Anda di halaman 1dari 6

Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Dana BOPTN Tahun 2016, ISBN : 978-602-14917-3-7

Asupan Makan Dan Profil Lipid Pada Pegawai


Dengan Status Gizi Obesitas Dan Status Gizi
Normal
Arinda Lironika Suryana1, Zora Olivia 2
Jurusan Kesehatan, Politeknik Negeri Jember
Jl. Mastrip Jember Kotak Pos 164 Kode Pos 68101
1arinda17md@gmail.com

2zora_7387@gmail.com

Abstract
Obesitas merupakan masalah kesehatan kronis dan menjadi risiko penyebab kematian kelima di dunia. Obesitas merupakan
keadaan penumpukan lemak berlebihan atau abnormal yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan. Seseorang dikatakan
obesitas dapat dilihat dari Indeks Masaa Tubuh > 25 kg/m2. Salah satu penyebab terjadinya obesitas adalah pola makan dan
akan bermanifestasi pada perubahan profil lipid seperti kolesterol total, LDL dan HDL. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui perbedaan asupan makan dan profil lipid pegawai negeri sipil dengan status gizi normal dan obesitas di Politeknik
Negeri Jember. Metode penelitian menggunakan observasional analitik dengan desain cross sectional. Sampel adalah PNS yang
bekerja di Politenik Negeri Jember yang berumur ≥ 30 tahun dan berjumlah 38 orang. Teknik sampling dengan purposive
sampling. Data dikumpulkan dengan metode wawancara, food recall, antropometri dan pemeriksaan laboratorium. Data yang
diperoleh dianalisis menggunakan Independent T-test dan Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan tidak didapatkan
perbedaan yang signifikan dari asupan karbohidrat (p= 0,203; p>0,05), protein (p= 0,303; p>0,05) dan serat (p= 0,481; p>0,05)
pada kedua kelompok responden. Asupan energi (p=0,002; p<0,05) dan lemak (p=0,027; p<0,05) memiliki perbedaan yang
signifikan antara responden dengan status gizi normal dan obesitas. Tidak didapatkan perbedaan kadar kolesterol total
(p=0,351), LDL (p=0,173) dan HDL (p=0,250) pada kelompok yang obesitas maupun status gizi normal.

Keywords— Asupan Makan, Profil Lipid, Obesitas


perempuan 23,8%) [5]. Angka obesitas pada laki-laki tahun
I. PENDAHULUAN
2010 sekitar 15% dan pada tahun 2013 meningkat menjadi
Obesitas telah menjadi pandemi global di seluruh dunia 20% [6].
dan menjadi masalah kesehatan kronis dengan konsekuensi Obesitas merupakan suatu keadaan penumpukan lemak
yang sangat bervariasi mulai dari kematian prematur sampai berlebihan atau abnormal yang dapat menimbulkan
kualitas hidup yang rendah [1]. Obesitas merupakan risiko gangguan kesehatan[3]. Seseorang dikatakan mengalami
penyebab kematian kelima di dunia. Setidaknya 2,8 juta obesitas jika IMT lebih dari 25 kg/m2. IMT berkorelasi
orang meninggal setiap tahun sebagai akibat dari kelebihan bermakna dengan lemak yang terdapat dalam tubuh dan
berat badan atau obesitas. Selain itu, juga menyebabkan
relatif tidak dipengaruhi oleh tinggi badan [7].
risiko timbulnya berbagai macam penyakit seperti Diabetes
Penelitian yang dilakukan Zelzer dkk [8] tentang
Mellitus (44%), penyakit jantung iskemik (23%) dan kanker
(7%) [2]. hubungan obesitas dengan dislipidemia menunjukkan bahwa
Menurut data World Health Organization (WHO), obesitas berhubungan dengan dislipidemia. Obesitas apabila
terdapat 1,6 miliar orang dewasa yang memiliki berat badan menetap selama periode waktu tertentu bisa menyebabkan
berlebih (overweight) dan 400 juta diantaranya mengalami terjadinya berbagai gangguan metabolik dan diantaranya
obesitas. Sekitar satu pertiga (32,9%) atau 72 juta orang hiperkolesterolemia.
dewasa warga negara Amerika Serikat adalah obese[3]. Penimbunan lemak tubuh yang tersimpan di jaringan
Sedangkan di Indonesia, hasil Riset Kesehatan Dasar tahun adipose, terbagi dua yaitu ada yang terdapat di jaringan
2010 menunjukkan bahwa prevalensi obesitas berdasarkan adipose subkutan dan omental. Pada lemak tubuh yang
Indeks Massa Tubuh (IMT) pada penduduk umur ≥15 tahun tertimbun di jaringan adipose omental berhubungan
sebesar 21,7% (10% berat badan lebih dan 11,7% obesitas) langsung dengan jaringan adipose visceral yang merupakan
[4]. Angka ini meningkat jika dibandingkan dengan hasil perlemakan organ-organ dalam perut. Penimbunan lemak
Riskesdas tahun 2007 yang menunjukkan prevalensi pada jaringan adipose visceral dalam jangka panjang
nasional obesitas sebesar 10,3% (laki-laki 13,9%, menyebabkan ketidakmampuan sel lemak untuk menyimpan

