorecard
adalah suatu alat manajemen kinerja yang dapat membantu
organisasi untuk menerjemahkan visi dan strategi ke dalam
aksi dengan memanfaatkan sekumpulan indikator finansial,
non finansial yang kesemuanya terjalin dalam suatu hubungan
sebab akibat.
Balanced Scorecard mengukur keuangan di masa lalu
dan dimasa mendatang. Tujuan pengukuran Scorecard berasal
dari visi dan strategi perusahaan yang dikelompokkan dalam
empat perspektif yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis
internal dan pembelajaran dan pertumbuhan yang membentuk
framework Balanced Scorecard.

Jurnal Masharif al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah/Vol. 6, No. 2, 2021
574
2.1.2 Perspektif dalam Balanced Scorecard
Adapun perspektif-perspektif yang ada di dalam Balanced
Scorecard (BSC) adalah sebagai berikut:
1) Perspektif Keuangan
BSC memakai tolak ukur kinerja keuangan seperti laba
bersih dan Return on Capital Employed (ROCE), karena
tolak ukur tersebut secara umum digunakan dalam
perusahaan untuk mengetahui laba. Tolak ukur keuangan
saja tidak dapat menggambarkan penyebab yang
menjadikan perubahan kekayaan yang diciptakan
perusahaan atau organisasi (Mulyadi, 2007)
2) Perspektif Pelanggan
Dalam perspektif pelanggan, perusahaan perlu terlebih
dahulu menentukan segmen pasar dan pelanggan yang
menjadi target bagi organisasi atau badan usaha.
Selanjutnya, manajer harus menentukan alat ukur yang
terbaik untuk mengukur kinerja dari tiap unit operasi dalam
upaya mencapai target finansialnya. Selanjutnya apabila
suatu unit bisnis ingin mencapai kinerja keuangan yang
superior dalam jangka panjang, mereka harus menciptakan
dan menyajikan suatu produk baru/jasa yang bernilai lebih
baik kepada pelanggan mereka (Kaplan, Robert, & Norton
, 2007)
3) Perspektif Proses Bisnis Internal
Perspektif proses bisnis internal menampilkan proses kritis
yang memungkinkan unit bisnis untuk memberi value
proposition yang mampu menarik dan mempertahankan
pelanggannya di segmen pasar yang diinginkan dan
memuaskan harapan para pemegang saham melalui
flnancial retums.
4) Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Perspektif ini menyediakan infrastruktur bagi tercapainya
ketiga perspektif sebelumnya, dan untuk menghasilkan
pertumbuhan dan perbaikan jangka panjang. Penting bagi
suatu badan usaha saat melakukan investasi tidak hanya
pada peralatan untuk menghasilkan produk/jasa, tetapi
juga melakukan investasi pada infrastruktur, yaitu: sumber
daya manusia, sistem dan prosedur. Tolak ukur kinerja
keuangan, pelanggan, dan proses bisnis internal dapat
mengungkapkan kesenjangan yang besar antara
kemampuan yang ada dari manusia, sistem, dan prosedur.
Untuk memperkecil kesenjangan itu, maka suatu badan
usaha harus melakukan investasi dalam bentuk reskilling

Jurnal Masharif al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah/Vol. 6, No. 2, 2021
575
karyawan, yaitu: meningkatkan kemampuan sistem dan
teknologi informasi, serta menata ulang prosedur yang ada.
2.2 Kinerja
Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan
seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu
di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan
berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau
sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu
dan telah disepakati bersama. (Rivai, 2005)
Istilah kinerja atau performance mengacu pada hasil
output dan sesuatu yang dihasilkan dari proses, produk dan
jasa yang bisa dievaluasi dan dibandingkan secara relatif
dengan tujuan, standar, hasil-hasil yang lalu dan organisasi
lain. (Foundation., 2007) .
Kinerja menurut (Yuwono, 2007) mendefinisikan
pengukuran kinerja sebagai tindakan pengukuran yang
dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang
ada ada perusahaan. Hasil pengukuran tersebut kemudian
digunakan sebagai umpan balik yang akan memberikan
informasi tentang prestasi pelaksanaan suatu rencana dan
titik dimana perusahaan memerlukan penyesuaian-
penyesuaian atas aktivitas perencanaan dan pengendalian.
Sebelum melakukan pemilihan ukuran-ukuran kinerja
atau disebut sebagai indikator kinerja kunci (key
performance indicators atau KPI), perlu dilakukan evaluasi
sistem pengukuran agar menjamin efektivitas sepanjang
waktu. Salah satu aspek pentingnya alat ukur kinerja
perusahaan, yaitu dapat dipakai oleh pihak manajemen
sebagai dasar untuk melakukan pengambilan keputusan dan
mengevaluasi kinerja manajemen serta unit-unit yang terkait di
lingkungan organisasi perusahaan.
3. Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja perusahaan
yang dianalisis dengan menggunakan pengukuran kinerja berbasis
Balanced Scorecard. Sumber informasi utama yaitu pada bagian
keuangan, karyawan, supplier, dan pelanggan. Proses pengumpulan
data dilakukan dengan tiga metode, yaitu wawancara, kuesioner, dan
observasi. Pengolahan data yang dilakukan menggunakan metode
analisis deskriptif kuantitatif, yaitu mengolah data dengan lebih banyak
mengumpulkan data berupa angka serta menguraikan secara
menyeluruh sesuai dengan permasalahan yang sedang diteliti.
Sampel dalam penelitian ini adalah responden yang mengisi
kuesioner dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada, yaitu
karyawan, pelanggan, dan supplier. Teknik yang digunakan dalam
pengambilan sampel adalah teknik pemilihan sampel probabilitas, yaitu

