Anda di halaman 1dari 22

KEBIJAKAN PUBLIK

(Teorii Analisis, Implementasi dan Evakuasi


Kebijakan)

Disusun oleh:

Nama : Indah Dewi Portuna


Kelas : 4B.Reg sore
Nim : 20.11.108
Dosen Pembimbing : Dr. Raniansa Putra.,M.Si
BAB III
EVALUASI DAN
DAMPAK
KEBIJAKAN PUBLIK

Bila kebijakan dipandang sebagai suatu pola


kegiatan yang berurutan, maka evaluasi kebijakan merupakan
tahap akhir dalam proses kebijakan. Namun demikian, beberapa ahli
ada yang melihat jika evaluasi bukan merupakan tahap akhir proses
kebijakan publik. Pada dasarnya, kebijakan publik dijalankan dengan
maksud tertentu, untuk meraih tujuan-tujuan tertentu yang
berangkat dari masalah-masalah yang telah dirumuskan
sebelumnya.
Evaluasi dilakukan karena tidak semua program kebijakan publik
meraih hasil yang diinginkan. Seringkali terjadi, kebijakan publik
gagal meraih maksud atau tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Lester dan Stewart, evaluasi
kebijakan dapat dibedakan ke dalam
dua tugas yang berbeda.
Tugas pertama adalah untuk Tugas pertama merujuk
menentukan konsekuensi- pada usaha untuk melihat
konsekuensi apa yang ditimbulkan apakah program kebijakan
oleh suatu kebijakan dengan cara publik mencapai tujuan
menggambarkan dampaknya.
atau dampak yang
Sedangkan tugas kedua adalah untuk
menilai keberhasilan atau kegagalan
diinginkan ataukah tidak.
dari suatu kebijakan berdasarkan
standar atau kriteria yang telah
ditetapkan sebelumnya.

Bila tidak, faktor-faktor apa yang menjadi penyebabnya?


Misalnya, apakah karena terjadi kesalahan dalam merumuskan
masalah ataukah karena faktorfaktor lain
tugas kedua dalam evaluasi
kebijakan adalah menilai
Tugas kedua dalam evaluasi apakah suatu kebijakan
kebijakan pada dasarnya berhasil atau tidak dalam
berkaitan erat dengan tugas meraih dampak yang
pertama. Setelah kita diinginkan. Dari kedua hal
mengetahui konsekuensi- yang dipaparkan di atas, maka
konsekuensi kebijakan melalui kita dapat menarik suatu
penggambaran dampak kesimpulan mengenai arti
kebjakan publik, maka kita pentingnya evaluasi kebijakan
dapat mengetahui apakah publik.
program kebij Dampak yang Pengetahuan menyangkut
diingingkan. sebab-sebab kegagalan suatu
kebijakan dalam meraih
dampak yang diinginkan.
suatu evaluasi kebijakan
harus meliputi beberapa
kegiatan, yakni Pengukuran menyangkut
pengkhususan (specification), aktifitas pengumpulan
pengukuran (measurement), informasi yang relavan untuk
analisis dan rekomendasi. objek evaluasi,Sedangkan
Spesifikasi merupakan analisis adalah penggunaan
kegiatan yang paling penting informasi yang telah
di antara kegiatan yang lain terkumpul dalam rangka
dalam evaluasi kebijakan. menyusun kesimpulan.dan
Kegiatan ini meliputi akhirnya.rekomendasi yakni
identifikasi tujuan atau penentuan mengenai apa
kriteria melalui mana yang harus dilakukan di masa
Program kebijakan yang di yang akan datang.
evaluasi.
1. Tipe-Tipe Evaluasi Kebijakan Publik

James Anderson membagi membagi Para pembuatan kebijakan dan


evaluasi kebijakan ke dalam tiga tipe. administator selalu membuat
Tipe pertama,evaluasi kebijakan pertimbangan-pertimbangan
dipahami sebagai kegiatan mengenai mamfaat dan dampak
fungsional,bila evaluasi dipahami dari kebijakan-kebijakan,Program
sebagai kegiatan fungsional maka dan proyek-proyek .pertimbangan
evaluasi kebijakan dipandang ini banyak memberi kesan bahwa
sebagai kegiatan yang sama pertimbangan tersebut didasarkan
pentingnya dengan kebijakan itu pada bukti yang terpisah
sendiri. dipengarui oleh ideologi.atau
pendukung kereteria lainnya.

