Anda di halaman 1dari 8

1

BAB IV
KOMPETENSI

Target Pembelajaran

1. Memahami makna kompetensi


2. Memahami kompetensi inti
3. Memahami kompetensi dasar
4. Memahami hubungan antara kompetensi inti dengan
kompetensi dasar

Pendahuluan
Kompetensi berasal dari bahasa Inggris “competence” yang bermakna
kemampuan melakukan sesuatu dengan baik dan efisien. Selain itu,
kompetensi juga merupakan target umum yang ingin dicapai melalui
kegiatan pembelajaran. Peserta didik yang berhasil mencapai tujuan
pembelajaran maka akan menjadi orang yang kompeten, yaitu orang
yang mampu melakukan sesuatu dengan baik dan efisien. Oleh karena
itu, istilah kompetensi bisa dipadankan dengan tujuan pembelajaran
yang telah tercapai.

Tujuan Pembelajarannya adalah para peserta didik mampu:


1) Memahami ketentuan hukum bacaan Qalqalah; dan
2) Mempraktikan bacaan Qalqalah dalam surat pendek pilihan.
Jika, tujuan pembelajaran itu tercapai, maka para peserta didik
akan menjadi orang yang kompeten dalam hal hukum bacaan
Qalqalah. Mereka akan mampu mempraktikkan hukum bacaan
Qalqalah dengan baik ketika membaca Alquran
2

Tujuan pembelajaran merupakan sebuah kalimat yang berisi


pernyataan tentang cita-cita yang ingin dicapai melalui serangkaian
aktivitas pembelajaran yang disusun secara sistematis pada jangka
waktu tertentu. Berdasarkan skalanya, tujuan pembelajaran dapat
diklasifikasikan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.
Tujuan merupakan intisari dari serangkaian pelaksanaan
aktivitas pembelajaran. Tanpa adanya tujuan, maka tidak mungkin
akan dilaksanakannya sebuah kegiatan pembelajaran. Tujuan
merupakan petunjuk utama bagaimana kegiatan pembelajaran akan
dilaksanakan.

Pada suatu pagi si Aluh tiba-tiba pergi ke pasar. Sesampainya di


pasar, Aluh melihat ada banyak sekali pedagang yang menjual
berbagai macam dagangannya. Aluh pun berkeliling-keliling cukup
lama. Bahkan ada beberapa pedagang yang sudah pernah
dilewatinya, bahkan berkali-kali. Namun, Aluh belum membeli
sesuatu apapun. Karena mulai merasa lelah Aluh pun menghampiri
pedagang pentol yang mangkal di dekat gerbang pasar. Setelah
membeli dan menikmati beberapa tusuk pentol dan sebungkus
plastik es teh Sisri, Aluh pun akhirnya memutuskan untuk pulang
kembali ke rumah.

Pada contoh ilustratif di atas terlihat jelas bahwa apa yang


dilakukan Aluh sangat tidak efektif, bahkan tidak jelas. Aluh pergi ke
sebuah pasar tanpa tujuan apapun. Hal itu akan sangat berbeda jika
Aluh memiliki tujuan yang jelas sebelum pergi ke pasar. Misalnya,
Aluh berniat untuk membeli bahan-bahan untuk membuat sop ayam,
terdiri atas 1 kg ayam, 10 butir telur bebek, seikat daun sop, ¼ kg
bawang merah dan bawang putih, 5 bungkus penyedap rasa, dan ¼ kg
kentang, wortel dan kubis. Ketika Aluh sampai di pasar, maka Aluh
akan langsung fokus untuk menuju pedagang-pedagang yang menjual
bahan-bahan tersebut. Waktu yang akan dihabiskan selama di pasar
akan efisien, dan kegiatan yang dilakukan Aluh di pasar pun menjadi
efektif. Aluh tidak perlu berkeliling-keliling tidak jelas ke semua sudut
3

