Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

“ISLAM SEBAGAI WAY OF LIFE”

DOSEN PEMBIMBING
Dr.Hj.Sanawiah, S.Ag.,M.H

DI SUSUN OLEH:

SARMILA (21.11.025080)
RAGIL SOFIYANA PUTRI (21.11.024984)

PRODI ILMU ADMINISTRASI NEGARA


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA
2021
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karnia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Kemuhammadiyahan, dengan judul:
“Hakikat Manusia dalam Pandangan Islam”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makahlah ini
dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan krtik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi perkembangan dunia pendidikan

Pulang Pisau, 12 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ..................................................................................................................... i


Daftar Isi ............................................................................................................................. ii
Bab I PENDAHULUAN...........................................................................................................1
A. Latar Belakang Masalah........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................1
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan...................................................................................1
D. Metode Pembahasan...................................................................................................1

Bab II PEMBAHASAN.............................................................................................................2
A. Pengertian Islam Way Of Life....................................................................................2
B. Peran Agama Bagi Kehidupan....................................................................................3
C. Sumber Ajaran Islam...................................................................................................4
D. Ruang Lingkup Ajaran Islam......................................................................................7
E. Karakteristik Ajaran Islam..........................................................................................10

Bab III PENUTUP.....................................................................................................................12


A. Kesimpulan.................................................................................................................12
B. Saran...........................................................................................................................12

Daftar Pustaka............................................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Agama Islam merupakan “ way of life” yang menjamin kebahagian hidup
pemeluknya di dunia dan akhirat kelas. 1 syawalnya, segala aturan yang ada di
dalamnya harus dijalankan.adapun dasar agama islam, adalah Al-qur’an. Al-qur’an yang
diwahyukan kepada Rasul-Nya berguna untuk diajarkan kepada manusia. Ia adalah
rahmat, hidayat dan petunjuk bagi manusia. Allah SWT menurunkan Al-qur’an sebagai
kitab petunjuk, tetapi akan lebih tepat dinyatakan bahwa ia adalah petunjuk bagi
kehidupan umat manusia, petunjuk yang menuntun manusia ke arah jalan yang lurus,
yaitu dalam konteks perjuangan menyeluruh antara yang baik dan yang buruk. 2 Sesuai
dengan kodrat manusia di dunia ia berada dalam banyak jalan, dan jika tidak hati-hati,
maka ia akan terjerumus dalam kesesatan terkecuali orang-orang yang mendapat
pertolongan. Manusia sejak keberadaannya adalah bedanya dengan makhluk lain.
Manusia mempunyai banyak tabiat dibanding makhkuk lain yang hanya memiliki 1
tujuan saja. 3, Selain itu manusia juga dihadapkan pada pebgalaman-pengalaman hidup
yang diharapkan dapat menjadi bahan renungan dan kemudian memilih mana yang baik.
Walaupun manusia sudah diberi fikiran, namun dalam mengunakan fikiran melalui jalan
penghayatan batin, ini berarti akalan fikiran harus tungduk kepada hati (al-qalbu) yang
didasari atau dilandasari oleh iman yang kuat dan memang iman adalah soal hati ole
karena itu manusia harus dapat menentukan jalan yang benar (shirat al mustaqim)
diantara jalan-jalan yang ada. Dalam hal ini manusia harus berjuang dan sungguh-
sungguh, baik melalui fisik maupun mental.

B. Rumusan Masalah
Dalam judul makalah yang kami buat akan timbul masalah dan pertanyaan sebagai
berikut.
a. Apakah pengertian islam sebagai way of life
b. Apa fungsi islam
c. Apa sajakah sumber ajaran islam
d. Apa sajakan ruang lingkup ajaran islam

C. Tujuan dan Manfaat


Dari rumusan masalah yang sudah tertulis di atas, maka dapat kita tuliskan tujuan dari
penulisan makalah ini sebagai berikut:
a. Agar penulis dan pembaca mengetahuipengertian islam sebagai way of liffe
b. Agarpenulisdanpembacamengetahuiapasajafungsiislam
c. Agar penulis dan pembaca mengetahui apa saja sumber ajaran islam
d. Agarpenulisdanpembacamengetahuiruanglingkupajaranislam

D. Metode Pembahasan
Dalam metode pembahasan kami adalah mengumpulkan data dari internet yang tersedia
di blog blog internet yang telah tersedia.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Islam Way Of Life


