Anda di halaman 1dari 14

Jurnal Bisnis dan Ekonomi (JBE), September 2009, Hal. 97 - 110 Vol. 16, No.

2 97
ISSN: 1412-3126

HUBUNGAN ANTARA PENETAPAN TUJUAN, SELF-EFFICACY DAN KINERJA

Oleh : Tutuk Ari Arsanti


Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga

Abstract

This research aims to examine the relationship between goal setting, self-
efficacy and performance. Many students were participated in manipulation check and
laboratory experiment. Anagram was used in this experiment as individual assignment
and goal setting’s treatment. Self-efficacy were measured with 17 items, adapted and
modified from the Shere, at al. (1982). Scale assessing the strength of person’s efficacy.
Performance was measured with score that was achieved by participant in the game.
Path analysis was used in order to analyze the relationship between variables. ANOVA
was used to test the causal relationship between goal setting and performance. Linier
regression was used to test the relationship between self-effiacy and performance.
This research finding shows that causal relationship between goal setting and
perfomance was not significant and the relationship between self-efficacy and
performance was significant.

Key words: goal Setting – self-efficacy – performance

Pendahuluan yang sulit dan spesifik tidak serta merta


dapat meningkatkan kinerja. Dua dekade
Sejumlah penelitian empiris penelitian menunjukkan bukti bahwa self-
memberikan dukungan terhadap konsep efficacy terkait dengan kinerja individu
Locke (1968) yaitu bahwa penetapan tujuan (Barling dan Beattie, 1983; Campbell dan
merupakan salah satu teknik untuk Hackett, 1986; Cervone dan Peake, 1986;
memotivasi. Hasil penelitian terdahulu Eden dan Kinnar, 1991; Eden dan Zuk,
menunjukkan bahwa, penetapan tujuan sulit 1995; Gist et al., 1991; Hill et al., 1987;
dan spesifik mengarah pada pencapaian Saks, 1994, 1995, Stajkovic dan Luthans,
kinerja dan kepuasan yang lebih tinggi 1998; Wood dan Locke, 1987 dalam
daripada penetapan tujuan yang abstrak Gibson, 2001). Penetapan tujuan dan self-
seperti “do your best” (Ivancevich, 1977). efficacy yang tinggi dalam diri individu
Penetapan tujuan yang sulit akan mendorong seringkali memotivasi individu untuk fokus
individu mengarahkan usahanya untuk dengan lebih baik pada apa yang diminta
mencapai tujuan tersebut. Penetapan tujuan yaitu berkinerja dengan lebih baik (Bandura,
yang sulit dan spesifik merupakan faktor 1997; Bandura dan Jourden, 1991; Lutham
eksternal dari individu yang dirancang untuk dan Lee, 1986; Locke, 1982; Locke dan
mencapai kinerja yang tinggi. Latham, 1990; Locke et al., 1978; Stajkovic
Meskipun sejumlah penelitian telah dan Luthans, 1998 dalam Gibson, 2001).
dilakukan dan telah memberikan dukungan Sejumlah penelitian menemukan
pada teori penetapan tujuan, namun bahwa self-efficacy merupakan variabel
demikian masih terdapat kesenjangan secara yang dapat mempengaruhi kinerja secara
teoritis dalam menjelaskan bagaimana langsung. Seperti yang ditunjukkan dari
penetapan tujuan mempengaruhi kinerja, hasil penelitian terdahulu yang menyatakan
dan bagaimana faktor internal individu dapat bahwa terdapat hubungan yang kuat antara
mempengaruhi kinerja (Wood & Bailey, self-efficacy dan kinerja (Harrison, Rainer,
2001). Beberapa ahli juga menyatakan Kelly, Wayne, & Thompson, 1997).
bahwa dengan adanya penetapan tujuan Penelitian Lee, Locke, dan Phan (1997) juga
98 Tutuk Ari Arsanti Jurnal Bisnis dan Ekonomi

menunjukkan adanya hubungan yang penetapan tujuan yang sulit dan spesifik
signifikan antara penetapan tujuan, self- terhadap peningkatan kinerja. Pendapat
efficacy dan kinerja. Demikian pula hasil tersebut juga didukung oleh hasil penelitian
penelitian yang menunjukkan bahwa empiris yaitu dengan penelitian
terdapat pengaruh yang signifikan dari self- laboratorium menunjukkan bahwa kinerja
efficacy terhadap cognitive performance akan meningkat dengan penetapan tujuan
ketika subject mempunyai pengetahuan dan yang sulit (Early et al. 1990).
pengalaman yang sama (Bouchard, 2001). Meskipun penetapan tujuan yang
Sejalan dengan penelitian Bounchard sulit dipercaya dapat berpengaruh terhadap
(2001), menunjukkan bahwa terdapat kinerja namun demikian untuk penetapan
hubungan yang signifikan antara self- tujuan yang terlalu sulit dan sesungguhnya
efficacy dan efektifitas baik pada level tidak dapat dicapai seringkali justru akan
individu ataupun pada level kelompok menurunkan kembali kinerja individu
(Gibson, 2001). Dukungan serupa juga (Gibson et al. 2002). Hal serupa juga
diberikan oleh Cervone dan Peake (1986) ditemukan oleh Latham et al. (2004) yaitu
yaitu bahwa self-efficacy akan berpengaruh bahwa dalam kondisi kompleksitas
terhadap motivasi berprestasi. pekerjaan yang tinggi, penetapan tujuan
Desain penelitian yang digunakan yang sulit dan spesifik tidak berpengaruh
dalam penelitian adalah eksperimen secara signiffikan terhadap kinerja dan
laboratorium, sehingga memungkinkan sebaliknya pada kondisi kompleksitas
peneliti untuk menguji hubungan antara pekerjaan yang rendah menunjukkan bahwa
penetapan tujuan, self-efficacy dan kinerja penetapan tujuan yang sulit dan spesifik
dengan internal validity yang tinggi. Melalui berpengaruh secara signifikan terhadap
penelitian ini diharapkan dapat memberikan kinerja. Demikian pula field study yang
kontribusi terhadap pemahaman yang lebih dilakukan oleh Early et al. (1990)
luas terhadap teori penetapan tujuan sebagai sebelumnya menemukan hal yang serupa
alat untuk memotivasi serta bagaimana yaitu dalam kondisi pekerjaan dengan
faktor internal yaitu self-efficacy berperan kompleksitas yang rendah maka hubungan
dalam peningkatan kinerja. penetapan tujuan yang sulit akan signifikan
sebaliknya jika kondisi pekerjaan
Landasan Teori mempunyai kompleksitas yang tinggi maka
pengaruh penetapan tujuan yang sulit tidak
Hubungan Antara Penetapan Tujuan dan berhubungan secara signifikan terhadap
Kinerja kinerja. Oleh karena itu penggunaan
Sejak 1968, teori penetapan tujuan penetapan tujuan untuk meningkatkan
oleh Locke telah mulai menarik minat dalam kinerja akan berjalan dengan baik untuk
berbagai masalah dan isu organisasi. Locke pekerjaan-pekerjaan sederhana, tetapi tidak
(1968) telah menunjukkan adanya pengaruh untuk pekerjaan yang kompleks. Dalam
signifikan dalam perumusan tujuan. kondisi yang tepat, penetapan tujuan dapat
Kekhususan dan kesulitan merupakan menjadi teknik yang ampuh untuk
atribut dari penetapan tujuan. Umumnya, memotivasi individu. Bila digunakan secara
semakin sulit dan spesifik tujuan yang tepat, dimonitor dengan hati-hati dapat
ditetapkan, semakin tinggi tingkat prestasi meningkatkan kinerja (Gibson et al. 2002).
yang akan dihasilkan. Hasil meta-analyses Lawrence dan Smith (1955) dalam
yang dilakukan oleh Latham dan Yulk penelitiannya juga menemukan bahwa
(1986) menunjukkan bahwa sebagian besar kinerja dari para pekerja bagian produksi
hasil penelitian memberikan dukungan akan lebih meningkat secara signifikan
terhadap pengaruh yang signifikan dari apabila mereka barada pada kondisi kerja
Vol. 16 No. 2, September 2009 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 99

