Penerapan Hukum Internasional Oleh Mahkamah Konstitusi 1
Penerapan Hukum Internasional Oleh Mahkamah Konstitusi 1
Konstitusi Indonesia, UUD 1945, tidak mengatur secara jelas mengenai kedudukan
hukum internasional dalam sistem hukum di Indonesia, sehingga tidak ada ketentuan
tegas apakah Indonesia menganut prinsip dualism atau monoism. Meskipun tidak ada
pasal-pasal di dalam UUD 1945 yang menegaskan posisi hukum internasional, namun
secara konstitusional terdapat kesepakatan bersama dari para pendiri bangsa yang
dituangkan dalam pembukaan UUD 1945. Dalam Pembukaan UUD 1945 menyatakan
bahwa Indonesia harus berpartisipasi aktif dalam melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan prinsip-prinsip kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Artinya, Indonesia harus menjadi bagian dari masyarakat internasional, sehingga
dapat disimpulkan bahwa Indonesia menerima hukum internasional yang mengatur
masyarakat internasional sepanjang sesuai dengan prinsip-prinsip kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
Ketika suatu negara secara sukarela mengikatkan dirinya atau menjadi bagian dari
masyarakat internasional, di mana hukum internasional berlaku, maka terdapat
kesamaan pandangan terhadap kompatibilitas antara hukum nasional suatu negara
dengan hukum internasional. Kan tetapi, kesamaan pandangan tersebut, tidak selalu
harus ditafsirkan bahwa hukum internasional menjadi di atas hukum nasional. Kecuali
hukum nasional dari suatu negara tersebut. Dalam hal ini, konstitusinya menyatakan
kedudukan hukum internasional lebih tinggi dari hukum nasionalnya, misalnya seperti
di negara Belanda.