Islam adalah Way Of Life pandangan hidup dan sistem hidup universal, juga
denyut nadi yang mensejarah sepanjang peradaban manusia. Sampai kapanpun
dimanapun islam kian diperbincangkan karna menjadi suatu topik yang menarik untuk
di ketahui oleh orang-orang yang tengah kehilangan hidup yang pasti. Kenyataanya
islam bukanlah satu-satunya jalan hidup yang ada, dari zaman onta hingga toyota pada
hakikatnya manusia mencari kebahagian dan maslahat dalam hidupnya. Ya tergantung
manusia itu sendiri akan berbuat baikkah? Atau buruk?
Dan apa sih agama islam itu?
Dalam kitab hadist shoheh al bukhori muslim bab 1 hal 3 menyatakan bahwa
“dalam hadist di katakan silam adalah menyembah allah dan tidak mensekutukan nya
dengan suatu apapun, dan lalu mendirikan sholat.”
Agama islam adalah agama allah, dari Allah dan untuk Allah. Diamanatkan
kepada umat pengikut Allah. Sejak jaman nabi Adam, Musa, dan Isa agama Allah
adalah islam, meskipun agama yahudi diklaim sebagai agama yang dibawa oleh nabi
Musa juga agama kristen yang di klaim sebagai ajaran yang dibawa oleh nabi Isa.
Padahal sebenarnya ajaran yang dibawa oleh Musa dan Isa untuk masalah akidah adalah
sama, sama-sama mengesakan Allah. Hanya berbeda dalam hal syara’ yang lain. Jadi,
makna islam dapat dipersempit lagi sebagai agama yang diamanatkan kepada umat
pengikut Rasulullah Muhammad SAW.
Karna seperti yang kita tahu,tujuan islam adalah untuk mewujudkan
kemaslahatan dan menghindarkan kerusakan dan bahaya dari seorang hamba baik dulu,
sekarang dan
zaman yang akan datang. Sehingga akan tercapailah kebahagian yang hakiki
dimanapun berada.
Setiap manusia pasti mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup
bersifat kodrati, karena itu ia akan menentukan masa depan seseorang. Pandangan
hidup artinya pendapat atau pertimbangan yang dijadikan pegangan, pedoman,
arahan serta petunjuk hidup di dunia. Pendapat atau pertimbangan itu merupakan
hasil pemikiran manusia berdasarkan pengalaman sejarah seseorang menurut
waktu dan tempat hidupnya. Dengan demikian pandangan hidup itu bukanlah timbul
sekita atau dalam waktu yang singkat saja, melainkan melalui proses waktu yang cukup
lama dan terus-menerus, sehingga hasil pemikiran itu dapat diuji kenyataannya.
Sehingga hasil pemikiran itu dapat diterima oleh akal, dan diakui kebenarannya. Atas
dasar ini manusia
menerima hasil pemikiran itu sebagai pegangan, pedoman, arahan, atau petunjuk yang
disebut pandangan hidupCara manusia memandang dan mensikapi apa yang terdapat
dalam alam semesta bersumber dari beberapa faktor yang dominan dalam
kehidupannya. Faktor itu boleh jadi berasal dari kebudayaan, filsafat, agama,
kepercayaan, tata nilai masyarakat atau lainnya. Islam mempunyai cara pandangnya
sendiri terhadap segala sesuatu.

2
Sejakdulu, umat Islam dalam memahami ajaran Islam tak pernah surut. Segala
potensi dan metodologis digunakan untuk memberi jalan kemudahan mengenal Islam
dari berbagai sudut dimensi. Singkatnya, banyak jalan bagaimana memahami Islam
secara utuh dan komprehensif. Islam adalah denyut nadi yang mensejarah sepanjang
peradaban manusia. Sampai kapan pun, Islam tak akan pernah kering dari perhatian
orang. Studi-studi agama menempatkan Islam sebagai kajian menarik yang dilakukan
setiap orang. Lebih dari itu, kini Islam di Barat menjadi perhatian orang-orang yang
tengah kehilangan pegangan hidup yang pasti. Tidak sedikit, orang Barat tertarik
mempelajari Islam, bahkan memeluknya sebagai pegangan hidup.
Intensitas pengkajian terhadap Islam sungguh di luar dugaan. Tidak saja di
pesantren-pesantren, sebagai basis mendalami ajaran Islam, melainkan di perguruan
tinggi ramai mempelajari Islam. Meski ajaran Islam terkesan doktriner dan final, tetapi
justru membuat banyak orang tertarik melakukan pengkajian terhadapnya. Cara pandang
seseorang pun bisa berbeda, orang awam berbeda dengan kaum cendikiawan, orang
kaya berbeda dengan orang miskin, politikus berbeda dengan ekonom, dan begitu
seterusnya.
Memang, dari dulu ajaran Islam tetap sama. Namun setiap kepala orang dapat
berbeda dalam mengartikulasikan Islam. Hal ini karena Islam mengandung nilai
universalitas yang cukup memberi peluang setiap pemeluknya untuk berbeda. Meski
berbeda memahami Islam, semangat untuk menghayati dan mengamalkan Islam justru
semakin dinamis. Hal ini bisa terlihat dari semangat banyaknya organisasi Islam yang
tak pernah sepi dari upaya kreatif memahami Islam.
Dalam memahami ajaran Islam membutuhkan rujukan aslinya. Dari sumber itu
baru dapat dipahami secara korelatif, integratif dan berkesinambungan. Dengan
melibatkan
berbagai pendekatan (interdisipliner), secara utuh Islam dapat dipahami lebih terbuka
dan kontekstual sesuai dengan tingkat peradaban umat manusia. Islam tampil
sebagai kekuatan penggerak spiritual, moral, ilmu dan amal saleh.
Aktualisasi ajaran Islam adalah penting. Hal ini seperti pesan Qur’an maupun
hadits yang menyuruh umat Islam agar selalu mengerahkan ‘aql atau pemikiran dan
sekaligus menyesuaikan perkembangan dan perubahan zaman.
Islam sebagai agama sekaligus doktrin, setidaknya ada tiga hal yang pertu
dipetik, yakni Islam sebagai sumber kekuatan dan keyakinan spiritual, Islam sebagai
wawasan dan pandangan hidup (world view) dan Islam sebagai komitmen hidup dan
perjuangan. Pemahaman seperti inilah akan memberikan jawaban terhadap persolaan di
tengah tantangan kehidupan manusia dewasa ini. Islam menjadi petunjuk yang selalu up
to date sepanjang masa.

