HALUSINASI
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah keperawatan jiwa
Disusun oleh :
NIM : 5021031088
S1 KEPERAWATAN-NERS
UNIVERSITAS FALETEHAN
SERANG BANTEN
TAHUN 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI
C. Jenis
Haluinasi terdiri dari beberapa jenis, dengan karakteristik
tertentu, diantaranya:
1. Halusinasi Pendengaran ( akustik, audiotorik)
Gangguan stimulus dimana pasien mendengar suara-suara terutama suara-
suara orang, biasanya pasien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu.
2. Halusinasi Pengihatan (visual)
Stimulus visual dalam bentuk beragam seperti bentuk pencaran cahaya,
gambaraan geometrik, gambar kartun dan/ atau panorama yang luas dan
komplesk. Bayangan bias bisa menyenangkan atau menakutkan.
3. Halusinasi Penghidu (Olfaktori)
Gangguan stimulus pada penghidu, yamg ditandai dengan adanya bau
busuk, amis, dan bau yang menjijikan seperti : darah, urine atau feses.
Kadang-kadang terhidu bau harum. Biasnya berhubungan dengan stroke,
tumor, kejang dan dementia.
4. Halusinasi Peraba (Taktil, Kinaestatik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan adanya sara sakit atau tidak enak
tanpa stimulus yang terlihat. Contoh merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
5. Halusinasi Pengecap (Gustatorik)
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk,
amis, dan menjijikkan.
6. Halusinasi sinestetik
Gangguan stimulus yang ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti
darah mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau
pembentukan urine. (Yosep Iyus, 2007: 130)
7. Halusinasi Viseral
Timbulnya perasaan tertentu di dalam tubuhnya.
a. Depersonalisasi adalah perasaan aneh pada dirinya bahwa pribadinya
sudah tidak seperti biasanya lagi serta tidak sesuai dengan kenyataan
yang ada. Sering pada skizofrenia dan sindrom obus parietalis.
Misalnya sering merasa diringa terpecah dua.
b. Derelisasi adalah suatu perasaan aneh tentang lingkungan yang tidak
sesuai dengan kenyataan. Misalnya perasaan segala suatu yang
dialaminya seperti dalam mimpi. (Damaiyanti, 2012 : 55-56)
D. Fase - fase
Tahapan terjadinya halusinasi terdiri dari 4 fase dan setiap fase memiliki
karakteristik yang berdeda yaitu:
1. Fase I
Pasien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas, kesepian, rasa
bersalah dan takut serta mencoba berfokus pada pikiran yang
menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini pasien tersenyum atau
tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara, pergerakan
mata yang cepat, diam dan asyik sendiri.
2. Fase II
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Pasien mulai lepas
kendali dan mencoba untuk mengambil jarak dirinya dengan
sumberdipersepsikan. Disini terjadi peningkatan tanda- tanda sistem saraf
otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-tanda vital ( denyut
jantung, pernapasan, dan tekanan darah), asyik dengna pengalaman sensori
dan kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan reaita.
3. Fase III
Pasien berhenti menghentikan perlawanan terhadap halusinasi dan
menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini pasien sukar berhubungan
dengan orang ain, berkeringat, tremor, tidak mampu mematuhi perintah
dari orang ain dan berada dalam kondisi yang sangat menegangkan
terutamajika akan berhubungan dengan orang lain.
4. Fase IV
Pengalaman sensori menjadi mengancam jika pasien mengikuti perintah
halusinasi. Di sni terjadi perikalu kekerasan, agitasi, menarik diri, tidak
mampu berespon terhadap perintah yang komplek dan tidak mampu
berespon lebih dari 1 orang. Kondisi pasien sangan membahayakan.
( Prabowo, 2014: 130- 131)
E. Rentang Respon
Persepsi mengacu pada identifikasi dan interprestasi awal dari suatu stimulus
berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra. Respon
neurobiologis sepanjang rentang sehat sakit berkisar dari adaptif pikiran logis,
persepsi akurat, emosi konsisten, dan perilaku sesuai sampai dengan respon
maladaptif yang meliputi delusi, halusinasi, dan isolasi sosial. Rentang respon
dapat digambarkan sebagai berikut:
Rentang Respon Neurobiologist
b. Intervensi
1) Mengevaluasi jadwal harian pasien
2) Melatih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian
dengan dimulai dari 2 tindakan
3) Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan untuk mengendalikan
halusinasi kedalam jadwal kegiatan harian
VI. SUMBER
- Eko Prabowo. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
- Keliat&Akemat, (2010). Jurnal Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta
- Mukhripah Damayanti, Iskandar . (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung:
Refika Aditama.
- Wijayaningsih, K. s. (2015). Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa.
Jakarta Timur: TIM.
