Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
Pendidikan karakter memiliki makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena
pendidikan karakter bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang
salah, lebih dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation)
tentang hal mana yang baik, sehingga peserta didik menjadi paham (kognitif)
tentang mana yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik,
dan biasa melakukannya (psikomotor).3Jadi, pendidikan karakter itu erat
kaitannya dengan habit atau kebiasaan yang terus menerus dipraktikkan dan
dilakukan hingga melahirkan kepribadian.
Pendidikan karakter adalah internalisasi nilai-nilai kelayakan yang dikawal dalam
pembiasaan hingga melahirkan kepribadian yang mulia.4 Tidak ada istilah
terlambat guna pembentukan karakter, kita perlu membina dan
mengembangkannya secara bertahap, bertingkat, dan berkelanjutan. Tidak perlu
disangsikan lagi bahwa pendidikan karakter merupakan upaya yang harus
melibatkan semua pihak baik keluarga, masyarakat, dan lembaga pendidikan
sekolah. Upaya yang sekarang ini dicurahkan pada pendidikan karakter
diharapkan sangatlah efektif apabila ditanamkan sedini mungkin bagi penerus
bangsa Indonesia ini walaupun menghabiskan waktu yang cukup panjang.
Dalam pendidikan karakter ada 18 nilai yang harus dikembangkan sekolah dalam
menentukan keberhasilan pendidikan karakter yaitu: religius, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis,rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.4
Sudah kita ketahui bahwasanya pada akhir-akhir ini permasalahan
yang sering dibahas adalah permasalahan seputar tentang kedisiplinan.
Kedisiplinan menjadi sorotan penting baik dalam dunia pendidikan maupun
dalam kehidupan bermasyarakat. Sering kita jumpai beberapa pelajar melakukan
tindakan tidak disiplin baik itu disiplin terhadap diri sendiri, masyarakat, maupun
di sekolah. Tindakan tersebut menjadi sorotan masyarakat sekitar bahwasanya
pada lazimnya seorang pelajar harus lebih mengetahui dan menerapkan perilaku
disiplin Biasanya, disiplin dilakukan dengan keterpaksaan. Ketika ada
pengawasan dari petugas (pemimpin) timbulah perilaku disiplin, akan tetapi bila
tidak ada pengawasan dari petugas (pemimpin) maka pelanggaran dilakukan.
Contoh perilaku disiplin dan pelanggarannya yang sering terjadi di sekolah yaitu
siswa yang dituntut untuk masuk kedalam kelas tepat waktu sesuai dengan apa
yang ditentukan oleh sekolah, akan tetapi biasanya ada saja siswa yang
melanggar peraturan tersebut dengan terlambat masuk kedalam kelas yang tidak
sesuai dengan ketentuan sekolah terutama bila tidak ada petugas yang
mengawasinya. Oleh karena itu, disiplin yang terpaksa identik dengan ketakutan
pada hukum. Sedangkan disiplin karena kesadaran menjadikan hukum sebagai
alat yang menyenangkan di jiwa dan selalu siap sedia untuk menaatinya.
Lembaga pendidikan di Indonesia, memiliki tiga jenis lembaga pendidikan untuk
tercapainya pembentukan dan pengembangan potensi pada diri anak. Yaitu
lembaga pendidikan formal informal dan non formal. Pelajar atau peserta didik
tidak hanya terdapat dalam lembaga pendidikan formal seperti sekolah saja, akan
tetapi peserta didik juga terdapat pada lembaga pendidikan non formal seperti di
pondok pesantren yang peserta didiknya lebih akrab disebut santri. Pondok
pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan non formal di Indonesia.
Kebanyakan muridnya tinggal di asrama yang disediakan di sekolah itu,
sedangkan santri merupakan sebutan bagi murid yang mengikuti pendidikan di
pondok pesantren. Atau para peserta didik pada pesantren disebut santri yang
umumnya menetap di pesantren. Menurut peneliti pondok pesantren merupakan
tempat yang sangat efektif untuk menanamkan nilai-nilai karakter para santri.
