Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PROSES ASOSIATIF

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur


Mata Kuliah Ilmu Dasar Keperawatan
(BLOK 005)

Dosen Pengampu :
Dra. Endang Dwi Ningsih, M.M

Disusun Oleh :

Trifena Hapy Rahma Dani (D3A2021.19)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PANTI KOSALA


PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuha Yang Maha Esa, atas berkat dan
anunggrah-Nya dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Proses Asosiatif”.
Makalah ini disusun untuk untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Blok
005.
Saya menyadari bahwa dalam menyusun makalah banyak mengalami kesulitan,
namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak sehingga makalah ini
dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini saya mengucapkan
terima kasih sebesar-besarnya kepada :
1. Dra. Endang Dwi Ningsih, M .M selaku Ketua Stikes Panti Kosala dan
selaku dosen pengampu.
2. Serta keluarga dan teman-teman yang telah memberikan dukungan
dalam penyelesaian Makalah Ilmiah

saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam


penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan.
Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Interaksi sosial adalah proses dimana orang-orang berkomunikasi saling
mempengaruhi dalam pikiran dan Tindakan.pada dasarnya manusia
dalam sehari-hari tidaklah lepas dari hubungan sutu dengan yang lain,
dimana kelakuan antar individu saling mempengaruhi, mengubah, atau
memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. (Setiadi,
Hakam , & Effendi, 2013)
Menurut (Setiadi, Hakam , & Effendi, 2013) ada dua macam proses sosial
yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial yaitu : proses asosiatif
dan proses disosiatif. Bentuk interaksi asosiatif adalah kerjasama,
akomodasi, dan asimilasi. Bentuk interaksi disosiatif adalah persaingan,
pertentangan dan kontravensi. Persaingan diartikan sebagai proses
sosial, dimana individu atau kelompok-kelompok manusia bersaing
mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang ada pada
suatu masa tertentu. (Sujarwanto, 2012)

