Anda di halaman 1dari 26

Nama Kelompok:

1. Shinta Nur Lailiyah 2419005


2. Fani Azifaturoykhani 2419006
3. Meilia Asmaul Khusnah 2419015

ANALISIS JURNAL

Judul ANALISIS HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN


PEMBELAJARAN PROBLEM POSING TIPE POST SOLUTION
POSING
Penulis Eko Margono, Della Maulidiya, dan Hanifah
Volume & Halaman Vol. 3 No.2 Hal 151-156
Tahun 2019
Alamat Jurnal https://doi.org/10.33369/jp2ms.3.2.151-156

Masalah Penelitian Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu guru mata
pelajaran matematika kelas XI SMA Negeri 2 Kota Bengkulu, terdapat
beberapa masalah yang dihadapi dalam proses belajar mengajar matematika
di kelas XI SMA Negeri 2 Kota Bengkulu antara lain:
1) Beberapa siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
pada hasil ulangan sebelumnya.
2) Peserta didik juga belum aktif pada proses pembelajaran, padahal SMA
Negeri 2 Kota Bengkulu menggunakan kurikulum 2013.
3) Masalah yang lain adalah kurangnya kemampuan siswa dalam
bertanya.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar peserta didik
kelas XI SMA Negeri 2 Kota Bengkulu dengan pembelajaran Problem
Posing Tipe Post Solution Posing. Selain itu, Pembelajaran problem posing
diharapkan dapat meningkatkan partisipasi siswa dan mengubah pola pikir
mereka sehingga mampu menerima konsep dengan benar serta dapat
menyelesaikan soal yang diberikan dan memperoleh hasil belajar yang
diinginkan.
Solusi Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Dameyani (2014)
mengungkapkan bahwa pembelajaran Problem Posing tipe Pre-solution
posing mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik. Kemudian pada
penelitian ini akan diterapkan pembelajaran problem posing tipe pre-solution
posing. Hasil belajar yang diteliti terkhusus pada ranah kognitif. Diharapkan
peserta didik mampu mendorong lebih aktif dalam pembelajaran agar hasil
belajar peserta didik meningkat.
Pembelajaran Problem Posing Tipe Post Solution Posing adalah
pembelajaran di mana peserta didik memodifikasi kondisi soal yang sudah
diselesaikan untuk menghasilkan soal-soal baru. Pada tipe ini peserta didik
lebih diberikan kesempatan untuk bisa membuat soal-soal yang bervariasi
dengan mudah. Hal ini dikarenakan sudah adanya penyelesaian dari kondisi
pernyataan yang diberikan oleh guru sehingga peserta didik bisa saja
membuat soal dengan menjadikan suatu penyelesaian sebagai kondisi awal.
Penelitian ini terdiri dari 7 pertemuan yaitu 5 pertemuan materi, 1 pertemuan
kuis dan 1 pertemuan posttest. Untuk pertemuan ke-7 yaitu diberikan soal
posttest untuk mengukur hasil belajar peserta didik setelah melaksanakan
pembelajaran problem posing tipe post-solution posing.
Hasil Penelitian Analisis hasil belajar menunjukkan bahwa terdapat 51,61% peserta didik
yang lulus berdasarkan KKM sebesar 75. Hasil penelitian yang telah
dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa 51,61% nilai posttest peserta didik
yang belajar menggunakan pembelajaran Problem Posing tipe Post-solution
posing berada diatas kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan nilai rata-
rata kelas adalah 73,74.
Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), Vol. 3, No. 2, Agustus 2019 eISSN 2581-253X

ANALISIS HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN PEMBELAJARAN


PROBLEM POSING TIPE POST SOLUTION POSING

Eko Margono1, Della Maulidiya2, Hanifah3


Program Studi Pendidikan Matematika JPMIPA FKIP Universitas Bengkulu
email : eko.margonoa1c014010@gmail.com, 2della.maulidiya@unib.ac.id, 3hanifah@unib.ac.id
1

ABSTRAK
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang mempunyai peran penting dalam kehidupan
sehari-hari. Akan tetapi hasil belajarnya masih belum maksimal, masih banyak siswa yang mendapat
nilai di bawah KKM. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar peserta didik kelas
XI SMA Negeri 2 Kota Bengkulu dengan pembelajaran Problem Posing Tipe Post Solution Posing.
Penelitian ini merupakan penelitian deskriftif (Descriptive Research). Sampel diambil dengan
menggunakan teknik purposive sampling, sampel dalam penelitian ini adalah kelas XI SMA Negeri 2
Kota Bengkulu tahun ajaran 2017/2018 yang berjumlah 36 orang. Istrumen yang digunakan untuk
pengumpulan data dalam penelitian ini adalah lembar tes. Data hasil tes ini dilakukan pengujian
validitas, realibilitas, taraf kesukaran, dan daya pembeda soal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
51,61% nilai posttest peserta didik yang belajar menggunakan pembelajaran Problem Posing tipe Post-
solution posing berada diatas kriteria ketuntasan minimal (KKM) dengan nilai rata-rata kelas adalah
73,74.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Problem Posing tipe Post Solution Posing

ABSTARCT
This study aimed to describe the learning outcomes of students of class XI SMA Negeri 2 Kota
Bengkulu learning Problem Posing Post Solution Posing Type. This research was descriptive research
(Descriptive Research). The sample was taken by using purposive sampling technique, the sample in
this study was the students of class XI SMA Negeri 2 Bengkulu City academic year 2017/2018 which
amounted to 36 students. The instrument used for data collection in this study was the test sheet. Data
test results were then tested the validity, reliability, difficulty level, and differentiating power
problems. The results showed that 51.61% of the posttest scores of students who learned to use
Problem Posing learning in the Post-solution posing type were above the minimum completeness
criteria (KKM) with an average grade of 73.74.
Keywords: Learning Outcomes, Problem Posing type Post Solution Posing

PENDAHULUAN matematika merupakan kegiatan mental


Matematika adalah salah satu komponen yang tinggi karena di dalamnya menuntut
mata pelajaran yang mempunyai peranan siswa berpikir kritis dalam menghadapi segala
penting dalam kehidupan sehari-hari. Peran permasalahan, oleh sebab itu dalam
penting matematika mengakibatkan mata mengajar matematika guru harus mampu
pelajaran ini memiliki persoalan-persoalan memberikan penjelasan dengan baik
yang tentunya tidak mudah untuk diatasi. Salah sehingga konsep-konsep matematika yang
satu persoalan yang paling nampak pada mata abstrak dapat dipahami siswa. Interaksi
pelajaran matematika adalah pada proses antara guru dan siswa dalam pembelajaran
belajarnya. Proses pembelajaran adalah sebuah merupakan syarat utama demi
upaya bersama antara guru dan siswa untuk berlangsungnya proses belajar mengajar supaya
berbagi dan mengolah informasi agar terbentuk tercapai tujuan pembelajaran. Dalam hal ini
pengetahuan dalam diri siswa. Belajar guru memegang peranan utama untuk

151
Eko, Della, Hanifah
Analisis Hasil Belajar Matematika Siswa Dengan Pembelajaran Problem Posing Tipe Post Solution
Posing
Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), Vol. 3, No. 2, Agustus 2019 eISSN 2581-253X

menciptakan situasi yang mampu merangsang menyusun pertanyaan sendiri atau memecah
terwujudnya proses belajar mengajar yang suatu soal menjadi pertanyaan-pertanyaan yang
efektif, yakni bagaimana belajar yang baik, lebih sederhana. Sintaksnya adalah
sehingga siswa dapat belajar dengan baik pula. pemahaman, jalan keluar, identifikasi
Hasil wawancara yang dilakukan dengan kekeliruan, meminimalisasi tulisan/hitungan,
salah satu guru mata pelajaran matematika cari alternatif dan menyusun soal/pertanyaan.
kelas XI SMA Negeri 2 Kota Bengkulu, Silver (Siswanto & Subanji, 2010 : 39)
diperoleh informasi bahwa beberapa siswa mengklasifikasikan Problem Posing menjadi 3
belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal bentuk yaitu Pre-solution posing, Within-
(KKM) pada hasil ulangan sebelumnya. Peserta solution posing, dan Post-solution posing.
didik juga belum aktif pada proses Dameyani (2014) mengungkapkan bahwa
pembelajaran, padahal SMA Negeri 2 Kota pembelajaran Problem Posing tipe Post-
Bengkulu menggunakan kurikulum 2013. Pada solution posing dapat meningkatkan persentase
kurikulum 2013 ini yang menjadi pusat ketuntasan hasil belajar siswa.
pembelajaran adalah peserta didik, sehingga Penjelasan tiga bentuk kegiatan kognitif
peserta didik harus aktif dalam proses matematika menurut Silver (Siswanto &
pembelajaran. Dengan demikian diperlukan Subanji, 2010) yaitu:
pembelajaran yang mampu mendorong peserta a. Pre-solution posing, peserta didik
didik lebih aktif dalam pembelajaran agar hasil menghasilkan soal-soal awal yang
belajar peserta didik meningkat. ditimbulkan oleh stimulus. Pada Pre-
Guru dituntut mampu mengatasi solution posing ini, seorang peserta
permasalahan-permasalahan yang timbul didik membuat soal dari situasi yang
dalam pembelajaran matematika tersebut diadakan. Jadi peserta didik diharapkan
dengan cara menerapkan pembelajaran yang mampu membuat soal/pertanyaan
sesuai dengan karakter siswa maupun dengan berkaitan dengan pernyataan yang
materi yang akan disampaikan kepada siswa. diberikan oleh guru.
Proses pembelajaran berkaitan dengan interaksi b. Within-solution posing, peserta didik
antara guru dengan siswa. Salah satu masalah merumuskan soal yang dapat
yang ada dalam pembelajaran adalah diselesaikan. Jadi pada Within-solution
kurangnya kemampuan siswa dalam bertanya. posing ini, peserta didik merumuskan
Pembelajaran problem posing diharapkan dapat ulang pertanyaan soal menjadi sebuah
meningkatkan partisipasi siswa dan mengubah sub-sub pertanyaan baru dari
pola pikir mereka sehingga mampu menerima pertanyaan yang ada pada soal yang
konsep dengan benar serta dapat menyelesaikan diberikan.
soal yang diberikan dan memperoleh hasil c. Post-solution posing, peserta didik
belajar yang diinginkan. memodifikasi kondisi soal yang sudah
Model pembelajaran ialah pola yang diselesaikan untuk menghasilkan soal-
digunakan sebagai pedoman dalam soal baru. Pada tipe ini peserta didik
merencanakan pembelajaran dikelas Suprijono lebih diberikan kesempatan untuk bisa
(2014:46). Freire (Ompusunggu, 2014) membuat soal-soal yang bervariasi
mengartikan problem posing sebagai suatu cara dengan mudah. Hal ini dikarenakan
dalam pemecahan masalah dengan melalui sudah adanya penyelesaian dari kondisi
elaborasi, yaitu merumuskan kembali masalah pernyataan yang diberikan oleh guru
menjadi bagian-bagian yang simple sehingga sehingga peserta didik bisa saja
dipahami. Sedangkan Shoimin (2014 : 133) membuat soal dengan menjadikan suatu
mengatakan bahwa problem posing adalah penyelesaian sebagai kondisi awal.
pembelajaran yang mengharuskan siswa