Salah satu contoh Program


misalnya,penjualan saham
perusahaan Pemerintah(BUMN)
akan dipandang sebagai proses
kapitalisasi dan dianggap akan
mengancam kepentingan rakyat.
KEEP SMILE

Lebih lanjut,evaluasi sistematis Selain itu,evaluasi dapat


diarahkan untuk meliat digunakan untuk meraih tujuan-
dampak yang ada dari suatu tujuab politik tertentu,misalnya
kebijakan tesebut menjawab evaluasi yang dilakukan oleh partai
kebutuhan atau masalah oposisi dalam suatu pemerintahan
masyarakat.Dengan biasannya seringkali digunakan
mendasarkan pada tipe-tipe untuk menjatuhkan partai yang
pertanyaan evaluatif,maka berkuasa.oleh karnah itu, motivasi
konsekuensi yang diberikan seorang evulator dalam melakukan
evaluasi sistematis adalah evaluasi dapat dibedakan kedalam
bahwa evaluasi ini akan dua bentuk,yakni motivasi untuk
memberi suatu pemikiran melayani kepentingan publik dan
tentang dampak dari suatu motivasi melayani kepentingan
kebijakan. pribadi.
2. Langkah-Langkah Dalam Evaluasi
Kebijakan

Langkah-Langkah Dalam Evaluasi Kebijakan Untuk melakukan evaluasi yang baik


dengan margin kesalahan yang minimal beberapa ahli mengembangkan langkah-
langkah dalam evaluasi kebijakan.

akan, yakni: 1. Mengidentifikasikan tujuan program yang akan dievaluasi


Menurut Suchman, dari keseluruhan tahap
Kegagalan dalam mendefinisikan masala
giatan.
an
perubahan yang terjadi.
an
iamati merupakan akibat dari kegiatan tersebut.
3. Dampak Kebijakan

Secara minimum, tujuan evaluasi kebijakan adalah agar kita mengetahui apa yang
ingin dicapai dari suatu kebijakan tertentu (tujuan-tujuan kebijakan), bagaimana kita
melakukan (program-program), dan jika ada, apakah kita telah mencapai tujuan-tujuan
(dampak atau akibat dan hubungan kebijakan,yang telah diciptakan sebelumnnya.

Bahwa dalam melakukan evaluasi kebijakan kita harus memastikan bahwa


suatu perubahan yang terjadi di masyarakat benar-benar diakibatkan oleh
tindakan-tindakan kebijakan dan bukan diakibatkan oleh faktor-faktor lain.
Namun demikian, evaluasi tentang dampak kebijakan pada dasarnya hanya
merupakan salah satu saja dari apa yang bisa dilakukan oleh seorang
evaluator dalam melakukan evaluasi kebijakan.
Ada tiga hal yang dapat dilakukan oleh
seorang evaluator didalam melakukan
evaluasi kebijakan publik Ketiga hal
tersebut adalah:

Pertama, evaluasi kebijakan mungkin menjelaskan keluaran-keluaran kebijakan,


seperti misalnya pekerjaan, uang, materi yang diproduksi dan pelayanan yang
disediakan. Keluaran ini merupakan hasil yang nyata dari adanya kebijakan,
namun tidak memberi makna sama sekali bagi seorang evaluator.

Kedua, evaluasi kebijakan barangkali mengenai kemampuan kebijakan dalam


memperbaiki masalahmasalah sosial, seperti misalnya usaha untuk mengurangi
kemacetan lalu lintas atau mengurangi tingkat kriminalitas.