57
Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Dana BOPTN Tahun 2016, ISBN : 978-602-14917-3-7

trigliserida secara adekuat dan merupakan tahap awal Sumber energi dalam bahan makanan dapat diperoleh
terjadinya hipertrigliseridemia akibat resistensi insulin. dari zat gizi makro yaitu karbohidrat, lemak dan protein.
Beberapa mekanisme telah ditujukan untuk memainkan Diet tinggi karbohirat akan meningkatkan kadar trigliserid
peran pada peningkatan produksi kolesterol hati yang untuk sementara dan turunnya kadar HDL. Makanan dari
terlihat pada obesitas visceral. Akibat beberapa mekanisme tepung kurang sifat aterogeniknya dibandingkan gula murni.
ini yang merupakan akibat dari penimbunan lemak Protein hewani umumnya lebih meningkatkan kolesterol
(obesitas) dalam jangka panjang sehingga menyebabkan dibandingkan dengan protein nabati, sehingga
terjadinya peningkatan kadar kolesterol dalam darah meningkatkan terjadinya aterosklerosis.
(kolesterolemia) [9]. Lemak merupakan sumber energi efesien, tetapi
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Hastuti, dkk [10], kelebihan lemak dalam makanan mempunyai risiko
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bermakna terhadap penimbunan energi yang berlebih sehingga
profil lipid dan tekanan darah antara subyek obesitas dengan menyebabkan obesitas. Lemak diperlukan oleh tubuh
kontrol (p>0,05). Namun, pada subyek obesitas cenderung sebagai cadangan energi, mengatur suhu tubuh, pelarut
memiliki kadar trigliserid dan risiko tekanan darah sistolik vitamin A,D,E,K dan mineral, dan masih banyak lagi fungsi
lebih tinggi dibanding kontrol. Penelitian lain, melaporkan lain lemak bagi tubuh. Sebaliknya bila asupan lemak
hal yang berbeda yaitu, terdapat perbedaan kadar trigliserid berlebihan dan tidak seimbang dapat berbahaya misalnya
(p=0,01; p<0,05) dan kadar LDL antara subyek obesitas dan tinggi kolesterol total, lemak jenuh, rendahnya lemak tidak
non obesitas [11]. Kedua penelitian ini tidak meneliti jenuh. Diet yang direkomendasikan adalah asupan lemak ≤
tentang asupan zat gizi yang mungkin saja bisa terkait 30% total kalori dan tidak kurang dari 20% total kalori,
dengan profil lipid pada obesitas. asam lemak jenuh < 10% total kalori, serta diet kolesterol <
Mengingat bahaya obesitas dan dislipidemia, maka 300 mg/hari.
penting dilakukan pencegahan sejak dini dengan cara Golongan serat yang larut (oat bran, pectin) yang banyak
memantau asupan makanan serta melakukan penimbangan ditemukan di buah-buahan dan sayuran dapat menurunkan
berat badan dan pemeriksaan profil lipid secara periodik. kolesterol dengan mengikat asam empedu dan menghambat
Dengan memperhatikan hal tersebut, peneliti tertarik untuk absorpsi.
mengamati perbedaan asupan makan dan profil lipid pada C. Profil Lipid
Pegawai Negeri Sipil yang memiliki status gizi obesitas dan
Kolesterol sebanyak 75% dibentuk di organ hati
normal di Politeknik Negeri Jember. Selanjutnya, penelitian
sedangkan 25% diperoleh dari asupan makanan. Kenaikan
ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan
kadar kolesterol di atas nilai normal diantaranya disebabkan
informasi terkait asupan makan dan profil lipid pada
oleh berlebihnya asupan makanan yang berasal dari lemak
Pegawai Negeri Sipil di Politeknik Negeri Jember. hewani, telur dan serta makanan-makanan yang dewasa ini
II. TINJAUAN PUSTAKA disebut sebagai junkfood [16].
LDL disebut juga β-lipoprotein yang mengandung 21%
A. Obesitas protein dan 78% lemak. LDL dikatakan kolesterol jahat
karena LDL berperan membawa kolesterol ke sel dan
Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan jaringan tubuh, sehingga bila jumlahnya berlebihan,
ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan akibat kolesterol dapat menumpuk dan mengendap pada dinding
jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat pembuluh darah dan mengeras menjadi plak. Plak dibentuk
badan yang melampaui ukuran ideal [12]. Obesitas terjadi dari unsur lemak, kolesterol, kalsium, produk sisa sel dan
bila besar dan jumlah sel lemak bertambah pada tubuh materi-materi yang berperan dalam proses pembekuan
seseorang. Bila seseorang bertambah berat badannya, maka darah. Hal inilah yang kemudian dapat berkembang menjadi
ukuran sel lemak akan bertambah kemudian jumlahnya menebal dan mengerasnya pembuluh darah yang dikenal
bertambah banyak [13]. dengan nama aterosklerosis [16].
B. Asupan Makan HDL disebut juga α-lipoprotein mengandung 30%
protein dan 48% lemak. HDL dikatakan kolesterol baik
Asupan makan adalah banyaknya makanan yang karena berperan membawa kelebihan kolesterol di jaringan
dikonsumsi seseorang. Asupan energi yang berlebihan kembali ke hati untuk diedarkan kembali atau dikeluarkan
secara kronis akan menimbulkan kenaikan berat badan, dari tubuh. HDL ini mencegah terjadinya penumpukkan
berat badan lebih (overweight) dan obesitas [14]. Obesitas kolesterol di jaringan, terutama di pembuluh darah. Kadar
diyakini hanya mungkin terjadi jika terdapat kelebihan HDL menurun biasanya terlihat pada pria, obesitas, diabetes
makanan dalam tubuh, terutama bahan makanan sumber melitus, hipertrigliseridemia, dan lipoproteinemia
energi. Permasalahannya, kelebihan makanan itu sering sedangkan peningkatan HDL terjadi pada wanita, penurunan
tidak disadari oleh penderita obesitas. berat badan, olahraga teratur, dan berhenti merokok [16].