152
Eko, Della, Hanifah
Analisis Hasil Belajar Matematika Siswa Dengan Pembelajaran Problem Posing Tipe Post Solution
Posing
Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), Vol. 3, No. 2, Agustus 2019 eISSN 2581-253X

Letak perbedaan antara pre-solution SMA Negeri 2 Kota Bengkulu semester genap
posing, Within-solution posing dan post tahun pelajaran 2017/2018 karena SMAN 2
solution-posing adalah pada kondisi pernyataan kota Bengkulu merupakan salah satu SLTA
yang diberikan. Ketiganya tetap mempunyai ternama di kota Bengkulu. Pengambilan sampel
kesamaan tujuan yaitu mengarahkan siswa menggunakan teknik purposive sampling, yaitu
untuk merumuskan soal baru dari suatu dengan pertimbangan tertentu. Teknik ini
pernyataan. dipilih karena memperhatikan kondisi beberapa
Thobroni (2016 : 286-287) mengemukakan kelas yang memang tidak bisa dijadikan sampel
4 kelebihan problem posing yaitu 1) mendidik penelitian dengan alasan materi yang belum
murid berpikir kritis, 2) peserta didik aktif sampai. Pertimbangan pengambilan sampel ini
dalam pembelajaran, 3) belajar menganalisis juga melihat nilai rata-rata matematika siswa
suatu masalah, 4) mendidik anak percaya pada yang tinggi ulangan sebelumnya, sehingga
diri sendiri. Sedangkan beberapa kekurangan diambil kelas XI MIPA F sebagai kelas sampel.
problem posing menurut Thobroni (2016 :287) Teknik uji validitas yang digunakan pada
adalah pertama, memerlukan waktu yang cukup penelitian ini adalah uji korelasi product
banyak; kedua, tidak bisa digunakan di kelas moment pearson. Rumus korelasi product
rendah; ketiga, tidak semua murid terampil moment sebagai berikut:
bertanya. ∑ ∑ ∑
Hasil belajar adalah hasil yang diperoleh √{ ∑ ∑ }{ ∑ ∑ }
seseorang berbentuk kognitif, afektif, dan (Arikunto, 2013:87)
psikomotorik dalam proses kegiatan belajar Pada penelitian ini instrumen yang
mengajar yang penilaiannya melalui tes digunakan adalah tes. Postest diberikan pada
(Maisaroh & Rostrieningsih, 2010 : 162). Hal akhir proses pembelajaran yaitu ada pertemuan
serupa juga dijelaskan oleh Sudjana (Maisaroh ketujuh. Soal tes berupa soal essai dan soal
& Rostrieningsih, 2010 : 161) yang tersebut dahulu diujicobakan dikelas uji coba
mengatakan bahwa secara garis besar hasil dan dianalisis untuk melihat kevalidan soal,
belajar dibagi menjadi tiga ranah, yaitu, 1) reliabilitas soal, daya pembeda soal, dan taraf
ranah kognitif berkaitan dengan intelektual kesukaran soal.
siswa, 2) ranah afektif berkaitan dengan sikap, Untuk menguji reliabilitas tes hasil belajar
dan 3) ranah psikomotorik yang berkaitan digunakan rumus Alpha Cronbach sebagai
dengan keterampilan atau kemampuan berikut :
bertindak. ∑
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh ( )( )
Dameyani (2014) mengungkapkan bahwa
(Lestari & Yudhanegara, 2017 : 206)
pembelajaran Problem Posing tipe Pre-solution
Soal dikatakan reliabel apabila
posing mampu meningkatkan hasil belajar
. Uji daya pembeda soal
peserta didik. Pada penelitian ini akan
menggunakan rumus sebagai berikut:
diterapkan pembelajaran problem posing tipe ̅ ̅
pre-solution posing. Hasil belajar yang diteliti ( )
terkhusus pada ranah kognitif.
(Lestari & Yudhanegara, 2017 : 217)
METODE PENELITIAN Soal dapat digunakan apabila memenuhi
Penelitian ini merupakan penelitian daya beda . Uji taraf
deskriftif (Descriptive Research) dengan kesukaran menggunakan rumus sebagai
analisis uji statistik yang dilakukan di SMA berikut:
Negeri 2 Kota Bengkulu. Populasi dalam ̅
penelitian ini adalah peserta didik Kelas XI

153
Eko, Della, Hanifah
Analisis Hasil Belajar Matematika Siswa Dengan Pembelajaran Problem Posing Tipe Post Solution
Posing
Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), Vol. 3, No. 2, Agustus 2019 eISSN 2581-253X

(Lestari & Yudhanegara, 2017 : 224) Indikator Butir Soal


Soal dapat digunakan apabila memenuhi
tingkat kesukaran .
Analisis capaian hasil belajar dilakukan
berdasarkan hasil nilai belajar peserta didik
sesuai indikator tiap soal. Berikut tabel
indikator yang digunakan untuk mengukur hasil
belajar peserta didik. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilaksanakan mulai tanggal 20
Tabel 1 Indikator Tiap Soal Maret 2018 sampai dengan 9 Mei 2018 di SMA
Negeri 2 Kota Bengkulu. Penelitian terdiri dari
Indikator Butir Soal 7 pertemuan yaitu 5 pertemuan materi, 1
Menentukan Tentukan kedudukan pertemuan kuis dan 1 pertemuan posttest.
kedudukan dua dua lingkaran Sebelum melaksanakan posttest, soal posttest
lingkaran dan tersebut terlebih dahulu divalidasi oleh dua
berdasarkan orang validator ahli. Kemudian setelah soal-
deskriminan berdasarkan deskriminan soal valid, soal tersebut diuji cobakan ke kelas
! uji coba. Dan hasil uji coba tersebut dianalisis
Menentukan Tentukan garis kuasa tingkat kevalidan, reliabelitas, tingkat
persamaan garis dan titik kuasa pada sumbu kesukaran dan daya beda soal.
kuasa dua X jika diketahui dua Pada pertemuan ketujuh peserta didik
lingkaran lingkaran diberikan soal posttest untuk mengukur hasil
dan belajar peserta didik setelah melaksanakan
! pembelajaran problem posing tipe post-solution
Menyelesaik Jika dua lingkaran posing. Berdasarkan data posttest peserta didik
an masalah yang saling diperoleh hasil sebagai berikut:
berkaitan dengan dan
dua lingkaran Tabel 2 Analisis Deskriptif Hasil Belajar
yang ortogonal saling ortogonal, tentukan Kelas Eksperimen
nilai k Deskripsi Indeks
Menentukan Diketahui panjang Jumlah siswa 31
panjang garis garis singgung persekutuan Rata-rata nilai 73,74
singgung dalam dua lingkaran L1 dan Nilai tertinggi 92
persekutuan dari L2 adalah 8 cm. jika jarak Nilai terendah 47
dua lingkaran titik pusat kedua lingkaran Standar deviasi 12,627
17 cm dan panjang jari-jari Varians 159,465
L1 adalah 10 cm, hitunglah
panjang jari-jari lingkaran Dari tabel 2 diketahui bahwa rata-rata nilai
L2 ! posttest peserta didik pada kelas eksperimen
Menentukan Diketahui dua buah adalah 73,74. Hal ini diketahui bahwa rata-rata
panjang sabuk kayu berpenampang nilai posttest siswa yang melaksanakan
lilitan minimal lingkaran diikat dengan tali pembelajaran berada di bawah kriteria
yang panjangnya 144 cm. ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan
jika jari-jarinya sama yaitu 75.
panjang maka tentukanlah
panjang jari-jari kayu Berikut analisis jawaban peserta didik
tersebut! berdasarkan skor rata-rata persoal:

154
Eko, Della, Hanifah
Analisis Hasil Belajar Matematika Siswa Dengan Pembelajaran Problem Posing Tipe Post Solution
Posing
Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), Vol. 3, No. 2, Agustus 2019 eISSN 2581-253X

yang diperoleh peserta didik pada soal nomor 2


Tabel 3 Analisis Rata-Rata Persoal rendah.
Nomor Rata-rata Persentasi Soal nomor 5 berkaitan dengan indikator
Soal skor capaian skor Menentukan panjang sabuk lilitan minimal.
1 15,41 72,09% Materi ini berada pada pertemuan 5 penelitian.
2 15,4 74,51% Berikut salah satu contoh jawaban peserta didik
3 15,20 71,12% pada soal nomor 5.
4 15,43 74,67%
5 16,3 76,29%

