Anda di halaman 1dari 30

1

UPAYA MEMBANGUN KARAKTER DISIPLIN SANTRI MA PADA


PROGRAM KHUSUS DI PONDOK PESANTREN NURUL HAKIM
KEDIRI

PROPOSAL SKRIPSI

Oleh

Widia Eka Asmaranti


E1B117073

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Melakukan Penelitian


Program Sarjana (S1) Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PANCASILA DAN


KEWARGANEGARAAN
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2021
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah upaya untuk mempersiapkan peserta didik agar mampu hidup
dengan baik dalam masyarakatnya, mampumengembangkan dan meningkatkan
kualitas hidupnya sendiri serta memberikan konstribusi yang bermakna dalam
mengembangkan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat dan bangsanya.1Ki
Hajar Dewantara menyatakan bahwa “pendidikan adalah daya upaya untuk
memajukan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intellect) dan tubuh
anak”. Jadi, pendidikan merupakan wahana utama untuk menumbuhkembangkan
karakter yang baik. Karakter2 atau watak merupakan komponen yang sangat
penting agar manusia dapat mencapai tujuan hidupnya dengan baik dan selamat.
Disinilah pentingnya pendidikan karakter. Karakter memegang peran yang sangat
utama dalam menentukan sikap dan perilaku.
Dalam proses pendidikan selain harus menekankan ilmu
pengetahuan juga diarahkan pada pengembangan kecerdasan untuk dapat belajar
cepat dengan terampil dalam melaksanakan sesuatu, serta diarahkan pada
pengembangan sikap mental dan kepribadian untuk terjun di masyarakat. Di
dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas yang
menyatakan bahwa: “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa,bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara
yang demokratis serta tanggung jawab”. Oleh karena itu, pendidikan karakter
harus dikembangkan dalam bingkai yang utuh Sistem Pendidikan Nasional.
Pendidikan karakter merupakan bagian yang penting dari proses pendidikan,
sehingga sudah seharusnya tidak ada dikotomi antara pendidikan akademik dan
pendidikan karakter.
3

Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena
pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang
salah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation)
tentang hal mana yang baik, sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif)
tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik,
dan biasa melakukannya (psikomotor).3Jadi, pendidikan karakter itu erat
kaitannya dengan habit atau kebiasaan yang terus menerus dipraktikkan dan
dilakukan hingga melahirkan kepribadian.
Pendidikan karakter adalah internalisasi nilai-nilai kelayakan yang dikawal dalam
pembiasaan hingga melahirkan kepribadian yang mulia.4 Tidak ada istilah
terlambat guna pembentukan karakter, kita perlu membina dan
mengembangkannya secara bertahap, bertingkat, dan berkelanjutan. Tidak perlu
disangsikan lagi bahwa pendidikan karakter merupakan upaya yang harus
melibatkan semua pihak baik keluarga, masyarakat, dan lembaga pendidikan
sekolah. Upaya yang sekarang ini dicurahkan pada pendidikan karakter
diharapkan sangatlah efektif apabila ditanamkan sedini mungkin bagi penerus
bangsa Indonesia ini walaupun menghabiskan waktu yang cukup panjang.
Dalam pendidikan karakter ada 18 nilai yang harus dikembangkan sekolah dalam
menentukan keberhasilan pendidikan karakter yaitu: religius, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis,rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.4
Sudah kita ketahui bahwasanya pada akhir-akhir ini permasalahan
yang sering dibahas adalah permasalahan seputar tentang kedisiplinan.
Kedisiplinan menjadi sorotan penting baik dalam dunia pendidikan maupun
dalam kehidupan bermasyarakat. Sering kita jumpai beberapa pelajar melakukan
tindakan tidak disiplin baik itu disiplin terhadap diri sendiri, masyarakat, maupun
di sekolah. Tindakan tersebut menjadi sorotan masyarakat sekitar bahwasanya
pada lazimnya seorang pelajar harus lebih mengetahui dan menerapkan perilaku
disiplin Biasanya, disiplin dilakukan dengan keterpaksaan. Ketika ada
pengawasan dari petugas (pemimpin) timbulah perilaku disiplin, akan tetapi bila
tidak ada pengawasan dari petugas (pemimpin) maka pelanggaran dilakukan.
Contoh perilaku disiplin dan pelanggarannya yang sering terjadi di sekolah yaitu
siswa yang dituntut untuk masuk kedalam kelas tepat waktu sesuai dengan apa
yang ditentukan oleh sekolah, akan tetapi biasanya ada saja siswa yang
melanggar peraturan tersebut dengan terlambat masuk kedalam kelas yang tidak
sesuai dengan ketentuan sekolah terutama bila tidak ada petugas yang
mengawasinya. Oleh karena itu, disiplin yang terpaksa identik dengan ketakutan
pada hukum. Sedangkan disiplin karena kesadaran menjadikan hukum sebagai
alat yang menyenangkan di jiwa dan selalu siap sedia untuk menaatinya.
Lembaga pendidikan di Indonesia, memiliki tiga jenis lembaga pendidikan untuk
tercapainya pembentukan dan pengembangan potensi pada diri anak. Yaitu
lembaga pendidikan formal informal dan non formal. Pelajar atau peserta didik
tidak hanya terdapat dalam lembaga pendidikan formal seperti sekolah saja, akan
tetapi peserta didik juga terdapat pada lembaga pendidikan non formal seperti di
pondok pesantren yang peserta didiknya lebih akrab disebut santri. Pondok
pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan non formal di Indonesia.
Kebanyakan muridnya tinggal di asrama yang disediakan di sekolah itu,
sedangkan santri merupakan sebutan bagi murid yang mengikuti pendidikan di
pondok pesantren. Atau para peserta didik pada pesantren disebut santri yang
umumnya menetap di pesantren. Menurut peneliti pondok pesantren merupakan
tempat yang sangat efektif untuk menanamkan nilai-nilai karakter para santri.
Karena, pondok pesantren merupakan tempat yang sengaja dirancang dalam
pembentukan karakter.
Pondok Pesantren Nurul hakim merupakan salah satu pondok pesantren
yang memiliki lembaga pendidikan formal. Yang dimana lembaga formal meliputi
TK, MI (madrasah ibtidaiyah) Mts (madrasah Tsanawiyah) MA (madrasah
Aliyah) hingga perguruan tinggi. Akan tetapi fokus penelitian pada penelitian ini
terletak pada jenjang pendidikan tingkat Mts dan MA atau setara dengan SMP dan
SMA, karena berdasarkan observasi awal yang telah peneliti lakukan bahwa
Nurul Hakim memiliki 3 Program pilihan sebagai bentuk pengembangan mutu
5