B. Peran Agama Bagi Kehidupan


a. SebagaiPembimbingDalamHidup
Pengendali utama kehidupan manusia adalah kepribadiannya yang mencakup
segala unsure pengalaman pendidikan dan keyakinan yang didapatnya sejak kecil.
Apabila dalam pertumbuhan seseorang terbentuk suatu kepribadian yang harmonis,
di mana segala unsur pokoknya terdiri dari pengalaman yang menentramkan jiwa
maka dalam menghadapi dorongan baik yang bersifat biologis ataupun rohani dan
sosial akan mampu menghadapi dengan tenang.
b. Penolong Dalam Kesukaran

3
Orang yang kurang yakin akan agamanya (lemah imannya) akan menghadapi
cobaan/kesulitan dalam hidup dengan pesimis, bahkan cenderung menyesali hidup
dengan berlebihan dan menyalahkan semua orang.
Beda halnya dengan orang yang beragama dan teguh imannya, orang yang seperti
ini akan menerima setiap cobaan dengan lapang dada. Dengan keyakinan bahwa
setiap cobaan yang menimpa dirinya merupakan ujian dari tuhan (Allah) yang harus
dihadapi dengan kesabaran karena Allah memberikan cobaan kepada hambanya
sesuai dengan kemampuannya. Selain itu, barang siapa yang mampu menghadapi
ujian dengan sabar akan ditingkatkan kualitas Manusiaitu.
c. Penentram Batin
Jika orang yang tidak percaya akan kebesaran tuhan tak peduli orang itu kaya
apalagi miskin pasti akan selalu merasa gelisah. Orang yang kaya takut akan
kehilangan harta kekayaannya yang akan habis atau dicuri oleh orang lain, orang
yang miskin apalagi, selalu merasa kurang bahkan cenderung tidak mensyukuri
hidup
Lain halnya dengan orang yang beriman, orang kaya yang beriman tebal tidak
akan gelisah memikirkan harta kekayaannya. Dalam ajaran Islam harta kekayaan itu
merupakan titipan Allah yang didalamnya terdapat hak orang-orang miskin dan anak
yatim piatu. Bahkan sewaktu-waktu bisa diambil oleh yang maha berkehendak, tidak
Begitu juga dengan orang yang miskin yang beriman, batinnya akan selalu
tentram karena setiap yang terjadi dalam hidupnya merupakan ketetapan Allah dan
yang membedakan derajat manusia dimata Allah bukanlah hartanya melainkan
keimanan dan ketakwaannya.
d. Pengendali Moral
Setiap manusia yang beragama yang beriman akan menjalankan setiap ajaran
agamanya. Terlebih dalam ajaran Islam, akhlak amat sangat diperhatikan dan di
junjung tinggi dalam Islam. Pelajaran moral dalam Islam sangatlah tinggi, dalam
Islam diajarkan untuk menghormati orang lain, akan tetapi sama sekali tidak
diperintah untuk meminta dihormati.
Islam mengatur hubungan orang tua dan anak dengan begitu indah. Dalam Al-
Qur’an ada ayat yang berbunyi: “dan jangan kau ucapkan kepada kedua (orang
tuamu) uf!!” Tidak ada ayat yang memerintahkan kepada manusia (orang tua) untuk
minta dihormati kepada anak.
Selain itu Islam juga mengatur semua hal yang berkaitan dengan moral, mulai
dari berpakaian, berperilaku, bertutur kata hubungan manusia dengan manusia lain
(hablum minannas/hubungan sosial). Termasuk di dalamnya harus jujur, jika seorang
berkata bohong maka dia akan disiksa oleh api neraka. Ini hanya contoh kecil
peraturan Islam yang berkaitan dengan moral. Masih banyak lagi aturan Islam yang
berkaitan dengan tatanan perilaku moral yang baik, namun tidak dapat sepenuhnya
dituliskan disini.

C. Sumber Ajaran Islam


a. Al-qur’an
Al-Qur’an adalah nama bagi kitab suci umat Islam yang berfungsi sebagai
petunjuk hidup (hidayah) bagi seluruh umat manusia. Al-Qur’an diwahyukan olah Allah
kepada Nabi Muhammad SAW. setelah beliau genap berumur 40 tahun. Al- Qur’an
diturunkan kepada beliau secara berangsur-angsur selama 23 tahun.