Ketiga, evaluasi kebijakan barangkali menyangkut konsekuensi-konsekuensi


kebijakan dalam bentuk policy feedback, termasuk di dalam adalah reaksi dari
tindakan-tindakan pemerintah atau pernyataan dalam sistem pembuatan
kebijakan atau dalam beberapa pembuat keputusan.
Pada sisi lain, dampak dari suatu kebijakan mempunyai beberapa dimensi dan
semuanya harus diperhitungkan dalam membicarakan evaluasi.
Ada lima dimensi yang akan dibahas disini :

Pertama, dampak kebijakan pada masalah-masalah publik dan


dampak kebijakan pada orang-orang yang terlibat. Dengan demikian,
mereka atau individu-individu yang diharapkan untuk dipengaruhi
oleh kebijakan harus dibatasi, seperti misalnya apakah masuk
kelompok miskin, pengusaha kecil, anak-anak sekolah cacat,
produsen minyak, atau apa pun. Selain itu, dampak yang
diharapkan dari adanya kebijakan harus ditentukan.

Kedua, kebijakan-kebijakan mungkin mempunyai dampak pada keadaan-


keadaan atau kelompokkelompok di luar sasaran atau tujuan kebijakan.
Kebijakan-kebijakan ini dinamakan eksternalitas atau dampak yang melimpah
(externalities or spillover effect). Ujicoba terhadap senjata nuklir dengan cara
meledakkannya di atmosfer bumi barangkali akan berguna bagi pengembangan
persenjataan, namun kegiatan tersebut juga akan menimbulkan bahaya bagi
penduduk dunia sekarang ini dan di masa yang akan datang.
Ketiga, kebijakan mungkin akan mempunyai dampak pada keadaan-keadaan
sekarang dan masa yang akan datang. Untuk menjelaskan dimensi yang ketiga
ini, kita dapat mengajukan pertanyaan seperti: apakah suatu program
direncanakan untuk memperbaiki keadaan yang secara langsung untuk jangka
pendek atau untuk jangka panjang, menjangkau beberapa tahun atau beberapa
dasawarsa? Pertanyaan-pertanyaan seperti ini ditujukan untuk melihat
konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh adanya kebijakan berdasarkan
dimensi waktu, yakni masa sekarang atau masa yang akan datang.

Keempat, evaluasi juga menyangkut unsur yang lain, yakni biaya langsung yang
dikeluarkan untuk membiayai program-program kebijakan publik. Biasanya kita
lebih mudah menghitung biaya dollar atau rupiah dari suatu kebijakan atau
program tertentu, bila program atau kebijakan itu sebagai jumlah dollar atau rupiah
yang dibelanjakan bagi suatu program, bagiannya dari keseluruhan pembelanjaan
pemerintah atau persentase dari produk nasional kotor yang digunakan untuk
membiayai suatu program.
Kelima,Dimensi yang terakhir dari evaluasi kebijakan adalah menyangkut
biaya-biaya tidak langsung yang ditanggung oleh masyarakat atau beberapa
anggota masyarakat akibat adanya kebijakan publik. Biayabiaya seperti itu
seringkali tidak dipertimbangkan dalam membuat evaluasi-evaluasi
kebijakan. Hal ini terjadi karena biaya-biaya tersebut tidak dapat dihitung
karena sulitnya menentukan ukuran-ukuran yang hendak dipakai.