58
Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Dana BOPTN Tahun 2016, ISBN : 978-602-14917-3-7

III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN food recall 1x24 jam yang dilakukan sebanyak 2 kali
dengan nutrisurvey. Selanjutnya, masing-masing kelompok
A. Tujuan Penelitian akan diambil sampel darahnya sebanyak 5 ml untuk
Mengetahui perbedaan asupan makan dan profil lipid kemudian diukur profil lipid. Pengukuran profil lipid
pada pegawai dengan status gizi obesitas dan normal di meliputi pemeriksaan kolesterol, LDL, HDL dalam darah
Politeknik Negeri Jember. Selanjutnya secara khusus tujuan dengan metode CHOD-PAP. Pengukuran profil lipid darah
penelitian terdiri dari : ini dilakukan dalam keadaan puasa kurang lebih 8 jam.
1. Menganalisis perbedaan asupan energi, karbohidrat, Pengambilan sampel darah dilakukan oleh petugas dari
protein, lemak dan serat antara pegawai yang status laboratorium PROSENDA Jember.
gizinya obesitas dengan pegawai yang status gizinya Data diolah dengan SPSS dan dianalisis menggunakan
normal. Independen T-test dan Mann Whitney. Sebelum tahap
2. Menganalisis perbedaan kadar kolesterol total, LDL dan analisis data. Terlebih dahulu akan dilakukan pengujian
HDL antara pegawai yang status gizinya obesitas dengan normalitas data dengan Shapiro-Wilks sebagai salah satu
pegawai yang status gizinya normal. persyaratan menetukan uji [17].
B. Manfaat Penelitian V. HASIL DAN LUARAN YANG DICAPAI
Adapun manfaat yang dapat diberikan dari kegiatan
penelitian ini adalah sebagai berikut : A. Karakteristik Responden
1. Sebagai penapisan atau deteksi dini dampak obesitas Penelitian ini melibatkan 36 orang responden yang
terhadap terjadinya dislipidemia dengan mengukur profil terdiri dari 18 orang dengan status gizi obesitas dan 18
lipid dan asupan makanan sumber energi, karbohidrat, orang dengan status gizi normal. Dari pengukuran status gizi
protein, lemak dan serat pada Pegawai Negeri Sipil di menggunakan indikator IMT didapatkan rata-rata IMT pada
Politeknik Negeri Jember. kelompok dengan status gizi normal yaitu 20,62 ± 1,62
2. Sebagai kontribusi untuk memberikan informasi kepada kg/m2. Sedangkan pada kelompok obesitas, didapatkan rata-
masyarakat bahwa obesitas berdampak pada perubahan rata IMT yaitu 29,02 ± 4,54 kg/m2. Status gizi dalam
profil lipid dan disebabkan oleh asupan makan yang kategori normal jika IMT 18,5-25,0 kg/m2 dan obesitas jika
kurang tepat atau berlebihan. IMT > 25 kg/m2[7].
3. Sebagai sumbangan referensi dalam mengkaji masalah
obesitas yang berdampak negatif bagi kesehatan seperti TABEL 1
dislipidemia yang dapat digunakan sebagai acuan KARAKTERISTIK RESPONDEN PENELITIAN
penelitian selanjutnya.
Karakteristik Kelompok
IV. METODE PENELITIAN status gizi obesitas
p
normal (n=18)
Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional (n=18)
analitik dengan desain studi cross sectional. Tujuannya Jenis Kelamin
untuk mengetahui perbedaan asupan makan dan profil lipid laki-laki 9 (50%) 9 (50%) 1,000a
pegawai dengan status gizi normal dan obesitas. perempuan 9 (50%) 9 (50%)
Penelitian dilakukan di Politeknik Negeri Jember pada
Umur (tahun) 43,89 ± 7,29 44,50 ± 7,30 0,803b
bulan Agustus sampai Oktober tahun 2016. Pemeriksaan
Keterangan : a Fisher exact test b Independent t test
laboratorium dilakukan di Laboratorium PROSENDA.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pegawai Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata
Negeri Sipil yang bekerja di Politeknik Negeri Jember. umur responden yang memiliki status gizi normal adalah
Sampel yang diambil sejumlah 38 orang dengan metode 43,89 ± 7,29 tahun. Sedangkan pada kelompok hipertensi,
purposive sampling. Kriteria inklusinya berumur ≥ 30 rata-rata umur responden adalah 44,50 ± 7,30 tahun. Dari
tahun, memiliki IMT >25 kg/m2 untuk kelompok obesitas hasil uji Independent T-Test diperoleh nilai p-value = 0,803
dan IMT ≥18,5-25kg/m2 untuk kelompok normal. ( p < 0,05 ) yang artinya tidak terdapat perbedaan dari umur
Responden kemudian dibagi masing-masing 18 orang responden antara kelompok dengan status gizi normal dan
kelompok obesitas dan 18 orang status gizi normal. obesitas.
B. Asupan Makan
Data penelitian dikumpulkan dengan teknik wawancara,
kuesioner, food recall 1x24 jam dan pemeriksaan Asupan makan adalah semua jenis makanan dan
laboratorium. Teknik wawancara dilakukan untuk minuman yang dikonsumsi tubuh setiap hari yang diperoleh
mendapatkan data tentang karakteristik responden meliputi dengan metode Food Recall 1x24 jam sebanyak 2 kali
umur dan jenis kelamin. Sedangkan data asupan makan dalam hari yang tidak berurutan [18]. Responden akan
didapatkan melalui metode wawancara dan perhitungan diwawancarai terkait bahan makanan yang dikonsumsi

59
Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Dana BOPTN Tahun 2016, ISBN : 978-602-14917-3-7