B. Tujuan
BAB II

PROSES ASOSIATIF

A. Pengertian
Proses asosiatif adalah sebuah proses yang terjadi saling
pengertian dan kerja sama timbal balik antara orang per-orang atau
kelompok satu dengan lainnya, dimana proses ini menghasilkan
pencapain tujuan bersama. Secara keseluruhan asosiatif sangat baik dan
diharapkan ada di dalam setiap hubungan pergaulan antara keluarga
dengan masyarakat. Bentuk-bentuk interaksi dari proses asosiatif antara
lain yaitu kerja sama (cooperation), akomodasi (acommodation), dan
asimilasi (asimulation). (Saputri, Zakaria, & Jalil, 2017)
Menurut (Soekanto & Sulistyowati, 2013) pola interasi asosiatif
merupakan bentuk hubungan antara individu maupun kelompok yang
mengarah pada hubungan yang positif. Dalam hal ini terbagi menjadi
beberapa jenis yaitu :
1. Kerjasama
Kerjasama merupakan sebuah usaha yang dilakukan antara
individu maupun kelompok untuk mencapai tujuan yang hendak
diraih. Kerjasama adalah suatu bentuk proses sosial, dimana didalam
nya terdapat aktivitas tertentu yng ditujukan untuk mencapai tujuan
sersama dengan saling embantu dan saling memahami terhadap
aktivitas masing-masing. Untuk itu dapat diketahui bahwa kerjasama
dalam lingkungan sosial terjadi karena adanya kepentingan-
kepentinan yang sama sehingga sepakat untuk bekerja sama untuk
mencapai tujuan bersama.
Kerjasama memiliki beberapa bentuk yang dapat digolongkan
dalam beberapa jenis seperti :
a. Kerukunan yang mencakup gotong royong dan tolong menolong
b. Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran
barang-barang dan jasa-jasa antara dua organisasi atau lebih.
c. Ko-optasi, yakni suatu proses penerimaan unsur-unsur baru
dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam suatu
organisasi, sebagai salah satu cara untuk menghindari terjadinya
kegoncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan .
d. Koalisasi (coalition), yaitu kombinasi antara dua organisasi atau
lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama.
e. Join-ventrue, yaitu Kerjasama dalam pengusahaan proyek-proyek
tertentu, misalnya :pengeboran minyak, pertambangan batu bara,
perfilman, perhotelan.
2. Akomodasi
Istilah akomodasi di pergunakan dalam dua arti, yaitu untuk
menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada suatu
keadaan dan untuk menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang
menunjuk pada suatu keadaan berarti suatu kenyataan adanya suatu
keseimbangan (equilibrum) dalam berinteraksi antara orang-
perorangan dsn kelompok-kelompok manusia, sehubungan dengan
norma-norma sosial nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat.
Sebagai suatu proses, maka akomodasi menunjuk pada usaha-
usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan, yaitu usaha-
usaha untuk mencapai kestabilan.
Akomodasi adalah cara yang digunakan untuk menyelesaikan
adanya pertentangan tanpa menjatuhkan pihak lawan, sehingga
lawan tidak kehilangan kepribadiannya. Mencegah timbulnya sebuah
pertentangan untuk sementara waktu atau temporer.
Akomodasi sebagai suatu proses memiliki beberapa bentuk yaitu
sebagai berikut :
a. Koersi (coercion) merupakan bentuk akomodasi yang prosesnya
dilakukan karena adanya paksaan. Dalam hal ini ada salah satu
pihak yang berada dalam keadaan yang lemah dibandingkan
pihak lawan. Pelaksanaannya dapat dilakukan secara fisik
(langsung) & psikologis (tidak langsung).
b. Kompromi (compromise) merupakan bentuk akomodasi dimana
pihak yang terlibat saling mengurangi tuntutannya untuk
mencapai sebuah penyelesaian terhadap perselisihan yang
terjadi. Dalam hal ini semua pihak dituntut untuk bersedia
merasakan dan saling memahami keadaan kedua pihak.
c. Arbitrase merupakan cara yang digunakan untuk mencapai
kompromi apabila pihak-pihak yang berhadapan dirasa tidak
mampu menyelesaikan sendiri. Dalam hal ini pertentangan yang
terjadi melibatkan pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah
pihak atau orang lain yang memiliki kedudukan lebih tinggi dan
dianggap mapu.
d. Mediasi (mediation) merupkan proses yang memiliki kesamaan
dengan arbitrase yaitu dengan cara mendatangkan pihak ketiga
yang netral delam menyelesaikan permasalahan yang terjadi
dengan baik. Akan tetapiperan dari pihak ketiga pada proses
mediasi ini hanya sebagai penasehat saja dan tidak memiliki
wewenang untuk memberi keputusan-keputusan dalam
penyelesaian masalah yang terjadi.
e. Konsiliasi merupakan usaha untuk mempertemukan keinginan-
keinginan antara pihak yang berselisih demi mencapai suatu
kesepakatan bersama.
f. Toleransi (toleration) merupakan bentuk akomodasi tanpa
adanya persetujuan yang formal bentuknya. Toleransi dapat