Dari tabel 3 diketahui bahwa semua soal


posttest memiliki persentasi kebenaran lebih
dari 50%. Hal ini menunjukkan bahwa 50%
dari jawaban setiap soal dapat diselesaikan oleh
peserta didik meskipun rata-rata klasikal masih
dibawah KKM yang telah ditetapkan sekolah
tempat penelitian. Persentasi capaian skor yang
paling rendah terdapat pada nomor 3 yaitu
71,12% dan capaian skor yang paling rendah
terdapat pada nomor 5 yaitu 76,29%.
Soal nomor 3 berkaitan dengan indikator
Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan
dua lingkaran yang ortogonal. Materi ini berada
pada pertemuan ke 3 penelitian. Berikut
dokumentasi salah satu jawaban peserta didik
Gambar 2 Salah Satu Jawaban Peserta
pada soal nomor 3
Didik Pada Soal Nomor 5
Dari gambar 2 dapat dilihat bahwa peserta
didik mengalami kesalahan dalam
menerjemahkan soal ke dalam bentuk
matematis yaitu pada kealahan rumus keliling
lingkaran untuk menghitung panjang busur AD,
sehingga beberapa peserta didik tidak mendapat
skor sempurna.
Analisis hasil belajar menunjukkan bahwa
terdapat 51,61% peserta didik yang lulus
berdasarkan KKM sebesar 75.. Berikut diagram
nilai posttest peserta didik:

Gambar 1 Salah Satu Jawaban Peserta XI MIPA F


Didik Pada Soal Nomor 3 100
Dari gambar 1 terlihat bahwa peserta didik
mengalami kesulitan pada operasi sehingga 50
menngakibatkan tidak bisa melanjutkan ke
tahap selanjutnya . Hal ini menyebabkan skor 0
AAP

DJ

MT

MGP

DC
AAN

PNA

EDP
FPM
DER

MSS

DRO

MKH
CA
RA

MATJ

RP

RN

RN
FI

JMS
AL

AI

FZ
YPS

AM
SA
AS
IA

FK

HDP

155
Eko, Della, Hanifah
Analisis Hasil Belajar Matematika Siswa Dengan Pembelajaran Problem Posing Tipe Post Solution
Posing
Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), Vol. 3, No. 2, Agustus 2019 eISSN 2581-253X

Gambar 3 Diagram Nilai Posttest Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Kelas.
Dari diagram diatas dapat diketahui bahwa Bandung: CV. Yrama Widya.
rendahnya rata-rata kelas yaitu sebesar 73,74
karena terdapat beberapa siswa yang Dameyani (2014). Upaya Meningkatkan Hasil
memperoleh nilai terlalu rendah. Belajar Siswa Kelas VII SMPN 05 Kota
Bengkulu Melalui Model Pembelajaran
Tabel 4 Kriteria Tingkat Keberhasilan Problem Posing Tipe Post Solution
Pemahaman Peserta didik dalam % Posing
Tingkat
Keterangan Maisaroh, & Rostrieningsih. (2010).
Keberhasilan
>80% Sangat tinggi Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan
75-79% Tinggi Menggunakan Metode Pembelajaran
70-74% Sedang Aktive Learning Tipe Quiz Team pada
Mata Pelajaran Keterampilan Dasar
65-69% Rendah
Komunikasi di SMK Negeri 1 Bogor.
Sumber: Zainal Aqib (2009: 41)
Jurnal Ekonomi dan Pendidikan. Vol. 8,
No.2
Dari tabel diatas diketahui bahwa
pembelajaran Problem Posing tipe Post- Ompusunggu, V. D. (2014). Peningkatan
solution posing berada pada kriteria sedang. Kemampuan Pemahaman Matematik dan
Sikap Positif Terhadap Matematika
PENUTUP Siswa SMP Nasrani 2 Medan Melalui
Simpulan Pendekatan Problem Posing, Jurnal
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Saintech, 7. Vol 6, No. 4.
dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa 51,61%
nilai posttest peserta didik yang belajar Riyana, Astina (2015). Taksonomi Bloom
menggunakan pembelajaran Problem Posing (Ranah Kognitif, Afektif, dan
tipe Post-solution posing berada diatas kriteria Psikomotor). Jakarta.
ketuntasan minimal (KKM) dengan nilai rata-
rata kelas adalah 73,74. Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran
Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Saran Yogyakarta: Ar-ruzz Media
Berdasarkan hasil penelitian yang telah
dilakukan, maka saran yang dapat diberikan Siswanto, W., & Subanji. (2010). Model-Model
adalah : Agar pembelajaran problem posing Pembelajaran Kreatif dan Inovatif.
dapat menyesuaikan dengan jam pelajaran Malang.
sekolah maka pembelajaran dilakukan dengan
cara berkelompok supaya peserta didik dapat Suprijono, Agus. 2014. Cooperative Learning.
menyelesaikan masalah bersama-sama anggota Yogyakarta: Pustaka Pelajar
kelompoknya.
Thobroni, M. (2016). Belajar dan
DAFTAR PUSTAKA Pembelajaran. Yogyakarta: AR-RUZZ
M
Arikunto, S. (2007) Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek EdisiRevisi VI hal
134, Rineka Apta, Jakarta.

156
Eko, Della, Hanifah
Analisis Hasil Belajar Matematika Siswa Dengan Pembelajaran Problem Posing Tipe Post Solution
Posing
ANALISI JURNAL

Judul Upaya Peningkatan Hasil Belajar Matematika


Siswa dengan Pembelajaran Kooperatif Tipe
Student Team Achievement Division (STAD) di
Kelas VII SMP Negeri 11 Kota Bengkulu
Penulis Fiki puspita sari
Volume dan Halaman Vol. 2, No. 2
Tahun 2017
Alamat Jurnal

Masalah Penelitian Berdasarkan hasil wawancara dengan guru SMP


Negeri 11 kota Bengkulu pada hari Kamis, 26
Januari 2017, terdapt masalah yang dihadapi dalam
proses belajar mengajar matematika di kelas VII C
SMP Negeri 11 Kota Bengkulu antara lain:
1. siswa menganggap matematika sebagai mata
pelajaran yang paling sulit untuk dipahami.
2. Selama ini hasil ujian matematika masih
rendah dibanding dengan mata pelajaran lain.
3. Siswa membutuhkan waktu yang lama untuk
dapat memahami materi yang disampaikan
guru.
4. Kurangnya semangat siswa untuk
menyelesaikan soal-soal yang diberikan.
Solusi Guru menerapkan metode pembelajaran STAD
kepada siswa dengan cara :
a. Guru memberikan LKPD sebagai bahan
diskusi kelompok yang bertujuan untuk
menuntaskan hasil belajar siswa pada materi
yang sedang dipelajari.
b. Guru membuat pertanyaan-pertanyaan yang
lebih sederhana pada LKPD agar siswa lebih
memahami apa yang harus dikerjakan.
c. Guru memberikan penjelasan singkat tentang
istilah-istilah yang berhubungan dengan materi
segiempat dan segitiga yang belum dipahami
siswa.
d. Guru memberikan motivasi dan bimbingan
lebih pada siswa yang mengalami kesulitan
pada materi yang sedang dipelajari.
e. Guru memberikan penghargaan kepada
kelompok terbaik berdasarkan poin
perkembangan untuk memotivasi siswa
memahami materi yang dipelajari.
Pada pelaksanaannya, siswa melakukan diskusi
dengan anggota kelompoknya untuk menyelesaikan
LKPD yang diberikan guru sebagai bahan diskusi
kelompok. Hal lain yang diharapkan dapat menarik
perhatian siswa pada model pembelajaran ini adalah
adanya penghargaan untuk kelompok terbaik dari
suatu kelas. Dengan diberikannya penghargaan
maka hal tersebut dapat meningkatkan semangat
belajar siswa untuk lebih serius belajar sehingga
hasil belajar mereka dapat meningkat
Hasil Hal tersebut terbukti dapat meningkatkan hasil
belajar siswa dari siklus I sampai siklus III. Analisis
tes siklus I menunjukkan nilai ratarata siswa 72,82
dengan ketuntasan belajar klasikal 55,88%,
kemudian pada siklus II hasil belajar meningkat
dengan nilai rata-rata siswa 81,24 dengan
ketuntasan belajar klasikal 70,59%. Peningkatan
juga terjadi pada siklus III dengan nilai rata-rata
siswa 83,88 dengan ketuntasan belajar klasikal
82,35%.
Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), Vol. 1, No. 2, Desember 2017 eISSN 2581-253X

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN


PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)
DI KELAS VII SMP NEGERI 11 KOTA BENGKULU
1
Fiki Puspita Sari, 2Syafdi Maizora, 2Dewi Herawaty
1,2
Program Studi Pendidikan Matematika JPMIPA FKIP Universitas Bengkulu
email : 1puspitasarifiki@gmail.com, 2 syafdiichiemaizora@unib.ac.id

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui cara meningkatkan hasil belajar siswa pada materi
bangun datar segiempat dan segitiga. Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) dengan teknik pengumpulan data melalui tes hasil belajar. Subyek dalam penelitian ini
adalah siswa kelas VII C SMP Negeri 11 Kota Bengkulu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hasil belajar
dapat ditingkatkan dengan cara membuat pertanyaan-pertanyaan yang lebih sederhana pada LKPD,
memberikan penjelasan singkat tentang istilah-istilah yang belum dipahami siswa, memberikan
motivasi dan apersepsi, serta memberikan penghargaan kepada kelompok terbaik. Peningkatan hasil
belajar siswa dapat dilihat dari peningkatan nilai rata-rata siswa dari siklus I hingga siklus III yaitu :
72,82; 81,24, 83,88 dengan presentase ketuntasan belajar klasikal dari siklus I hingga siklus III yaitu:
55,88%; 70,59%; 82,35%.

kata kunci: pembelajaran kooperatif, Student Team Achievement Division (STAD) dan hasil belajar
siswa.

