Manifestasi klinis
Masa inkubasi virus dalam tubuh manusia sekitar 4-6 hari (dalam rentang 3-14 hari),
selama masa itu dapat timbul gejala prodromal yang tidak khas seperti nyeri kepala, nyeri
tulang, dan perasaan lelah (WHO, 2009).
Setelah masa inkubasi, gejala klinis mulai terlihat. Gejala klinis yang muncul
digolongkan menjadi empat fase sesuai dengan perjalanan penyakit, gejala yang timbul dan
warning sign yang ada. Keempat fase ini juga sangat berpengaruh terhadap menejemen terapi
yang akan dilakukan nantinya (WHO, 2009).
1. Fase febrile
Penderita pada fase ini akan mengalami demam tinggi secara tiba-tiba. Fase febril ini
terjadi dalam 2-7 hari dengan disertai kemerahan pada wajah, erythema pada kulit, myalgia,
arthralgia dan sakit kepala. Beberapa penderita mengalami sakit tenggorokan, hiperemi
pharynx dan konjunctiva. Penurunan nafsu makan, mual dan muntah juga sering ditemui.
Pada awal fase ini cukup sulit untuk membedakan demam dengue demam non-dengue.
Monitoring terhadap warning-sign dan parameter klinis yang lain sangat diperlukan untuk
mengetahui perjalanan penyakit menjadi fase kritis.
Manifestasi perdarahan ringan seperti petechie dan perdarahan pada mukosa dapat
terlihat pada fase ini. Hepatomegali dapat pula terjadi pada beberapa hari serangan demam.
Pada pemeriksaan darah lengkap, yang tampak adalah penurunan sel darah putih, yang dapat
digunakan sebagai salah satu tanda kemungkinan infeksi dengue.
1
Gambar 5. Perjalanan Fase-fase Dengue (WHO, 2009)
2. Fase kritis
Fase ini terjadi pada hari ke-3-7 sakit. Demam pada hari-hari sebelumnya menghilang,
suhu tubuh berada di kisaran 37,5-38oC atau dibawahnya. Terjadi pula peningkatan
permiabilitas kapiler yang berhubungan dengan peningkatan hematokrit. Inilah tanda pasti
dari fase kritis atau dikenal dengan fase afebris. Periode plasma leakage terjadi secara
signifikan tampak pada 24-48 jam pertama pada fase ini.
Lekopenia dan trombositopenia secara progresif terjadipada plasma leakage. Dalam
keadaan ini, penderita tanpa peningkatan permeabilitas kapiler akan mengalami perbaikan,
namun, pasien dengan peningkatan permeabilitas kapiler akan mengalami kehilangan volume
plasma. Efusi pleura dan ascites dapat terjadi berhubungan dengan derajat plasma leakage
dan terapi cairan yang diterima.
Shock atau kehilangan volume plasma yang berat terjadi dikarenakan plasma leakage.
Temperatur tubuh bisa subnormal saat shock terjadi. Dengan shock yang tidak tertanganani,
hypoperfusi organ akan terjadi sehingga mengakibatkan organ impairment, ascidosis
metabolic dan disseminated intravascular coagulation. Saat shock berat, hematokrit semakin
menurun, terjadi pula lekopenia, tetapi hitung sel darah putih menunjukkan peningkatan.
Penderita yang mengalami peningkatan keadaan umum saat terjadi penurunan suhu
tubuh dikatakan hanya mengalami demam dengue (DF). Namun, beberapa penderita
mengalami fase kritis dengan plasma leakage tanpa penurunan suhu tubuh yang berarti. Pada
penderita ini, perubahan pada pemeriksaan darah lengkap dapat digunakan sebagai pedoman
untuk meramalkan terjadinya plasma leakage dan manifestasi lain yang akan muncul.
3. Fase penyembuhan
Penderita yang dapat bertahan selama 24-48 jam fase kritis, akan mengalami reabsorpsi
cairan extravaskular pada 48-72 jam berikutnya. Gejala klinis secara umum akan membaik,
nafsu makan kembali, gejala gastrointestinal membaik dan status hemodinamik menjadi
stabil. Beberapa penderita akan mengalami “confalesence rash” pada pergelangan tangan dan
kaki.
2
Hematokrit yang stabil atau menurun merupakan efek dari kembalinya cairan ke
intravaskular serta terapi cairan yang telah didapat. Sel darah putih mulai kembali meningkat
segera, tetapi peningkatan trombosit akan terjadi sedikit lebih lama.