Jurnal Masharif al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah/Vol. 6, No. 2, 2021
576
dengan pemilihan sampel acak sederhana (simple random sampling),
yang memberikan kesempatan yang sama dan bersifat tidak terbatas
pada setiap elemen populasi untuk dipilih sebagai sampel (Umar, 2000).
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data
keuangan dan non keuangan. Data nonkeuangan berupa jawaban
responden dari pertanyaan-pertanyaan yang diberikan merupakan suatu
hal yang terpenting dalam penelitian ini, karena data dikumpulkan
melalui kuesioner. Keabsahan dari suatu hasil penelitian sangat
ditentukan oleh alat ukur yang digunakan untuk mengukur variabel yang
diteliti. Oleh karena itu, suatu alat pengukur perlu diuji dengan pengujian
validitas (tingkat keaslian) dan reliabilitas (tingkat keandalan).
4. Hasil dan Pembahasan
4.1 Hasil analisis kinerja karyawan Bank Muamalat Indonesia (BMI)
Surabaya
4.1.1 Hasil Analisis kinerja prespektif keuangan
Hasil analisis perspektif keuangan setelah dianalisis dengan
rasio keuangan (current Ratio, Deb Ratio, OPM, NPM, ROA,
dan TATO) dapat dilihat pada tabel dibwah ini:
Tabel 1 Analisis kinerja Perspektif Keuangan
Ratio Tahun 2017 Tahun 2018 Tahun
2019
Current Ratio 4,88 4,53 4,32
Debt Ratio 43% 48% 46%
Operating Profit Margin 0,15 0,17
0,19
Net Profit Margin 14,5% 16,6% 18,7%
Return On Asset 43% 47,5% 50,2%
Total Asset Turnover 3,42 3,46
3,53
Sumber: Laporan Keuangan Bank Muamalat Indonesia (BMI) Surabaya

4.1.2 Hasil Analisis Kinerja Perspektif Pelanggan


Dalam analisis kinerja dengan prespektif pelanggan diukur
dengan menganalisis atribut produk dan jasa, citra perusahaan,
serta hubungan dengan nasabah. Hasil pengukuran ini
menggunakan kuesinoner dengan jumlah 200 nasabah dengan
kriteria nasabah lebih dari 2 tahun.
Tabel 2 Hasil Analisis KInerja Perspektif Pelanggan
Pendapat Nilai Jumlah Tabel Bobot
Responden Jawaban Nilai Nilai
Sangat Puas 5 47 235 30,48%
Puas 4 89 356 46,18%
Cukup Puas 3 52 156 20,23%

Jurnal Masharif al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah/Vol. 6, No. 2, 2021
577
Kurang puas 2 12 24 3,11%
Sangat tidak 1 0 0 0%
puas
Jumlah 200 771 100%
Sumber: Data di olah