Abstract
This study aimed to find out how to improve students’ learning outcomes on the two-
dimentional figure quadrilateral and triangle. the research design was Classroom Action Research
(CAR). Instrumen data collecting used observation sheet and test. The subject in this study was
students of class VII C SMP Negeri 11 Kota Bengkulu. Enhanced results can be improved by learning
how to make the questions more simply at LKPD, provide a brief explanation of the terms that are not
yet understood, give students the motivation and apersepsi, as well as giving the prize to the best
group. The improvement of students’ learning outcomes can be seen from the improvment of the
average score of students from cycle I to cycle III that were: 72.82; 81,24, 83,88 with the completion
percentage of classical learning from cycle I to cycle III that were: 55,88%; 70.59%; 82.35%.

keywords: cooperative learning , Student Team Achievement Division (STAD) and student’ learning
outcomes.

PENDAHULUAN
Pelaksanaan proses pembelajaran di Berdasarkan hasil wawancara dengan
sekolah pada umumnya belum memenuhi guru SMP Negeri 11 kota Bengkulu pada hari
tuntutan bangsa. Di sekolah-sekolah pada Kamis, 26 Januari 2017, beliau menyatakan
umumnya masih banyak guru yang bahwa masalah yang dihadapi dalam proses
menerapkan pembelajaran konvensional. belajar mengajar matematika di kelas VII C
Padahal pada penerapan model pembelajaran SMP Negeri 11 Kota Bengkulu antara lain: 1)
tersebut siswa menjadi pihak yang pasif dan siswa menganggap matematika sebagai mata
hanya menerima informasi yang diberikan pelajaran yang paling sulit untuk dipahami; 2)
guru. Banyak siswa yang menjadi semakin Selama ini hasil ujian matematika masih
malas untuk belajar dan mengakibatkan hasil rendah dibanding dengan mata pelajaran lain;
belajar mereka menjadi rendah. 3) Siswa membutuhkan waktu yang lama
122
Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), Vol. 1, No. 2, Desember 2017 eISSN 2581-253X

untuk dapat memahami materi yang sendiri.


disampaikan guru; 4) Kurangnya semangat 2. Sasaran Penelitian
siswa untuk menyelesaikan soal-soal yang Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri
diberikan. Tabel berikut Menyajikan data hasil 11 Kota Bengkulu yang terletak di provinsi
ulangan harian matematika terakhir siswa Bengkulu. Subyek penelitian ini adalah siswa
kelas VII C SMP Negeri 11 Kota Bengkulu. kelas VII C SMP Negeri 11 Kota Bengkulu
tahun ajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa 34
Tabel 1. Nilai Ulangan Semester Ganjil orang, yang terdiri dari 19 orang siswa dan 15
2016/2017 orang siswi. Kelas VII C dipilih sebagai subjek
Data Nilai Jumlah penelitian karena persentase hasil belajarnya
Nilai 82 1 siswa masih rendah. Dari data hasil ulangan semester
Tertinggi ganjil 2016/2017 diketahui bahwa nilai rara-rata
Nilai 46 1 siswa kelas belum memenuhi kriteria ketuntasan
Terendah minimal (KKM) yaitu 75. Adapun nilai rata-rata
Kurang dari < 75 26 siswa kelas VII C SMP Negeri 11 Kota Bengkulu
KKM tersebut yaitu 65,83. Dari nilai rata-rata kelas
Rata-rata 65, 83 terlihat bahwa kelas VII C mewakili kemampuan
(Sumber: Guru Matematika SMP Negeri 11 Kota Bengkulu) yang heterogen sehingga diharapkan penelitian
ini dapat mewakili keseluruhan populasi. Peneliti
Untuk mengatasi beberapa berharap penerapan pembelajaran kooperatif tipa
permasalahan dalam proses belajar mengajar STAD dapat meningkatkan aktivitas dan hasil
matematika maka guru ditutut untuk belajar matematika siswa kelas VII C sehingga
menggunakan model pembelajaran yang sesuai semua siswa dapat mencapai nilai di atas kriteria
dengan tujuan pembelajaran. Salah satu model ketuntasan minimal (KKM).
pembelajaran yang dapat digunakan yaitu 3. Teknik Pengumpulan Data
penerapkan pembelajaran kooperatif tipe Teknik pengumpulan data yang digunakan
Student Team Achievement Division (STAD). dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar.
Dalam pembelajaran kooperatif tipe Student Tes hasil belajar dilakukan pada setiap akhir
Team Achievement Division (STAD) siswa siklus. Soal tes berisi materi-materi yang telah
dilatih untuk aktif dalam kegiatan dirangkum sesuai materi yang telah dipelajari.
pembelajaran. Pada pelaksanaannya, siswa Tes dilakukan untuk mengetahui peningkatan
melakukan diskusi dengan anggota hasil hasil belajar siswa stelah diterapkannya
kelompoknya untuk menyelesaikan LKPD pembelajaran kooperatif tipe Student Team
yang diberikan guru sebagai bahan diskusi Achievement Division (STAD).
kelompok. Hal lain yang diharapkan dapat 4. Teknik Analisis Data
menarik perhatian siswa pada model Suatu kelas dapat dinyatakan tuntas
pembelajaran ini adalah adanya penghargaan belajarnya apabila dalam kelas tersebut terdapat
untuk kelompok terbaik dari suatu kelas. > 80% siswa yang memperoleh nilai di atas
Dengan diberikannya penghargaan maka hal kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang
tersebut dapat meningkatkan semangat belajar ditetapkan sekolah SMP Negeri 11 Kota
siswa untuk lebih serius belajar sehingga hasil Bengkulu yaitu 75.
belajar mereka dapat meningkat. 5. Indikator Keberhasilan
Penelitian akan dihentikan apabila telah
mencapai indikator keberhasilan. Indikator
keberhasilan adalah batas maksimal
METODE pelaksanaan PTK (Jalil, 2014: 32). Adapun
1. Rancangan Penelitian indikator keberhasilan tindakan dalam
Penelitian jenis PTK dipilih karena dianggap penelitian ini adalah apabila > 80% siswa
paling sesuai untuk pelaksanaan pembelajaran mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM)
matematika dan sesuai dengan minat peneliti yang ditetapkan sekolah yaitu 75.
123
Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), Vol. 1, No. 2, Desember 2017 eISSN 2581-253X

HASIL DAN PEMBAHASAN belajar mengajar setelah diterapkanya Model


1. Hasil Penelitian Pembelajaran Problem Posing Tipe Post
Berdasarkan pembelajaran yang Solution Posing melalui pembelajaran
dilaksanakan secara keseluruhan dimulai kooperatip tipe STAD. Een Junvefty (2014)
dari siklus I hingga siklus III menunjukkan mnyimpulkan bahwa adanya peningkatan
peningkatan hasil belajar siswa secara aktivitas dan hasil belajar matematika siswa
signifikan. Hasil penelitian menunjukkan seteah diterapkannya model pembelajaran
bahwa Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement
kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD). Anggi Meifriawan (2015)
Division (STAD) dapat meningkatkan hasil menyimpulkan adanya peningkatan aktivitas
belajar matematika siswa. dan hasil belajar dalam proses pembelajaran
Data sebelum diberikan tindakan setelah diterapkanya model Pembelajaran
menunjukkan bahwa hasil belajar siswa Student Team Achievement Division (STAD).
masih rendah atau belum memenuhi kriteria Berdasarkan penelitian terdahulu
ketuntasan minimal (KKM) yaitu 65,83 tersebut, terdapat beberapa perbedaan
dengan kriteria kurang pada aktivitas siswa. dengan penelitian yang dilakukan oleh
Data peningkatan hasil belajar siswa dengan peneliti. Perbedaannya yaitu LKPD yang
penerapan pembelajaran kooperatif tipe dibuat oleh peneliti dibuat lebih sederhana
Student Team Achievement Division (STAD) dari LKPD peneliti terdahulu dan media
dari siklus I, siklus II dan siklus III pembelajaran yang digunakan peneliti lebih
menunjukkan peningkatan pada setiap mudah ditemukan di dalam ruang kelas
siklusnya. Data hasil siklus I menunjukkan sehingga waktunya lebih efisien.
rata-rata hasil belajar siswa sebesar 72,82 Hasil belajar matematika siswa sebelum
dengan ketuntasan klasikal 55,88%, siklus II dilaksanakan tindakan kelas masih rendah
sebesar 81,24 dengan ketuntasan klasikal terbukti nilai rata-rata hasil belajar siswa
70,59 %, siklus III sebesar 83,88 dengan sebesar 65,83 yang menunjukkan nilai
ketuntasan klasikal 82,35 %. dibawah kriteria ketuntasan minimal
Peningkatan hasil belajar siswa dikatakan (KKM). Tindakan yang digunakan untuk
meningkat dilihat dari meningkatnya indikator meningkatkan hasil belajar siswa adalah
hasil belajar siswa yang peneliti buat sebelum Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe
penelitian dimulai. Student Team Achievement Division (STAD)
pada materi segiempat dan segitiga.
2. Pembahasan Pada siklus I hasil belajar siswa sudah
Pembahasan pada penelitian ini mulai terlihat mengalami peningkatan
merupakan sesuatu yang berkaitan dengan dibandingkan dengan sebelum pelaksanaan
permasalahan dan tindakan yang terjadi tindakan. Evaluasi hasil tes siklus siswa
selama penelitian. Indikator yang digunakan pada siklus I menjadi landasaPn perbaikan-
sebagai tercapainya peningkatan hasil perbaikan yang dilaksanakan pada siklus II.
belajar siswa adalah 80% siswamencapai Pada siklus II hasil belajar siswa
kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang menunjukkan peningkatan dibanding siklus
ditetapkan sekolah yaitu 75. I, meskipun hasil belajar siswa yang belum
Pada penelitian terdahulu yang dilakukan memenuhi ketuntasan klasikal. Evaluasi
oleh Lia Puspita Sari (2012) disimpulkan hasil tes siklus II menjadi landasan
bahwa Penerapan Pembelajaran Cooperatif perbaikan-perbaikan yang dilaksanakan
Tipe Student Team Achievement Division pada siklus III. Pada siklus III indikator
(STAD) dapat meningkatkan aktivitas dan aktivitas dan hasil belajar siswa sudah
hasil belajar siswa dalam proses belajar memenuhi indikator aktivitas dan hasil
mengajar. Silvia Cici Yuliza (2013) belajar siswa yaitu pada kisaran
menyatakan bahwa adanya peningkatan untuk sembilan butir pengamatan
aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses aktivitas dan nilai ≥ 75,00 dengan
124
Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), Vol. 1, No. 2, Desember 2017 eISSN 2581-253X