dengan penetapan tujuan daripada dalam hubungan dari penetapan tujuan dengan
kondisi tanpa ada penetapan tujuan. Dengan kinerja (Early & Lee, 1990). Meskipun
demikian keberadaan penetapan tujuan dipercaya bahwa dengan adanya penetapan
menjadi sangat penting di tempat kerja. tujuan dapat mengarahkan usaha dan
Mengacu pada Locke's model, penetapan perilaku individu pada kinerja yang tinggi,
tujuan mempunyai empat mekanisme dalam namun demikian perilaku individu
memotivasi individu untuk mencapai merupakan suatu hal yang kompleks sebab
kinerja. Pertama, penetapan tujuan dapat dipengaruhi oleh berbagai variabel seperti
mengarahkan perhatian individu untuk lebih lingkungan dan banyak faktor individual,
fokus pada pencapaian tujuan tersebut. pengalaman, dan kejadian yang dapat
Kedua, tujuan dapat mambantu mengatur mempengaruhi perilaku tersebut (Gibson et
usaha yang diberikan oleh individu untuk al. 2002). Berdasarkan teori dan penelitian,
mencapai tujuan. Ketiga, adanya tujuan para ahli sepakat bahwa perilaku merupakan
dapat meningkatkan ketekunan individu akibat, diarahkan oleh tujuan dan bisa
dalam mencapai tujuan tersebut. Keempat, diamati dan dapat diukur. Namun demikian
tujuan membantu individu untuk perilaku yang tidak dapat diamati secara
menetapkan strategi dan melakukan langsung juga penting dalam pencapaian
tindakan sesuai yang direncanakan (Kinichi tujuan, dan perilaku muncul karena
& Kreitner, 2004). Dengan demikian dengan didorong atau dimotivasi (Gibson et al.
adanya penetapan tujuan dapat 2002).
meningkatkan kinerja individu. Bandura dan Locke (2003)
Sembilan puluh persen hasil studi menjelaskan bagaimana self-efficacy
menunjukkan bahwa penetapan tujuan mengatur fungsi di dalam diri manusia
menjadi satu pendekatan yang saat ini melalui proses kognitif, motivasi, afektif,
digunakan secara luas untuk memotivasi dan proses keputusan sehingga dapat
pekerja di tempat kerja yang dapat mempengaruhi perilaku individu dalam
mendatangkan pengaruh yang meningkatkan atau menurunkan usaha serta
menguntungkan bagi kinerja (Locke et al. bagaimana memotivasi diri mereka dan
1981). Teori penetapan tujuan didasarkan gigih dalam menghadapi kesulitan. Dalam
pada asumsi bahwa tujuan mewakili penelitian Cervone dan Peake (1986)
keadaan dimana individu berusaha dan menunjukkan bahwa bila perubahan self-
mengatur tindakan untuk mencapainya. efficacy dikontrol dengan baik atau dengan
Berdasarkan pada hasil penelitian-penelitian kata lain tidak ada perubahan self-efficacy
sebelumnya dapat disimpulkan bahwa maka tidak akan ada pengaruh terhadap
penetapan tujuan yang sulit dan spesifik motivasi berprestasi. Robbins (1998),
dapat mempengaruhi kinerja individu, menemukan bahwa self-efficacy yang
seperti yang dihipotesiskan dalam hipotesis memadai di dalam diri individu menjadi
pertama dalam penelitian ini. salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
Hipotesis 1: Penetapan tujuan yang sulit hubungan antara penetapan tujuan dan
dan spesifik akan meningkatkan kinerja. kinerja. Robbins (1998) menjelaskan bahwa
self-efficacy merupakan kepercayaan
Hubungan Antara Self-Efficacy dan seseorang terhadap kemampuannya untuk
Kinerja dapat melaksanakan tugas dengan baik.
Dalam konteks organisasi yang Semakin seseorang mempunyai self-efficacy
sesungguhnya tujuan yang sulit dan spesifik yang tinggi, maka individu tersebut semakin
tidak serta merta akan meningkatkan kinerja mempunyai kepercayaan diri yang tinggi
karena ditemukan variabel-variabel di luar terhadap kemampuannya untuk dapat
penetapan tujuan yang dapat mempengaruhi
100 Tutuk Ari Arsanti Jurnal Bisnis dan Ekonomi