4
Secara etimologi, Al-Qur’an berasal dari kata qara’a, yaqra’u, qiraa’atan atau
qur’aanan yang berarti mengumpulkan (al-jam’u) dan menghimpun (al-dlammu).
Huruf-huruf serta kata-kata dari satu bagian kebagian lain secara teratur dikatakan al-
Qur’an karena ia berisikan intisari dari semua kitabullah dan intisari dari ilmu
pengetahuan.
Sedangkan secara terminologi, Alquran adalah Kalam Allah ta’ala yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW. sebagai Rasul terakhir melalui perantara
malaikat Jibril, diawali dengan surat al-Fatihah dan diakhiri dengan surat an-Naas. [4]
Sedangkan menurut para ulama, Al-quran adalah Kalamullah yang diturunkan pada
Rasulullah dengan bahasa arab, merupakan mukjizat dan diriwayatkan secara mutawatir
serta membacanya adalah ibadah.
Adapun kandungan dalam al-Qur’an antara lain:
1). Tauhid,yaitu kepercayaan terhadap ke-Esaan Allah dan semua kepercayaan
yang berhubungan dengan-Nya.
2). Ibadah, yaitu semua bentuk perbuatan sebagai manifestasi dari
kepercayaan ajaran tauhid.
3). Janji dan ancaman (al wa’d wal wa’iid), yaitu janji pahala bagi orang yang
percaya dan mau mengamalkan isi al-Qur’an dan ancaman siksa bagi orang
yang mengingkarinya.
4). Kisah umat terdahulu, seperti para Nabi dan Rasul dalam menyiarkan
risalah Allah maupun kisah orang-orang shaleh ataupun orang yang mengingkari
kebenaran al-Qur’an agar dapat dijadikan pembelajaran bagi umat setelahnya.
5). Berita tentang zaman yang akan datang. Yakni zaman kehidupan akhir
manusia yang disebut kehidupan akhirat.
6). Benih dan prinsip-prinsip ilmu pengetahuan, yakni informasi-informasi
tentang manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, langit, bumi, matahari dan lain
sebagainya.

Al-Quran mengandung tiga komponen dasar hukum, yaitu:


1). Hukum I’tiqadiah, yakni hukum yang mengatur hubungan rohaniah manusia dengan
Allah SWT dan hal-hal yang berkaitan dengan akidah/keimanan. Hukum ini
tercermin dalam Rukun Iman. Ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Tauhid,
Ilmu Ushuluddin, atau Ilmu Kalam.
2). Hukum Amaliah, yakni hukum yang mengatur secara lahiriah hubungan manusia
dengan Allah SWT, antara manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan
lingkungan sekitar. Hukum amaliah ini tercermin dalam Rukun Islam dan disebut
hukum syara/syariat. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Fikih.
3). Hukum Khuluqiah, yakni hukum yang berkaitan dengan perilaku normal manusia
dalam kehidupan, baik sebagai makhluk individual atau makhluk sosial. Hukum ini
tercermin dalam konsep Ihsan. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu
Akhlaq atau Tasawuf.

5
Sedangkan khusus hukum syara, dapat dibagi menjadi dua kelompok, yakni:

1). Hukum ibadah, yaitu mencakup hubungan vertikal atau dalam bahasa arab biasa
disebut dengan hablim minallah, hukum yang mengatur hubungan manusia dengan
Allah SWT, misalnya shalat, puasa, zakat, haji dan kurban.
2).Hukum muamalat, yaitu hukum yang mengatur manusia dengan sesama manusia
dan alam sekitarnya. Pada dasarnya hukum tersebut bisa dikatakan sebagai Hablum
Minannas.