ketuntasan klasikal minimal > 80% adalah 70,59%. Peningkatan juga terjadi pada siklus
indikator yang digunakan sebagai III dengan nilai rata-rata siswa 83,88 dengan
tercapainya hasil belajar siswa. oleh ketuntasan belajar klasikal 82,35%.
karenanya penelitian dihentikan sampai
siklus III. Saran
Berdasarkan hasil peneltian tersebut, Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan
menunjukkan bahwa penerapan model maka peneliti memberikan beberapa saran,
pembelajaran kooperatif tipe Student Team yaitu :
Achievement Division (STAD) dapat a. Buatlah catatan kecil untuk soal yang
meningkatkan hasil belajar siswa pada menggunkan istilah yang belum dipahami
materi segiempat dan segitiga di kelas VII siswa;
SMP Negeri 11 Kota Bengkulu. b. Sebelum materi disampaikan pastikan untuk
memberi apersepsi dengan cukup agar siswa
lebih mudah memahami materi yang akan
PENUTUP dipelajari;
Simpulan c. Guru harus secermat mungkin membagi
Berdasarkan penelitian yang telah kelompok agar diskusi berjalan dengan baik;
dilaksanakan di kelas VII C SMP Negeri 11 d. Guru harus lebih kreatif dalam membuat
Kota Bengkulu dapat disimpulkan bahwa LKPD agar siswa tertarik untuk
penerapan pembelajaran kooperatif tipe Student mengerjakannya.
Team Achievement Division (STAD) dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa
dengan cara : DAFTAR PUSTAKA
a. Guru memberikan LKPD sebagai bahan Arikunto, Suharsimi, dkk. 2012. Penelitian
diskusi kelompok yang bertujuan untuk Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
menuntaskan hasil belajar siswa pada Aunurrahman. 2013. Belajar dan
materi yang sedang dipelajari. Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
b. Guru membuat pertanyaan-pertanyaan Adinawan, Cholik dan Sugijono. 2014.
yang lebih sederhana pada LKPD agar Matematika SMP/ MTs Jilid 1 Kelas VII.
siswa lebih memahami apa yang harus Erlangga.
dikerjakan; Barnett Rich. 2005. Geometri. Jakarta:
c. Guru memberikan penjelasan singkat Erlangga
tentang istilah-istilah yang berhubungan Hamzah, Ali. 2014. Evaluasi Pembelajaran
dengan materi segiempat dan segitiga Matematika. Jakarta: PT RajaGrafindo
yang belum dipahami siswa; Persada.
d. Guru memberikan motivasi dan Herawaty, Dewi, dkk. 2007. Aturan Penulisan
bimbingan lebih pada siswa yang K I, Metodologi Penelitian,
mengalami kesulitan pada materi yang Pengembangan, dan PTK. Bengkulu:
sedang dipelajari; Universitas Muhammadiyah Bengkulu.
e. Guru memberikan penghargaan kepada Junvefty, Een. 2014. Penerapan Model
kelompok terbaik berdasarkan poin Pembelajaran Tipe Student Teams
perkembangan untuk memotivasi siswa Achievement (STAD) pada siswa kelas
memahami materi yang dipelajari. VIII SMP Negeri 8 Kota Bengkulu.
Hal tersebut terbukti dapat meningkatkan Skripsi Strata 1 Pendidikan Matematika
hasil belajar siswa dari siklus I sampai siklus Universitas Bengkulu (Tidak
III. Analisis tes siklus I menunjukkan nilai rata- Dipublikasikan).
rata siswa 72,82 dengan ketuntasan belajar Meifriawan, Anggi. 2015. Penerapan Model
klasikal 55,88%, kemudian pada siklus II hasil Pembelajaran Student Teams
belajar meningkat dengan nilai rata-rata siswa Achievement Division (STAD) Dalam
81,24 dengan ketuntasan belajar klasikal Meningkatkan AKTIVITAS Dan Hasil
125
Jurnal Penelitian Pembelajaran Matematika Sekolah (JP2MS), Vol. 1, No. 2, Desember 2017 eISSN 2581-253X

Belajar Matematika Siswa Kelas VII A Sudijono, Anas. 2014. Pengantar Statistik
SMP Negeri 1 Pondok Kelapa. Pendidikan. Jakarta: RajaGrafindo
Soedijarto.2000.Pendidikan Nasional Sebagai Persada.
Wahana Mencerdaskan Kehidupan Slavin, Robert E. 2015. Cooperatif Learning.
Bangsa. Jakarta: RINI Book Collection Bandung: Nusa Media.
Sari, Lia Puspita. 2012. Penerapan Model Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran
Pembelajaran Cooperative Tipe Student Inovatif Progresif. Jakarta: Kencana
Teams Achievement Division (STAD) Prenada Media Group
Dalam Meningkatkan Aktivitas Dan Yuliza, Silvia Cici. 2013. Penerapan Model
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas Pembelajaran Problem Solving Melalui
VII A SMP Negeri 1 Pondok Kelapa. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD
Skripsi Strata 1 Pendidikan Matematika untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Universitas Bengkulu (Tidak Matematika Siswa Kelas VII SMPN 18
Dipublikasikan). Kota Bengkulu. Skripsi Strata 1
Sudjana.2005. Metoda Statistika. Bndung: PT. Pendidikan Matematika Universitas
Tarsito Bandung. Bengkulu (Tidak Dipublikasikan.
Sudjana, Nana. 2011.Penilaian Hasil Belajar
Mengajar. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

126
ANALISI JURNAL

Judul PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA


MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
NUMBERED HEADS TOGETHER
Penulis Fitriana Yolanda
Volume Vol 2 No 1
Tahun 2019
Alamat Jurnal https://journal.upp.ac.id/index.php/absis/article/view/205

Masalah Penelitian Berdasarkan hasil lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa yang
dilakukan selama pelaksanaan tindakan untuk siklus I, masih banyak
terdapat kekurangankekurangandiantaranya sebagai berikut :
1. Guru belum bisa dengan baik menguasai kelas dan mengatur waktu.
2. Dalam pelaksanan kegiatan pembelajaran, pengawasan dan
bimbingan guru masih kurang sehingga masih ada siswa yang
bermain-main saat proses pembelajaran berlangsung dan saat diskusi
masih ada siswa yang bekerja secara individu, siswa yang pintar
kurang mau berbagi ilmu dengan temannya yang lain bahkan
mereka hanya memberikan jawabannya kepada teman
sekelompoknya itu juga ada siswa yang hanya diam saja saat
diskusi.
3. Guru kurang memotivasi siswa yang persentasi sehingga masih ada
siswa yang tidak percaya diri untuk tampil ke depan kelas.
Solusi Guru menerapkan metode pembelajaran kooperatif kepada siswa dengan
cara sebagai berikut :
1. Guru harus dapat mengatur waktu seefektif mungkin dan berusaha
menguasai kelas sehingga kegiatan pembelajaran dapat terlaksana
dengan baik.
2. Pada kegiatan awal guru harus menyampaikan tujuan pembelajaran
kepada siswa dan guru berusaha menggunakan bahasa yang jelas
dan tidak terlalu cepat serta menggunakan suara yang tegas dan
keras. Pada kegiatan akhir guru harus memberikan kesimpulan dari
materi yang telah dipelajari serta memberikan pekerjaan rumah
kepada siswa.
3. Guru harus bisa memantau dan memberikan bimbingan atau
pengarahan yang lebih merata kesemua kelompok serta tanggap
terhadap siswa yang kurang mengerti dengan tidak hanya
memperhatikan siswa secara keseluruhan namun juga melihat hasil
kerja siswa satu persatu dengan berkeliling kelas. Selain itu juga
meminta kepada siswa yang pintar untuk membimbing temannya
yang lemah, dan jangan membiarkan temannya tersebut hanya
menyalin jawabannya saja.
4. Guru berusaha memotivasi siswa agar sungguh-sungguh dalam
mengerjakan LKS dan meyakinkan kepada setiap siswa bahwa
mereka harus bisa mempertanggungjawabkan hasil kerjasama
kelompoknya.
Hasil Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat
memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar
matematika siswa kelas VIII MTs YKWI Pekanbaru pada materi relasi
dan fungsi. Peneliti merekomendasikan agar mengkondisikan kelas
dengan sebaik mungkin serta berikan pengawasan yang lebih pada saat
melaksanakan pembelajaran khususnya pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Heads Together (NHT). Hal tersebut terbukti dapat
meningkatkan hasil belajar siswa pada siklus I dan II dapat dilihat dari
hasil belajar matematika siswa dengan melihat jumlah siswa yang
mencapai KKM pada skor dasar, Ulangan Harian I dan Ulangan Harian
II. Berdasarkan analisis ketercapaian KKM, siswa yang mencapai KKM
menaik dari skor dasar yaitu 8 siswa dengan persentase sebesar 40% ke
ulangan harian I yaitu 12 siswa dengan persentase 60% dan selanjutnya
ke ulangan harian II yaitu 14 siswa dengan persentase 70%. Dari 14
siswa yang nilainya sudah mencapai di atas KKM 70%, 8 siswa
diantaranya adalah siswasiswa dari skor dasar. Dari penjelasan tersebut
dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar matematika siswa dapat
ditingkatkan melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together.
Vol 2 No 1 Oktober 2019 Yolanda