menyelesaikan tugas dengan baik dan penelitian dan akan dianalisis lebih lanjut
sebaliknya. untuk memperoleh pemahaman yang lebih
Sejumlah penelitian juga mencoba luas tentang hubungan diantara variabel-
mengaitkan self-efficacy dengan teori variabel yang ada.
penetapan tujuan. Dalam penelitian
laboratorium ditemukan bahwa penetapan Model Penelitian
tujuan yang sulit dan spesifik bersama Hubungan Antara Penetapan Tujuan,
dengan tingkat self-efficacy yang tinggi akan Self-efficacy dan Kinerja
mengarah pada kinerja yang lebih tinggi
H2
(Spieker & Hinz. 2004). Prediksi ini Self-efficacy
mengikuti hasil penelitian Locke dan
Latham (1990). Penelitian serupa dilakukan
oleh Smith et al. (2006) yaitu dengan Kinerja
melakukan penelitian laboratorium dengan Penetapan
menggunakan anagram sebagai bentuk tujuan::
penugasan yang diberikan secara individual * kesulitan
* kejelasan H1
menunjukkan bahwa self-efficacy khususnya
untuk tugas yang spesifik berhubungan
secara signifikan terhadap kinerja.
Metode Penelitian
Bounchard (2001) menemukan bahwa
murid-murid dengan tingkat self-efficacy
Desain dalam penelitian ini adalah
tinggi dapat menyelesaikan tugas yang
eksperimen laboratorium dengan
diberikan dengan lebih baik bila menggunakan anagram yang dimodifikasi
dibandingkan dengan murid-murid dengan
dari versi Vance dan Colella (1990) yaitu
tingkat self-efficacy yang rendah. Gibson dari menggunakan anagram versi bahasa
(2001) dalam penelitiannya mengaitkan
Inggris menjadi anagram dalam versi bahasa
antara penetapan tujuan, efficacy dan Indonesia dengan penyesuaian terhadap
efektifitas. Meskipun penelitian ini
instruksi tugas. Seperangkat anagram
dilakukan dalam konteks efektifitas individu digunakan sebagai bentuk penugasan dan
dalam kelompok, namun dapat diketahui
sebagai bentuk manipulasi atas tugas yang
dari hasil analisisnya bahwa hubungan akan diberikan secara individual kepada
antara self-efficacy dan efektifitas adalah setiap partisipan.
positif dan signifikan baik pada level
individu maupun pada level kelompok.
Partisipan Eksperimen
Penelitian yang dilakukan di tempat kerja
Penelitian eksperimen ini
untuk menguji hubungan antara self-efficacy mengikutsertakan 89 mahasiswa Program
dengan kinerja pada tugas yang spesifik juga
Profesional yang meliputi 15 mahasiswa
menunjukkan hasil yang signifikan dengan program studi Personnel
(Harrison et al. 1997). Berdasarkan teori dan
Management, 37 mahasiswa dengan
penelitian-penelitian sebelumnya peneliti program studi Komputer Akuntansi Bisnis,
mengembangkan hipotesis di bawah ini.
dan 37 mahasiswa dengan program studi
Hipotesis 2: self-efficacy berpengaruh Sekretaris untuk berpartisipasi dalam
positif terhadap kinerja. eksperimen. Dari 89 mahasiswa yang
berpartisipasi dalam penelitian ini, 5
Secara sederhana berbagai fenomena mahasiswa tidak mengikuti eksperimen
yang ditemukan dari hasil penelitian
sampai selesai. Dengan demikian jumlah
terdahulu dapat dijelaskan secara ringkas mahasiswa yang berpartisipasi dalam
melalui model yang akan digunakan dalam
Vol. 16 No. 2, September 2009 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 101

penelitian eksperimen ini sejumlah 84 mengisi semua item pertanyaan melalui


mahasiswa. kuesioner yang diberikan, partisipan
kemudian diminta untuk mengumpulkan
Prosedur Eksperimen semua kuesioner yang telah diisi beserta
Eksperimen yang dilakukan di dalam seperangkat anagram yang sudah dikerjakan
kelas ini terbagi menjadi 2 sesi. Sesi kepada petugas.
pertama adalah pengenalan dan penjelasan
mengenai anagram yang dilanjutkan dengan Pengukuran dan Alat Analisis
pelaksanaan tugas anagram sesuai dengan Penetapan Tujuan, diukur dengan
instruksi yang diberikan pada sesi kedua. menggunakan skala pengukuran non metric
Pada sesi pertama, sebelum partisipan mulai yaitu dengan skala nominal untuk
melaksanakan tugas yang diminta, partisipan menunjukkan tingkat kesulitan yang
diberi pengetahuan dan penjelasan selama didasarkan atas persepsi partisipan terhadap
15 menit mengenai tugas anagram yang tugas yang diberikan. Nilai satu
akan diberikan kepada setiap partisipan. menunjukkan tugas dengan penetapan
Penjelasan tersebut dilakukan dengan tujuan sulit. Sedangkan nilai nol
memberikan contoh untuk memastikan menunjukkan tugas dengan penetapan
bahwa partisipan yang mengikuti tujuan mudah. Self-Efficacy, dalam
eksperimen ini memahami tugas yang akan penelitian ini diukur dengan menggunakan
diminta untuk dikerjakan. Setelah partisipan instrumen Specific Self-Efficacy yang terdiri
memahami tugas yang akan dikerjakan, dari 17 item pertanyaan, dan telah
partisipan diminta untuk mengisi kuesioner dimodifikasi dari instrumen General Self–
mengenai self-efficacy terlebih dahulu. Hal Efficacy yang dikembangkan oleh Sherer,
ini diperlukan untuk mengukur self-efficacy Maddux, Mercandante, Prentice-Dunn,
partisipan terhadap tugas yang akan Jacob, dan Rogers (1982). Modifikasi
dilakukan. instrument disesuaikan dengan bentuk
Setelah semua partisipan mengisi penugasan yang diberikan dalam penelitian
kuesioner self-efficay, partisipan diminta eksperimen ini. Sebagai contohnya, “saya
untuk mengambil undian untuk memperoleh akan menyerah mengerjakan anagram
seperangkat anagram yang harus dikerjakan sebelum saya menyelesaikannya”.
secara individu pada sesi kedua. Hal tersebut Pengukuran self-efficacy menggunakan
dilakukan untuk menentukan apakah skala interval dengan nilai 1 sampai 5 yaitu
partisipan akan mendapatkan tugas anagram dari sangat tidak setuju sampai sangat
tipe sulit atau mendapatkan anagram tipe setuju.
mudah secara acak (random assignment).
Selanjutnya, partisipan diminta mengerjakan Metode Analisis
tugas anagram yang diberikan secara Berdasarkan pada pengukuran dan
serentak dalam waktu 10 menit secara hipotesis yang telah dibangun, maka alat
individu. Ketika waktu yang telah analisis yang digunakan dalam menguji
ditentukan selesai, partisipan diminta hipotesis pertama adalah dengan
mengisi kuesioner mengenai penetapan menggunakan Analysis of Variance
tujuan. Kuesioner tersebut digunakan untuk (ANOVA). Penggunaaan ANOVA
mengetahui persepsi partisipan terhadap berdasarkan pada pengukuran yang
tingkat kesulitan anagram tahap 1. Hal digunakan dalam variabel bebas yaitu
tersebut dilakukan untuk menguji apakah penetapan tujuan adalah skala nominal dan
perlakuan yang diberikan dalam penelitian variabel terikat yaitu kinerja menggunakan
eksperimen ini berhasil atau tidak. Setelah skala pengukuran metric. Untuk analisis
partisipan selesai mengerjakan tugas dan hipotesis pertama menggunakan uji beda
102 Tutuk Ari Arsanti Jurnal Bisnis dan Ekonomi