Karena, pondok pesantren merupakan tempat yang sengaja dirancang dalam
pembentukan karakter.
Pondok Pesantren Nurul hakim merupakan salah satu pondok pesantren
yang memiliki lembaga pendidikan formal. Yang dimana lembaga formal meliputi
TK, MI (madrasah ibtidaiyah) Mts (madrasah Tsanawiyah) MA (madrasah
Aliyah) hingga perguruan tinggi. Akan tetapi fokus penelitian pada penelitian ini
terletak pada jenjang pendidikan tingkat Mts dan MA atau setara dengan SMP dan
SMA, karena berdasarkan observasi awal yang telah peneliti lakukan bahwa
Nurul Hakim memiliki 3 Program pilihan sebagai bentuk pengembangan mutu
5
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat di rumuskan permasalahan dalam
penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana upaya membangun karakter Disiplin santri MA pada program khusus
di pondok pesantren Nurul hakim Kediri Lombok barat?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi upaya membangun karakter Disiplin santri
MA pada program khusus pondok pesantren Nurul hakim Kediri Lombok barat?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan Masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui upaya membangun karakter Disiplin santri MA pada program
khusus di pondok pesantren putra Nurul hakim Kediri Lombok barat.
2. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi upaya membangun
karakter Disiplin santri MA pada program khusus di pondok pesantren Nurul
hakim Kediri Lombok barat.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini terdiri atas dua manfaat yaitu
manfaat teoritis dan manfaat praktis sebagai berikut:
1. Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi keilmuan untuk
menambah wawasan dan pengetahuan mengenai pendidikan khususnya
pendidikan formal pada program khusus di pondok pesantren nurul hakim kediri
Lombok barat.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan di bisa dijadikan refrensi
untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang memiliki pokok bahasan yang sama.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti sebagai bahan
kajian untuk pengembangan kompetensi pedagogik dan sosial sebagai calon guru
PPKn dalam pengelolaan pendidikan.
b. Bagi masyarakat
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat guna
menambah pengetahuan dan wawasan tentang pendidikan formal yang ada di
pondok pesantren.
c. Bagi pembaca
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
menjadi nilai instrik yang melandasi sikap dan perilaku dan akhirnya akan
menjadi kebiasaan pada diri seseorang, lalu kebiasaan-kebiasaan itu dijaga
dan dipelihara dalam kehidupan sehari-hari, sehingga manusia betul-betul
menyadari fitrahnya maupun fungsinya di dunia ini sampai pada akhirnya
tercipta kehidupan yang aman dan damai, tanpa adanya tindakan yang
hanya akan berujung pada kesia-siaan. Atas dasar itu, pendidikan karakter
bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih
dari itu, pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang
hal mana yang baik sehingga peserta didik paham (kognitif) tentang mana
yang benar dan salah, mampu merasakan (afektif) nilai yang baik dan
biasa melakukannya (psikomotorik). Dengan kata lain, pendidikan
karakter yang baik harus melibatkan bukan saja aspek “pengetahuan yang
baik (moral knowing), akan tetapi juga merasakan dengan baik atau loving
good (moral feeling), dan perilaku yang baik (moral action)”. Pendidikan
karakter menekankan pada habit atau kebiasaan yang terus- menerus
dipraktikkan dan dilakukan.
2. Nilai-Nilai Pembentukan Karakter
Nilai-nilai pendidikan karakter yang dikembangkan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (2010:8) diidentifikasi sumber-sumber
berikut :
a) Agama: Masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh
karena itu, kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu
didasari pada ajaran agama dan kepercayaannya. Secara politis,
kehidupan kenegaraan itu pun didasari pada nilai-nilai yang berasal
dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai pendidikan
budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai kaidah
yang berasal dari agama.
b) Pancasila: Negara Kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas
prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut
Pancasila. Pancasila terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan
dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-pasal yang terdapat dalam UUD
1945. Artinya nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila menjadi
nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi,
kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter
bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara
yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan,
kemauan, dan menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupannya
sebagai warga negara.