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA


MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

Fitriana Yolanda
Universitas Islam Riau
fitrianayolanda@edu.uir.ac.id

ABSTRACT This study aims to improve the learning process and improve mathematics learning
outcomes for students of class VIII MTs YKWI Pekanbaru. This research is a classroom action
research study consisting of two cycles. The subjects in this study were grade VIII MTs YKWI
Pekanbaru, totaling 20 students. Observation and test sheets are used to collect data. The
results of this study indicate that there is an improvement in the learning process and an
increase in mathematics learning outcomes for students of class VIII MTs YKWI Pekanbaru on
the subject matter of relations and functions. The improvement of mathematics learning
outcomes of students increased from the basic score of 40% to the daily test I by 60% and to
the daily test II by 70%. The conclusion of this study is the application of cooperative learning
type Numbered Heads Together can improve the learning process and improve mathematics
learning outcomes for students of class VIII MTK YKWI Pekanbaru on the subject matter of
relations and functions.

Keywords: Cooperative learning, learning outcomes, mathematics.

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan
hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs YKWI Pekanbaru. Penelitian ini merupakan
penelitian tindakan kelas yang terdiri dari dua siklus. Subjek dalam penelitian ini yaitu kelas VIII
MTs YKWI Pekanbaru yang berjumlah 20 siswa. Lembar pengamatan dan tes digunakan untuk
mengumpulkan data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya perbaikan proses
pembelajaran dan peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas VIII MTs YKWI Pekanbaru
pada materi relasi dan fungsi. Peningkatan hasil belajar matematika siswa menaik dari skor
dasar sebesar 40% ke ulangan harian I sebesar 60% dan ke ulangan harian II sebesar 70%.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together dapat memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar
matematika siswa kelas VIII MTs YKWI Pekanbaru pada materi relasi dan fungsi.

Kata-kata Kunci: Pembelajaran kooperatif tipe NHT, hasil belajar, matematika.

112 Copyright ã 2019, Jurnal Absis e-ISSN 2654-8739, p-ISSN 2655-4518


Vol 2 No 1 Oktober 2019 Yolanda

PENDAHULUAN
Pendidikan idealnya tidak hanya berorientasi pada masa lalu dan masa sekarang,
akan tetapi sudah seharusnya merupakan proses yang mengantisipasi dan
membicarakan masa yang akan datang di dalam kehidupan masyarakat (Trianto,
2010). Salah satu yang memberikan kontribusi terhadap perkembangan zaman yaitu
pendidikan matematika. Menurut (Paembonan & dkk, 2014) demi memajukan daya
pikir manusia sedari dini matematika perlu untuk dipelajari karena memiliki peran
yang sangat penting. Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan di kelas VIII
MTs YKWI Pekanbaru pada tanggal 25 Juli 2016 diperoleh informasi bahwa siswa
masih kesulitan dalam mempelajari pelajaran matematika. Matematika merupakan
pelajaran yang sangat sulit dipahami dan menakutkan, sehingga siswa menjauhi
pelajaran tersebut. Hal ini terlihat dari jumlah siswa yang mencapai KKM pada materi
pokok faktorisasi bentuk aljabar adalah 40% sehingga masih banyak siswa yang
belum mencapai KKM yang ditetapkan oleh sekolah yakni 70. Data tersebut
diperoleh dari hasil ulangan harian semester genap tahun pelajaran 2016/2017.
Berdasarkan wawancara peneliti dengan beberapa siswa kelas VIII MTs YKWI
Pekanbaru diperoleh informasi bahwa rata-rata dalam suatu kelas hanya 45% siswa
yang menyukai pelajaran matematika, sedangkan siswa yang lainnya tidak
menyukai pelajaran matematika dan hanya belajar matematika karena terpaksa.
Dari informasi awal melalui wawancara yang penulis lakukan perlu dilaksanakan lagi
observasi di kelas VIII MTs YKWI Pekanbaru yang bertujuan untuk melihat
permasalahan sebenarnya dan melihat kinerja guru yang dipandang perlu
diperbaiki. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti di kelas VIII MTs YKWI
Pekanbaru, terlihat bahwa pada awal kegiatan belajar mengajar guru
menyampaikan salam dilanjutkan dengan mengabsensi siswa. Kemudian guru
menyampaikan materi pelajaran yang akan dipelajari, dengan tanya jawab guru
mengingatkan kembali tentang materi yang berkaitan dengan materi yang
dipelajari dan memberikan motivasi kepada siswa dengan cara memberikan
semangat untuk tetap selalu berusaha dalam menyelesaikan suatu masalah dan
jangan mudah menyerah. Di kegiatan inti, guru memulai dengan penyampaian
materi berupa definisi yang dituliskan dalam bentuk rumus-rumus lalu diikuti oleh
contoh soal. Metode yang digunakan adalah ceramah dan demonstrasi. Pada
waktu penyampaian materi pembelajaran, tidak semua siswa memperhatikan.
Kebanyakan siswa mendengar sambil mencatat penjelasan guru sehingga dalam
proses pembelajaran siswa hanya menunggu materi yang disampaikan guru tanpa
menggali sendiri informasi secara mandiri. Hal ini disebabkan oleh metode
pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang menarik dan monoton.
Guru selalu menggunakan metode yang sama pada setiap pembelajaran dan guru
masih lebih mendominasi selama proses pembelajaran. Selain itu juga selalu ada
siswa yang keluar masuk kelas, sehingga siswa tidak memahami dan mengikuti
pelajaran matematika dengan baik dan masih ada juga siswa yang bercerita dan
bermain-main dengan teman yang berada disamping kanan dan kirinya. Siswa yang
seperti ini, posisi duduknya berada di belakang kelas. Selanjutnya penyampaian
materi diakhiri dengan beberapa soal. Secara langsung siswa disuruh ke depan untuk
menyelesaikan soal.
Ketika mendiskusikan soal-soal hanya beberapa siswa yang mengkomunikasikan
penyelesaian dari soal tersebut. Sedangkan siswa yang lain malas mengerjakan
latihan yang diberikan oleh guru dan ada juga siswa yang hanya menunggu hasil
pekerjaan temannya (mencontek). Hal ini akan berdampak pada hasil belajar siswa,
karena siswa tidak terbiasa untuk berpikir mencari penyelesaian soal tersebut.

Copyright ã 2019, Jurnal Absis e-ISSN 2654-8739, p-ISSN 2655-4518 113


Vol 2 No 1 Oktober 2019 Yolanda

Selanjutnya, guru menyimpulkan materi yang dipelajari dan pada akhirnya menutup
pelajaran dengan memberikan PR yang ada dalam buku paket.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa masih banyak siswa yang kurang
mempunyai rasa tanggung jawab terhadap tugasnya, sehingga usaha tersebut
belum menunjukkan hasil yang diharapkan. Guru menjadi pusat semua aktivitas siswa
di kelas, sehingga proses pembelajaran hanya terjadi satu arah. Selain itu pada
waktu proses belajar mengajar berlangsung anggota masing-masing kelompok
mengerjakan secara individu. Hanya beberapa orang siswa yang terlibat aktif dalam
mengerjakan tugas kelompok sedangkan siswa lainnya hanya menunggu jawaban
dari temannya. Kondisi ini menunjukkan perlu adanya perubahan dan perbaikan
dalam usaha meningkatkan hasil belajar matematika dengan memperbaiki proses
pembelajaran yang sudah ada.
Beberapa upaya pernah dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa, seperti:
memberi tugas rumah, mengulang materi yang belum dipahami siswa,
memperbanyak contoh-contoh soal, dan memberikan ulangan perbaikan. Namun,
hasil belajar yang diraih siswa masih belum memuaskan. Oleh sebab itu perlu
dicarikan alternatif lain agar hasil belajar siswa lebih meningkat. Model pembelajaran
merupakan sebuah metodologi atau piranti untuk melaksanakan perubahan Yamin
dalam (Maisyarah, 2015). Solusi untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada
penelitian ini dapat menggunakan pembelajaran kooperatif. Menurut (Ramadhani
& Lisma, 2019) siswa dapat berinteraksi atau bertukar pendapat mereka seputar
pelajaran dengan pembelajaran kooperatif. Hal ini dipertegas oleh (Tiya, 2013) yang
menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif mengutamakan adanya kerjasama,
yakni kerjasama antara siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Selain itu (Singga, 2011) juga menyatakan bahwa tujuan dibentuknya
kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar
dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan
belajar. Numbered Heads Together merupakan salah satu tipe dalam pembelajaran
kooperatif yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Numbered Heads Together
dikembangkan oleh Spencer Kagen (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa
dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek
pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut (Ibrahim, 2000).
Menurut Lorina dalam (Wahyuddin, 2017) pembelajaran Numbered Heads Together
merupakan tipe pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan semangat kerjasama dalam kelompok
serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagi ide-ide dan
mendiskusikan jawaban yang paling tepat. Menurut Lie dalam (Putra & Prihatnani,
2018) menyatakan bahwa Numbered Heads Together merupakan suatu sistem kerja
kelompok yang terstruktur, yakni saling ketergantungan positif, tanggung jawab
individual, interaksi personal, keahlian kerjasama dan proses kelompok dimana siswa
menghabiskan sebagian waktunya di kelas dengan bekerjasama antara 4-5 orang
dalam satu kelompok. Adapun langkah-langkah penerapan pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together menurut (Amri & Ahmadi, 2010) yaitu: (a)
guru membagi siswa kedalam kelompok heterogen yang beranggotakan 3-5 orang
dan diberi nomor dari 1 sampai 5. (b) guru mengajukan pertanyaan secara langsung
atau melalui LKS. (c) Siswa mendiskusikan jawaban bersama-sama dan memastikan
semua anggota kelompok tahu jawabannya. (d) guru memanggil siswa dengan
menyebut nomor secara acak dan siswa dengan nomor tersebut mengangkat
tangan dan memberikan jawaban untuk disampaikan keseluruh siswa di kelas. (e)
pada akhir sesi, guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua
pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disampaikan.