4.1.3 Hasil analisis perspektif proses bisnis internal


Proses bisnis internal dari Bank Muamalat Indonesia
(BMI) wilayah Surabaya yaitu mengidentifikasikan dan
mengendalikan proses bisnis tersebut. Proses-proses ini
memungkinkan perusahaan untuk memungkinkan perusahaan
untuk mencapai tujuan yang diharapkan pemegang saham dan
mencapai keunggulan dalam pelayanan pelanggan. Pada
akhirnya, pencapaian proses ini akan menciptakan nilai bagi
konsumen dan berkontribusi pada hasil finansial yang positif.
Berikut beberapa proses bisnis internal sebagai berikut:
a. Proses inovasi
Dalam proses ini mengidentifikasikan keinginan pelanggan
yang ada dan menciptakan produk atau jasa yang diinginkan
pelanggan dan kemudian identifikasi bentuk pasar baru,
pelanggan baru menciptakan produk atau jasa yang
diinginkan untuk memuasakan pelanggan baru. Saat ini
Bank Muamalat Indonesia telah membuktikan komitmennya
tidak saja mengusung citra islami, namun juga modern dan
professional. Oleh karena itu Bank Muamalat telah memiliki
3 produk layanan digital sebagi beirkut:
1) Mobile Banking Muamalat M-DIN
Sebagai sebuah aplikasi layanan mobile banking
Bank Muamalat Indonesia yang dapat diakses kapan
saja dan di mana saja oleh seluruh penggunanya baik
Nasabah ataupun nonNasabah, Muamalat DIN (M-DIN)
memiliki beragam fitur menarik, mulai dari dari fitur
finansial seperti transfer online sesama Bank Muamalat
dengan batas transaksi harian hingga 250 juta,
pengisian pulsa, top up uang elektronik seperti Gopay
dan OVO, pembayaran zakat, virtual account hingga
pembayaran listrik dan dana pensiun. Selain itu,
Nasabah juga dapat membuka rekening tabungan iB
Hijrah, Tabungan Haji hingga deposito secara online
melalui M-DIN.
Muamalat DIN juga dilengkapi fitur MQRIS,
pembayaran QR code yang tidak saja dapat digunakan
dengan cara scan langsung, namun juga upload QR
code yang sudah tersimpan di galeri ponsel. Yang
menjadi pembeda, Muamalat DIN (M-DIN) Bank
Muamalat Indonesia juga menghadirkan sisi nonfinansial
di mana fitur yang dapat dinikmati Nasabah di antaranya

Jurnal Masharif al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah/Vol. 6, No. 2, 2021
578
berkaitan dengan konten islami seperti arah kiblat,
jadwal salat hingga hadis harian untuk membantu
nasabah muslim beribadah dan mendekatkan diri
kepada Sang Pencipta.

2) Internet Banking
Sebagai pelengkap Muamalat M-DIN, Bank
Muamalat Indonesia juga memiliki layanan digital yang
bisa diakses menggunakan browser, yaitu Internet
Banking Muamalat . Internet Banking Muamalat
dilengkapi dengan fitur mPassCode yakni kode verifikasi
transaksi yang dikirimkan ke nomor ponsel Nasabah
yang terdaftar dan hanya bisa digunakan satu kali per
transaksi untuk menjamin keamanan dalam
bertransaksi.
Keunggulan Internet Banking Muamalat selain
memberikan informasi rekening yang lebih
komprehensif daripada Muamalat DIN, Internet Banking
Muamalat juga menawarkan fitur pembelian SUKUK.
3) Cash Management Solution
Bank Muamalat Indonesia menawarkan layanan
Cash Managemen Solutions (CMS) yang menawarkan
berbgai jasa layanan untuk nasabah nonindividual, yang
terbagi menjadi fund collection, account pooling services
hingga payments.
Fund collection merupakan fitur CMS yang cocok
untuk lembaga pendidikan untuk pengumpulan dana
SPP hingga uang gedung, atau rumah sakit untuk
pembayaran pasien perorangan bahkan hingga
pembayaran kerja sama dengan pihak gedung atau
parkiran untuk pasien atau pengunjung rumah sakit.
Fitur ini juga kerap digunakan oleh Nasabah perusahaan
asuransi untuk pembayaran premi reguler, top up hingga
pembayaran kerja sama dengan bank (bancassurance)
hingga agen asuransi.
Remitansi untuk Nasabah korporasi yang
membutuhkan jasa pengiriman dana atau pembayaran
ke luar negeri menggunakan valuta asing yang juga
menjadi bagian salah satu produk unggulan dari CMS
Bank Muamalat.
Dari sisi collection services, virtual account yang
merupakan nomor identifikasi khusus yang dibuat unik
untuk pengguna yang berguna sebagai pembayaran ke
nomor tujuan sebagai identifikasi tagihan seperti jual
beli online, bisnis properti hingga penjualan tiket
transportasi. Virtual account juga menjadi salah satu