b. As-Sunnah
Hadits disebut juga As-Sunnah. Sunnah secara bahasa berarti "adat-istiadat" atau
"kebiasaan" (traditions). Sunnah adalah segala perkataan, perbuatan, dan
penetapan/persetujuan serta kebiasaan Nabi Muhammad Saw. Penetapan (taqrir) adalah
persetujuan atau diamnya Nabi Saw terhadap perkataan dan perilaku sahabat. Pengertian
di atas didasarkan kepada Hadits Nabi Saw yang diriwayatkan oleh Muslim sebagai
berikut :
“Barang siapa membuat sunnah yang baik maka dia akan memperoleh pahalanya dan
pahala orang yang mengamalkannya sesudahnya tanpa mengurangi pahalanya
sedikitpun. Barang siapa membuat sunnah yang buruk maka dia akan memperoleh
dosanya dan dosa orang yang mengamalkannya sesudahnya tanpa mengurangi dosa
mereka sedikit pun”.
Al-Sunnah menurut jumhur ahli hadits adalah: “Apa-apa yang diriwayatkan dari
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam baik berbentuk ucapan, perbuatan, ketetapan,
dan sifat baik khalqiyah (bentuk) atau khuluqiyah (akhlak).
Kedudukan As-Sunnah sebagai sumber hukum Islam dijelaskan Al-Quran dan sabda
Nabi Muhammad Saw.
“Demi Tuhanmu, mereka pada hakikatnya tidak beriman sehingga mereka
menjadikanmu (Muhammad) sebagai hakim terhadap perkara yang mereka
perselisihkan, lalu mereka tidak merasa berat hati terhadap putusan yang kamu berikan
dan mereka menerima sepenuh hati”(Q.S. An Nisaa’:65).
“Apa yang diberikan Rasul (Muhammad) kepadamu maka terimalah dan apa yang
dilarangnya maka tinggalkanlah” (Q.S.Al Hasyr:7).
“Telah kutinggalkan untuk kalian dua perkara yang (selama kalian berpegang teguh
dengan keduanya) kalian tidak akan tersesat, yaitu Kitabullah (Al-Quran) dan Sunnah-
ku.” (HR. Hakim dan Daruquthni).
“Berpegangteguhlah kalian kepada Sunnahku dan kepada Sunnah Khulafaur Rasyidin
setelahku”(H.R. Abu Daud).
Sunnah merupakan “penafsir” sekaligus “juklak” (petunjuk pelaksanaan) Al-
Quran. Sebagai contoh, Al-Quran menegaskan tentang kewajiban shalat dan berbicara
tentang ruku’ dan sujud. Sunnah atau Hadits Rasulullah-lah yang memberikan contoh
langsung bagaimana shalat itu dijalankan, mulai takbiratul ihram (bacaan “Allahu
Akbar” sebagai pembuka shalat), doa iftitah, bacaan Al-Fatihah, gerakan ruku, sujud,
hingga bacaan tahiyat dan salam.
Fungsi Al-Sunnah dalam hubungan dengan Al-Qur’an itu adalah sebagai berikut :
1. Bayan Tafsir
Yaitu menerangkan ayat-ayat yang sangat umum, mujmal dan musytarak.
Seperti hadits : “Shallu kamaa ro-aitumuni ushalli” (Shalatlah kamu sebagaimana kamu
melihatku shalat) adalah merupakan tafsiran daripada ayat Al-Qur’an yang

6
umum, yaitu : “Aqimush-shalah” (Kerjakan shalat). Demikian pula hadits: “Khudzu
‘anni manasikakum” (Ambillah dariku perbuatan hajiku) adalah tafsir dari ayat Al-
Qur’an“Waatimmulhajja”(Dan sempurnakanlah hajimu ).
2. Bayan Taqrir
Yaitu Al-Sunnah berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat pernyataan
Al-Qur’an. Seperti hadits yang berbunyi: “Shoumu liru’yatihiwafthiru liru’yatihi”
(Berpuasalah karena melihat bulan dan berbukalah karena melihatnya) adalah
memperkokoh ayat Al-Qur’an dalam surat Al-Baqarah : 185.
3. Bayan Taudhih,
Yaitu menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ayat Al-Qur’an, seperti
pernyataan Nabi : “Allah tidak mewajibkan zakat melainkan supaya menjadi baik harta-
hartamu yang sudah dizakati”, adalah taudhih (penjelasan) terhadap ayat Al- Qur’an
dalam surat at-Taubah: 34, yang artinya sebagai berikut : “Dan orang-orang yang
menyimpan mas dan perak kemudian tidak membelanjakannya dijalan Allah maka
gembirakanlah mereka dengan azab yang pedih”. Pada waktu ayat ini turun banyak para
sahabat yang merasa berat untuk melaksanakan perintah ini, maka mereka bertanya
kepada Nabi yang kemudian dijawab dengan hadits tersebut.
c. Ijtihad
Ijtihad adalah berpikir keras untuk menghasilkan pendapat hukum atas suatu
masalah yang tidak secara jelas disebutkan dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Pelakunya
disebut Mujtahid.
Kedudukan Ijtihad sebagai sumber hukum atau ajaran Islam ketiga setelah Al-
Quran dan As-Sunnah, diindikasikan oleh sebuah Hadits (Riwayat Tirmidzi dan Abu
Daud) yang berisi dialog atau tanya jawab antara Nabi Muhammad Saw dan Mu’adz bin
Jabal yang diangkat sebagai Gubernur Yaman.
Ijtihad adalah “sarana ilmiah” untuk menetapkan hukum sebuah perkara yang
tidak secara tegas ditetapkan Al-Quran dan As-Sunnah. Pada dasarnya, semua umat
Islam berhak melakukan Ijtihad, sepanjang ia menguasai Al-Quran, As- Sunnah, sejarah
Islam, juga berakhlak baik dan menguasai berbagai disiplin ilmu pengetahuan.
Lazimnya, Mujtahid adalah para ulama yang integritas keilmuan dan akhlaknya diakui
umat Islam. Hasil Ijtihad mereka dikenal sebagai fatwa. Jika Ijtihad dilakukan secara
bersama-sama atau kolektif, maka hasilnya disebut Ijma’ atau kesepakatan.