rata-rata untuk melihat adanya perbedaan sebagai perlakuan yang akan diberikan
kinerja (variabel terikat) secara signifikan kepada partisipan.
yang disebabkan karena adanya perlakuan Manipulation check juga dilakukan
yang diberikan secara berbeda pada selama pelaksanaan eksperimen. Hal
penetapan tujuan (variabel bebas). tersebut dilakukan untuk menguji kembali
Sedangkan untuk menguji hipotesis apakah perlakuan yang diberikan kepada
kedua menggunakan regresi sederhana partisipan berhasil dan dapat dianalisis lebih
karena variabel yang digunakan yaitu self lanjut. Hasil manipulation check yang telah
efficacy diukur dengan skala interval dan dilakukan pada saat pelaksanaan eksperimen
kinerja diukur dengan skala metric. dapat dilihat pada tabel 2.

Manipulation Check
Anagram yang digunakan dalam Tabel 2
penelitian ini diuji terlebih dahulu dengan Hasil Manipulation Check
melibatkan 145 mahasiswa kedalam Eksperimen
manipulation check sebelum penelitian Tipe Anagram N Mean Std.Dev t Sig
Sulit 43 3,3953 0,92940 2,156 0,034
eksperimen dilakukan. Dari 145 mahasiswa Mudah 41 2,9756 0,85111
yang berpartisipasi dalam manipulation Total 84 3,1905 0,091146
F = 4,647
check, data yang berhasil dikumpulkan
sebanyak 122. Dari hasil manipulation check yang
Hasil manipulation check terhadap
telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa
anagram yang akan digunakan dalam
persepsi partisipan terhadap anagram tipe
eksperimen tahap 1 menunjukkan bahwa
sulit dan anagram tipe mudah berbeda
nilai rata-rata yang dihasilkan atas persepsi
secara signifikan. Dengan demikian,
partisipan yang berpendapat bahwa anagram
perlakuan terhadap tingkat kesulitan yang
merupakan tipe sulit sebesar 3,33 dengan
diberikan kepada partisipan dalam
standar deviasi sebesar 1,15 berbeda secara
eksperimen berhasil.
signifikan dengan nilai rata-rata yang
dihasilkan atas persepsi partisipan yang
Hasil Penelitian
berpendapat bahwa anagram merupakan tipe
mudah yaitu sebesar 2,63 dengan standar
Hasil pengolahan statistik deskriptif
deviasi sebesar 1,33. Hal tersebut dapat menunjukkan bahwa nilai rata-rata self-
dilihat pada tabel 1.
efficacy partisipan sebesar 65,46 dengan
Tabel 1 standar deviasi sebesar 8,89. Nilai rata-rata
Hasil Manipulation Check
self-efficacy ini diperoleh sebelum partisipan
Anagram melaksanakan tugas anagram. Meskipun
Tipe Anagram N Mean Std.Dev t Sig
Sulit 30 3,3333 1,15470 2,181 0,033 partisipan belum melaksanakan tugas
Mudah 30 2,6333 1,32570 anagram, namun demikian partisipan telah
Total 60 2,9833 1,28210
F = 4,756
memperoleh pengetahuan dan penjelasan
mengenai anagram terlebih dahulu, sehingga
Dari hasil manipulation check yang partisipan dapat mengevaluasi self-efficacy
telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa terhadap tugas anagram yang akan diminta
persepsi partisipan terhadap anagram tipe untuk dikerjakan secara individu. Sedangkan
sulit dan anagram tipe mudah berbeda nilai rata-rata kinerja yang dihasilkan oleh
secara signifikan. Dengan demikian, partisipan yaitu sebesar 22,7381 dengan
anagram dapat digunakan dalam eksperimen standar deviasi sebesar 12,64446. Dari hasil
statistik deskriptif menunjukkan koefisien
korelasi untuk menginvestigasi hubungan
Vol. 16 No. 2, September 2009 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 103