pendidikan pesantren dalam pendidikan formal khususnya tingkat Madrasah


Tsanawiah hingga madrasah Aliyah, atau setara dengan SMP dan SMA.
Ketiga program tersebut diantaranya adalah yang pertama program umum
atau biasa disebut dengan kelas umum yang dimana pada program ini
menjalankan pendidikan pada umumnya, dan memiliki aokasi waktu belajar yang
standar. Kedua yaitu program Tahfizul Qur'an dimana pada program ini santri
selain mendapatkan pembelajaran pada umumnya, pada program ini juga santri
mendapatkan pembelajaran tahfiz al-Quran dengan target mampu menghafal al-
Quran sebanyak 1 juz dalam 1tahun, sehingga total 3 juz dalam tiga tahun
pendidikan untuk menghafal Al-Qur'an. Dan yang terakhir yaitu program khusus
atau biasa disebut dengan kelas khusus yang dimana merupakan salah satu
terobosan usaha pendidkan pesantren untuk mencapai hasil yang lebih mendekati
kesempurnaan di bidang ilmu pengetahuan dan ilmu-ilmu agama islam
dibandingkan dengan kedua program lainnya program khusus adalah program
unggulan karena dikenal dengan kedisiplinan dan penerapan bahasa asing sebagai
bahasa sehari-hari dan juga pada program ini santri atau peserta didik di wajibkan
untuk tinggal di asrama selama 6 tahun.
Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik dengan salah satu
program unggulan yang ada di pondok pesantren Nurul hakim yaitu program
khusus. Karena Peneliti ingin mengetahui bagaimana pelaksanaan pendidikan
formal pada program khusus, serta faktor-faktor yang mempengaruhi proses
pelaksanaan pendidikan formal pada program khusus. Sehingga dalam penelitian
ini peneliti mengambil judul "Pelaksanaan Pendidikan formal pada program
khusus di Pondok Pesantren Nurul Hakim Kediri Lombok barat"

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat di rumuskan permasalahan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana upaya membangun karakter Disiplin santri MA pada program khusus
di pondok pesantren Nurul hakim Kediri Lombok barat?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi upaya membangun karakter Disiplin santri
MA pada program khusus pondok pesantren Nurul hakim Kediri Lombok barat?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan Masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui upaya membangun karakter Disiplin santri MA pada program
khusus di pondok pesantren putra Nurul hakim Kediri Lombok barat.
2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi upaya membangun
karakter Disiplin santri MA pada program khusus di pondok pesantren Nurul
hakim Kediri Lombok barat.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini terdiri atas dua manfaat yaitu
manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi keilmuan untuk
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pendidikan khususnya
pendidikan formal pada program khusus di pondok pesantren nurul hakim kediri
Lombok barat.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan di bisa dijadikan refrensi
untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang memiliki pokok bahasan yang sama.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti sebagai bahan
kajian untuk pengembangan kompetensi pedagogik dan sosial sebagai calon guru
PPKn dalam pengelolaan pendidikan.
b. Bagi masyarakat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat guna
menambah pengetahuan dan wawasan tentang pendidikan formal yang ada di
pondok pesantren.
c. Bagi pembaca
7

Hasil dari penelitian sangat diharapkan bermanfaat terutama kepada pembaca


sehingga dapat memberikan gambaran tentang pendidikan formal yang berada
dalam lingkup pondok pesantren.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Karakter


1. Pengertian Pendidikan Karakter
Menurut Pusat Bahasa Depdiknas, karakter adalah bawaan, hati,
jiwa, kepribadian, budi pekerti, perilaku, personalitas, sifat, tabit,
temperamen, dan watak (Ayuba Pantu & Buhari Luneto, 2014:157).
Menurut Sudewo Erie (2011:14) Karakter adalah sebagai kumpulan sifat
baik yang menjadi prilaku sehari-hari, sebagai perwujudan kesadaran
menjalankan peran, fungsi dan tugasnya dalam mengemban amanah dan
tanggung jawab. Hal ini sejalan dengan pendapat Khan (2010:1)
menuliskan, karakter adalah sikap pribadi yang stabil dari hasil proses
konsolidasi secara progresif dan dinamis, integrasi pernyataan dan
tindakan sehingga pendidikan karakter menurut Khan adalah mengajarkan
kebiasaan cara berpikir dan berprilaku guna membantu individu untuk
hidup dan bekerjasama sebagai anggota keluarga, masyarakat dan
bernegara dan membantu mereka untuk membuat keputusan yang tepat
dan dapat dipertanggung jawabkan.
Menurut Suyanto (mendikdasmen.depdiknas.go.id) karakter adalah
cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk
hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa
dan negara. Selanjutnya, menurut W.B. Saunders (1977:126) menjelaskan
bahwa karakter adalah sifat nyata dan berbeda yang ditunjukkan oleh
individu, sejumlah atribut yang dapat diamati pada individu.
Menurut Simon Philips, Karakter adalah kumpulan tata nilai yang
menuju pada suatu sistem, yang melandasi sikap dan perilaku yang
ditampilkan (Tamrin, 2016). Menurut A. Doni Koesoema (2011:80)
memahami bahwa karakter sama dengan kepribadian. Kepribadian yang
dianggap sebagai ciri, atau karakteristik, atau gaya atau sifat yang khas
dari diri seseorang yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima
dari lingkungan, misalnya keluarga pada masa kecil, juga bawaan sejak
lahir.