D.Ruang Lingkup Ajaran Islam


a. Aqidah
Kata aqidah berasal dari bahasa Arab, yaitu ‫ الشيء أطراف بين الجمع‬yang berarti
‫( العقد‬menghimpun atau mempertemukan dua buah ujung atau sudut/ mengikat). Secara
istilah aqidah berarti keyakinan keagamaan yang dianut oleh seseorang dan menjadi
landasan segala bentuk aktivitas, sikap, pandangan dan pegangan hidupnya. Istilah ini
identik dengan iman yang berarti kepercayaan dan keyakinan.
dapat digambarkan bahwa aqidah adalah suatu bentuk keterikatan atau keterkaitan
antara seorang hamba dengan Tuhannya, sehingga kondisi ini selalu mempengaruhi
hamba dalam seluruh perilaku, aktivitas dan pekerjaan yang ia lakukan. Dengan kata
lain keterikatan tersebut akan mempengaruhi dan mengontrol
Rasul dan hal-hal yang ghaib yang lebih dikenal dengan istilah rukun iman. Di samping
itu juga menyangkut dengan masalah eskatologi, yaitu masalah akhirat dan kehidupan

7
setelah berbangkit kelak. Keterkaitan dengan keyakinan dan keimanan, maka muncul
arkanul iman, yakni, iman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Rasul, hari
sehingga menimbulkan kelompok-kelompok di mana masing-masing kelompok
memiliki metode dan keyakinan masing-masing dalam pemahamannya. Di antara
kelompok-kelompok tersebut adalah Muktazilah, Asy’ariyah, Mathuridiyah, Khawarij
atau teologi berawal ketika terjadinya peristiwa arbitrase (tahkim) ketika menyelesaikan
sengketa antara kelompok Mu’awiyah dan Ali ibn Abi Thalib.

b. Ibadah
Secara istilah ibadah berarti usaha menghubungkan dan mendekatkan diri
kepada Allah SWT sebagai Tuhan yang disembah. Ulama fiqih mendefinisikan ibadah
sebagai kegiatan yang disertai dengan ketundukan dan kerendahan diri kepada Allah
SWT.

c. Ahlaq
Secara istilah akhlaq berarti tingkah laku yang lahir dari manusia dengan
sengaja, tidak dibuat-buat dan telah menjadi kebiasaan. Sedangkan Nazaruddin Razak,
mengungkapkan akhlak dengan makna akhlak islam, yakni suatu sikap mental dan laku
perbuatan yang luhur, mempunyai hubungan dengan Zat Yang Maha Kuasa dan juga
merupakan produk dari keyakinan atas kekuasaan dan keeasaan Tuhan, yaitu produk
dari jiwa tauhid.

Dari pengertian ini terlihat sinergisitas antara makna akhlaq denganal- khalq
yang berarti penciptaan di mana kedua kata ini berasal dari akar kata yang sama.
Dengan demikian pengertian ini menggambarkan bahwa akhlaq adalah hasil kreasi
manusia yang sudah dibiasakan dan bukan datang dengan spontan begitu saja, sebab ini
ada kaitannya dengan al-khalq yang berarti mencipta. Maka akhlaq adalah sifat, karakter
dan perilaku manusia yang sudah dibiasakan.
Al-Qur’an memberi kebebasan kepada manusia untuk bertingkah laku baik atau
berbuat buruk sesuai dengan kehendaknya. Atas dasar kehendak dan pilihannya itulah
manusia akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat atas segala tingkah lakunya.
Di samping itu, akhlaq seorang muslim harus merujuk kepada al-Qur’an dan sunnah
sebagai pegangan dan pedoman dalam hidup dan kehidupan.
Secara garis besar menurut Endang Saifuddin Anshari, akhlak terdiri atas; pertama,
akhlak manusia terhadap khalik, kedua, akhlak manusia terhadap sesama makhluk,
yakni akhlak manusia terhadap sesama manusia dan akhlak manusia terhadap alam
lainnya.
Menurut Muhammad Quraish Shihab, akhlaq manusia terhadap Allah SWT bertitik
tolak dari pengakuan dan kesadarannya bahwa tidak ada Tuhan Selain Allah yang
memiliki sifat terpuji dan sempurna. Dari pengakuan dan kesadaran itu akan lahir
tingkah laku dan sikap sebagai berikut:

1). Mensucikan Allah dan senantiasa memujinya.


2). Bertawakkal atau berserah diri kepada Allah setelah berbuat dan berusaha
terlebih dahulu.
3). Berbaik sangka kepada Allah, bahwa yang datang dari Allah kepada makhluk-Nya
hanyalah kebaikan.

8
Adapun akhlaq kepada sesama manusia dapat dibedakan kepada beberapa hal, yaitu:
1) Akhlaq kepada orang tua, yaitu dengan senantiasa memelihara keredhaannya,
berbakti kepada keduanya dan memelihara etika pergaulan dengan keduanya.
2) Akhlaq terhadap kaum kerabat, yaitu dengan menjaga hubungan shilaturrahim serta
berbuat kebaikan kepada sesama seperti mencintai dan merasakan suka duka
bersama mereka.
3) Akhlaq kepada tetangga, yaitu dengan menjaga diri untuk tidak menyakiti hatinya,
senantiasa berbuat baik (ihsân) dan lain-lain sebagainya.