antar variabel. Hubungan antara penetapan Pembahasan


tujuan dan kinerja tidak signifikan (r =
0,128), sedangkan hubungan antara self- Dari hasil penelitian yang telah
efficacy dan kinerja signifikan (r = 0,235). dilakukan dapat menjawab persoalan
Analisis tahap kedua adalah penelitian yang ada yaitu bahwa penetapan
pengujian untuk setiap hipotesis yang sudah tujuan tidak berhubungan secara signifikan
dibangun dengan menggunakan uji t. Dari terhadap kinerja. Hasil perngujian hipotesis
dua hipotesis yang diuji, satu hipotesis pertama dapat dilihat pada tabel 1 yang
memperoleh dukungan yaitu hipotesis kedua menunjukkan bahwa penetapan tujuan sulit
dan 1 hipotesis tidak memperoleh dukungan ataupun mudah tidak membedakan tingkat
yaitu hipotesis pertama. Hasil pengujian kinerja secara signifikan. Hasil penelitian
hipotesis pertama ditunjukkan pada tabel 3 menunjukkan inkonsistensi terhadap teori
yang menunjukkan bahwa, tidak terdapat penetapan tujuan yang dikembangkan oleh
perbedaan kinerja secara signifikan antara Locke (1968) yang menyatakan bahwa
kelompok dengan penetapan tujuan sulit penetapan tujuan yang sulit akan
dan kelompok dengan penetapan tujuan meningkatkan kinerja. Hal tersebut juga
mudah (t = 1,172; p > 0,05). Ini berarti diperlihatkan pada tabel 5 yang
hipotesis tidak didukung, dengan kata lain menunjukkan bahwa penetapan tujuan tidak
penetapan tujuan yang sulit tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap
meningkatkan kinerja. kinerja. Wood dan Bailey (2001)
Tabel 3. menjelaskan bahwa dalam field study,
Hubungan Kausal antara Penetapan Tujuan penetapan tujuan seringkali dilihat sebagai
dan Kinerja bagian dari intervensi perubahan perilaku
Penetapan Kinerja yaitu individu akan diminta atau dilatih
t sig
Tujuan Mean Std.Dev
Sulit 21,1628 12,38457 1,172 0,245
untuk berkinerja secara lebih efektif
Mudah 24,3902 12,85472 dibandingkan dengan sebelumnya. Seperti
F = 1,374 yang telah diketahui bahwa perubahan
Sedangkan pengujian terhadap perilaku individu adalah kompleks karena
hipotesis kedua menunjukkan bahwa, self- banyak faktor yang dapat mempengaruhi
efficacy berpengaruh positif secara adanya perubahan perilaku tersebut, baik
signifikan terhadap kinerja (0,334; t = faktor situasional maupun faktor personal.
2,189, p < 0,05). Ini berarti hipotesis kedua Dalam konteks penelitian hubungan
didukung, dengan kata lain self-efficacy kausal antara penetapan tujuan dan kinerja
berpengaruh positif terhadap kinerja. Hasil pada eksperimen ini, faktor penetapan
pengujian hipotesis ditunjukkan pada table tujuan merupakan faktor situasional yang
4. ditetapkan oleh peneliti sebagai perlakuan
Tabel 4. yang diberikan untuk menghasilkan
Hubungan antara Variabel Bebas dan perbedaan kinerja partisipan. Meskipun
Variabel Terikat demikian, penetapan tujuan dapat
Variabel Variabel Terikat; Kinerja meningkatkan kinerja jika penetapan tujuan
Bebas  t Sig dapat dicapai dan jika individu mempunyai
Penetapan 3,227 1,172 0,245
Tujuan komitmen untuk mencapainya (Locke &
F = 1,374 Latham, 2002).
R2 = 0,128 Erez dan Kanfer (1986) menjelaskan
Self-efficacy 0,235 2,189 0,031 bahwa peran dari penerimaan penetapan
F = 4,794
tujuan oleh individu memoderasi hubungan
R 2 = 0,235 antara penetapan tujuan dengan kinerja.
P* < 0,05 Dengan demikian pelibatan individu dalam
104 Tutuk Ari Arsanti Jurnal Bisnis dan Ekonomi

menetapkan tujuan akan mempengaruhi kedua. Hasil yang diperoleh dalam


hubungan antara penetapan tujuan dan penelitian eksperimen ini memberikan
kinerja (Erez & Kanfer. 1986). Pelibatan dukungan terhadap hipotesis kedua yaitu
individu dalam penetapan tujuan juga dapat bahwa self-efficacy berpengaruh positif
mengurangi kegelisahan (Lewin. 1951) terhadap kinerja. Pada awalnya, konsep self-
sehingga individu dapat mengontrol situasi efficacy dikembangkan dan digunakan
dan menghasilkan komitmen terhadap sebagai clinical tool (Bandura, 1986), yang
pelaksanaan tugas dengan lebih baik. Neider sampai dengan saat ini digunakan dalam
(1980) menemukan bahwa dalam hubungan banyak penelitian yang berpendapat bahwa
penetapan tujuan dan kinerja, kelompok self-efficacy dapat memprediksi kinerja
yang dilibatkan dalam penetapan tujuan dalam berbagai setting penelitian (Lee,
secara signifikan berpengaruh terhadap 1983). Penilaian individu terhadap self-
kinerja dibandingkan dengan kelompok efficacy merupakan pengukuran individu
yang tidak dilibatkan dalam penetapan terhadap kemampuannya untuk berkinerja
tujuan. dengan baik (Bandura, 1977).
Selain faktor situasional, faktor Beberapa penelitian yang dilakukan
personal seperti self-efficacy juga dapat secara berbeda baik secara strategi ataupun
mempengaruhi hubungan antara penetapan metodologi, menunjukkan bahwa self-
tujuan dan kinerja (Robbins, 1998). Self- efficacy dapat meningkatkan kinerja
efficacy yang tinggi dapat mengarah pada (Bandura & Locke. 2003). Hasil meta-
kinerja individu yang lebih tinggi analisis yang dilakukan terhadap hubungan
dibandingkan dengan self-efficacy yang kausal antara self-efficacy, penetapan tujuan,
rendah. Dengan demikian dapat diketahui dan kinerja, menunjukkan bahwa self-
bahwa penetapan tujuan yang sulit tidak efficacy berkontribusi secara signifikan
serta merta akan meningkatkan kinerja terhadap motivasi dan kinerja (Locke &
karena selain faktor situasional yang Bandura. 2003). Efficacy tidak hanya dapat
ditetapkan oleh peneliti, faktor personal memprediksi fungsi dalam keperilakukan
yang menjadi bagian dalam proses internal diantara individu pada tingkat efficacy yang
dalam diri individu dapat mempengaruhi berbeda-beda, tetapi juga perubahan fungsi
hubungan antara penetapan tujuan dan di dalam diri individu dari waktu ke waktu.
kinerja. Sehingga dalam penelitian Collins dalam penelitian yang dilakukan
eksperimen ini tidak berhenti pada terhadap sejumlah siswa menemukan bahwa
bagaimana hubungan antara penetapan meskipun kemampuan yang dimiliki
tujuan dan kinerja seperti yang individu berkontribusi terhadap kinerja yang
dihipotesiskan pada hipotesis pertama, tetapi dihasilkan, tetapi siswa dengan tingkat self-
juga mencoba menguji lebih lanjut proses efficay yang lebih tinggi dapat
internal dalam individu tentang bagaimana meneyelesaikan tugas lebih banyak daripada
faktor personal seperti self-efficacy akan siswa dengan tingkat self-efficacy yang
berpengaruh terhadap kinerja seperti yang rendah (Collins, 1984). Penelitian serupa
dikembangkan dalam hipotesis kedua. yang dilakukan dengan menggunakan 2
Hasil penelitian seperti yang telah studi yaitu studi terhadap sejumlah siswa di
ditunjukkan pada tabel 5 menunjukkan kelas dan sejumlah siswa di laboratorium
bahwa self-efficacy berpengaruh positif komputer. Studi pertama yang dilakukan di
terhadap kinerja seperti yang dinyatakan kelas menemukan bahwa hubungan self-
pada hipotesis kedua. Berdasarkan efficacy dan kinerja adalah signifikan.
penelitian terdahulu dinyatakan bahwa self- Demikian pula pada studi kedua yaitu yang
efficacy berpengaruh positif terhadap kinerja dilakukan pada siswa di laboratorium
seperti yang dihipotesiskan pada hipotesis komputer juga menunjukkan bahwa
Vol. 16 No. 2, September 2009 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 105