c) Budaya: Sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang
hidup bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang
diakui masyarakat itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam
pemberian makna terhadap suatu konsep dan arti dalam komunikasi
antaranggota masyarakat itu. Posisi budaya yang demikian penting
dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya menjadi sumber
nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Menurut (Fatchul Mu’in, 2011:211-212) menjelaskan bahwa terdapat
enam karakter utama (pilar karakter) pada diri manusia yang dapat
digunakan untuk mengukur dan menilai watak dan perilakunya dalam hal-
hal khusus. Keenam karakter ini dapat dikatakan sebagai pilar-pilar
karkater manusia, diantaranya :
a. Penghormatan (Respect)
b. Tanggung Jawab (Responsibility)
c. Kesadaran berwarga negara (Cizenship-Civic Duty)
d. Keadilan dan Kejujuran (Fairness)
e. Kepedulian dan Kemauan berbagi (Caring)
f. Kepercayaan (Trustworthiness)
Pusat Kurikulum Nasional, sebagaimana dikutip (Suyadi, 2013:8-9)
telah mengidentfikasi 18 karakter yang bersumber dari agama, pancasila,
budaya, dan tujuan pendidikan nasional yang telah dideskripsikan dalam
tabel dibawah ini :
Tabel.1.1 Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter
Bangsa
11
No Nilai Deskripsi
11. Cinta tanah air Cara berfikir, bersikap dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi dan
politik.
Jam yang tidak terisi oleh guru yang bersangkutan dapat diganti dengan
materi lain yang sudah disiapkan dan atau ditetapkan oleh Pembina.
Pembina kelas melalui pola ini dibentuk berdasarkan beberapa
pertimbangan, apabila ada jam kosong karena guru berhalngan hadir dapat
terisi dan digantikan. Kemudian keaktifan belajar santri tetap terkonntrol
efektivitas dan kondisi kelas tetap terjaga, dan dantri mrndapat
pengalaman belajar lebih banyak.
2. Pembelajaran Pola Tutorial
Untuk lebih mendukung efesiensi pembelajaran PPKh menerapkan sistem
pembelajaran tutorial. Langkah ini diterapkan dalam rangka dapat
meningkatkan kualitas pembinaan dalam bidang eksakta.
Untuk memenuhi keinginan tersebut, khususnya mata pelajaran umum,
seperti ips dan ppkn dilakukan dengan sistem tutorial. Hai ini rutin
dilakukan satu kali dalam satu bulan. Pola ini merupakan strategi
pembelajaran jika dilihat dari content curriculum terhadap;
a) kurikulum yang dipersempit dengan jalan mengalokasikan waktu
pada waktu tertentu dan kurikulum tersebut kurang memiliki tingkat
kesiltan yang kompleks,
b) materi yang dikembangkang dengan mempertimbangkan segi waktu
dan isi seperti mata pelajaran matematiak, fisika, kimia dan biologi,
maka sistem pengayaan dipertajam. Clark menyediakan kesempatan
dan fasilitas belajar tambahan dan sistem pengayaan ditingkatkan
2.Pembelajaran Didaktik Metodik (Tarbiyah islamiyah)
Pembinaan kelas melalui pembelaran didaktik metodik diarahkan
pada proses pembinaan kemampuan dan kecakapan para santri.
Kecakapan yang dimaksudkan adalah kecakapan dalam ilmu mendidik
dengan cakupan telaahnya. kecakapan-kecakapan tersebut sangat
diperlukan, karna target dan sasaran yang diharapkan dari pola ini
adalah:
a) Dapat memberikan kemampuan dasar tentang ilmu dedaktik
metodik
b) Dapat menerapkan ilmu tersebut ketika mereka menjadi mudabbir
dan mudabbirah
c) Dapat memberikan wawasan tentang pengembangan keterampilan
mengajar, sehingga mereka memiliki kecakapan menjadi calon
mudabbir dan mudabbirah
d) Manfaat dari pola pembelajaran Tarbiyah islamiah, yakni:
e) Dari aspek psikologis, perkembangan mental dalam menghadapi
situasi seperti itu cukup positif, karena tingkat usia seperti itu
memiliki kecendrungan untuk menyimpang.