dengan satuan ukuran rumah tangga (URT) dan selanjutnya intraperitoneal walaupun hati dan jaringan tubuh lainnya
akan dikonversikan ke dalam satuan gram. Adapun analisis seringkali menimbun cukup lemak pada orang obesitas.
terhadap asupan makanan responden disajikan dalam tabel Perkembangan obesitas pada orang dewasa juga terjadi
2. akibat penambahan jumlah adiposit dan peningkatan
ukurannya. Seseorang dengan obesitas yang ekstrem dapat
TABEL 2 memiliki adiposit sebanyak empat kali normal, dan setiap
PERBEDAAN ASUPAN MAKAN PADA KEDUA KELOMPOK
adiposit memiliki lipid dua kali lebih banyak dari orang
RESPONDEN PENELITIAN
yang kurus [20]. Kelebihan energi setiap hari secara rutin
Variabel Status Gizi Obesitas p
dapat menimbulkan timbunan lemak (adiposit) tubuh
Normal (n=18) menjadi bertambah [21]. Energi juga diperoleh dari
(n=18) metabolisme zat gizi didalam tubuh. Jenis zat gizi yang
Asupan dikonsumsi oleh tubuh antara lain karbohidrat, protein dan
energi 1704,66 ± 189,47 1932,11 ± 208,80 0,002a* lemak.
(kal) Peranan utama karbohidrat didalam tubuh adalah
Asupan menyediakan glukosa bagi sel-sel tubuh, yang kemudian
karbohidrat 236,22 ± 49,14 253,71 ± 37,31 0,203b diubah menjadi energi. Kelebihan glukosa akan disimpan
(gr) didalam hati dalam bentuk glikogen. Sel-sel otot juga
Asupan
menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen. Glikogen ini
Protein 52,50 ± 13,23 57,04 ± 12,82 0,303a
(gr)
hanya digunakan sebagai energi untuk keperluan otot saja
Asupan dan tidak dapat dikembalikan sebagai glukosa kedalam
64,39 ± 14,38 75,43 ± 12,07 0,027b* aliran darah. Tubuh hanya dapat menyimpan glikogen
Lemak (gr)
Asupan dalam jumlah terbatas. Jika asupan karbohidrat melebihi
17,75 ± 7,18 15,76 ± 7,57 0,481b kapasitas oksidatif tubuh dan penyimpanan, sel dapat
Serat (gr)
Keterangan : a Independent t-test b Mann Whitney mengubah karbohidrat menjadi lemak. Perubahan ini terjadi
* signifikansi p<0,05 didalam hati. Lemak ini kemudian dibawa ke sel-sel lemak
Berdasarkan tabel 2, hasil penelitian menunjukkan rata- yang dapat menyimpan lemak dalam jumlah yang tidak
rata asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak lebih terbatas [22].
tinggi pada kelompok responden dengan status gizi obesitas. Protein selain sumber energi juga memiliki fungsi
Sebaliknya, asupan serat tampak lebih tinggi pada yang tidak dapat digantikan zat gizi lain yaitu membangun
responden dengan status gizi normal. Hal ini menunjukkan serta memelihara sel-sel jaringan tubuh [23]. Makanan yang
bahwa ternyata pada kasus obesitas memang mengkonsumsi tinggi protein biasanya tinggi lemak sehingga dapat