114 Copyright ã 2019, Jurnal Absis e-ISSN 2654-8739, p-ISSN 2655-4518


Vol 2 No 1 Oktober 2019 Yolanda

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Penerapan Pembelajaran kooperatif Tipe Numbered Heads Together Untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII Mts YKWI Pekanbaru”.
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk memperbaiki proses pembelajaran
dan meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII Mts YKWI Pekanbaru
melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.
METODE PENELITIAN
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan bentuk penelitian yang telah dilakukan
oleh peneliti. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersama (Arikunto, 2012). Tahapan Penelitian Tindakan
Kelas (PTK) yang dilakukan di dalam penelitian ini terdiri dari dua siklus. Menurut
(Arikunto, 2012) setiap siklus terdiri dari empat tahapan yaitu: (a) perencanaan, (b)
pelaksanaan, (c) pengamatan dan (d) refleksi. Pada tahap perencanaan peneliti
merancang perangkat pembelajaran yang berpedoman pada pembelajaran
kooperatif tipe NHT. Selanjutnya pada tahap pelaksanaan peneliti melaksanakan
penelitian yang sebelumnya sudah direncanakan pada tahap perencanaan. Tahap
pengamatan dilakukan untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran kooperatif
tipe NHT dan mencatat hal-hal yang perlu diperbaiki. Tahapan terakhir yaitu refleksi
yang mana peneliti merenungkan dampak dari suatu tindakan sehingga sebagai
bahan pertimbangan untuk melanjutkan siklus berikutnya.
Adapun subjek yang digunakan pada penelitian ini yaitu siswa kelas VIII MTS YKWI
Pekanbaru semester ganjil Tahun Ajaran 2016/2017 yang berjumlah 20 orang siswa
terdiri dari 14 siswa perempuan dan 6 siswa laki-laki dengan materi pokok relasi dan
fungsi. Teknik pengamatan dan tes merupakan teknik pengumpulan data pada
penelitian ini. Selanjutnya analisis deskriptif digunakan sebagai teknik analisis data.
Adapun analisis datanya sebagai berikut:
1) Analisis Hasil Pengamatan
Lembar pengamatan dianalisis secara deskriptif untuk melihat kekurangan-
kekurangan yang terjadi pada saat proses pembelajaran. Setelah dianalisis
kekurangan yang dilakukan oleh guru dan siswa, selanjutnya kekurangan
tersebut akan diperbaiki pada siklus kedua.
2) Analisis Keberhasilan Tindakan
Tindakan dikatakan berhasil dapat dilihat dari skor dasar, ulangan harian I, dan
ulangan harian II. Selanjutnya skor tersebut dianalisis untuk melihat peningkatan
hasil belajar siswa dengan melihat ketercapaian siswa terhadap KKM yang
diperoleh siswa dari hasil belajar matematika pada materi relasi dan fungsi
setelah dilakukannya tindakan.
3) Analisis Data Ketercapaian Ketuntasan Minimum (KKM)
Ketercapaian KKM dari setiap indikator dapat diperoleh dengan cara
menghitung ketuntasan individu dan persentase ketuntasan klasikal. Hal tersebut
disajikan dalam rumus berikut :

KI =
SS
´ 100
SMI

Copyright ã 2019, Jurnal Absis e-ISSN 2654-8739, p-ISSN 2655-4518 115


Vol 2 No 1 Oktober 2019 Yolanda

dan (Rezeki, 2009)

KK=
JST 100%
´
JS

4) Analisis Rata-rata (Mean)


Rata-rata (mean) dapat digunakan untuk melihat peningkatan hasil belajar
siswa. Hasil belajar siswa mengalami peningkatan, jikalau rata-rata nilai ulangan
harian I dan ulangan harian II mengalami peningkatan dari rata-rata nilai skor
dasar. Rata-rata (mean) dapat dihitung dengan rumus:

å xi (Zulkarnain, 2010)
X=
n

5) Analisis Distribusi Frekuensi


Tabel distribusi frekuensi ini digunakan untuk mempermudah kita membaca data
hasil ulangan harian I dan II. Dalam membuat tabel distribusi frekuensi ulangan
harian maka peneliti berpedoman kepada nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM).
Siswa dikatakan tuntas jika nilai hasil ulangan siswa besar dan sama dengan KKM,
sedangkan siswa dikatakan tidak tuntas jika nilai yang diperoleh siswa kecil dari
KKM.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 4 Oktober 2016 sampai tanggal 27 Oktober
2016 tepatnya pada siswa kelas VIII MTs YKWI Pekanbaru dengan penerapan
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Setiap pertemuan terdiri
atas 2 jam pelajaran dimana setiap jam pelajaran terdiri atas 40 menit. Penelitian ini
dilakukan sebanyak dua siklus yang terdiri dari delapan kali pertemuan.
Siklus I
Berdasarkan hasil lembar pengamatan aktivitas guru dan siswa yang dilakukan
selama pelaksanaan tindakan untuk siklus I, masih banyak terdapat kekurangan-
kekurangan diantaranya sebagai berikut :
1) Guru belum bisa dengan baik menguasai kelas dan mengatur waktu. Banyak
tahap perencanaan yang tidak terlaksana seperti pada pertemuan pertama
guru tidak menyampaikan tujuan pembelajaran, bahasa yang digunakan guru
terlalu cepat dan kurang jelas serta terlihat grogi dalam menyampaikan kegiatan
awal. Pada akhir pembelajaran karena keterbatasan waktu guru tidak
memberikan pekerjaan rumah dan guru juga tidak menyimpulkan materi yang
telah dipelajari. Pada pertemuan kedua suara guru kurang tegas dan kurang
keras dalam kegiatan pembelajaran dan pada kegiatan akhir guru tidak
menyimpulkan materi yang telah dipelajari dikarenakan keterbatasan waktu.
2) Dalam pelaksanan kegiatan pembelajaran, pengawasan dan bimbingan guru
masih kurang sehingga masih ada siswa yang bermain-main saat proses
pembelajaran berlangsung dan saat diskusi masih ada siswa yang bekerja secara
individu, siswa yang pintar kurang mau berbagi ilmu dengan temannya yang lain
bahkan mereka hanya memberikan jawabannya kepada teman sekelompoknya

116 Copyright ã 2019, Jurnal Absis e-ISSN 2654-8739, p-ISSN 2655-4518


Vol 2 No 1 Oktober 2019 Yolanda

serta membiarkan temannya tersebut hanya menyalin jawabannya saja. Selain


itu juga ada siswa yang hanya diam saja saat diskusi.
3) Guru kurang memotivasi siswa yang persentasi sehingga masih ada siswa yang
tidak percaya diri untuk tampil ke depan kelas.
Dengan demikian agar pada siklus berikutnya proses pembelajaran berjalan dengan
baik, maka rencana yang akan peneliti lakukan untuk memperbaiki tindakan
selanjutnya adalah sebagai berikut:
1) Guru harus dapat mengatur waktu seefektif mungkin dan berusaha menguasai
kelas sehingga kegiatan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik
2) Pada kegiatan awal guru harus menyampaikan tujuan pembelajaran kepada
siswa dan guru berusaha menggunakan bahasa yang jelas dan tidak terlalu
cepat serta menggunakan suara yang tegas dan keras. Pada kegiatan akhir guru
harus memberikan kesimpulan dari materi yang telah dipelajari serta memberikan
pekerjaan rumah kepada siswa.
3) Guru harus bisa memantau dan memberikan bimbingan atau pengarahan yang
lebih merata kesemua kelompok serta tanggap terhadap siswa yang kurang
mengerti dengan tidak hanya memperhatikan siswa secara keseluruhan namun
juga melihat hasil kerja siswa satu persatu dengan berkeliling kelas. Selain itu juga
meminta kepada siswa yang pintar untuk membimbing temannya yang lemah,
dan jangan membiarkan temannya tersebut hanya menyalin jawabannya saja
4) Guru berusaha memotivasi siswa agar sungguh-sungguh dalam mengerjakan LKS
dan meyakinkan kepada setiap siswa bahwa mereka harus bisa
mempertanggungjawabkan hasil kerjasama kelompoknya.