f) Aspek sosiologis, mereka dapat menyesuaikan diri dengan dunia
sekitar untuk hidup lebih kreatif dan mandirj dan tidak mudah
tergantung kepada orang lain.
g) Aspek eduktif, minimal mereka memiliki pengetahuan tentang
didaktik metodik. Mereka mendapat pengalaman secara langsung,
bagaimana mengelola kelas, menyiapkan materi pelajaran sampai
kepada bagaimana mengevaluasinya.
h) Menanamkan rasa percaya diri pada diri mereka dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawab yang diberikan oleh para
pengelola program.
b) Pembinaan Asrama
Adapun Pembinaan asrama pada program khusus ini dapat di
kelompokkan menjafi beberapa kelompok, seperti di bawah ini:
1). Pembinaan Kepribadian
Pembinaan kepribadian diarahkan pada penanaman nilai-nilai agama
melalui mengajarkan sikap dan tingkah laku jujur dan bermoral dalam
kehidupan sehari-hari, shalat berjamaah, mengaji, shalat malam, shalat
Dhuha, dan puasa Sunnah Senin Kamis dan mewajibkan santri untuk
membaca al-quran setiap selesai waktu shalat magrib, isya' dan subuh.
Kegiatan ini dibina dengan harapan muncul sikap-sikap santri saling
toleransi, saling menghargai, saling membantu antara sesama santri
khususnya dan komunitas pesantren umumnya.
17
2) Pembinaan Jasmani
Sasaran pembinaan Jasmani yaitu dapat mengembangkan dan
menyalurkan bakat serta minat santri, dapat mengembangkan potensi dan
bakat santri yang di anggap cukup potensial untuk berprestasi, di samping
itu dapat menjaga kesehatan fisik, serta diharapkan dapat menghilangkan
kejenuhan terhadap berbagai rutinitas pondok pesantren. Unsur-unsur
Program dalam Pembinaan Ekstrakulikuler Unsur program yang
dikembangkan meliputi:
a) Praktek Pidato
b) Majalah dinding (MADING)
c) Mudzakarah/Diskusi
d) Praktek Mengajar
e) Program keterampilan.
Semua Program ini merupakan salah satu langkah strategis pola
pembinaan dalam mengem.bangkan berbagai potensi para santri. Hal ini
sebagai antisipasi adanya era globalisasi yang merupakan tantangan bagi
dunia pendidikan khususnya pendidikan agama, untuk mengedepankan
subjek didik memiliki kemampuan dalam mengadaptasi dan mengelola
perubahan materi mengenai problem solving yang sering diabaikan dalam
proses belajar mengajar.
Padahal konteks tersebut dianggap cukup penting mengintegrasikan materi
lain pada diri subjek didik, agar dapat menumbuhkan dan mengembangkan
kemampuan diri dari setiap subjek didik, oelh karena itu perlu mendapat
perhatian yang prima dalam menyediakan wadah untuk mengembankan
kemampuan diri mereka sehingga, diharapkan sikap itu akan membentuk
pendidik yang kreatif, inovatif dan komunikatif dengan lingkungannya
Dengan mengembangkan kreatifitas lembaga pendidikan sebagai learning
organization and creative center. Bagi para peserta didik diharapkan dapat
menikmati pembinaan yang berorientasi pada menumbuh kembangkan
kreatifitas mereka sebagai pelajar, jangan sampai peserta didik
menganggap pendidikan dirasakan sebagai suatu hal dan tempat yang
membosankan, akan tetapi suatu lingkungan yang positif l, ramah, dan
anggun.
c. Tahap Evaluasi
Pada tahap eveluasi ini dilakukan melalui dua pendeketan diantaranya yaitu:
1. Evaluasi Formatif
Evaluasi Formatif dilakukan melalui pola evaluasi akademik. Evaluasi
ini ditetapkan tiga tipe-tipe: tipe pertma, apabila santri memiliki nilai rata-
rata 5,8 maka ini dinyatakan naik kelas dengan catatan naik percobaan.
Sedangkan jika santri memperoleh nilai rata-rata di bawah 5,8 dan
moralnya kurang baik, maka santri tersebut dinyatakan tidaknaik kelas.