zat gizi berlebih dibandingkan yang berstatus gizi normal. menyebabkan obesitas. Kelebihan asupan dalam tubuh
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sulistiyani termasuk asupan protein akan disimpan berupa lemak [24].
Indayati[19] yang menyatakan bahwa responden yang Bila kondisi ini terjadi dalam jangka waktu yang lama,
obesitas memiliki asupan zat gizi yang berlebih maka risiko untuk terjadinya obesitas makin meningkat
dibandingkan dengan yang tidak obesitas. [25]. Dalam keadaan berlebihan protein akan mengalami
Namun demikian, setelah diuji analisis statistic tidak deaminase atau pelepasan gugus amino (NH2) dari asam
didapatkan perbedaan bermakna dari asupan karbohidrat (p= amino. Nitrogen dikeluarkan dari tubuh dan sisa-sisa ikatan
0,203; p>0,05), protein (p=0,303; p>0,05) dan serat (p= karbon akan diubah menjadi asetil KoA. Asetil KoA ini
0,481; p>0,05) pada kedua kelompok responden. Hanya kemudian dapat disintesis menjadi trigliserida melalui
asupan energi (p=0,002;p<0,05) dan asupan lemak proses lipogenesis. Oleh karena itu, bila seseorang
(p=0,027; p<0,05) yang memiliki perbedaan signifikan mengkonsumsi banyak protein dalam makanannya dari yang
antara responden dengan status gizi normal dan obesitas. dapat digunakan jaringannya, sebagian besar dari jumlah
Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan yang berlebihan ini disimpan sebagai lemak [23].
nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan Kelebihan lemak akan disimpan di jaringan adiposit dan
oleh beberapa faktor biologik spesifik [13]. bila berlangsung terus menerus penumpukan ini akan
Secara teori, obesitas timbul sebagai akibat masukan menimbulkan obesitas [26]. Selain itu, penyebab utama
energi yang melebihi pengeluaran energi. Bila energi dalam terjadinya obesitas adalah ketidakseimbangan antara asupan
jumlah besar (dalam bentuk makanan) yang masuk ke dalam energi dengan pengeluaran energi. Lemak menghasilkan
tubuh melebihi jumlah yang dikeluarkan, maka berat badan lebih banyak energi dibandingkan karbohidrat atau protein.
akan bertambah dan sebagian besar kelebihan energi Setelah makan, lemak dikirim ke jaringan adiposa untuk
tersebut akan di simpan sebagai lemak. Untuk setiap disimpan sampai dibutuhkan sebagai energi. Oleh karena itu
kelebihan energi sebanyak 9,3 kalori yang masuk ke tubuh, kelebihan asupan lemak dari makanan dapat dengan mudah
kira-kira 1 gram lemak akan disimpan. Lemak disimpan menambah berat badan
terutama adiposit pada jaringan subkutan dan rongga