Dengan demikian pendidikan karakter adalah sebuah proses yang


dilakukan dalam pendidikan untuk menanamkan nilai-nilai dasar atau
karakter pada diri seseorang untuk membangun kepribadian orang
tersebut, baik itu nilai karakter yang harus ada antar sesama manusia,
lingkungan, maupun nilai karakter diri seseorang itu sendiri, sehingga
9

menjadi nilai instrik yang melandasi sikap dan perilaku dan akhirnya akan
menjadi kebiasaan pada diri seseorang, lalu kebiasaan-kebiasaan itu dijaga
dan dipelihara dalam kehidupan sehari-hari, sehingga manusia betul-betul
menyadari fitrahnya maupun fungsinya di dunia ini sampai pada akhirnya
tercipta kehidupan yang aman dan damai, tanpa adanya tindakan yang
hanya akan berujung pada kesia-siaan. Atas dasar itu, pendidikan karakter
bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih
dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang
hal mana yang baik sehingga peserta didik paham (kognitif) tentang mana
yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan
biasa melakukannya (psikomotorik). Dengan kata lain, pendidikan
karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang
baik (moral knowing), akan tetapi juga merasakan dengan baik atau loving
good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral action)”. Pendidikan
karakter menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus- menerus
dipraktikkan dan dilakukan.
2. Nilai-Nilai Pembentukan Karakter
Nilai-nilai pendidikan karakter yang dikembangkan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (2010:8) diidentifikasi sumber-sumber
berikut :
a) Agama: Masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh
karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu
didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis,
kehidupan kenegaraan itu pun didasari pada nilai-nilai yang berasal
dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan
budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai kaidah
yang berasal dari agama.
b) Pancasila: Negara Kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas
prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut
Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan
dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD
1945. Artinya nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi
nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi,
kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter
bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara
yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan,
kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya
sebagai warga negara.
c) Budaya: Sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang
hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang
diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam
pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi
antaranggota masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting
dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber
nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Menurut (Fatchul Mu’in, 2011:211-212) menjelaskan bahwa terdapat
enam karakter utama (pilar karakter) pada diri manusia yang dapat
digunakan untuk mengukur dan menilai watak dan perilakunya dalam hal-
hal khusus. Keenam karakter ini dapat dikatakan sebagai pilar-pilar
karkater manusia, diantaranya :
a. Penghormatan (Respect)
b. Tanggung Jawab (Responsibility)
c. Kesadaran berwarga negara (Cizenship-Civic Duty)
d. Keadilan dan Kejujuran (Fairness)
e. Kepedulian dan Kemauan berbagi (Caring)
f. Kepercayaan (Trustworthiness)
Pusat Kurikulum Nasional, sebagaimana dikutip (Suyadi, 2013:8-9)
telah mengidentfikasi 18 karakter yang bersumber dari agama, pancasila,
budaya, dan tujuan pendidikan nasional yang telah dideskripsikan dalam
tabel dibawah ini :
Tabel.1.1 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa
11

No Nilai Deskripsi

1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam


melaksanakan ajaran agama yang dianutnya,
toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama
lain dan hidup rukun dengan pemeluk agama
lain.

2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya


menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu
dapat di percaya dalam perkataan, tindakan
dan pekerjaan.

3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai


perbedaa dan agama, suku, etnis, pendapat,
sikap dan tindakan orang lain yang berbeda
dari dirinya.

4. Displin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib


dan patuh pada berbagai ketentuan dan
peraturan.

5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-


sungguh dalam mengatasi berbagai hambatan
belajar dan tugas, serta menyelesaikan tugas
dengan sebaik-baiknya.

6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk


menghasilkan cara atau hasil baru dari
sesuatu yang dimiliki.

7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah


tergantung pada orang lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis Cara berpikir, bersikap dan bertindak yang


menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan
orang lain.

9. Rasa ingin tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya


untuk mengetahui lebih mendalam dan
meluas dari sesuatu yang di pelajarinya,
dilihat dan didengar.

10. Semangat kebangsaan Cara berfikir, bertindak dan berwawasan


yang menempatkan kepentingan bangsan dan
Negara diatas kepentingan diri dan
kelompoknya.

11. Cinta tanah air Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan
politik.

12. Menghargai prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya


untuk menghasilkan sesuatu yang berguna
bagi masyarakat dan mengakui, serta
menghormati keberhasilan orang lain.

13. Bersahabat/komunikatif Tindakan yang memperlihatkan rasa senang


berbicara, bergaul dan bekerja sama dengan
orang lain.

14. Cinta damai Sikap, perkataan dan tindakan yang


menyebabkan orang lain merasa senang dan
aman atas kehadiran dirinya.

15. Gemar membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk


membaca berbagai bacaan yang memberikan
kebajikan bagi dirinya.

16. Peduli lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya


mencegah kerusakan pada lingkungan alam
disekitarnya dan mengembangkan upaya-
upaya untuk memperbaiki kerusakan alam
yang telah terjadi.

17. Peduli sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin


memberi bantuan pada orang lain dan
masyarakat yang membutuhkan.

18. Tanggung jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk


melaksanakan tugas dan kewajiban yang
seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan
budaya) negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
13

2. Tinjauan Tentang Program Khusus


1. Pengertian Program Khusus
Program Pendidikan Khusus merupakan salah satu terobosan usaha
pendidikan pesantren untuk mencapai hasil yang lebih mendekati kesempurnaan
dibidang ilmu pengetahuan dan ilmu-ilmu agama Islam. Kurikulum pendidikan
yang diterapkan merupakan perpaduan antara kurikulum yang berlaku di sekolah-
sekolah dibawah naungan diknas, dan juga Depag, dengan alokasi waktu belajar
yang lebih banyak dengan sistem full daya school(FDS). MIPA, bahasa Arab,
bahasa Inggris, ilmu-ilmu agama Islam merupakan program inti yang sangat
diutamakan di samping kegiatan ekstra lainnya. Program Khusus dirancang dan
dikemas dalam satu paket program pendidikan yang berbasiskan agama, ilmu, dan
keterampilan. Program ini diselenggarakan selama 6 tahun,Penataan Kurikulum
dilakukan melalui integrasi pendidikan nilai, pendidikan agama dan umum serta
pendidikan ekstra sebagai satu paket basis gerakan pembinaan. Semua kurikulum
yang dikembangkan memiliki bobot yang jelas karena hal ini sama-sama memiliki
kontribusi terhadap peningkatan kualitas para santri.Adi Fadli, ( 2017:239),
MAPK adalah lembaga pendidikan formal non-pesantren yang berperan
sebagai penyambung tradisi pesantren yang tujuannya adalah untuk ber-tafaqquh
fiddin, dengan dan unsur utamanya adalah mengkaji. MAPK juga merupakan
Madrasah setingkat Aliyah sebagaimana yang penulis jelaskan terdahulu dengan
program dan pelajaran khusus yang berbeda dengan Madrasah Aliyah biasa,
digagas dan pertama kali oleh menteri Agama Munawwir Sazali pada akhir tahun
1980-an.(Keagamaan, Surakarta, and Zulfa 2013)