hubungan antara self-efficacy dan kinerja berpengaruh secara signifikan terhadap


adalah signifikan (Richard, et.al., 2006). kinerja. Hal tersebut ditunjukkan dengan
Bouchard (2001), juga menemukan tidak adanya perbedaan kinerja secara
bahwa self-efficacy berpengaruh terhadap signifikan antara kinerja kelompok yang
kinerja (untuk cognitive task). Penelitian mengerjakan tugas anagram tipe sulit
serupa yang dilakukan oleh Spieker dan dengan kinerja kelompok yang mengerjakan
Hinsz (2004) juga menunjukkan bahwa tugas anagram tipe mudah. Penelitian
dalam konteks penelitian penetapan tujuan, sebelumnya menjelaskan bahwa selain
self-efficacy yang tinggi dapat meningkatkan faktor situasional yang dapat berpengaruh
kinerja. Demikian pula Cervone dan Peake terhadap kinerja seperti desain tugas yang
(1986), menemukan bahwa apabila self- menantang, faktor personal seperti self-
efficacy dikontrol dengan baik, maka tidak efficacy juga terbukti dapat berpengaruh
ditemukan pengaruh yang signifikan dalam secara langsung terhadap kinerja. Dengan
hubungan antara penetapan tujuan dan demikian penetapan tujuan tidak serta merta
kinerja atau dengan kata lain, self-efficacy berpengaruh terhadap kinerja secara
memediasi dalam hubungan motivasi signifikan. Kedua, hasil penelitian
berkinerja. Meskipun dalam penelitian menunjukkan bahwa self-efficacy
tersebut self-efficacy dipercaya sebagai berhubungan positif secara signifikan
variabel yang memediasi hubungan antara terhadap kinerja. Dengan demikian, self-
penetapan tujuan dan kinerja, Meece, efficacy yang tinggi akan meningkatkan
Wigfield, dan Eccles, (1990) menemukan kinerja individu. Hasil penelitian ini juga
bahwa efficacy mempunyai pengaruh yang telah memberikan dukungan terhadap
independent terhadap kinerja. Dari beberapa penelitian-penelitian sebelumnya yang
penelitian terdahulu dapat diketahui dan berpendapat bahwa self-efficacy
dipahami bahwa self-efficacy merupakan berhubungan positif dengan kinerja secara
faktor internal individu yang mempunyai signifikan. Dengan demikian, hasil
pengaruh secara langsung terhadap kinerja penelitian eksperimen ini menunjukkan
individu (Spieker & Hinsz, 2004). konsistensi dengan hasil penelitian-
Dari meta-analisis yang dilakukan penelitian sebelumnya yang berpendapat
terhadap 114 penelitian, menunjukkan bahwa self-efficacy berhubungan secara
bahwa terdapat hubungan yang signifikan signifikan dengan kinerja.
antara self-efficacy dan kinerja (Stajkovic &
Luthans, 1998). Hasil meta-analisis lain Keterbatasan dan Implikasi pada
yang dilakukan oleh Mortiz et. al. (2000) Penelitian Masa Mendatang
juga menunjukkan bahwa terdapat hubungan Peneliti menemukan beberapa
yang positif dan signifikan antara self- masalah dan keterbatasan dalam penelitian
efficacy dan kinerja. Penelitian yang eksperimen ini, yaitu: pertama, partisipan
dilakukan di dalam kelas menemukan bahwa yang diikutsertakan pada penelitian
self-efficacy yang tinggi akan menghasilkan eksperimen ini adalah mahasiswa.
prestasi yang lebih baik (Zimmerman, 1995) Penggunaan mahasiswa sebagai partisipan
dan nilai ujian yang meningkat (Zohar, dalam eksperimen masih menjadi
1998). perdebatan diantara para peneliti karena
mahasiswa bukanlah “real people” sehingga
Kesimpulan hasil penelitian tidak dapat diterapkan pada
kondisi nyata dalam sebuah organisasi
Dua hipotesis telah diuji dan kompleks. Namun demikian, dalam
menghasilkan kesimpulan sebagai berikut, penelitian eksperimen ini hendak
pertama penetapan tujuan tidak menginvestigasi perilaku individu yang
106 Tutuk Ari Arsanti Jurnal Bisnis dan Ekonomi