60
Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Dana BOPTN Tahun 2016, ISBN : 978-602-14917-3-7

Konsumsi serat yang cukup dapat menurunkan risiko hiperkolesterolemia. Pengaturan metabolisme kolesterol
obesitas. Makanan tinggi serat umumnya memerlukan akan berjalan normal apabila jumlah kolesterol dalam darah
waktu lebih banyak untuk mengunyah dan mencerna. mencukupi kebutuhan dan tidak melebihi jumlah normal
Makanan yang mengandung serta tidak larut tidak dicerna yang dibutuhkan[28]. Peningkatan kolesterol darah juga
dan menambah volume makanan, sehingga mengurangi dapat disebabkan oleh kenaikkan kolesterol yang terdapat
risiko konsumsi yang berlebihan. Sedangkan serat larut air pada VLDL dan LDL sekunder karena peningkatan
akan berubah menjadi substansi menyerupai gel selama trigliserida yang besar dalam sirkulasi apabila terjadi
proses pencernaan dan memperlambat makanan melewati penumpukan lemak berlebihan didalam tubuh [29].
usus sehingga membuat tubuh kenyang lebih lama [27]. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Hanif, dkk
[30] yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan (P=0,974)
C. Profil Lipid antara kadar kolesterol HDL darah pada wanita yang obes
Profil lipid yang diteliti hanya meliputi kolesterol total, dan yang non-obes. Namun, tidak sejalan dengan penelitian
LDL dan HDL dalam serum darah. Adapun hasil analisis Hudoglugil dkk [31] yang menyatakan bahwa nilai IMT
terhadap profil lipid responden disajikan dalam tabel 3. yang tinggi menunjukkan adanya hubungan dengan
TABEL 3 penurunan kadar kolesterol HDL darah.
PERBEDAAN PROFIL LIPID PADA KEDUA KELOMPOK RESPONDEN Menurut Jorgensen dkk [32], pada seseorang dengan IMT
PENELITIAN obes memiliki kadar kolesterol HDL cenderung tinggi
Profil Lipid Status Gizi Obesitas p dikarenakan pola hidup orang-orang tersebut mengkonsumsi
Normal (n=18) tinggi daging ikan. Kandungan PUFA (Poly Unsaturated
(n=18) Fatty Acid) omega-3 dalam daging ikan tersebut akan
Kolesterol 191,22 ± 33,24 208,17 ± 34,35 0,351b mempengaruhi aktifitas metabolik pada jaringan adiposa
total (g/dl) sehingga menyebabkan peningkatan kadar koleserol HDL.
LDL (g/dl) 130,22 ± 31,29 148,44 ± 33,06 0,173b
HDL (g/dl) 46,17 ± 12,74 41,89 ± 8,82 0,250a D. Luaran Yang Dicapai Asupan
a Independent t-test b Mann Whitney
Keterangan : Adapun luaran yang telah dicapai dalam penelitian ini
* signifikansi p<0,05
adalah publikasi di jurnal Inovasi Politeknik Negeri Jember
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata yang akan diterbitkan pada tahun 2016.
kadar kolesterol total dan LDL pada kelompok responden VI. KESIMPULAN DAN SARAN
obesitas lebih tinggi. Sebaliknya rata-rata kadar HDL
tampak lebih tinggi pada responden yang tidak obesitas atau A. Kesimpulan
berstatus gizi normal. Rata-rata asupan energi, karbohidrat, protein dan lemak
kelompok obesitas lebih tinggi daripada kelompok
Namun setelah dilakukan uji analisis statistik dengan responden dengan status gizi normal. Sebaliknya, rata-rata
Independent t-test dan Mann Whitney tidak didapatkan asupan serat kelompok obesitas lebih rendah daripada
perbedaan kadar kolesterol total (p=0,351), LDL (p=0,173) kelompok responden dengan status gizi normal.
dan HDL (p=0,250) pada kelompok yang obesitas maupun Berdasarkan hasil uji statistik Independen T-test dan Mann
status gizi normal. Whitney diketahui tidak terdapat perbedaan yang bermakna
Kadar kolesterol plasma selain dipengaruhi oleh faktor antara asupan protein, karbohidrat, dan serat antara
herediter, dapat juga disebabkan asupan tinggi kolesterol, responden dengan obesitas dan status gizi normal. Namun,
diet tinggi lemak jenuh, diet tinggi asam lemak tak jenuh ada perbedaan yang bermakna antara asupan energi dan
dan kekurangan hormon insulin dan tiroid. lemak antara responden dengan obesitas dan status gizi
Asupan diet tinggi lemak jenuh turut meningkatkan normal.
kadar kolesterol plasma dengan peningkatan sebanyak 15%- Sedangkan rata-rata profil lipid baik kolesterol total, LDL
25%. Hal ini karena terjadi deposit lemak di hati yang dan HDL tidak menunjukkan perbedaan yang bermakna
kemudian menyebabkan meningkatnya unsur asetil-koA di antara responden yang obesitas dan status gizi normal.
hati untuk memproduksi kolesterol. Oleh itu, dalam Namun secara rata-rata kolesterol total dan LDL pada
menurunkan kadar kolesterol plasma penting untuk responden obesitas lebih tinggi daripada yang status gizinya
menjauhi sumber makanan tinggi lemak jenuh dalam normal. Sebaliknya kadar HDL pada responden obesitas
memastikan diet sentiasa rendah kolesterol. Asupan diet lebih rendah dibanding responden yang status gizinya
tinggi lemak tidak jenuh mampu menurunkan kadar normal.
kolesterol plasma namun mekanismenya masih belum dapat
dipastikan [20]. E. Saran
Obesitas yang menetap selama periode waktu tertentu, Perlu adanya penyuluhan gizi seimbang mengenai
kilokalori yang masuk melalui makanan lebih banyak dapat obesitas yang dikemas secara menarik sehingga diharapkan
menyebabkan terjadinya gangguan metabolik berupa para pegawai akan mengetahui dampak dari obesitas dan