Jurnal Masharif al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah/Vol. 6, No. 2, 2021
579
produk ungulan Bank Muamalat Indonesia. Keamanan
cash management diperkuat dengan 3
tingkat approval yang terdiri
dari maker, checker dan approver di tahap akhir.
b. Proses Operasi
Dalam hal ini proses operasioanal Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Surabaya memeliki standar dalam
pelayanan terhadap nasabah yang meliputi beberapa aspek
yaitu satisfaction, loyalty,
engagement dan experience secara keseluruhan dengan
tujuan untuk mengukur tingkat
keterikatan (engagement) nasabah terhadap bank serta
faktor-faktor yang mempengaruhi hal tersebut. Untuk
kategori Bank Umum Syariah (BUS) terdapat 4 bank yang
diikutsertakan dalam survei tahun ini.
Pada aspek satisfaction yang merupakan tingkat
kepuasan nasabah, unsur-unsurnya antara lain customer
service, teller, security, fisik bank dan ATM. Selanjutnya
pada aspek loyalitas unsur-unsur layanannya anatara
lain retain, repusrchase, dan recommendation.
Selanjutnya pada aspek engagement unsur-unsurnya
adalah kepercayaan diri, dilayani dengan adil, kebanggan,
dan passion terhadap bank. Dan aspek yang terakhir yaitu
aspek customer experience terdapat unsur-unsur
efektivitas, kecepatan, kemudahan dan menyenangkan.
c. Layanan
1) Waktu pelayanan yang sesuai dengan standar
(delivery time)
Dalam melayani nasabah setiap frontliner harus cepat,
tepat dan cermat karena ini akan berpengaruh pada
nasabah yang akan menunggu giliran (antrian), sasaran
ini dapat diukur dengan rasio koreksi, rasio transaksi dan
rasio delivery time masing – masing fronliner sehingga
manajeme dapat meneliti volume pekerjaan masing –
masing frontliner. Disini saya juga menitikberatkan
kepada pada kualitas pelayanan frontliner, disini saya
menggunakan indeks pelayanan frontliner.
2) Proses kredit yang tidak terlalu lama
Proses kredit memang harus sangat berhati – hati
karena hal ini terkait dengan prinsip prudential banking
yaitu prinsip kehati hatian bank dalam melakukan
operasinya terutama dalam menyalurkan kredit,
terutama kredit komersial yang resikonya cukup tinggi.
Sasaran ini dapat diukur dua rasio yaitu rasio
permohonan kredit dan rasio pemrosesan kredit.

Jurnal Masharif al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah/Vol. 6, No. 2, 2021
580
3) Peningkatan sarana dan prasarana bank
Sarana dan prasarana bank juga harus dikembangkan
oleh manajemen untuk menunjang operasional bank,
sasaran ini dapat dikukur dengan rasio kelengkapan
sarana dan prasarana bank.

Perspektif ini menempatkan sumber daya manusia


sebagai aset yang sangat penting karena faktor sumber
daya manusia ini adalah penentu berhasilnya operasi
bisinis perbankan. Oleh karena itu penulis mencoba
menyusun sasaran strategis dari perspektif ini antara
lain adalah sebagai berikut :
• Meningkatnya motivasi karyawan dalam bekerja
• Peningkatan kualitas dan kompetensi karwayan
• Kehandalan teknologi informasi
4.1.4 Hasil Analisis Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Pada perspektif ini yang dijadikan ukuran adalah
kepuasan karyawan perusahaan yang diukur dari kapabilitas
karyawan, kapabilitas sistem informasi, serta motivasi,
pemberdayaan, dan keselarasan. Hasil analisis kinerja
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan dengan
penyebaran kuesioner kepada 100 responden karyawan
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.
Hasil Perspektif Pembelajaran dan Pertumbuhan
Pendapat Nilai Jumlah Tabel Bobot
Resp Jwbn Resp Nilai Nilai
Sangat 5 89 445 54,27
Puas
Puas 4 52 208 25,36
Cukup 3 49 147 17,93
Kurang 2 10 20 2,44
Puas
Sangat 1 0 0 0
Puas
Jumlah 200 820 100
Sumber: Data diolah