2. Evaluasi Normatif
Adapun evaluasi normatif dilakukan kepada p-ara santri di mana
penilaian ini dilakukan dengan pengamatanterhadap berbagai sikap dan
perilaku p-ara santri sehari-hari, seperti: pencurian barang, keluar masuk
pesantren tanpa seizing Pembina, sering melanggar tata tertib madrasah
dan asrama.
3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi Program khusus
Menurut Adi Fadli,( 2017:220), Adapun Potensi Pendukung dan
Penghambat Program Pendidikan Kelas khusus dan kontribusinya
meliputi:
a. Faktor pendukung meliputi:
1) Sikap ketua pengelola program bersama jajarannya selalu terbuka
dengan pembaharuan. Keinginan tersebut tercermin dalam usaha
menciptakan kondisi belajar yang cukup bervariatif. PPKh sebagai
sebuah program yang dibentuk dalam satu paket program yang dikelola
dengan sistem full day school, tentunya perlu di dukung oleh seperangkat
komponen pendukung berupa tenaga guru, sarana dan prasarana,
manajemen, dan metode pembelajaran yang dapat memeperbaiki citra
pendidikan PPKh. Oleh karena itu komitmen dan usaha program yang
tengah dilakukam sekarang telah menjadi unjuk kerja semua Pembina di
PPkh. Unjuk ,kerja tersebut mencangkup, melakukan kerja sama dengan
19
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam dalam penelitian ini menggunakan pendekatan
penelitian kualitatif dengan jenis deskriptif. Peneliti menggunakan pendekatan
kualitatif jenis penelitian deskriptif dengan alasan,
Pertama, menurut Sukmadinata (2011;60) penelitian kualitatif adalah suatu
penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,
peristiwa, aktivitas sosial, sikap, kepercayaan, persepsi dan pemikiran orang
secara individual ataupun kelompok. sedangkan deskriptif yaitu untuk
mendeskripsikan dan menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik
bersifat ilmiah maupun rekayasa manusia,yang lebih memperhatikan mengenai
karakteristik, kualitas, keterbukaan antar kegiatan (Sukmadinata,2011 : 73).
23
catatan harian, dan sebagainya. Melalui metode ini peneliti akan dapat
memperkuat data hasil wawancara dan observasi yang telah dilaksanakan.
Dokumentasi ini digunakan untuk memperkuat kefalidan data dari hasil observasi
dan wawancara terkait tentang pelaksanaan pendidikan formal pada program
khusus yang berada di pondok pesantren Nurul hakim Kediri Lombok barat.
5. Teknik Observasi
Menurut Sugiyono (2018:229) observasi merupakan teknik pengumpulan
data yang mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang
lain. Observasi juga tidak terbatas pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang
lain.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik observasi langsung, Observasi
langsung untuk mengamati dan mendapatkan data tentang pelaksanaan pendidikan
formal dan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan pendidikan formal pada
program khusus di pondok pesantren Nurul hakim Kediri Lombok barat.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data dengan lebih lengkap, cermat dan sistematis
sehingga lebih mudah diolah dan hasilnya lebih baik (Arikunto, 2010: 203).
Berdasarkan teknik pengumpulan data yaitu teknik wawancara,teknik
dokumentasi, dan teknik observasi maka instrumen penelitian yang dapat
digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pedoman Wawancara /Lembar Wawancara
Pedoman wawancara merupakan panduan peneliti untuk melakukan
wawancara yang berisi daftar pertanyaan yang telah disusun sebelumnya dan akan
diajukan kepada subjek dan informan penelitian. Pedoman wawancara digunakan
untuk memperoleh data pelaksanaan pendidikan formal pada program khusus di
pondok pesantren Nurul hakim Kediri Lombok barat.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi berisi rincian aspek yang akan diamati untuk mendukung
data yang diperoleh melalui kegiatan wawancara dan dokumentasi. Adapun
lembar observasi dalam penelitin ini digunakan untuk memperoleh data tentang
pelaksanaan pendidikan formal pada program khusus di pondok pesantren Nurul
hakim Kediri Lombok barat.