2. Tahap-tahap Pelaksanaan Program Khusus


Menurut Adi Fadli,( 2017:214), Adapun Tahapan Pengelola program Khusus
telah berusaha menata pembinaan melalui pola rekrutmen, kurikulum dan
evaluasi.
a. Tahap Seleksi
Pola seleksi dibagi menjadi dua tahap. Tahap pertama, seleksi
ditingkat yayasan. Jika dinyatakan lulus tingkat yayasan, santri dapat mengikuti
seleksi ke tahap berikutnya, yakni seleksi di PPKh. Seleksi di tingkat yayasan
meilputi tes tertulis dan tes lisan. Adapun tes tertulis meilupti imla’”(dikte)
berhitung (matematika), dan bahasa Indonesia, sedangkan tes lisan meilputi; tes
membaca al-Quran, ibadah, dan psikotes (wawancara). Tes tahap kedua di PPKh
harus memnuhi bebrapa ketentuan atau persyaratan. Adapun persyartan tersebut
meliputi:
1) NEM inimal SD/MI 32
2) Siap untuk beljar dan tinggal selama 6 (enam) tahun
3) Foto copy raport kelas empat, lima, dan enam
4) Sudah dinyatakan lulus tes masuk pada tes kepondokan yang dilakukan
oleh yayasan
Adapun materi tes meliputi: materi IPA,IPS,Matematika,Bahasa Inggris, dan
pendidikan agama, sedangkan tes lisan meliputi tes membaca al-quran, praktek
shalat, dan psikotes (wawancara). Mengingat kapasitas daya tampung yang
terbatas, maka sistem penerimaan santri baru melalui sistem rangking. Bila terjadi
nilai seleksi dua orang atau lebih santri sama, maka yang menjadi penilaian dan
bahan pertimbangan panitia adalah nilai raport.
b. Proses Pembinaan
a. Proses Pembinaan
Menurut Adi Fadli,( 2017:216), Pembinaan dilakukan melalui pembinaan kelas
dan pembinaan asrama, pembinaan kelas meliputi:
a) Pembinaan Kelas
1. Piket Kelas
Pembinaan kelas melalui piket kelas dimaksudkan untuk memantau
keadaan kelas agar tetap aktif, keaktifan kelas akan dapat memberikan
kondisi kelas tetap dalam keadaan belajar. Dalam kondisi dan suasana
aktif belajar akan mendorong santri untuk lebih banyak berkreasi dan
membuat suatu hal yang lebih bermakna. Langkah ini diambil untuk;
a). Untuk lebih mendorong siswa belajar lebih terjamin
b). Menciptakan lingkungan belajar yang kondusif
15

Jam yang tidak terisi oleh guru yang bersangkutan dapat diganti dengan
materi lain yang sudah disiapkan dan atau ditetapkan oleh Pembina.
Pembina kelas melalui pola ini dibentuk berdasarkan beberapa
pertimbangan, apabila ada jam kosong karena guru berhalngan hadir dapat
terisi dan digantikan. Kemudian keaktifan belajar santri tetap terkonntrol
efektivitas dan kondisi kelas tetap terjaga, dan dantri mrndapat
pengalaman belajar lebih banyak.
2. Pembelajaran Pola Tutorial
Untuk lebih mendukung efesiensi pembelajaran PPKh menerapkan sistem
pembelajaran tutorial. Langkah ini diterapkan dalam rangka dapat
meningkatkan kualitas pembinaan dalam bidang eksakta.
Untuk memenuhi keinginan tersebut, khususnya mata pelajaran umum,
seperti ips dan ppkn dilakukan dengan sistem tutorial. Hai ini rutin
dilakukan satu kali dalam satu bulan. Pola ini merupakan strategi
pembelajaran jika dilihat dari content curriculum terhadap;
a) kurikulum yang dipersempit dengan jalan mengalokasikan waktu
pada waktu tertentu dan kurikulum tersebut kurang memiliki tingkat
kesiltan yang kompleks,
b) materi yang dikembangkang dengan mempertimbangkan segi waktu
dan isi seperti mata pelajaran matematiak, fisika, kimia dan biologi,
maka sistem pengayaan dipertajam. Clark menyediakan kesempatan
dan fasilitas belajar tambahan dan sistem pengayaan ditingkatkan
2.Pembelajaran Didaktik Metodik (Tarbiyah islamiyah)
Pembinaan kelas melalui pembelaran didaktik metodik diarahkan
pada proses pembinaan kemampuan dan kecakapan para santri.
Kecakapan yang dimaksudkan adalah kecakapan dalam ilmu mendidik
dengan cakupan telaahnya. kecakapan-kecakapan tersebut sangat
diperlukan, karna target dan sasaran yang diharapkan dari pola ini
adalah:
a) Dapat memberikan kemampuan dasar tentang ilmu dedaktik
metodik
b) Dapat menerapkan ilmu tersebut ketika mereka menjadi mudabbir
dan mudabbirah
c) Dapat memberikan wawasan tentang pengembangan keterampilan
mengajar, sehingga mereka memiliki kecakapan menjadi calon
mudabbir dan mudabbirah
d) Manfaat dari pola pembelajaran Tarbiyah islamiah, yakni:
e) Dari aspek psikologis, perkembangan mental dalam menghadapi
situasi seperti itu cukup positif, karena tingkat usia seperti itu
memiliki kecendrungan untuk menyimpang.
f) Aspek sosiologis, mereka dapat menyesuaikan diri dengan dunia
sekitar untuk hidup lebih kreatif dan mandirj dan tidak mudah
tergantung kepada orang lain.
g) Aspek eduktif, minimal mereka memiliki pengetahuan tentang
didaktik metodik. Mereka mendapat pengalaman secara langsung,
bagaimana mengelola kelas, menyiapkan materi pelajaran sampai
kepada bagaimana mengevaluasinya.
h) Menanamkan rasa percaya diri pada diri mereka dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawab yang diberikan oleh para
pengelola program.
b) Pembinaan Asrama
Adapun Pembinaan asrama pada program khusus ini dapat di
kelompokkan menjafi beberapa kelompok, seperti di bawah ini:
1). Pembinaan Kepribadian
Pembinaan kepribadian diarahkan pada penanaman nilai-nilai agama
melalui mengajarkan sikap dan tingkah laku jujur dan bermoral dalam
kehidupan sehari-hari, shalat berjamaah, mengaji, shalat malam, shalat
Dhuha, dan puasa Sunnah Senin Kamis dan mewajibkan santri untuk
membaca al-quran setiap selesai waktu shalat magrib, isya' dan subuh.
Kegiatan ini dibina dengan harapan muncul sikap-sikap santri saling
toleransi, saling menghargai, saling membantu antara sesama santri
khususnya dan komunitas pesantren umumnya.
17