4. Severe dengue
Severe dengue atau dengue berat adalah bila didapatkan beberapa gejala, yaitu : (i)
plasma leakage yang mengarah ke shock dengan atau tanpa distress nafas, (ii) perdarahan
berat, (iii) organ imparment berat yang secara garis besar ditandai dengan adanya warning
sign. Fase ini merupaka lanjutan dari shock yang terjadi pada hari ke-4 atau 5. Pada awal
shock, mekanisme kompensasi membuat tekanan sistolik normal dengan tacycardi dan
vasokonstriksi dari pembuluh darah perifer sehingga mengurangi perfusi kulit sehingga akral
dingin dan capillary refill time melambat. Pada shock yang tidak terkompensasi, akan terjadi
penyempitan tekanan darah (antara sistolik dan diastolic) < 20 mmHg. Terjadi pula hipotensi,
dan bila terjadi prolonged hipotensi akan berakibat multi organ failure. Manifestasi yang biasa
terjadi pada severe dengue adalah gagal ginjal akut dan encephalopathy.
Tabel 1. Warning Sign (WHO, 2009)
2. Diagnosis
Kriteria diagnosis Demam Dengue
DF merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari ditandai oleh 2 atau lebih
manifestasi klinis sebagai berikut (WHO, 2009) :
1. nyeri kepala
2. nyeri retro-orbital
3. mialgia/artralgia
3
4. ruam kulit
5. manifestasi perdarahan (petekiae atau uji tourniquet/uji bendung memberikan hasil
positif)
6. leukopenia
dan pemeriksaan serologi dengue positif, atau ditemukan pasien DF/DHF yang sudah
dikonfirmasi pada lokasi dan waktu yang sama.
4
2. Derajat II: derajat I disertai perdarahan spontan
3. Derajat III: terdapat kegagalan sirkulasi seperti nadi cepat dan lemah atau hipotensi,
disertai kulit dingin dan lembab serta gelisah
4. Derajat IV: tekanan darah dan nadi tidak teratur, fase syok (Dengue Shock Syndrome)
b. Pemeriksaan Radiologis
Pada pemeriksaan radiologis bisa ditemukan efusi pleura, terutama sebelah kanan.
Berat ringannya efusi pleura berhubungan dengan berat ringannya penyakit. Pada pasien yang
mengalami syok, efusi pleura dapat ditemukan bilateral. Pemeriksaan foto rontgen dada
sebaiknya dilakukan dalam posisi lateral dekubitus kanan (RLD). Indikasi pemeriksaan foto
dada RLD (1) Dalam keadaan klinis ragu-ragu, namun perlu diingat bahwa terdapat kelainan
radiologis pada perembesan plasma 20-40%, (2) Pemantauan klinis, sebagai pedoman
pemberian cairan (Suhendro et al., 2007).
Kelainan radiologi yang dapat terjadi dilatasi pembuluh darah paru terutama daerah
hilus kanan, hemitoraks kanan lebih radioopak dibandingkan yang kiri, kubah diafragma
kanan lebih tinggi daripada kanan. Asites dan efusi pleura dapat pula dideteksi dengan
pemeriksaan USG (Suhendro et al., 2007).
5
Pengujian secara imunoserologi dapat pula digunakan sebagai pemeriksaan penunjang
dalam membantu diagnosis dari infeksi dengue, diantaranya (WHO, 2009):
1. Isolasi virus yang dapat dilakukan pada awal fase viremia (sebelum hari ke-5)
pada plasma atau serum
2. Polymerase chain reaction
3. NS1 antigen dapat ditemukan pada awal perjalanan penyakit sampai hari ke-9
4. IgM dapat ditemukan setelah hari ke-3
5. IgG dapat ditemukan setelah hari ke-10 sampai seumur hidup
11. Penatalaksanaan
Karena dengue disebabkan oleh virus, tidak ada obat atau antibiotik spesifik untuk
merawatnya. Untuk dengue yang khas, perawatan semata-mata menyangkut pembebasan dari
gejala-gejala (symptomatic). Istirahat dan pemasukan cairan untuk hidrasi yang tepat adalah
penting. Aspirin dan obat-obat anti peradangan nonsteroid harus dihindari. Acetaminophen
(Tylenol) dan codeine mungkin diberikan untuk sakit kepala yang parah dan untuk nyeri sendi
dan otot (myalgia) (Suhendro et al, 2007).
Pada pasien-pasien dengan demam berdarah dengue (DBD) harus dimonitor secara ketat
untuk beberapa hari pertama karena shock mungkin terjadi atau berulang dengan cepat.
Pasien-pasien yang kebiruan (cyanotic) diberikan oksigen. Runtuhnya vaskular (shock)
memerlukan penggantian cairan yang segera. Transfusi-transfusi darah mungkin diperlukan
untuk mengontrol perdarahan (Suhendro et al, 2007).
6
Menurut CDC, penentuan terapi bergantung pada manifestasi klinis, yang dibagi
menjadi tiga yaitu Group A, Group B dan Group C.