d. Mu’amalah
Secara etimologi muamalah semakna dengan ‫ مفاعلة‬yang berarti saling berbuat.
Kata ini menggambarkan suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan orang lain
atau beberapa orang dalam memenuhi kebutuhan masing-masing. Secara terminologi
kata ini lebih dikenal dengan istilah fiqh muamalah, yaitu hukum-hukum yang berkaitan
dengan tindak-tanduk manusia dalam persoalan-persoalan keduniaan. Misalnya dalam
persoalan jual beli, utang-piutang, kerjasama dagang, persyarikatan, kerjasama dalam
penggarapan tanah, sewa menyewa dan lain-lain sebagainya.
Satu hal yang perlu ditekankan adalah bahwa tidak boleh ada sesuatupun dari
tindak-tanduk manusia yang lari dari prinsip-prisip ketuhanan, termasuk dalam masalah
muamalah atau yang lebih dikenal dengan tindak-tanduk manusia dalam berinteraksi
dengan sesamanya untuk memenuhi kehidupannya masing-masing. Walau semua itu
diatur hanya secara global, namun Allah telah memberikan konsep dan prinsip-prinsip
umum bagi manusia dalam berhubungan dengan sesamanya. Dengan demikian, maka
seluruh aktivitas dan tindak-tanduk manusia harus sesuai, menjurus dan sinergis dengan
apa yang telah ditetapkan di dalam nash, baik dari nash al-Qur’an maupun dari hadits.
Di samping itu, juga terdapat beberapa keistimewaan ajaran muamalah yang bersumber
dari al-Qur’an dan sunnah, antara lain yaitu:

1 ). Prinsip dasar dalam persoalan muamalah adalah untuk mewujudkan kemaslahatan


umat manusia, dengan memperhatikan dan mempertimbangkan berbagai situasi dan
kondisi yang mengitari manusia itu sendiri. Dari prinsip pertama ini terlihat
perbedaan muamalah dengan persoalan aqidah, akhlaq dan ibadah. Dalam
persoalan aqidah, syariat Islam bersifat menentukan dan menetapkan secara tegas
hal-hal yang menyangkut masalah aqidah tersebut dan tidak diberikan kebebasan
bagi manusia untuk melakukan suatu kreasi. Dalam bidang akhlaq juga demikian,
yaitu dengan menetapkan sifat-sifat terpuji yang harus diikuti oleh umat Islam serta
sifat-sifat tercela yang harus dihindari. Selanjutnya di bidang ibadah dan bahkan
prinsip dasarnya adalah tidak boleh dilakukan atau dilaksanakan oleh setiap muslim
jika tidak ada dalil yang memerintahkan untuk dilaksanakan.
2) Bahwa berbagai jenis muamalah, hukum dasarnya adalah boleh sampai ditemukan
dalil yang melarangnya. Ini artinya, selama tidak ada dalil yang melarang suatu
kreasi jenis muamalah, maka muamalah itu dibolehkan. Namun demikian, walau
pada prinsipnya muamalah dibolehkan selama tidak ada dalil yang melarangnya,
tetapi semua itu tidak boleh lepas dari sikap pengabdian kepada Allah SWT, di
mana terdapat kaidah-kaidah umum yang mengatur dan mengontrolnya, antara lain
yaitu; Tidak boleh terlepas dari nilai-nilai ketuhanan dan nilai-nilai kemanusiaan;
Berdasarkan pertimbangan kemaslahatan pribadi dan masyarakat; Menegakkan

9
prinsip kesamaan hak dan kewajiban sesame manusia; Seluruh perbuatan kotor
adalah haram dan seluruh tindakan yang baik adalah halal, dan lain- lain.
Secara umum mu’amalah mencakup antara lain yaitu; hal-hal yang berkaitan
dengan hak-hak dan hal lain yang terkait dengannya; Hal-hal yang berkaitan dengan
harta seperti hibah, sedekah dan sebagainya; Hal-hal yang berkaitan dengan
perdagangan seperti jual beli, khiyâr, ihtikâr, syirkah, mudhârabah dan sebagainya; Hal-
hal yang berkaitan dengan pemberian amanah kepada orang lain seperti hiwâlah, ijârah,
ariyah, al-rahn dan sebagainya; Hal-hal yang berkaitan dengan lahan pertanian seperti
muzâra’ah, musâqah, dan lain-lain.

E. Karakteristik Ajran Islam


Selama ini mungkin kita sudah mengenal Islam, tapi banyak diantara kita yang
belum memahami Islam itu sendiri. Namun, banyak juga orang yang telah mengenal
Islam, tetapi sejauh mana sudah memahami potret Islam. Ini adalah salah satu
persoalan yang perlu kita diskusikan lebih lanjut. Dengan demikian Islam itu
mempunyai karakteristik yang sangat luas dan dengan yang lainnya.
Para ilmuan muslim juga mempergunakan berbagai pendekatan, untuk
mengetahui dan memahami karakteristik ajaran Islam. Dan tidak untuk mencoba
memperdebatkan antara satu dan dengan yang lainnya. Melainkan lebih mencari sisi-sisi
persamaan untuk permaslahatan umat umumnya untuk keperluan studi khususnya.
Dari berbagai sumber tentang Islam yang di tulis para tokoh, dapat diketahui
bahwa Islam memiliki karakteristik yang khas yang dapat dikenali melalui konsepsinya
dalam berbagai bidang.