2) Pembinaan Jasmani
Sasaran pembinaan Jasmani yaitu dapat mengembangkan dan
menyalurkan bakat serta minat santri, dapat mengembangkan potensi dan
bakat santri yang di anggap cukup potensial untuk berprestasi, di samping
itu dapat menjaga kesehatan fisik, serta diharapkan dapat menghilangkan
kejenuhan terhadap berbagai rutinitas pondok pesantren. Unsur-unsur
Program dalam Pembinaan Ekstrakulikuler Unsur program yang
dikembangkan meliputi:
a) Praktek Pidato
b) Majalah dinding (MADING)
c) Mudzakarah/Diskusi
d) Praktek Mengajar
e) Program keterampilan.
Semua Program ini merupakan salah satu langkah strategis pola
pembinaan dalam mengem.bangkan berbagai potensi para santri. Hal ini
sebagai antisipasi adanya era globalisasi yang merupakan tantangan bagi
dunia pendidikan khususnya pendidikan agama, untuk mengedepankan
subjek didik memiliki kemampuan dalam mengadaptasi dan mengelola
perubahan materi mengenai problem solving yang sering diabaikan dalam
proses belajar mengajar.
Padahal konteks tersebut dianggap cukup penting mengintegrasikan materi
lain pada diri subjek didik, agar dapat menumbuhkan dan mengembangkan
kemampuan diri dari setiap subjek didik, oelh karena itu perlu mendapat
perhatian yang prima dalam menyediakan wadah untuk mengembankan
kemampuan diri mereka sehingga, diharapkan sikap itu akan membentuk
pendidik yang kreatif, inovatif dan komunikatif dengan lingkungannya
Dengan mengembangkan kreatifitas lembaga pendidikan sebagai learning
organization and creative center. Bagi para peserta didik diharapkan dapat
menikmati pembinaan yang berorientasi pada menumbuh kembangkan
kreatifitas mereka sebagai pelajar, jangan sampai peserta didik
menganggap pendidikan dirasakan sebagai suatu hal dan tempat yang
membosankan, akan tetapi suatu lingkungan yang positif l, ramah, dan
anggun.
c. Tahap Evaluasi
Pada tahap eveluasi ini dilakukan melalui dua pendeketan diantaranya yaitu:
1. Evaluasi Formatif
Evaluasi Formatif dilakukan melalui pola evaluasi akademik. Evaluasi
ini ditetapkan tiga tipe-tipe: tipe pertma, apabila santri memiliki nilai rata-
rata 5,8 maka ini dinyatakan naik kelas dengan catatan naik percobaan.
Sedangkan jika santri memperoleh nilai rata-rata di bawah 5,8 dan
moralnya kurang baik, maka santri tersebut dinyatakan tidaknaik kelas.
2. Evaluasi Normatif
Adapun evaluasi normatif dilakukan kepada p-ara santri di mana
penilaian ini dilakukan dengan pengamatanterhadap berbagai sikap dan
perilaku p-ara santri sehari-hari, seperti: pencurian barang, keluar masuk
pesantren tanpa seizing Pembina, sering melanggar tata tertib madrasah
dan asrama.
3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Program khusus
Menurut Adi Fadli,( 2017:220), Adapun Potensi Pendukung dan
Penghambat Program Pendidikan Kelas khusus dan kontribusinya
meliputi:
a. Faktor pendukung meliputi:
1) Sikap ketua pengelola program bersama jajarannya selalu terbuka
dengan pembaharuan. Keinginan tersebut tercermin dalam usaha
menciptakan kondisi belajar yang cukup bervariatif. PPKh sebagai
sebuah program yang dibentuk dalam satu paket program yang dikelola
dengan sistem full day school, tentunya perlu di dukung oleh seperangkat
komponen pendukung berupa tenaga guru, sarana dan prasarana,
manajemen, dan metode pembelajaran yang dapat memeperbaiki citra
pendidikan PPKh. Oleh karena itu komitmen dan usaha program yang
tengah dilakukam sekarang telah menjadi unjuk kerja semua Pembina di
PPkh. Unjuk ,kerja tersebut mencangkup, melakukan kerja sama dengan
19