7
risiko perdarahan berat dan sebaliknya cepat memburuk.
dapat menyebabkan kelebihan cairan dan Monitor ketat asupan dan output cairan, tanda-tanda
rawat inap yang berkepanjangan. vital, dan kadar hematokrit. Input dan output cairan
Jangan memberikan normal salin 0,45%. harus diukur setidaknya setiap shift dan periksa tanda-
Cairan ini tidak boleh diberikan, bahkan tanda vital setidaknya setiap 4 jam. Hematokrit harus
sebagai cairan rumatan, karena dapat diukur setiap 6-12 jam minimal selama periode kritis.
mengalami kebocoran ke ruang ketiga dan Kenali dan atasi keadaan awal syok. Syok awal (juga
dapat menyebabkan memburuknya ascites dikenal sebagai syok terkompensasi atau syok
dan efusi pleura. normotensif) ditandai dengan penyempitan tekanan
Jangan menganggap bahwa cairan IV nadi (tekanan darah sistolik dikurangi diastolik
diperlukan. Pertama periksa apakah pasien mendekati 20 mmHg), peningkatan denyut jantung,
dapat mendapatkan cairan secara oral. dan lambatnya capillary refill time atau ekstremitas
Gunakan hanya sejumlah minimal cairan IV dingin.
untuk menjaga perfusi pasien yang baik. Berikan koloid (seperti albumin) untuk syok refrakter.
Turunkan kecepatan cairan IV ketika status Pasien yang tidak berespon dengan 2-3 bolus salin
hemodinamik membaik atau urin output isotonik harus diberikan koloid bukannya salin yang
meningkat. banyak.
Berikan PRC atau whole blood untuk perdarahan yang
signifikan secara klinis. Jika hematokrit menurun
dengan tanda-tanda vital tidak stabil atau perdarahan
signifikan jelas tampak, segera transfusi darah.
Group A
Manajemen Rawat Jalan
Selama fase demam (berlangsung 2-7 hari) dan fase kritis (1-2 hari), dokter harus :
Melakukan pemeriksaan darah lengkap
Perhatikan tanda-tanda dehidrasi
Perhatikan tanda-tanda peringatan, termasuk penurunan jumlah trombosit dan peningkatan
hematokrit
Perhatikan penurunan suhu badan (menunjukkan awal fase kritis)
Menyarankan pasien atau keluarga mereka untuk melakukan hal berikut :
Mengontrol demam
Berikan asetaminofen setiap 6 jam (maksimum 4 dosis per hari). Jangan memberikan ibuprofen,
aspirin, atau obat yang mengandung aspirin.
Kompres pasien dengan air hangat saat suhu tinggi.
Mencegah dehidrasi yang terjadi ketika seseorang kehilangan terlalu banyak cairan (dari
demam tinggi, muntah, atau asupan oral yang buruk). Berikan banyak cairan (bukan hanya
air) dan amati tanda-tanda dehidrasi. Membawa pasien ke klinik atau UGG jika salah satu dari
tanda-tanda berikut muncul :
Penurunan buang air kecil (memeriksa jumlah popok basah atau jumlah pergi ke kamar mandi)
Sedikit atau tidak ada air mata ketika anak menangis
8
Mulut, lidah atau bibir kering
Mata cowong
Gelisah, agitasi, dan kebingungan
Denyut jantung cepat (> 100/menit)
Jari tangan dan kaki dingin atau lembab
Ubun-ubun cekung pada bayi
Mencegah penyebaran demam berdarah di dalam rumah
Menggunakan repellen saat demam untuk menghindari menginfeksi nyamuk yang dapat
menginfeksi orang lain dalam waktu 2 minggu.
Membunuh semua nyamuk di rumah.
Kosongkan genangan air yang ada di teras rumah
Masukan layar pada jendela dan pintu untuk mencegah nyamuk masuk ke dalam rumah.
Perhatikan tanda-tanda peringatan ketika suhu menurun 3 sampai 8 hari setelah gejala
dimulai. Segera kembali ke klinik atau UGD jika salah satu dari tanda-tanda peringatan
berikut muncul:
Nyeri perut berat atau muntah terus-menerus
Muncul bintik-bintik merah pada kulit
Perdarahan dari hidung atau gusi
Muntah darah
BAB hitam
Mengantuk atau gelisah
Pucat, dingin, dan kulit lembab
Kesulitan bernapas
Group B
9
Gambar 8. Manajemen infeksi virus dengue group B (CDC)
Group C
10
Gambar 9. Manajemen infeksi virus dengue group C dengan syok terkompensasi (CDC)
11
Gambar 10. Manajemen infeksi virus dengue group C dengan syok hipotensi (CDC)
12
Gambar 11. Penilaian status hemodinamika (CDC)
13