disebabkan oleh faktor eksternal berupa Referensi


desain pekerjaan dan faktor internal berupa
self-efficacy dan kesuksesan psikologis. Adams, J.K. (1971). A Closed-Loop Theory
Faktor self-efficacy dan kesuksesan of Motor Learning. Journal of Motor
psikologis merupakan aspek psikologis yang Behavior, Vol.3, 111-149.
dimiliki setiap indivdu secara universal.
Allwood, C. (1984). Error Detection
Respon psikologis dapat dihasilkan oleh Processes in Statistical Problem
berbagai macam stimuli baik melalui
Solving. Cognitive Science, Vol. 8,
perlakuan yang diberikan di dalam 413-437.
laboratory eksperiment maupun perlakuan
yang diberikan dalam desain penelitian field Cascio, Wayne F. (1998). Managing Human
eksperiment. Sehingga penggunaan Resources: Productivity, Quality of
mahasiswa sebagai partisipan dalam Work Life, Profits. McGraw-Hill.
eksperimen masih relevan. Meskipun Cooper, Donald R., dan Schindler, Pamela
demikian, untuk penelitian kedepan tetap S. (2006). Business Research
diperlukan field eksperiment untuk menguji Methods. McGraw-Hill
eksternal validity khususnya dalam
organisasi kompleks. Kedua, pelaksanaan Bandura, A. (1977). Social Learning
eksperimen dilakukan di dalam kelas Theory. New Jersey: Prentice-Hall.
sehingga keberadaan dosen pengampu mata Bandura, A. (1982). Self-efficacy
kuliah dapat berdampak pada keinginan mechanism in human agency.
mahasiswa untuk ikut berpartisipasi dalam American Psychologist, 37, 122-147.
eksperimen secara sukarela. Dengan
demikian untuk penelitian di masa yang Bandura, A. (1986). Social foundation of
akan datang, eksperimen hendaknya thought and action: A social-
dilakukan di luar jam kuliah dengan cognitive view. Englewood Cliffs,
menggunakan kelas khusus untuk NJ: Prentice-Hall.
eksperimen. Selain disediakannya kelas Bandura, A. (1989). Human Agency in
khusus, mahasiswa yang berpartisipasi dapat Social Cognitive Theory. American
memperoleh manfaat sehingga dapat Psychologist, 44, 1175-1184.
menggugah minat mahasiswa untuk ikut
Bandura, A., dan Cervone, D. (1986).
berpartisipasi dalam eksperimen. Ketiga,
Differential Engagement of Self-
tidak adanya pelibatan partisipan dalam
reactive Influences in Cognitive
menentukan penetapan tujuan dapat
Motivation. Organizational Behavior
berdampak pada goal acceptance atau
and Human Decision Processes,
penerimaan terhadap penetapan tujuan itu
Vol. 92, 92-113.
sendiri sehingga dapat berpengaruh terhadap
komitmen dan kinerja yang dihasilkan. Bandura, Albert & Locke, Edwin. A. (2003).
Dengan demikian dalam penelitian Negative Self-Efficacy and Goal
berikutnya hendaknya desain eksperimen Effects Revisited. Journal of Applied
dapat dikembangkan lagi untuk melibatkan Psychology. Vol. 88, No. 1, 87-99.
partisipan dalam penetapan tujuan. Selain Barling. J.C., Beattle. R. Self Efficacy
adanya keterbatasan penelitian, penelitian Belief and Sales Performance.
eksperimen ini juga telah memberikan Journal of Organizational Behavior
dukungan terhadap beberapa pendapat yang Management. Vol.5 (1983), 41-51.
menyatakan bahwa terdapat hubungan
antara self-efficacy dan kinerja. Bounchard, Therese, B. (2001). Influence of
Self-Efficacy on Performance in a
Vol. 16 No. 2, September 2009 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 107

Cognitive Task. The Journal of Experience. Journal of Applied


Social Psychology. Vol. 130, No. 3, Psychology, Vol. 90, No. 5, 857-871.
353-363. Freud.T., Kruglanski, A. W., dan
Carrol, S. J., dan H. L. Tosi. (1973). Schpitzajzen, A. (1985). The
Management by Objectives. New Freezing And Unfreezing of
York: Macmillan. Impressional Primacy: Effects of
Need for Structure And Fear of
Cervone, D., dan Peake, P.K. (1986).
Anchoring, Efficacy, and Action: Indivalidity. Personality And Social
Psychology Bulletine, 11, 479-489.
The Influence of Judgemental
Heuristics on Self-Efficacy Friedlander, F. (1983). Patterns of
Judgement and Behavior. Journal of Individuals And Organizational
Personality and Social Psychology, Learning. In S. Srivastara And
Vol.50, 492-501. Associates And Action (Eds), The
Cesario, Joseph., Grant, Heidi., & Higgins. Executive Mind: New Insights on
Managerial Thought And Action.
E, Tery. (2004). Regulatory Fit and
Persuasion: Transfer From “Feeling (pp. 192-220). San Fransisco:
Jossey-Bass.
Right”. Journal of Personality and
Social Psychology. Vol. 86, No. 3, Gibson, Christina B. Me and us: differential
388-404. relationships among goal-setting
raining, efficacy and effectiveness at
Early, P. Christopher., Lee, Cynthia., dan
Hanson, L. Alice. (1990). Joint the individual and team level.
Moderating Effects of Job Journal of Organizational Behavior,
2001, 22, 789-808.
Experience and Task Component
Complexity: Relation Among Goal Gist, M.E. (1987). Sel-Efficacy:
Setting, Task Strategies, and Implications for Organizational
Performance. Journal of Behavior and Human Resource
Organizational Behavior. Vol. 11, Management. Academy of
No. 1, 3-15. Management Review. 472.
Early, Christopher. P., Northcraft, Gregory. Gist, M. E., Schwoerer, C., dan Rosen, B.
B., Lee, Cynthia., and Lituchy, Terri. (1989). Effects of Alternative
R. (1990). Impact of Process and Training on Self-Efficacy And
Outcome Feedback on The Relation Performance in Computer Software
on Goal Setting to Task Training. Journal of Applied
Performance. Academy of Psychology, Vol. 74, No. 6, 884-891.
Management Journal. Vol. 33, No. Gist, Marilyn. E., & Mitchell, Terence. R.
1, 87-105.
(1992). Self-Efficacy: A Theoretical
Eres, Miriam, dan Kanfer, Frederick H. The Analysis of Its Determinants and
Role of Goal Acceptance in Goal Malleability. Academy of
Setting and Task Performance. Management Review. Vol, 17, No. 2,
Academy of Management Review, 183-211.
1986, 8, 454-463.
Guion, R.M. (1965). Personnel Testing.
Ellis, Shmuel & Davidi, Inbar (2005). After- New York: McGraw-Hill Book.
Event Reviews: Drawing Lessons
Hannan, M.T., dan Freeman, J. (1984).
From Successful and Failed Structural Inertia and Organizational
108 Tutuk Ari Arsanti Jurnal Bisnis dan Ekonomi