Siklus II
Siklus kedua dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan dengan satu kali ulangan harian
(ulangan harian II). Pada siklus kedua ini masih tetap menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Selanjutnya guru berusaha
melakukan perbaikan yang telah direncanakan sebagai refleksi dari siklus pertama.
Berdasarkan hasil lembar pengamatan pada siklus II yang dilakukan selama
pelaksanaan tindakan untuk tiga kali pertemuan, proses pembelajaran sudah
berjalan dengan baik. Siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran yang digunakan.
Pada siklus kedua ini guru juga sudah dapat mengatur waktu lebih efisien. Semua
pelaksanaan sudah sesuai dengan RPP. Setiap pertemuan guru memberikan
pekerjaan rumah kepada siswa agar pemahaman siswa terhadap materi lebih
mendalam. Siswa yang mencapai KKM pada siklus kedua ini adalah 14 orang atau
70%.
Analisis Data Kuantitatif
Peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I dan II dapat dilihat dari hasil belajar
matematika siswa dengan melihat jumlah siswa yang mencapai KKM pada skor
dasar, Ulangan Harian I dan Ulangan Harian II. Adapun jumlah siswa yang mencapai
KKM 70 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 1. Analisis Ketercapaian KKM
Skor Dasar UH I UH II
Jumlah siswa yang 8 12 14
mencapai KKM
Persentase 40% 60% 70%

Copyright ã 2019, Jurnal Absis e-ISSN 2654-8739, p-ISSN 2655-4518 117


Vol 2 No 1 Oktober 2019 Yolanda

Berdasarkan analisis ketercapaian KKM di atas, maka dapat dilihat bahwa jumlah
siswa yang mencapai KKM menaik dari skor dasar yaitu 8 siswa dengan persentase
sebesar 40% ke ulangan harian I yaitu 12 siswa dengan persentase 60% dan
selanjutnya ke ulangan harian II yaitu 14 siswa dengan persentase 70%. Dari 14 siswa
yang nilainya sudah mencapai di atas KKM 70%, 8 siswa diantaranya adalah siswa-
siswa dari skor dasar. Dari penjelasan tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil
belajar matematika siswa dapat ditingkatkan melalui penerapan pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Heads Together.
Tabel 2. Analisis Rata-Rata Hasil Belajar Siswa
Nilai Skor Dasar UH I UH II
Rata-rata 60,2 66,61 71,13

Berdasarkan tabel di atas diperoleh informasi bahwa rata-rata hasil belajar siswa
memiliki selisih peningkatan sebesar 6,41 dari skor dasar ke ulangan harian I dan
memiliki selisih peningkatan sebesar 4,52 dari ulangan harian I ke ulangan harian II.
Kesimpulannya yaitu penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Tabel 3. Analisis Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siswa
No Interval Frekuensi Keterangan
Skor Dasar UH I UH II
1 < 70 12 8 6 Rendah
2 70 – 84 8 11 13 Sedang
3 85 – 100 0 1 1 Tinggi

Tabel distribusi frekuensi di atas dapat digunakan untuk melihat peningkatan hasil
belajar siswa siklus I dan siklus II secara lebih rinci yang dijelaskan distribusi jumlah siswa
berdasarkan tingkat kemampuannya. Tingkat kemampuan siswa dibagi atas kategori
siswa berkemampuan rendah, sedang dan tinggi. Berdasarkan tabel terlihat bahwa
semakin banyak siswa yang berkemampuan rendah naik peringkat ke kelas kategori
sedang, dan siswa yang tidak tuntas pada ulangan harian ke II semakin berkurang.
Berdasarkan tabel di atas, maka dapat digambarkan distribusi frekuensi hasil belajar
siswa ke dalam bentuk poligon sebagai berikut:

14
12
10 Skor Dasar
8
Ulangan Harian
6 I
4 Ulangan Harian
II
2
0
< 70 70-84 85-100
Gambar 1. Poligon Analisis Frekuensi
Berdasarkan poligon di atas, dapat dilihat bahwa gambar grafik skor ulangan
harian I (garis berwana merah) dan ulangan harian II (garis berwarna hijau) pada

118 Copyright ã 2019, Jurnal Absis e-ISSN 2654-8739, p-ISSN 2655-4518


Vol 2 No 1 Oktober 2019 Yolanda

nilai rendah (< 70) berada dibawah grafik skor dasar. Pada nilai sedang (70-84)
grafik skor dasar berada paling bawah. Selanjutnya pada nilai tinggi (85-100), grafik
ulangan harian I dan II posisinya sama berada di atas nilai skor dasar. Berdasarkan
hasil analisis distribusi frekuensi hasil belajar matematika siswa tersebut, maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa dapat ditingkatkan dengan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.
Dalam penelitian ini masih terdapat banyak kelemahan-kelemahan yang harus
diperbaiki. Adapun kelemahan tersebut yaitu pada proses pembelajaran ini
memerlukan waktu yang tidak sebentar dan kebiasaan-kebiasaan sebagian siswa
dalam belajar yang meniru hasil kerja temannya. Hal itu membuat siswa kurang
mandiri. Selain kelemahan-kelemahan tersebut, terdapat juga kelemahan lain yaitu
bahwa lembar pengamatan yang digunakan belum sempurna karena hanya
mengamati bagian-bagian tertentu saja dan hasil pengamatan tidak terlalu
diuraikan, serta tidak semua aktivitas dalam pembelajaran dapat dibuat dalam RPP
dan juga aktivitas yang tercantum dalam RPP terkadang tidak terlaksana karena
kekurangan waktu. Akan tetapi, kelemahan tersebut segera diperbaiki pada
pertemuan-pertemuan selanjutnya sampai pelaksanaan pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Heads Together dapat terlaksana sesuai dengan rencana
pelaksanaan pembelajaran.
Proses pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together ini mampu
meningkatkan aktivitas dan semangat belajar siswa sehingga dapat dijadikan
sebagai acuan keberhasilan pembelajaran kooperatif tipe ini. Siswa dituntut untuk
dapat memahami materi yang telah disampaikan sebelumnya dan bertanya
kepada teman dalam sekelompoknya masing-masing jikalau terdapat keraguan
mengenai materi yang tidak dipahaminya. Hal ini menyebabkan semua siswa
paham dan mengerti terhadap materi yang telah diajarkan dan mengakibatkan
terhadap peningkatan hasil belajar siswa.
Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar matematika siswa
dapat ditingkatkan melalui penerapan pembelajaran Kooperatif tipe Numbered
Heads Together. Hal ini juga dipertegas oleh (Yolanda, 2017) yang dalam
penelitiannya menyimpulkan bahwa Numbered Heads Together (NHT) dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII2 SMP Muhammadiyah 2
Pekanbaru tahun pelajaran 2010/2011. Selanjutnya pendapat (Layla, 2019) juga
menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Heads Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi
pecahan siswa kelas V SDN 50 Bengkalis tahun pelajaran 2018/2019.

KESIMPULAN DAN SARAN


Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa
penerapan pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat
memperbaiki proses pembelajaran dan meningkatkan hasil belajar matematika
siswa kelas VIII MTs YKWI Pekanbaru pada materi relasi dan fungsi. Peneliti
merekomendasikan agar mengkondisikan kelas dengan sebaik mungkin serta

Copyright ã 2019, Jurnal Absis e-ISSN 2654-8739, p-ISSN 2655-4518 119


Vol 2 No 1 Oktober 2019 Yolanda

berikan pengawasan yang lebih pada saat melaksanakan pembelajaran khususnya


pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT).

DAFTAR PUSTAKA

Amri, S., & Ahmadi, I. K. (2010). Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif dalam Kelas.
Jakarta: Prestasi pustaka Publisher.
Arikunto, S. (2012). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi aksara.
Ibrahim, M. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press.
Layla. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads
Together (NHT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Materi
Pecahan Siswa Kelas V SDN 50 Bengkalis Tahun Pelajaran 2018/2019. Jurnal
Absis, 1(2), 8–17.
Maisyarah. (2015). Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Siswa Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT. Jurnal Pendidikan Matematika, 1(2), 125–
131.
Paembonan, R. D., & dkk. (2014). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Numbered Head Together Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada
Materi Penarikan Kesimpulan Logika Matematika Di Kelas X SMA GPID Palu.
Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, 2(1), 98–108.
Putra, A. D., & Prihatnani, E. (2018). Peningkatan Hasil Belajar matematika Melalui
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Dalam Pembelajaran
Aljabar Siswa Kelas VII SMPN 7 Salatiga. Jurnal Mitra Pendidikan, 2(1), 76–90.
Ramadhani, & Lisma, E. (2019). Peningkatan Self Efficacy Matematis Melalui
Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Berbasis Autograph. Jurnal
Absis, 1(2), 24–31.
Rezeki, S. (2009). Makalah Analisis Data Dalam Penelitian Tindakan Kelas yang
diseminarkan pada Seminar Peningkatan Kualitas Pembelajaran Guru
Matematika Melalui Penelitian Tindakan Kelas tanggal 7 November 2009.
Pekanbaru.
Singga, L. (2011). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dan TSTS
Terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika, 2(1), 55–
64.
Tiya, K. (2013). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games
Tournament (TGT) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Siswa SMPN. Jurnal Pendidikan Matematika, 4(2), 178–191.
Trianto. (2010). Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Kontruktivistik.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Wahyuddin. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Numbered Head Together
(NHT) pada Siswa Kelas V SD Negeri 75 Ujungpero Kecamatan Sabbangparu
Kabupaten Wajo. Suska Journal of Mathematics Education, 3(1), 57–66.
Yolanda, F. (2017). Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered
Heads Together untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas
VIII2 SMP Muhammadiyah 2 Pekanbaru. Jurnal Aksiomatik, 5(2), 145–159.
Zulkarnain. (2010). Statistik Penelitian. Pekanbaru: Cendekia Insani.

120 Copyright ã 2019, Jurnal Absis e-ISSN 2654-8739, p-ISSN 2655-4518

Anda mungkin juga menyukai