MAKALAH
MAKALAH
DOSEN PEMBIMBING:
Vina Asna Afifah, S.Kep.,Ns., M.Kep
Di Susun oleh:
1. Ike Erna Safitri (22020032)
2. Seli Ana (22020035)
3. Salma Nadiya (22020036)
4. Lutfiana Putri S (22020048)
5. Anisa Nganti S (22020052)
6. Pungkas Aprilia (22020054)
7. Prima Lucky Pradana (22019031)
Kami panjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
Rahmat-nya, yaitu berupa nikmat kesehatan sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah ini.
Penulisan Makalah dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah.
Makalah ini dapat diselesaikan atas proses bimbingan. Untuk itu kami berterima kasih
kepada Bapak Habid Al Hasbi, S.Kep, Ns, M.Kes selaku pembimbing yang telah
memberikan arahan kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran
dan usulan demi perbaikan makalah ini. Semoga makalah kami dapat memberikan manfaat
bagi pengembangan ilmu, terutama dalam pendidikan keperawatan dan kesehatan lainnya
khususnya ilmu Keperawatan Medikal Bedah.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Benigna prostat hiperplasia (BPH) adalah pembesaran kelenjar prostat non-kanker.
BPH di jumpai pada lebih dari pria berusia diatas 60 tahun. BPH dapat menyebabkan
penekanan pada uretra ditempat uretra menembus prostat sehingga berkemih menjadi
sulit, mengurangi kekuatan aliran urine, atau menyebabkan urine menetes (Corwin,2009).
Menurut Purnomo (2011) terjadinya BPH hingga saat ini belumdiketahui secara pasti,
tetapi beberapa hipotesis menyatakan bahwa BPH erat kaitannya dengan peningkatan
kadar dihidrotesteron (DHT) dan proses aging (penuaan).
Beningna Prostat Hiperplasia (BPH) dianggap menjadi bagian dari proses penuaan
yang normal. Walaupun demikian, jika menimbulkan gejala yang berat dan tidak segera
ditangani dapat menimbulkan komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita BPH yang
dibiarkan tanpa pengobatan adalah pembentuk batu vesika akibat selalu terdpat sisa urine
setelah buang air kecil, sehingga terjadi pengendapan batu. Bila terkena intravesika yang
tinggi tersebut diteruskan ke ureter dan ginjal, akan terjadi hidroureter dan hidronefrosis
yang akan menyebabkan penurunan fungsi ginjal, (Purnomo,2011).
Data prevalensi tentang BPH secara mikroskopi dan anatomi sebesar 40% dan 90%
terjadi pada rentang usia 50-60 tahun dan 80-90 tahun (Amalia Riski,2010). Di Indonesia
BPH merupakan urologi kedua setelah batu saluran kemih yang dijumpai di klinik urologi
dan diperkirakan 50% ada pria berusia diatas 50tahun. Angka harapan hidup di Indonesia,
rata-rata mencapai 65 tahun sehingga diperkirakan 2,5 juta laki-laki di Indonesia
menderita BPH (Pakasi,2009).
Pada pasien BPH biasanya terjadi obstruksi pada prostat hiperplasi. Untuk
menghilangkan adanya obstruksi pada prostat hiperplasi, maka perlu dilakukan terapi
berupa medikamentosa, pembedahan, atau tindakan enduorologi lain yang kurang invasif.
Akan tetapi sampai saat ini tindakan terbaik untuk menyelesaikan masalah pada pasien
BPH adalah sebagai tindakan operasi atau prostatektomi (Haryono,2013).
Tindakan operasi memungkinkan sekali munculnya masalah kesehatan diantaranya
seperti perubahan rasa nyaman nyeri, cemas karena adanya perubahan fungsi tubuh,
aktifitas seksual terganggu, serta muncul masalah infeksi. Dalam hal ini peran perawat
adalah dapat membantu klien dalam memeuhi kebutuhan post operasi (Brunner &
Suddarth)
1.2 Batasan Masalah
Berdasarkan uraian di atas maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah
‘’Bagaimana gambaran Asuhan Keperawatan terhadap pasien
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
1.5 Manfaat
1.5.1 Manfaat Teoritis
1.5.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi BPH
Benigna Prostat Hyperlapsia (BPH) adalah suatu kondisi yang terjadi sebagai hasil dari
pertumbuhan dan pengendalian hormon prostat (Yuliana elin, 2011).
BPH Adalah keadaan dimana suatu prostat mengalami pembesaran memanjng keatas ke
dlam kandung kemih dan menyumbat aliran urine dengan cara menutupi orifisium uretra.
(Smeltzer dan Bare, 2002)
Hiperplasi prostat adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat (secara umum pada
pria > 50 tahun) yang menyebabkan berbagai derajat obstruksi uretra dan pembiasan aliran
urinarius. (Doenges, 1999).
Pendapat lain mengatakan bahwa BPH adalah pembesaran progresif dari kelenjar prostat
(secara umum pada pria lebih tua dari 50 tahun) menyebabkan berbagai derajat obstruksi
uretra dan pembatasan aliran urinrius (Marilynn, E.D, 2000).
Kesimpulan dari empat pengertian dapat disimpulkan bahwa BPH adalah pembesaran
progresif dan kelenjar prostat, bersifat jinakdisebabkan oleh hyperlapsi beberapa atau semua
komponen prostat yang mengakibatkan prostatika dan umumnya terjadi pada pria dewasa
lebih dari 50tahun.