61
Seminar Hasil Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Dana BOPTN Tahun 2016, ISBN : 978-602-14917-3-7

dapat merubah kebiasaan makan yang sesuai dengan [14] Gibney MJ, Wolmarans P. Pedoman Diet. Buku Gizi Kesehatan
Masyarakat. Terjemahan: Andry Hartono. Jakarta : Penerbit Buku
pedoman gizi seimbang.
Kedokteran EGC. 2009.
[15] Linder, M. C. Nutrisi dan Metabolisme Makromineral. In M. C.
UCAPAN TERIMA KASIH Linder, Biokimia Nutrisi dan Metabolisme. Jakarta: UI-Press. 2010.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Politenik Negeri [16] Gandha N. Hubungan Perilaku Dengan Prevalensi Dislipidemia
Pada Masyarakat Kota Ternate Tahun 2008. Jakarta : Fakultas
Jember atas dukungan pendanaan sehingga penelitian ini Kedokteran UI. 2009.
dapat terlaksana dengan baik. Kegiatan penelitian ini [17] Sastrosasmoro S, dkk. Dasar-Dasar Metodelogi Penelitian Klinis
menjadi salah satu bentuk implemetasi Politeknik Negeri Ed.4. Yogyakarta : CV.Sagung Seto. 2011.
Jember untuk dapat mengatasi masalah yang sedang [18] Gibson, R. S. Principle of Nutritional Assesment. New York:
Oxford University Press Inc. 2005.
dihadapi. Serta Politeknik Negeri Jember membuktikan [19] Sulistyani Indayani. Faktor Risiko Kejadian Obesitas pada Anak
untuk dapat memanfaatkan ilmu pengetahuan secara benar Umur 10-12 Tahun. [dikutip 1 november 2016]. Diunduh dari
demi kesejahteraan bersama. http://eprints.undip.ac.id/7135/
[20] Guyton, AC. dan Hall, JE, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 11.
DAFTAR PUSTAKA Jakarta: EGG. 2007.
[21] Goran MI, Sothern M. Handbook of pediatric obesity: etiology,
[1] Soegih, R. R.. Tren Obesitas Dulu, Sekarang dan Yang Akan pathophysiology and prevention. USA : CRC Press, Taylor &
Datang. Dalam R. R. Soegih, & K. K. Wiramihardja, OBESITAS Francis Group. 2006.
Permasalahan dan Terapi Praktis. Jakarta: CV Sagung Seto. 2009 [22] Linda Kelly De Bruyne, Katrhyn Pinna, Ellie Whitney. Nutrition
[2] World Health Organization.WHO Technical Report and Diet Therapy. Principles and Practice Sevent edition. USA.
Series: Prevalance of Chronic Diseases. WHO, Ge- Wadsworth. 2008.
neva. 2013. [23] Almatsier, Sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama. 2010.
[3] World Health Organization. WHO Technical Report [24] Mestuti, H. Kinanthi dan Fitranti DY. Faktor Risiko Kejadian
Series: Obesity and Overweight. WHO, Geneva. 2011. Overweigth Pada Anak Stunting Usia Sekolah Dasar Di Semarang
[4] Balitbangkes. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2010. Jakarta: Badan Timur. Journal of Nutrition College Vol. 3 No. 1. 2014.
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI. 2009. [25] Kartika Suryaputra, Siti Rahayu Nadhiroh. Perbedaan Pola Makan