Jurnal Masharif al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah/Vol. 6, No. 2, 2021
581
4.2 Pembahasan analisis kinerja karyawan Bank Muamalat
Indonesia (BMI) Surabaya
Bank Muamalat Indonesia (BMI) sudah menggunakan
Balanced Scorecard sebagai alat analisis dalam pengukuran
kinerjanya perusahaan sudah baik. Dilihat dari segi perspektif
keuangan menunjukkan adanya penurunan pada rasio likuiditas
yang menunjukkan jumlah dana tunai yang dimiliki Bank Muamalat
Indonesia (BMI) mampu untuk membiayai kewajiban setiap
tahunnya. Namun, karena Current Ratio menunjukkan nilai dengan
perbandingan 2:1 (200%), maka nilai tersebut dianggap sudah baik.
Sedangkan pada rasio solvabilitas terlihat adanya peningkatan yang
menunjukkan semakin tingginya kewajiban harus dibayarkan oleh
perusahaan. Namun peningkatan tersebut juga dibarengi dengan
semakin tingginya total aktiva yang dimiliki perusahaan, maka nilai
dala rasio solvabilitas masih dianggap stabil sehingga perusahaan
mampu memenuhi kewajibannya dalam waktu jangka pendek.
Begitu pula analisis dengan rasio profit margin terlihat adanya
peningkatan yang berarti bahwa perusahaan memiliki kemampuan
dalam menghasilkan laba. Untuk rasio profitabilitas, dengan
menggunakan dua formulasi menunjukkan peningkatan yang berarti
perusahaan mampu mengelola biaya operasi dengan baik dan
keefektifan perusahaan dalam memakai sumber daya totalnya.
Analisis dengan rasio aktivitas juga terlihat adanya peningkatan,
menunjukkan bahwa perusahaan memiliki kemampuan dalam
penjualan lebih besar dibandingkan dengan aktiva yang dimiliki. Hal
tersebut tidak terlepas dari perspektif yang lain. Hal ini dapat dilihat
dari jawaban atau tanggapan pelanggan dan supplier yang
menunjukan nilai positif dan signifikan. Berdasarkan data jawaban
kuesioner, hasil analisis pada perspektif pelanggan menunjukkan
angka 46,8% pelanggan merasa puas dengan kinerja dari Bank
Muamalat Indonesia (BMI).
Pada perspektif proses bisnis internal juga menunjukkan hasil
yang senada, dimana perusahaan benar-benar memperhatikan
kepuasan pelanggan dan karyawan dengan proses inovasi, operasi,
dan layanan. Tidak kalah pentingnya dengan perspektif yang lain,
perspektif pembelajaran dan pertumbuhan menunjukkan hasil yang
positif dan signifikan. Hasil analisis pada perspektif ini menunjukkan
angka 54,27% karyawan merasa sangat puas. Pada tahap
perkembangannya Balanced Scorecard dimanfaatkan untuk setiap
tahap sistem manejemen strategik, sejak tahap perumusan strategi
sampai tahap implementasi dan pemantauan (Mulyadi, 2007).
Dalam tahap implementasi, pelaksanaan rencana dipantau
dengan konsep berbasis Balanced Scorecard dalam pengukuran
kinerja eksekutif dalam empat perspektif, yakni: keuangan,
pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan
pertumbuhan. Pada tahap pemantauan, hasil pengukuran kinerja

Jurnal Masharif al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah/Vol. 6, No. 2, 2021
582
berdasarkan konsep berbasis Balanced Scorecard dikomunikasikan
kepada eksekutif untuk memberikan umpan balik (feedback) tentang
kinerja mereka, sehingga mereka dapat mengambil keputusan atas
pekerjaan yang menjadi tanggung jawab mereka. Hal ini sesuia
dengan hasil penelitian (Wahyuni, 2011) yang menyatakan bahwa
keputusan atas pekerjaan merupakan tanggung jawab eksekutif dari
perusahaan terebut karena mereka yang akan mengarahkan visi
misi perusahaan.
Empat perspektif tersebut mempunyai hubungan yang saling
terikat antara satu dengan yang lainnya yang penjabarannya
merupakan suatu strategik objectives yang menyeluruh dan saling
berhubungan. Hal tersebut dimulai dari perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan, dimana perusahaan mempunyai suatu strategi untuk
meningkatkan produktivitas dan komitmen karyawan. Sebagai akibat
dari peningkatan produktivitas dan komitmen dari karyawan akan
meningkat pula kualitas proses layanan pelanggan dan proses
layanan pelanggan akan terintegrasi. Dengan demikian kepercayaan
pelanggan dan kepuasan pelanggan akan meningkat pula yang
terlihat dari perspektif pelanggan, dan pada akhirnya akan
berpengaruh pada perspektif keuangan yang ditunjukkan dengan
peningkatan pendapatan penjualan, peningkatan cost effectiveness,
dan peningkatan return. Jadi dari masing-masing perspektif memiliki
peran dan hubungan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Perspektif keuangan sangat dipengaruhi oleh tiga perspektif lainya
yaitu pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan
pertumbuhan. Berawal dari meningkatnya komitmen dan
produktivitas dalam perusahaan yang akan meningkatkan kualitas
proses layanan pelanggan dan pada akhirnya akan menciptakan
kepercayaan terhadap pelanggan.
5. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis kinerja perusahaan berbasis
Balanced Scorecard, maka dapat disimpulakan sebagai berikut:
1. Perspektif keuangan menunjukkan masing-masing rasio
merupakan sinyal positif pada laporan keuangan yang
menunjukkan kinerja perspektif keuangan dalam perusahaan
terlihat baik. Hal ini disebabkan langkah-langkah yang diambil
perusahaan berhasil dijalankan sehingga menghasilkan output
yang maksimal serta memberikan kelangsungan hidup yang baik
bagi perusahaan.
2. Perspektif pelanggan. Berdasarkan hasil survey pada 200
pelanggan dapat diketahui bahwa secara umum sudah sesuai
dengan yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari jawaban atau
tanggapan pelanggan yang menunjukkan nilai yang positif dan
signifikan. Kepuasan pelanggan ini menunjukkan bahwa visi