Menurut Gabriel Almond dan G. Powell, hasilhasil kebijakan yang bersifat


simbolik mencakup penegasan tentang nilai-nilai oleh para elit, pameran
bendera dan pasukan, upacara militer, kunjungan oleh pejabat-pejabat
tinggi dan pernyataan-pernyataan kebijakan atau maksud oleh pemimpin-
pemimpin politik dan ketergantungan yang besar dalam menyadap
kepercayaan-kepercayaan rakyat, tingkah laku-tingkah laku; dan aspirasi-
aspirasi bagi keefektifannya.
4. Masalah-Masalah Dalam Evaluasi
Kebijakan

Evaluasi merupakan
proses
yang rumit dan kompleks.
Proses ini melibatkan
Kerumitan dalam proses evaluasi
berbagai macam
juga karena melibatkan kriteria-
kepentingan individu-
kriteria yang ditunjukan untuk
individu yang terlibat dalam
melakukan evaluasi. Ini berarti
proses evaluasi. Kerumitan
bahwa kegagalan dalam
dalam proses evaluasi juga
menentukan kriteria akan
karena melibatkan kriteria-
menghambat proses evaluasi yang
kriteria yang ditunjukan
akan dijalankan. .
untuk melakukan evaluasi.
Ini berarti bahwa kegagalan
dalam menentukan kriteria
akan menghambat proses
evaluasi yang akan
dijalankan.
Anderson mengidentifikasikan bahwa setidaknya enam masalah yang
akan dihadapi dalam proses evaluasi kebijakan,yaitu:

Pertama, ketidakpastian atas tujuan-tujuan


kebijakan.Tujuan-tujuan program yang disusun untuk
menjalankan kebijakan seharusnya jelas. Bila tujuan-
tujuan dari suatu kebijakan tidak jelas atau tersebar,
sebagaimana seringkali terjadi, maka kesulitan yang
timbul adalah menentukan sejauhmana tujuan-tujuan
tersebut telah dicapai

Kedua, kausalitas. Variabel selanjutnya yang harus


mendapat perhatian di dalam evaluasi kebijakan
adalah variabel kausalitas. Bila seorang evaluator
menggunakan evaluasi sistematik untuk melakukan
evaluasi terhadap program-program kebijakan, maka
ia harus memastikan bahwa perubahan-perubahan
yang terjadi dalam kehidupan nyata harus
disebabkan oleh tindakan-tindakan kebijakan.
Ketiga, dampak kebijakan
yang menyebar. Pada waktu Keempat, kesulitan-kesulitan dalam
kita membahas mengenai memperoleh data, sebagaimana telah
dampak kebijakan di bagian dibicarakan sebelumnya, kekurangan
lain bab ini, kita mengenal data statistik dan informasi-informasi lain
apa yang dimaksud sebagai yang relevan barangkali akan
eksternalitas atau dampak menghalangi para evaluator untuk
yang melimpah (externalities melakukan evaluasi kebijakan.
or spoilover effects), yakni Modelmodel ekonometrik yang biasa
suatu dampak yang digunakan untuk meramalkan dampak
ditimbukan oleh kebijakan dari pengurangan pajak pada kegiatan
pada keadaankeadaan atau ekonomi dapat dilakukan, tetapi data
kelompok-kelompok selain yang cocok untuk menunjukkan dampak
mereka yang menjadi sasaran yang sebenarnya pada ekonomi sulit
atau tujuan kebijakan. untuk diperoleh.
Kelima, resistensi pejabat. Evaluasi kebijakan atau sering disebut
sebagai analisis kebijakan, yakni suatu pengukuran terhadap dampak
kebijakan atau sesuatu yang lain, mencakup pembuatan pertimbangan-
pertimbangan mengenai manfaat kebijakan. Definisi seperti benar jika
evaluator adalah seorang peneliti universitas yang berpikir sangat
objektif dalam memperoleh pengetahuan.

Keenam, evaluasi mengurangi dampak. Berdasarkan alasan-alasan


tertentu, suatu evaluasi kebijakan yang telah dirampungkan mungkin
diabaikan atau dikritik dengan alasan bahwa evaluasi tersebut tidak
direncanakan dengan baik, data yang digunakan tidak memadai, atau
penemuannya tidak didukung dengan bukti yang menyakinkan. Hal
inilah yang mendorong mengapa suatu evaluasi kebijakan yang telah
dilakukan tidak mendapat perhatian yang semestinya bahkan
diabaikan, meskipun evaluasi tersebut itu benar
333333
Anderson menyatakan bahwa setidaknya ada delapan faktor yang menyebabkan
kebijakan-kebijakan tidak memperoleh dampak yang diinginkan.