pihak luar, merevisi kurikulumnya, memeperbaiki sistem kerja


binaannya, meningkatkan aktivitas belajar, dan meningkatkan
kesejahteraan guru.
2) Program PPKh diselenggarakan dengan sistem full day school dan
boarding school. Penyelenggaraan ini sangat memungkinkan pembinaan
dapat dilakukan secara lebih intensif dan membuka peluang terjadinya
interkasi belajar yang lebih komunikatif. Pembina akan lebih mengenal
sikap dan prilaku santri, Pembina akan lebih tahu tentang diri santri lebh
dekat, terjadi hubungan yang harmonis, dan sikap dialogis anatara
Pembina dengan para santri serta terbuka peluanga terjadinya pengayaan
materi lebih banyak. Belajar dengan bersekolah sehari penuh disertai
dengan asrama yang disedikan, ini artinya selama 24 jam santri hidup
dalam lingkungan pondok pesantren dengan berbagai sumber belajar
yang bisa dimanfaatkan dan didayagunakan dengan optimal. potensi yang
demikian sangat memungkinkan santri untuk memperoleh kesempatan
mengikutu pembinaan pendidikan yang lebih besar.
3) PPKh telah memadukan kurikulum pesantren dengan kurikulum
nasional (non pesantren) perpauan dua kurikulum tersebut dijadikan satu
paket program yang diselenggarakan secara regular. Pengembangan
program tersebut tersebut tidak hanya diarahkan pada pengembangana
ilmu-ilmu pesantren melainkan juga telah diarahkan pada pengembangan
ilmu-ilmu terapan bakan pengembangan ilmu-ilmu vocational. Seperti
dibukanya program ipa dan pusat pengembangan keterampilan, seperti
keterampilan computer, dan keterampilan menjahit.
4) Jumlah santri yang mengikuti program kelas khusus 20% dari
keseluruhan santri yang ada di pondok pesantren nurul hakim. Secara
kuantitas dapat dikatakan masih tergolong kecil. Sebab program ini
dibatasi dengan pertimbangan bahwa untuk memperbaiki mutu
pendidikan tidak hanya mereformasi kurikulum saja, melainkan berusaha
untuk memilih satu cara untuk menjembatani mereka sehingga mereka
betul-betul memperoleh pembinaan yang sesuai dengan kemampuan
mereka dan berusaha untuk lebih memeberikan umpan balik yang baik
kepada mereka yang memiliki kemampuan rata-rata. Karena pada
dasrnya PPKh merupakan alternative solusi untuk memperbaiki dan
menginkatkan mutu pendidikan pondok pesantren, sehingga program ini
berjalan selama enam tahun.
b. Faktor Penghambat
Ada beberapa potensi yang menjadi faktor penghambat program
pendidikan kelas khusus sebagai berikut:
1). Kendala Teknis
a) Sarana dan prsarana
Penyediaan laboraturium ipa yang sampai saat ini beulum dilengkapi
dengan alat-alat yang diperlukan. Hal ini disadari akan mempengaruhi
lancarnya kegiatan pembelajaran. Tetapi diakui juga PPKh telah
berusaha untuk menerapkan cara, khususnya pada pengembangan
bahasa, yaitu dengan membuat program bahasa dengan menggunakan
bahasa arab dan bahasa inggris sebagai bahasa komunikasi sehari-hari
di pesantren.
b) Pembiayaan
Pembiayaan merupakan persoa;an yang menarik perhatian pengelola,
dapat dipastikan hampir 95% biaya penyelenggaraan pendidikan
berasal dari sumbangan orang tua wali santri, sedangkan sumber biaya
selebihnya diperoleh melalui usaha-usaha lain, seperti adanya
terobosan-terobosan yang dilakukan, dengan membuka took berupa
koperasi pesantren, peternakan, dan perikanan. Sementara sebagian
besar santri berlatar belakang rata-rata ekonomi menengah ke bawah
dan rata-rata juga darikalangan petani dan buruh. Ini tentunya sangat
berpengaruh pada input biaya untuk biaya opersional pendidikan.
Bahkan sering terjadi keterlibatan dalam biaya pendidikan.
c) Tenaga pendidik
Hambatan lain yang di alamai oleh PPKh sampai saaat ini adalah
bidang ketenaga (pengadaan ustz/guru),terutama yang melibatkan
21

mata pelajaran umum.dari sejumlah tenaga pengajar yang ada di


anggap masih kurang, karena rata-rata jam mengajar mereka sampai
24 jam seminggu dan mereka termsuk guru tidak tetap. Hal ini diakui
langsung oleh ketua PPKh, yakni minimnya tenaga yang mempunyai
kualifikasi kependidikan, setidaknya berdampak pada pengembangan
program yang ada.memegang mata pelajaran umum seperti bahasa
inggris, biologi maupun ilmu ekonomi.
2). Kendala Non Teknis
a) Kondisi lingkungan belajar
Para Pembina program kelas khusus, mempunyai komitmen terus
berusaha melakukan pendekatan personality terutama dalam
mnghadapi para santri yang mmerasakan tekanan psikologis, karena
disebabkan berbagai rutinitas kegiatan yang harus diidkuti selama
enam tahun. Kondisi seperti ini bisa menimbulkan Susana belajar
yang kurang tenang, kurang kondusif dan mereka secara tidak
langsung akan mempengaruhi teman-temannya yang lain yang tidak
mengalami kejenuhan belajar.
b) Tindakan indispliner
Pembinaan yang berlangsung selama enam tahun dlam satu
lingkungan yang terbina dengan program yang demikian padat,
disadari sedikit tidak akan berpengaruh pada pola tingkah laku
mereka.misalnya munculnya kepenatan, rasa bosan, dan jenuh. Sikap-
sikap tersubt akan menggiring mereka pada tindakan-tindakan
indispliner seperti:
 Adanya santri yang tidak ikut dalam pengajian pada malam hari
 Adanya santri yang sering telat berjama’ah
 Adanya santri yang tidak mengikuti jum’at bersih
 Adanya santri yang tidak menggunakan bahasa arab atau inggris
sebagai bahasa komunikasi mereka. Sikap sikap seperti ini merupakan
reaksi dari krjrnuhan mereka selama mengikuti pembinaan di PPKh.
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif. Peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif jenis penelitian deskriptif dengan alasan,
Pertama, menurut Sukmadinata (2011;60) penelitian kualitatif adalah suatu
penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,
peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi dan pemikiran orang
secara individual ataupun kelompok. sedangkan deskriptif yaitu untuk
mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik
bersifat ilmiah maupun rekayasa manusia,yang lebih memperhatikan mengenai
karakteristik, kualitas, keterbukaan antar kegiatan (Sukmadinata,2011 : 73).
23