Jurnal Masharif al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah/Vol. 6, No. 2, 2021
583
manajemen tersampaikan dengan baik ke pelanggan, sehingga
tentu hal ini akan berdampak baik pada perspektif keuangan.
3. Perspektif proses bisnis internal. Dapat dilihat dari proses inovasi,
proses operasi, dan layanan yang telah dilakukan. Kinerja pada
perspektif ini perlu dilakukan pengembangan secara terus
menerus. Dengan demikian semakin banyak pelanggan yang
akan meningkatkan persentase pelanggan baru dan akan
meningkatkan pendapatan. Secara tidak langsung hal tersebut
akan berdampak baik pada perpektif keuangan dan perspektif
pelanggan.
4. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Berdasarkan hasil
survey pada 200 karyawan dapat diketahui bahwa secara umum
sudah sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dari
jawaban atau tanggapan karyawan yang menunjukkan nilai yang
positif dan signifikan. Namun, untuk memaksimalkan kinerja
karyawan, perusahaan perlu melakukan optimalisasi kepuasan
kerja karyawan dengan memperbaiki sistem pemberian gaji agar
karyawan semakin termotivasi untuk bekerja dan terus
menghasilkan produktifitas bagi perusahaan yang tentu
mempengaruhi perspektif lainnya.
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan pada peneliti selanjutnya yaitu:
1. Bagi perusahaan hendaknya lebih memperhatikan asset dan
kewajiban pada laporan keuangan karena terjadi penurunan pada
rasio likuiditas dan peningkatan pada rasio solvabilitas. Di
samping itu, pihak manajemen juga harus memperhatikan biaya-
biaya dalam perusahaan, seperti dana melaspas disarankan agar
diakui sebagai biaya periode pada saat terjadinya upacara
melaspas.
2. Bagi peneliti selanjutnya dapat dapat menambah jangka waktu
pengamatan, menambah jenis rasio yang digunakan.

Daftar Pustaka

Foundation., I. Q. (2007). Malcom Baldrige Criteria for Performance Exellence


2007. jakarta: Indonesian Quality Award Foundation.
Kaplan, Robert, S., & Norton , D. P. (2007). Balanced Scorecard: Menerapkan
Strategi Menjadi Aksi. Jakarta : Erlangga.

Jurnal Masharif al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah/Vol. 6, No. 2, 2021
584
Mulyadi. ( 2007). Balanced Scorecard. Jakarta: Salemba Empat.
Rivai, V. (2005). Performance Appraisal . Jakarta: Rajagrafindo Persada.
Umar, H. (2000). Metodelogi Penelitian . Jakarta: Gramedia Pustaka .
Wahyuni, S. (2011). Analisis Balanced Scorecard sebagai alat Pengukuran
kinerja pada PT. Semen Bosowa Maros . Hasanudin Journal of Busnees
Strategy , 57-70.
Yuwono. (2007). Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced ScorecardMenuju
Organisasi yang Berfokus pada Strategi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama,.

Jurnal Masharif al-Syariah: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah/Vol. 6, No. 2, 2021
585

Anda mungkin juga menyukai