Change. A Sociological Review, Vol. Lee, C & Bobko, P. (1994). Self Efficacy
49, No. 2, 149-164. Belief: Comparison of five
Harrison, Allison, W., Rainer. Jr., R. Kelly, Measures. Journal of Applied
Psychology 79: 364-369.
Hochwarter, Wayne. A., Thompson,
Kenneth R. (1997). Testing the Self- Lee, Thomas. W., Locke, Edwin. A., and
Efficacy-Lingkage of Social- Phan, Soo. H (1997). Explaining the
Cognitive Theory. Journal of Social Assigned Goal-Incentive Interaction:
Psychology. The Role of Self-Efficacy and
Personal Goals. Journal of
Heimbeck, D., Frese, M., Sonnentag, S., dan
Keith, N. (2003). Integrating Errors Management. Vol. 23, No. 4, 541-
559.
Into The Training Process: The
Function of Error Management Lee, Thomas. W., Locke, Edwin. A & Phan,
Instruction and The Role of Goal Soo. H. (1997). Explaining The
Orientation. Personnel Psychology, Assignment Goal-Incentive
Vol.56, 333-361. Interaction: The Role of Self-
Huber, V.L. (1985). Effects of Task Efficacy and Personal Goals. Journal
of Management. Vol 23 no.4, 541-
Difficulty, Goal Setting, and
Strategy on Performance of Heuristic 553.
Task. Journal of Applied Lerner, B.S & Locke, E.A. (1995). The
Psychology, Vol. 70, 492-504. Effect of Goal Setting, Self Efficacy,
Ivancevich, John. M. (1977). Different Goal Competition and Personal Traits on
Setting Treatments and Their Effects The Performance of an Endurance
Task. Journal of Sports & Exercise
On Performance and Job
Satisfaction. Academy of 17: 138-152.
Management Journal. Vol. 20, No. Locke. E. A. (1968). Toward a Theory of
3, 406-419. Task Motivation and Incentives.
Kanfer R, Ackerman P. L (1989). Organizational Behavior and Human
Performance, Vol. 3, 157-189.
Motivation And Cognitive Abilities:
An Integrative/Aptitude-Treatment Locke, E.A., Shaw, K.N., dan Saari, L.M.
Interaction Approachto Skill (1981). Goal Setting and Task
Acquisition. Journal of Applied Performance. Psychological Buletin.
Psychology, 74, 657-690. 126.
Kreitner, Robert, dan Kinicki, Angelo. Locke, E.A., Frederick. E., Lee. L & Bobko.
(2004). Organizational Behavior. P. (1984). The Effect of Self
McGraw-Hill. Efficacy, Goals, and Task strategies
Latham, gary P, dan Yulk, Gary A. A on Task Performance. Journal of
Applied Psychology, 69 , 241-251.
Review of Research on the
Application of Goal Setting in Locke, E.A., & Latham, G. P. (1990). A
Organizations. Academy of Theory of Goal Setting and Traits
Management Journal, 1975, Vol. 18, Task Performance. Englewood
No. 4, 824-845. Chifts, NJ: Prentice Hall.
Lawrence, L.C., dan P.C. Smith. (1955). Meier, N.R.F. (1965). Psychology in
Group Decision and Emloyee Industry. (3 rd, ed). Boston: Houghton
Participation. Journal of Applied and Mifflin.
Psychology, Vol. 39, 334-337.
Vol. 16 No. 2, September 2009 Jurnal Bisnis dan Ekonomi 109

Mitchell, T. R. (1997). Matching Silver, W.S., Mitchell, T.R., dan Gist, M.E.
Motivational Strategies With (1991). Response to Successful and
Organizational Contexts. Research Unsuccessful Performance: The
In Organizational Behavior, 19, 57- Moderating Effect of Self-Efficacy
149. on The Relation Between
Performance and Attributions.
Ohlsson, S. (1996). Learning From
Performance Errors. Psychological Organizational Behavior and Human
Decision Processes. 286-299.
Review, Vol. 103, 241-262.
Sim, H.P. dan Szilagy, A.D. (1976). Job
Porter, W.L. dan Lawyer, E.E. (1969).
Antecendent Attitude and Characteristic Relationship:
Individual and Structure Moderates.
Performance. Journal of
Organizational Behavior and
Organizational Behavior and Human
Performance, 122-142. Performance. 170: 211-230.

Richard, Erin. M., Diefendorff, James. M., Smith, Sara. A., Kass, Steven. J., Rotunda,
Rob. J., and Schneider, Sherry. K.
& Martin, James. H. (2006).
Revisiting the Within-Person and (2006). If At First You Don’t
Succed: Effects of Failure on
Performance Relation. Human
Performance, 19(1), 67-87. General and Task-Specific Self-
Efficacy and Performance. North
Robbins, Stephen, P. (1978). Personnel: The America Journal of Psychology. Vol.
Management of Human Resources. 8, No. 1, 171-182.
New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
Sitkin, S.B. (1992). Learning Through
Robbins, Stephen P. (1998). Organizational Failure: The Strategy of Small
Behavior. New Jersey: Prentice-Hall, Losses. Research in Organizational
Inc Behavior, Vol. 14, 231-266.
Schank, R. (1986). Explanation Petterns: Spieker, Casey, J., dan Hinsz, Verlin, B.
Understanding Mechanically And (2004). Repeated Success and
Creatively. Hillsdale, NJ: Erlbaum. Failure Influences on Sel-Efficacy
Fs;65Schmidt, R. A. (1975). A and Personal Goals. Social Behavior
Scheme Theory of Discrete Motor and Personality. Vol. 32, No. 2, 191-
Skill Learning. Psychological 189.
Review, 82, 225-260.
Stajkovic, Alexander. D & Luthans, Fred.
Schmidt, R.A. (1975). A Schema Theory of (1997). Social Cognitive Theory and
Discrete Motor Skill Learning. Self Efficacy: Going Beyond
Psychological Review, Vol. 82, 225- Traditional and Behavioral
260. Approach. Field report. Organization
Schweitzer, Maurice E., Ordonez, Lisa, dan Dynamics. Elsevier Science
Douma, Bambi. Goal as A Motivator Publishing Company, Inc.
of Unethical Behavior. Academy of Strang, Harold. R. (1981). The Effects of
Management Journal, 2004, 47, 422- Challenging Goal Instructions Upon
432. Goal Setting and Performance on A
Seifer, C. M., & Hutchins, E. L. (1992). Reaction-Time Task. Journal of
Error as Opportunity: Learning in A Psychology. 107, 241-246.
Cooperative Task. Human-Computer Vance, R. J., dan Colella, A. (1990). Effects
Interaction, 7, 407-435. of Two Types of Feedback on Goal
110 Tutuk Ari Arsanti Jurnal Bisnis dan Ekonomi

Acceptance And Goals. Journal of Personnel Psychology. Richard D,


Applied Psychology, 75, 68-76. Irwin: Home Illinois.
Weick, K.E. (1984). Small Wins: Wood, R. E., F. Hull., dan K. Azumi.
Redefining The Scale of Social (1983). Evaluating Quality Circles:
Problems. American Psychologist, The American Application.
Vol.39, 40-49. California Management review, 36,
37-53.
Weiner, B. (1985). An Attributional Theory
of Achievement Motivation and Wood. & Bailey. (2001). Some Unanswered
Emotion. Psychological Review, Questions About Goal Effects: A
Vol. 92, 548-573. Recommended Change in Research
Wexley, K.H., dan Yulk, G.A. (1977). Method. Australian Graduate School
Organizational Behavior and of Management.

Anda mungkin juga menyukai