pasar. Oleh karena itu, tujuan pembelajaran adalah syarat awal yang
harus dipenuhi sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Para ahli pembelajaran mengungkapkan bahwa tujuan
pembelajaran dapat ditentukan melalui 4 (empat) pendekatan:
1. Para ahli konten (subject matter expert)
Ahli konten adalah orang yang menguasai suatu bidang kajian
tertentu, misalnya Prof. Quraish Shihab sebagai seorang pakar
tafsir Alquran, maka perancang pembelajaran untuk
pembelajaran tafsir Alquran dapat meminta bantuan atau
meminta pertimbangan kepada beliau untuk merumuskan
suatu tujuan pembelajaran pada bidang tafsir.
2. Outline Konten (the content outline), yaitu merumuskan
tujuan pembelajaran berdasarkan temuan di lapangan bahwa
skill atau pengetahuan yang seharusnya dikuasai ternyata tidak
tercantum dalam materi pembelajaran yang telah dirumuskan.
Misalnya, para mahasiswa PAI UIN Antasari Banjarmasin
sebagai calon guru pendidikan agama Islam seharusnya
mampu mengenal ragam seni bacaan Alquran (qiraat sab’ah),
namun karena tidak pernah dibelajarkan tentang itu pada mata
kuliah Ulumul Qur’an, maka mahasiswa PAI tidak ada satupun
yang paham dan kenal dengan ragam seni bacaan Alquran
(qiraat sab’ah). Oleh karena itu, pada pembelajaran selanjutnya
di mata kuliah Ulumul Qur’an, dosen harus merumuskan
sebuah tujuan pembelajaran baru, yaitu: mahasiswa mampu
mengenal dan memahami ragam seni bacaan Alquran (qiraat
sab’ah).
3. Amanah peraturan (administrative mandate), yaitu harapan
yang ingin diwujudkan oleh suatu lembaga melalui peraturan
tertentu. Misalnya target lulusan (standar kompetensi lulusan)
sebuah lembaga pendidikan Taman Pendidikan Alquran (TPA).
Target lulusan TPA itulah yang akan dijadikan acuan untuk
merumuskan tujuan-tujuan pembelajaran pada TPA.
4. Kualitas kinerja (performance), yaitu adanya gap antara
kemampuan yang dimiliki sekarang dengan kemampuan yang
diharapkan. Namun, hanya gap yang disebabkan oleh
4

pengetahuan dan keterampilan (lack of skills or knowledge) yang


bisa dipecahkan melalui aktivitas pembelajaran.

Gap kemampuan
kemampuan
yang dicita-
(Apa adanya)
citakan

Gap antara kondisi sekarang dengan kondisi yang


diinginkan itulah yang akan menjadi acuan untuk merumuskan
tujuan pembelajaran. Misalnya:

Kondisi Apa adanya : Siswa kelas XII MA tidak mampu


mempraktikkan khutbah Jum’at

Kondisi Yang dicita- : Siswa kelas XII MA mampu


citakan mempraktikkan khutbah Jum’at

Meskipun demikian, untuk semua jenjang pendidikan formal di


Indonesia, tujuan pembelajaran umumnya telah ditentukan dan
ditetapkan melalui peraturan pemerintah tentang kompetensi inti dan
kompetensi dasar. Oleh karena itu, untuk merancang sebuah
pembelajaran pada jenjang pendidikan formal di Indonesia maka,
pendekatan yang digunakan untuk menentukan tujuan pembelajaran
umum yang ingin dicapai adalah melalui pendekatan amanah
peraturan (administrative mandate). Perancang pembelajaran tinggal
memilih kompetensi inti dan kompetensi dasar yang ingin dicapai
sesuai dengan jenjang peserta didik yang akan dibelajarkan.
Kompetensi Inti
Kompetensi inti merupakan kriteria umum yang harus dicapai dan
hanya akan dapat tercapai melalui kompetensi dasar-kompetensi
dasar pada semua mata pelajaran. Kompetensi Inti (KI) merupakan
penghubung antar kompetensi dasar di setiap mata pelajaran pada
suatu jenjang.
5

Kompetensi inti terdiri atas empat bidang, yaitu:

1. Kompetensi Inti Spiritual, yaitu sebuah target agar peserta


didik menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan
2. Kompetensi Inti Sosial, yaitu sebuah target agar peserta didik
menjadi manusia yang bersikap dan berjiwa sosial
3. Kompetensi Inti Pengetahuan, yaitu sebuah target agar peserta
didik menjadi manusia yang berpengetahuan luas
4. Kompetensi Inti Keterampilan, yaitu sebuah target agar
peserta didik menjadi manusia yang terampil.

Dengan kata lain, peserta didik diharapkan mampu menjadi manusia


yang kuat imannya, mulia akhlak sosialnya, luas ilmunya, dan
terampil. Dalam konteks masyarakat Banjar, jika keempat kompetensi
inti itu tercapai, maka hasilnya adalah manusia yang bagus ibadahnya,
bagus kalakuannya, saraba tahu, wan saraba bisa. Oleh karena itu, agar
Kompetensi Inti (KI) dapat tercapai, maka semua Kompetensi Dasar
(KD) di semua mata pelajaran harus tercapai terlebih dahulu. Jika
Kompetensi Dasar (KD) disemua mata pelajaran tercapai, maka
Kompetensi Inti (KI) secara otomatis akan tercapai, begitupun
sebaliknya.

KOMPETENSI INTI untuk


semua mata pelajaran di
setiap jenjang

KOMPETENSI DASAR
semua mata pelajaran
(Matematika, Bhs. Indo,
Bhs. Inggris, Fikih,
Akidah Akhlak, Alquran
Hadis, SKI, IPA, IPS,
Penjaskes, Olahraga, di
setiap jenjang
6

Oleh karena itu, pada setiap jenjang pendidikan formal, apapun mata
pelajarannya, maka kompetensi Intinya tetap sama. Kompetensi inti
pada jenjang pendidikan formal hanya ada tiga, yaitu kompetensi inti
untuk jenjang MI, kompetensi inti untuk jenjang MTs, dan kompetensi
inti untuk jenjang MA.