Berdasarkan pendapat diatas, dapat dipahami bahwa alasan peneliti menggunakan


penelitian deskriptif pada penelitian ini karena peneliti ingin mendeskripsikan
fenomena sosial tentang , pelaksanaan pendidikan formal pada program khusus di
pondok pesantren Nurul hakim Kediri Lombok barat.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat atau lokasi dalam penelitian ini berada di Madrasah Aliyah Dakwah
Islamiyah Putri di desa Sedayu, kecamatan Kediri, kabupaten Lombok barat Nusa
tenggara barat, bertempat di pondok pesantren Nurul hakim tepatnya di asrama
kelas khusus putri, selanjutnya Penelitian ini akan dilakukan pada bulan
November hingga Desember tahun 2021.
C. Subyek dan Informan Penelitian
1. Subyek Penelitian
Subjek penelitian sumber data penelitian, tempat dimana data penelitian
diperoleh dan tempat dimana masalah yang ingin diteliti melekat (Rahmadi, 2011:
61). Adapun subjek dalam penelitian ini adalah kepala program pendidikan
khusus.
2. Informan Penelitian
Informan penelitian yaitu orang yang dimanfaatkan untuk memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian (Moleong
2000:97). Informan merupakan orang yang benar-benar mengetahui permasalahan
yang akan diteliti informan dalam penelitian ini adalah Kepala Madrasah Aliyah
Putri.
D. Data Dan Sumber Data
Menurut Arikunto,s(2006) yang dimaksud dengan sumber data dalam
penelitian adalah sumber dari mana data yang diperoleh. Data – data tersebut
terdiri atas dua jenis yaitu data yang bersumber dari manusia dan data yang
bersumber non manusia dan data dikumpulkan berhubungan dengan fokus
penelitian. Data yang digali dalam penelitian ini ada dua macam, yakkni:
1. Data Primer
Menurut S. Nasution,(1982) data primer adalah data yang dapat diperoleh
langsung dari lapangan atau tempat penelitian. Sedangkan menururt lorfland
bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan
tindakan. Kata-kata dan tindakan. sumber data primer yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh dari hasil observasi lapangan dengan mengamati atau
mewawancarai Kepala sekolah, Guru, dan ustad dan asatis lainnya.
2. Data Sekunder
Menurut Sugiyono (2012:141) mendefinisikan data sekunder adalah sumber
data yang diperoleh dengan cara membaca, mempelajari dan memahami melalui
media lain yang bersumber dari literatur, buku-buku, serta dokumen.kemudian
data sekunder dalam penelitian ini berupa dokumentasi - dokumentasi dari hasil
kegiatan yang dilakukan oleh program khusus.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh kefalidan data peneliti menggunakan berbagai macam
teknik untuk mendapatkan data yang akurat sebagai berikut:
3. Teknik Wawancara
Wawancara terdiri dari sejumlah pertanyaan yang telah dipersiapkan oleh
peneliti dan diajukan kepada seseorang yang berkaitan dengan topik penelitian
yang dilakukan secara tatap muka dan peneliti merekam jawaban-jawabannya
(Emzir, 2016: 49). Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara terstruktur.
Wawancara terstruktur adalah jenis wawancara yang dilakukan dengan
menggunakan pedoman wawancara atau bahan pertanyaan yang sebelumnya
telah dipersiapkan (Rahmadi, 2011: 75). Teknik wawancara digunakan untuk
memperoleh data sejauh mana pelaksanaan pendidikan formal dan faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan pendidikan formal berlangsung pada program khusus
di pondok pesantren Nurul hakim Kediri Lombok barat
4. Teknik Dokumentasi
Menurut Sugiyono (2018:240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu dan biasanya berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya
monumental dari seseorang. Kemudian Arikunto (2014:201) menegaskan bahwa
dalam melaksanakan metode dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda
tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat,
25

catatan harian, dan sebagainya. Melalui metode ini peneliti akan dapat
memperkuat data hasil wawancara dan observasi yang telah dilaksanakan.
Dokumentasi ini digunakan untuk memperkuat kefalidan data dari hasil observasi
dan wawancara terkait tentang pelaksanaan pendidikan formal pada program
khusus yang berada di pondok pesantren Nurul hakim Kediri Lombok barat.
5. Teknik Observasi
Menurut Sugiyono (2018:229) observasi merupakan teknik pengumpulan
data yang mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang
lain. Observasi juga tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang
lain.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi langsung, Observasi
langsung untuk mengamati dan mendapatkan data tentang pelaksanaan pendidikan
formal dan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pendidikan formal pada
program khusus di pondok pesantren Nurul hakim Kediri Lombok barat.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data dengan lebih lengkap, cermat dan sistematis
sehingga lebih mudah diolah dan hasilnya lebih baik (Arikunto, 2010: 203).
Berdasarkan teknik pengumpulan data yaitu teknik wawancara,teknik
dokumentasi, dan teknik observasi maka instrumen penelitian yang dapat
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pedoman Wawancara /Lembar Wawancara
Pedoman wawancara merupakan panduan peneliti untuk melakukan
wawancara yang berisi daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya dan akan
diajukan kepada subjek dan informan penelitian. Pedoman wawancara digunakan
untuk memperoleh data pelaksanaan pendidikan formal pada program khusus di
pondok pesantren Nurul hakim Kediri Lombok barat.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi berisi rincian aspek yang akan diamati untuk mendukung
data yang diperoleh melalui kegiatan wawancara dan dokumentasi. Adapun
lembar observasi dalam penelitin ini digunakan untuk memperoleh data tentang
pelaksanaan pendidikan formal pada program khusus di pondok pesantren Nurul
hakim Kediri Lombok barat.
3. Pedoman Dokumentasi
Pedoman dokumentasi digunakan untuk memperkuat keabsahan data seperti
bukti hasil observasi dan hasil wawancara tentang pelaksanaan pendidikan formal
pada program khusus yang telah dilakukan.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan
transkripsi wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi lain yang telah
dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman mengenai materi-materi tersebut
dan untuk memungkinkan menyajikan apa yang sudah ditemukan kepada orang
lain (Emzir, 2016: 85). Analisis data terdiri atas pengujian, pengkategorian,
pentabulasian, ataupun pengkombinasian kembali bukti-bukti untuk menunjuk
proposisi awal suatu penelitian (Yin, 2014: 133). Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data model Miles dan
Huberman.
Miles dan Huberman mengemukakan ada tiga macam kegiatan dalam analisis data
kualitatif, yaitu: 1) Reduksi data; 2) Penyajian data; dan 3) Penarikan /verifikasi
kesimpulan . Ketiga tahap analisis data tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data merujuk pada proses analisis dengan cara mempertajam,
memilah, memokuskan, menyederhanakan, membuang, dan menyusun data
mentah yang telah didapatkan di lapangan sehingga memperoleh data yang
diinginkan. Reduksi data merupakan proses yang dilakukan terus-menerus selama
proses pengumpulan data hingga laporan akhir lengkap (Emzir,2016: 129).
Dengan demikian dapat dipahami bahwa reduksi data merupakan proses yang
dilakukan untuk memperoleh data yang tepat /valid dengan cara memilah atau
mengklasifikasi data yang didapatkan pada proses pengumpulan data yang
dilakukan sampai akhir kegiatn penelitian.
27