Pertama, sumber-sumber Kelima, tujuan-tujuan kebijakan


yang tidak memadai. yang tidak sebanding dan
bertentangan satu sama lain.
Kedua, cara yang digunakan
untuk melaksanakan Keenam, biaya yang dikeluarkan
kebijakan-kebijakan. untuk menyelesaikan masalah
Ketiga, masalah-masalah publik membutuhkan biaya yang jauh lebih
seringkali disebabkan oleh banyak faktor, besar dibandingkan dengan
sementara kebijakan yang ada ditujukan masalah tersebut.
hanya kepada penanggulangan satu atau
beberapa masalah . Ketujuh, banyak masalah-
masalah publik yang tidak
mungkin dapat
Keempat, cara orang menanggapi atau
menyesuaikan diri terhadap kebijakan-
kebijakan publik yang justru
meniadakan dampak kebijakan yang
Kedelapan, menyangkut sifat
masalah yang akan dipecahkan
oleh suatu tindakan kebijakan.
5. Perubahan dan Penghentian Program Kebijakan
Pada dasarnya suatu evaluasi kebijakan ditujukan untuk melihat sejauh mana
program-program kebijakan yang telah dijalankan mampu menyelesaikan
masalah-masalah publik. Ini berarti bahwa evaluasi ditujukan untuk melihat
sejauh mana tingkat efektivitas dan efisiensi suatu program kebijakan
dijalankan untuk memecahkan masalah-masalah yang ada. Efektif berkenaan
dengan cara yang digunakan untuk memecahkan masalah, sedangkan efisien
menyangkut biaya-biaya yang dikeluarkan.

Menurut Anderson, perubahan kebijakan


Konsep perubahan kebijakan mengambil tiga bentuk, yakni:
(policy change) merujuk pada 1. Perubahan inkremental pada
penggantian kebijakan yang kebijakan yang sudah ada.
sudah ada dengan satu atau 2. Pembuatan status baru untuk
lebih kebijakan yang lain. kebijakan-kebijakan khusus.
Perubahan kebijakan ini 3. Penggantian kebijakan yang besar
meliputi pengambilan sebagai akibat dari pemilihan umum
kebijakan baru dan merevisi kembali.
kebijakan yang sudah ada.
Faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap
perbaikan kebijakan meliputi;

Pertama, kemampuan
kebijakan tersebut dalam
memecahkan persoalan.
Sebagaimana telah sering di Kedua, kemampuan kebijakan-
singgung sebelumnya, pada kebijakan semacam itu dikelola
dasarnya kebijakan publik dibuat
untuk memecahkan persoalan-
persoalan publik.

Ketiga, kelemahan yang mungkin ada


selama proses implementasi
kebijakan berlangsung
6. Kesimpulan

Proses evaluasi dapat dipandang sebagai akhir proses


kebijakan, tetapi dapat juga diartikan tidak. Artinya, setelah
tahap evaluasi kebijakan masih ada tahap yang lain, yakni
tahap terminasi atau perubahan kebijakan.Pada dasarnya
setiap kebijakan mempunyai tujuan-tujuan tertentu atau ingin
meraih dampak-dampak yang diinginkan

Namun demikian, karena proses kebijakan merupakan proses yang


kompleks, maka seringkali program-program kebijakan tidak dapat
meraih tujuan atau dampak yang diinginkan. Evaluasi dalam bahasa
yang lebih singkat digunakan untuk melihat sejauh mana program-
program kebijakan meraih dampak yang diinginkan. Seperti halnya
dalam tahap implementasi, tahap evaluasi kebijakan pun juga
mendapat kendala seperti misalnya, ketidakjelasan tujuan,
tantangan dari para birokrat dan lain sebagainya

Anda mungkin juga menyukai