3. Pedoman Dokumentasi
Pedoman dokumentasi digunakan untuk memperkuat keabsahan data seperti
bukti hasil observasi dan hasil wawancara tentang pelaksanaan pendidikan formal
pada program khusus yang telah dilakukan.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data merupakan proses sistematis pencarian dan pengaturan
transkripsi wawancara, catatan lapangan, dan materi-materi lain yang telah
dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman mengenai materi-materi tersebut
dan untuk memungkinkan menyajikan apa yang sudah ditemukan kepada orang
lain (Emzir, 2016: 85). Analisis data terdiri atas pengujian, pengkategorian,
pentabulasian, ataupun pengkombinasian kembali bukti-bukti untuk menunjuk
proposisi awal suatu penelitian (Yin, 2014: 133). Teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data model Miles dan
Huberman.
Miles dan Huberman mengemukakan ada tiga macam kegiatan dalam analisis data
kualitatif, yaitu: 1) Reduksi data; 2) Penyajian data; dan 3) Penarikan /verifikasi
kesimpulan . Ketiga tahap analisis data tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut:
1. Reduksi Data
Reduksi data merujuk pada proses analisis dengan cara mempertajam,
memilah, memokuskan, menyederhanakan, membuang, dan menyusun data
mentah yang telah didapatkan di lapangan sehingga memperoleh data yang
diinginkan. Reduksi data merupakan proses yang dilakukan terus-menerus selama
proses pengumpulan data hingga laporan akhir lengkap (Emzir,2016: 129).
Dengan demikian dapat dipahami bahwa reduksi data merupakan proses yang
dilakukan untuk memperoleh data yang tepat /valid dengan cara memilah atau
mengklasifikasi data yang didapatkan pada proses pengumpulan data yang
dilakukan sampai akhir kegiatn penelitian.
27
Dalam penelitian ini data yang di reduksi yaitu tentang pelaksanaan sistem
pendidikan formal dan faktor yang mempengaruhinya berlangsung pada program
khusus di pondok pesantren Nurul hakim Kediri Lombok barat.
2. Penyajian Data
Penyajian data merupakan proses penyusunan informasi secara sistematis
dalam rangka memperoleh kesimpulan sebagai temuan penelitian. Didalam
penelitian ini data yang didapat berupa kalimat, kata – kata yang berhubungan
dengan fokus penelitian, sehingga sajian data merupakan sekumpulan informasi
yang tersusun secara sistematis yang memberikan kemungkinan untuk ditarik
kesimpulan.
3. Verifikasi / Penarikan Kesimpulan
Langkah ketiga dari kegiatan analisis data adalah penarikan dan verifikasi
kesimpulan. Pada tahap penarikan kesimpulan peneliti telah dapat memutuskan
dan mengetahui makna dalam penelitian ini dengan cara mencatat keteraturan,
pola-pola, penjelasan, konfigurasi yang mungkin, alur kausal dan proporsi-
proporsi. Dalam penarikan kesimpulan, pada tahap awal kesimpulan masih samar
atau belum jelas, kemudian kesimpulan akan meningkat menjadi akurat, tegas dan
dan jelas. Kesimpulan akhir dari penelitian akan muncul setelah pengumpulan
data terakhir (Emzir, 2016: 133).
Pada saat kegiatan analisis data yang berlangsung secara terus menerus selesai
dikerjakan, baik yang berlangsung di lapangan maupun setelah selesai dilapangan,
langkah selanjutnya adalah melakukan penarikan kesimpulan. Untuk mengarah
pada hasil kesimpulan ini tentunya berdasarkan dari hasil analisis data, baik yang
berasal dari catatan lapangan observasi maupun dokumentasi.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono. 1991. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rineka
Cipta.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Bafadhol, Ibrahim. (2017). Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia. Jurnal
Edukasi Islam Jurnal
Pendidikan Islam, 6(11), 59-72.
Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa,2008, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia.
Emzir. 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif Analisis Data. Jakarta: Pt Raja
Grafindo Persada.
29