[5] Depkes RI. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Jakarta : Dan Aktivitas Fisik Antara Remaja Obesitas Dengan Non Obesitas.
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2007 Makara, Kesehatan, Vol. 16, No. 1, Juni 2012: 45-50
[6] Balitbangkes. Riset Kesehatan Dasar Tahun 2013. Jakarta : Badan [26] Berdanier CD, Dwyer JT, Feldman EB. Handbook nutrition and
Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI. 2013. food. 2nd Ed. USA: CRC Press, Taylor and Francis Group. 2008.
[7] Harahap,H; Yekti W; Sri Mulyati. Penggunaan Berbagai Cut-Off [27] Asian Food Information Centre. Dietary Fiber – An essential Ally in
Indeks Massa Tubuh Sebagai Indikator Obesitas Terkait Penyakit Weight Management. [Dikutip 1 November 2016]. Diunduh dari
Degeneratif Di Indonesia. Jurnal Gizi Indonesia No.31. 2005. http://www.afic.org/WMWS/dietary_fiber.shtml
[8] Zelzer, Sieglinda et al. High density lipoprotein cholesterol level is a [28] Botham, K.M. & Mayes, P.A. Murray, R. K., Granner, D. K., &
robust predictor of lipid peroxidation irrespective of gender, age, Rodwell,V. M., Chapter 26, Cholesterol Synthesis,Transport and
obesity, and inflammatory or metabolic biomarkers. Clinica Chimica excretion.. In:Harper’s Illustrated Biochemistry 27th ed. USA:
Acta 412. Pp 1345-1349. 2011. McGraw-Hill 230-240. 2006.
[9] Subramanian, S. Hypertriglyseridemia secondary to obesity and [29] Ahmar, H.. Kolesterol Dalam Tubuh Kita, edisi 40/VI/Oktober/2010
diabetes. Ciochimica et Biophysica Acta. 2011. [30] Hanif B. S; Gani;Djon Wongkar; Shane H. R Ticoalu. Perbandingan
[10] Hastuti, dkk.. Obesitas dan Hubungannya Dengan Polimorfisme Gen Kadar Kolesterol High Density Lipoprotein Darah Pada Wanita
Promotor 5-HT2A, takanan darah, profil lipid, kadar glukosa darah Obes Dan Non Obes. Jurnal e-Biomedik, Volume 1, Nomor 2, Juli
dan malondialdehid. Jurnal Gizi Klinik Indonesia No.2 Oktober 2013
2011. [31] Hodoglogil U, et al. An interaction between the TaqIB
[11] Laurentia, YS. Dislipidemia pada Obesitas dan Tidak Obesitas. polymorphism of cholesterol ester transfer protein and smoking in
Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 2012. associated with changes in plasma high-density lipoprotein
[12] Sugondo, S. Obesitas. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid cholesterol levels in Turks. Clin. Genet. 2005.
III Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbitan IPD FKUI. 2007. [32] Jorgensen, Knut Borch-Johnsen, and Peter Bjerregaard.. Lifestyle
[13] Sudoyo. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid II, edisi V. Jakarta: modified obesity-associated risk of cardiovascular disease in a
Interna Publishing. 2009. genetically homogenous population. Am J Clin Nutr. 2006

62

Anda mungkin juga menyukai