timbul secara tidak sadar dan tampa direncanakan untuk sebisa
mungkin menghindarkan diri dari suatu perselisihan.
g. Stalemate merupakan bentuk akomodasi yang terjadi dimana
pihak-pihak yang bertentangan memiliki kekuatan yang
seimbang dan berhenti pada suatu titik tertentu dalam melakukan
pertentangannya.
Dari penjelasan diatas dapat diketahui bahwa akomodasi memiliki
beberapa bentuk yang berbeda yang dapat digunakan dalam
menyelesaikan suatu permasalahan yang terjadi baik antar individu
maupun kelompok. Selain itu dalam proses akomodasi pihak-pihak
tertentu juga dapat terlihat atau membantu dalam menyelesaian
masalh yang terjadi. Semua bentuk-bentuk akomodasi diatas
memiliki tujuan yang sama yaitu bahwa permasalahan yang terjadi
dapat terselesaikan dengan baik, sehingga tidak adanya
permasalahan/perselisihan antar pihak.
3. Asimilasi dan Alkuturasi
Asimilasi dan alkuturasi merupakan dua dari sekian konsep yang
dikenal di saat seseorang memperbincangkan tentang relasi
antaretnik atau interaksi dan komunikasi antara dua komunitas atau
individu yang berbeda budaya.
a. Asimilasi
Iatilah “asimilasi” berasal dari Bahasa inggris, yaitu
“assimilation” yang artinya pembauran, perpaduan, penerimaan,
danpencapuran yang harmonis. Asimilasi merupakan proses
sosial yang ditandai dengan adanya usaha-usaha untuk
mengurangi adanya perbedaan antar individu dengan individua
tau kelempok dan juga meliputi sebuah usaha untuk
memperhatikan segala sesuatu dalam bertindak, bersikap
maupun dalam kepentingan atau tujuan yang hendak dicapai
bersama. Apabila seseorang melakukan asimilasi kedalam suatu
kelompok atau masyarakat, maka orang tersebut tidak dianggap
asing. Sehingga dengan begitu maka apabila seseorang
melakukan asimilasi maka batas-batas yang ada antara undividu
dengan individua tau kelompok akan melebur menjadi satu
kelompok.
Proses asimilasi ditandai dengan sikap untuk membaur,
mengembangkan sikap yang sama, walau terkadang bersifat
emosional hanya untuk mencapai sebuah kesatuan atau integrasi
antar organisasi, pikiran dan tindakan. Dalam asimilasi, individu
tidak lagi memikirkan kepentingan dirinya sendiri, melainkan
individu memikirkan kepentingan kelompok. Bentuk asimilasi ini
ditandai adanya pengembangan sikap yang sama dengan
kelompok dalam mencapai suatu tujuan.
Adapun beberapa factor yang mempengaruhi terjadinya
proses asimilasi yaitu :
1) Toleransi
2) Sikap menghargai orang asing dan kebudayaannya
3) Kesempatan yang seimbang di bidang ekonomi
4) Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa di masyarakat
5) Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan
6) Perkawinan campuran
Sedangkan faktor-faktor yang dapat menghambat
terjadinya asimilasi adalah sebagai berikut :
1) Toleransinya kehidupan suatu golongan tertentu dalam
masyarakat
2) Perasaan takut terhadap kekuatan suatu kebudayaan yang
dihadapi
3) Perasaan yang menganggap kelompok lain lebih tinggi
4) Perbedaan warna kulit atau fisik.
b. Akulturasi
Akulturasi merupakan proses sosial yang timbul bila suatu
kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu di
hadapkan dengan unsur-unsur dari suatu kebudayaan asing
dengan sedemikian rupa, sehingga unsur-unsur kebudayaan
asing itu lambat laun diterima dan diolah kedalam kebudayaan itu
sendiri tanpa menyebabkan hilangnya kepribadian kebudayaan
itu sendiri.
Terdapat perbedaan antara bagian kebudayaan yang
sukar berubah dan terpengaruh oleh unsur-unsur kebudayaan
asing (covert culture), dengan bagian kebudayaan yang mudah
berubah dan terpengaruh oleh unsur-unsur kebudayaan asing
(overt culture). Covert culture misalnya :
1) System nilai-nilai budaya
2) Keyakinan-keyakinan keagamaan yang dianggap kramat
3) Beberapa adat yang sudah dipelajari sangat dini dalam
proses sosialisasi individu warga masyarakat
4) Beberapa adat yang mempunyai fungsi yang terjaring luas
dalam masyarakat
Sedangkan overt culture misalnya kebudayaan fisik, seperti
alat-alat dan benda yang berguna, tetapi juga ilmu pengetahuan,
tata cara, gaya hidup, dan rekreasi yang berguna dan memberi
kenyamanan.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Daftar Pustaka

Saputri, Y., Zakaria, A., & Jalil. (2017). Interaksi Sosial Keluarga Militer Dengan
Masyarakat Sipil. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FISIP Unsyiah.
Setiadi, E., Hakam , K., & Effendi, R. (2013). Ilmu Sosial Budaya Dasar.
Soekanto, S., & Sulistyowati, B. (2013). Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta:
Rajawali Pers.
Sujarwanto, I. (2012). Interaksi Sosial Antar Umat Beragama. Jurnal of
Educational Social Studies, 2: 62.

Anda mungkin juga menyukai