Contoh:
Kompetensi Inti Untuk jenjang MTs
Kompetensi Inti Keterangan
Spiritual Menghargai dan menghayati ajaran agama yang
dianutnya
Sosial Menghargai dan menghayati perilaku jujur,
disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi,
gotong royong), santun, percaya diri, dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan
sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya
Pengetahuan Memahami pengetahuan (faktual, konseptual,
dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni,
budaya terkait fenomena dan kejadian tampak
mata
Keterampilan Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah
konkret (menggunakan, mengurai, merangkai,
memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak
(menulis, membaca, menghitung, menggambar,
dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di
madrasah dan sumber lain yang sama dalam
sudut pandang/ teori

Kompetensi Inti pada tabel di atas adalah kompetensi inti untuk


semua mata pelajaran pada jenjang MTs. Kompetensi Intinya sama,
namun kompetensi-kompetensi dasarnya berbeda untuk setiap mata
pelajaran.
Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar merupakan bentuk pernyataan tentang tujuan
pembelajaran umum yang ingin dicapai pada setiap mata pelajaran di
7

setiap jenjang. Seperti halnya dengan kompetensi inti, rumusan


kompetensi dasar juga diklasifikasikan menjadi empat, yaitu
kompetensi dasar spiritual, kompetensi dasar sosial, kompetensi dasar
pengetahuan, dan kompetensi dasar keterampilan.
Kompetensi dasar spiritual dan sosial umumnya akan tercapai
secara jangka panjang. Itu karena, hasil capaiannya hanya akan terlihat
melalui sikap dan tingkah laku sehari-hari yang dilakukan secara terus
menerus (menjadi sebuah karakter). Selain itu, kompetensi spiritual
dan sosial itu juga memerlukan tahapan-tahapan yang memerlukan
waktu lama agar bisa diukur. Itu berbeda dengan kompetensi dasar
bidang pengetahuan dan keterampilan yang bisa segera diukur setelah
pembelajaran selesai.

Contoh Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Fiqih


Spiritual Sosial Pengetahuan Keterampilan
Mengamalkan Menjalankan sikap Menganalisis Menjelaskan
shalat fardlu tertib ketentuan hasil
lima waktu dan disiplin shalat fardlu analisis tata cara
pada waktunya sebagai lima waktu shalat
sebagai pokok implementasi dari fardlu lima
ajaran Islam pengetahuan waktu
tentang shalat
fardlu lima waktu

Pada tabel di atas terlihat jelas pada Kompetensi Dasar Spiritual, yaitu
“Mengamalkan shalat fardlu lima waktu pada waktunya sebagai
pokok ajaran Islam”. Meskipun dalam beberapa kali pertemuan
peserta didik tuntas mengetahui dan memahami segala dalil, bacaan,
dan tatacara serta mampu mempraktikkan dengan baik setiap gerakan
dalam shalat fardhu lima waktu (kompetensi pengetahuan dan
keterampilan), namun untuk mampu mengamalkan dan terbukti telah
mengamalkan itu memerlukan waktu lama, sehingga pendidik tidak
bisa mengukurnya seketika. Oleh karena itu, untuk kompetensi dasar
spiritual dan sosial adalah dua kompetensi yang memerlukan
pengukuran dalam waktu lama dan berkelanjutan. Umumnya tercapai
tidaknya kompetensi dasar spiritual dan sosial itu dapat dilihat dari
tingkah laku, dan aktivitas peserta didik sehari-hari.
8

Simpulan
Tujuan merupakan syarat utama sebuah pembelajaran. Tanpa tujuan,
maka kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, meskipun di kelas
menjadi tanpa makna (sia-sia). Dalam konteks pendidikan di
Indonesia, tujuan pembelajaran yang ingin dicapai itu sama dengan
kompetensi pembelajaran yang ingin dicapai. Kompetensi
diklasifikasikan menjadi dua, yaitu kompetensi inti dan kompetensi
dasar. Kompetensi inti dan kompetensi dasar memiliki empat dimensi,
yaitu spiritual, sosial, pengetahuan dan keterampilan. Kompetensi inti
mencakup semua mata pelajaran, sementara kompetensi dasar hanya
untuk per mata pelajaran. Kompetensi inti hanya akan dapat tercapai
jika semua kompetensi dasar di semua mata pelajaran telah berhasil
dicapai.

Jika masih ragu-ragu,


WAJIB
bertanya atau meminta bantuan
kepada dosen atau mahasiswa lainnya

Anda mungkin juga menyukai