- Damaiyanti, Nidya. (2012). Buku Bimbingan Konseling. Yogyakarta: Araska
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
HALUSINASI
SP I
Pertemuan Ke : 1
Hari/Tanggal :
Nama Klien :
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Pasien
a. Data Subjektif
- Pasien mengatakan sering berbicara sendiri
- Pasien mengatakan sering mendengar suara laki-laki
- Pasien mengatakan mendengar suara kadang 3 kali sehari, pada saat klien sedang
sendirian
b. Data Objektif
- Pasien tampak tertawa sendiri
- Pasien tampak mengarahkan telinga ke suatu tempat
- Pasien tampak diam dan bingung
2. Diagnosa Keperawatan : Halusinasi Pendengaran
3. Tujuan Khusus : Pasien dapat mengenal dan mengontrol halusinasinya
4. Tindakan keperawatan : SP 1
- Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
- Mengidentifikasi isi, waktu dan frekuensi halusinasi pasien
- Mengidentifikasi situasi yang dapat menimbulkan halusinasi
- Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi
- Menjelaskan cara mengontrol halusinasi : menghardik, minum obat, bercakap-cakap
dengan orang lain dan melakukan kegiatan
- Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian
Orientasi
1. Salam Terapeutik
“Selamat pagi ibu, perkenalkan saya Perawat Rizki Awaliyah mahasiswa jurusan
keperawatan Univertas Faletehan yang sedang praktik klinik di rumah sakit ini”.
“Saya yang dinas pagi diruangan ini pukul 07.00 – 13.00 WIB. Selama dirumah
sakit ini saya yang akan merawat ibu ya, nama ibu siapa? Ibu Suka dipanggil apa?”
2. Evaluasi / Validasi
“Bagaimana perasaan ibu hari ini?”
3. Kontrak :
a. Topik : “Baiklah bu, pagi ini bagaimana jika kita berbincang-bincang
tentang suara yang mengganggu ibu dan cara mengontrol suara-
suara yang ibu dengar, apa ibu bersedia?”
b. Waktu : “Berapa lama ibu ingin kita berbincang-bincang?
Baiklah 10 menit ya bu”
c. Tempat : “Dimana ibu ingin kita berbincang-bincang? Baiklah
dikamar saja ya ibu maunya”
d. Tujuan interaksi : Pasien dapat mengenal dan mengontrol
halusinasinya dengan cara menghardik suara-suara yang
didengar.
Kerja (Langkah – langkah tindakan keperawatan)
1) “Apakah ibu sering mendengar suara tanpa ada wujudnya? Saya percaya ibu
mendengar wujud tersebut. Tapi saya sendiri tidak mendengar suara tersebut”
2) “Apakah ibu mendengar suara tersebut terus menerus atau sewaktu-waktu saja?
Kapan waktu yang paling sering ketika ibu mendengar suara itu? Berapa kali
sehari ibu mendengar suara itu? Pada saat keadaan apa ibu suara itu ibu dengar?
Apakah waktu ibu sendiri? Apa yang ibu rasakan saat mendengar suara-suara itu?
Apa yang ibu lakukan ketika mendengar suara itu? Dengan cara apa suara itu bisa
hilang?”
3) ”Apa yang ibu alami dan rasakan namanya Halusinasi. Ada 4 cara untuk
mengontrol halusinasi, yaitu dengan cara menghardik, minum obat, bercakap-
cakap dan melakukan kegiatan”
4) “Bagaimana jika kita latihan cara pertama yaitu menghardik? Apakah ibu
bersedia? Baiklah kita mulai ya bu”
5) “baiklah saya akan mempraktekan terlebih dahulu, setelah itu ibu mempraktekan
kembali apa yang saya lakukan. Seperti ini bu, jika ada suara itu muncul, ibu
katakan dengan lepas “Pergi! Saya tidak mau dengar, kamu palsu” sambil menutup
kedua tenga ibu ya. Seperti itu”
6) “Coba sekarang ibu ulangi apa yang saya lakukan tadi? Bagus sekali bu”
Terminasi
1. Evaluasi
a. Evaluasi klien (Subjektif)
“Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan cara mengontrol halusinasi
dengan menghardik?”
b. Evaluasi perawat (Objektif dan reinforcement)
“Coba ibu lakukan sekali lagi latihan kita tadi. Wah bagus, hebat sekali ibu”
2. Rencana Tindak Lanjut ( apa yang perlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan yan
telah dilakukan)
- “Ibu lakukan cara itu ketika ibu mendengar suara itu dan lakukan sampai suara
tersebut hilang”
- “Ibu bisa berlatih cara itu 3x dalam sehari yaitu pada jam 09.00, jam 14.00 dan
jam 20.00. Latihan cara ini akan dimasukkan kedalam jadwal kegiatan harian ibu
yang bertanda M (Mandiri) jika ibu berlatih cara ini secara mandiri tanpa
dibantu/diingatkan. Ibu beri tanda B (Bantuan) jika ibu berlatih cara ini
diingatkan atau dibantu dan ibu beri tanda T (Tidak) jika ibu tidak melakukan.”
1) Kontrak Topik yang akan datang :
a) Topik :
“Bagaimana besok kita berbincang-bincang tentang cara kedua, yaitu
minum obat untuk mengontrol halusinasi ibu. apakah ibu bersedia?”
b) Waktu
“Jam berapa ibu ingin kita berbincang-bincang? Baiklah jam 10.00 ya
bu. Berapa lama ibu ingin berbincang-bincang? Baiklah 15 menit ya bu”
c) Tempat
“Dimana tempat yang ibu mau untuk kita berbincang-bincang? Baiklah
ditaman ya bu”
“Baiklah kalau begitu saya permisi. Sampai jumpa besok. Selamat pagi,
lanjutkan kembali aktivitas ibu. Assalamualaikum bu”