Dalam penelitian ini data yang di reduksi yaitu tentang pelaksanaan sistem
pendidikan formal dan faktor yang mempengaruhinya berlangsung pada program
khusus di pondok pesantren Nurul hakim Kediri Lombok barat.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan proses penyusunan informasi secara sistematis
dalam rangka memperoleh kesimpulan sebagai temuan penelitian. Didalam
penelitian ini data yang didapat berupa kalimat, kata – kata yang berhubungan
dengan fokus penelitian, sehingga sajian data merupakan sekumpulan informasi
yang tersusun secara sistematis yang memberikan kemungkinan untuk ditarik
kesimpulan.
3. Verifikasi / Penarikan Kesimpulan
Langkah ketiga dari kegiatan analisis data adalah penarikan dan verifikasi
kesimpulan. Pada tahap penarikan kesimpulan peneliti telah dapat memutuskan
dan mengetahui makna dalam penelitian ini dengan cara mencatat keteraturan,
pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur kausal dan proporsi-
proporsi. Dalam penarikan kesimpulan, pada tahap awal kesimpulan masih samar
atau belum jelas, kemudian kesimpulan akan meningkat menjadi akurat, tegas dan
dan jelas. Kesimpulan akhir dari penelitian akan muncul setelah pengumpulan
data terakhir (Emzir, 2016: 133).
Pada saat kegiatan analisis data yang berlangsung secara terus menerus selesai
dikerjakan, baik yang berlangsung di lapangan maupun setelah selesai dilapangan,
langkah selanjutnya adalah melakukan penarikan kesimpulan. Untuk mengarah
pada hasil kesimpulan ini tentunya berdasarkan dari hasil analisis data, baik yang
berasal dari catatan lapangan observasi maupun dokumentasi.

H. Teknik Keabsahan Data


Data penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya
sebagai penelitian ilmiah maka perlu diadakan uji keabsahan data. Adapun teknik
yang digunakan untuk pengujian keabsahan data dalam penelitian ini adalah
teknik triangulasi. Teknik triangulasi dapat diartikan sebagai pengecekan kembali
data yang telah diperoleh dari berbagai sumber (Sidiq et al. 2019: 94). Adapun
tahapan dalam teknik triangulasi sebagai berikut:
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek kembali data yang telah diperoleh melalui beragam sumber yang ada
namun dengan teknik pengumpulan data yang sama (Nugrahani, 2014: 116).
2. Triangulasi Teknik
Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data dengan sumber yang sama namun dengan teknik yang berbeda
(Sidiq et al. 2019: 95). Triangulasi teknik dilakukan peneliti dengan cara
menggunakan teknik observasi, teknik wawancara dan teknik dokumentasi untuk
memperoleh sumber data yang sama secara serempak.
3. Triangulasi Waktu
Waktu juga dapat mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan
dengan teknik wawancara di pagi hari ketika narasumber dalam keadaan segar dan
bugar, fokus narasumber tidak akan menjadi masalah dan akan memberikan data
yang lebih valid (Sidiq et al. 2019: 95).

DAFTAR PUSTAKA

Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Bafadhol, Ibrahim. (2017). Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia. Jurnal
Edukasi Islam Jurnal
Pendidikan Islam, 6(11), 59-72.
Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa,2008, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia.
Emzir. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Pt Raja
Grafindo Persada.
29

Hasbullah. 2006. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo


Persada.
Keagamaan, Program, M A N Surakarta, and Norma Chunnah Zulfa. 2013.
“Manajemen Kurikulum Madrasah Aliyah Program Keagamaan − Norma
Chunnah Zulfa, Pardjono 219.” 1: 219–34.
Nugrahani, Farida. 2014. Metode Penelitian Kualittif. Solo: Cakra Books.
M. Yusuf Enoch. 1995. Pengantar Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Moleong, Lexy J. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Penerbit PT Remaja
Rosdakarya Offset. Bandung.
Yin, Robert K. 2014. Studi Kasus: Desain Dan Metode(Terjemahan). Jakarta: Pt
Raja Grafindo Persada.
Rahmadi. 2011. Pengantar Metodologi Penelitian. Edited By Syahrani.
Banjarmasin: Antasari Press.
Sidiq, Umar, Miftachul Choiri, And Anwar Mujahidin. 2019. Metode Penelitian
Kualitatif Di Bidang Pendidikan. Ponogoro: Cv Nata Karya.
Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D..Penerbit CV.
Alfabeta. Bandung
Sugiyono, 2019. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Penerbit CV.

Suharsimi Arikunto. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik .


Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Soelaiman joesoef. (2004). Konsep Dasar Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: PT


Bumi Aksara.

Suprijanto, 2009. Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Tritarahadja, Umar. (2005). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Anda mungkin juga menyukai