Konsepsi Islam dalam berbagai bidang yang menjadi karakteristik itu dapat
dikemukakan sebagai berikut:
a. Dalam Bidang Agama
Nurcholis Madjid banyak berbicara tentang karakteristik ajaran Islam dalam
bidang agama. Menurutnya, bahwa dalam bidang agama Islam mengakui adanya
pluralisme. Pluralisme menurut Nurcholis adalah sebuah aturan Tuhan yang tidak
akan berubah, sehingga juga tidak mungkin dilawan atau diingkari. Dan Islam adalah
agama yang kitab sucinya dengan tegas mengakui hak agama lain, kecuali yang
berdasarkan paganisme dan syirik, untuk hidup dan menjalankan ajaran masing-
masing dengan
penuh kesungguhan.
Memang dan seharusnya tidak perlu mengherankan, bahwa Islam selaku agama
besar terakhir, mengklaim sebagai agama yang memuncaki proses pertumbuhan
dan perkembangan agama-agama dalam garis kontiunitas tersebut. Bahkan Al-
Qur’an juga mengisaratkan bahwa para penganut berbagai agama, asalkan percaya
kepada Tuhan dan hari kemudian serta berbuat baik., semuanya akan selamat.
Inilah yang selanjutnya menjadi dasar toleransi agama yang menjadi ciri sejati Islam
dalam sejarahnya yang otentik, sesuatu semangat yang merupakan kelanjutan
pelaksanaan ajaran Al-Qur’an.
b. Dalam Bidang Ibadah
Karakteristik ajaran Islam selanjutnya dapat dikenal melalui konsepsinya dalam
bidang ibadah. Secara harfiah ibadah bararti bukti manusia kepada Allah SWT,

10
dua, yaitu ibadah khusus. Dalam yuriprudensi Islam telah ditetapkan bahwa dalam
urusan ibadah tidak boleh kreatifitas, sebab yang mengcreate atau yang membentuk
suatu ibadah dalam Islam dinilai sebagai bida’ah yang dikutuk Nabi sebagai
menjalankannya dengan penuh ketundukan pada Tuhan, sebagai bukti pengabdian
dan rasa terima kasih kepada_Nya. Dengan demikian, visi Islam tentang ibadah
adalah merupakan sifat, jiwa, dan misi ajarannya diperintahkan agar beribadah
kepadanya.
c. Dalam Bidang Akidah
Dalam kitab Mu’jam al-Falsafi, Jamil Shaliba mengartikan akidah menurut
Bahasa adalah menghubungkan dua sudut sehingga bertemu dan bursambung secara
kokoh. Dalam bidang perundang-undangan, akidah berarti menyepakati antara dua
perkara atau lebih yang harus dipatuhi bersama.
Karakteristik Islam yang dapat diketahui melalui dalam bidang akidah ini adalah bahwa
akidah islam bersifat murni baik dalam isinya maupun prosesnya. Yang diyakini dan
diakui sebagai Tuhan yang wajib disembah hanya Allah. Dalam prosesnya, keyakinan
tersebut harus langsung tidak boleh ada perantara.
Akidah dalam islam meliputi keyakinan dalam hati tentang Allah sebagai
Tuhan yang wajib di sembah ucapan dengan lisan dalam bentuk dua kalimat syahadat,
yaitu menyatakan tidak ada Tuhan selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad SAW
sebagai utusan-Nya, perbuatan dengan amal sholeh.
Dalam hubungan ini Yusuf Al- Qrdawi menyatakan bahwa iman menurut
pengertian yang sebenarnya ialah kepercayaan yang meresap kedalam hatinya, dengan
penuh keyakinan, tidak bercampur syak dan ragu, serta memberi pengaruh bagi
pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan sehari-hari.

11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengendali utama kehidupan manusia adalah kepribadiannya yang mencakup segala
unsure pengalaman pendidikan dan keyakinan yang didapatnya sejak kecil. Islam
adalah Way Of Life pandangan hidup dan sistem hidup universal, juga denyut nadi yang
mensejarah sepanjang peradaban manusia.
Peran Agama Bagi Kehidupan
a. SebagaiPembimbingDalamHidup
b. Penolong Dalam Kesukaran
c. PenentramBatin
d. PengendaliMoral
Sumber Ajaran Islam
a. Al-qur’an
b. As-Sunnah
c. Ijtihad
Ruang Lingkup Ajaran islam
a. Aqidah
b. Ibdah
c. Muamalah
Karakteristik Ajran Islam
a. DalamBidangAgama
b. Dalam Bidang Ibadah
c. Dalam Bidang Aqidah

B. Saran
Dari penulisan makalah ini, penulis menyarankan agar sebagai seorang manusia
kita harus menjadi individu yang dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendiri oleh karena itu kita harus
saling tolong menolong dalam kebaikan antar sesama.
Untuk kedepannya tugas dalam membuat makalah ini sangat dianjurkan untuk
dilanjutkan, karena bisa menambah wawasan manusia tentang pengetahuan Agama.
Selain itu, makalah ini diharapkan dapat membantu pembaca untuk menggali lebih
dalam Hakikat Manusia menurut Islam.

12
DAFTAR PUSTAKA

 AntoroRio,Online,https://www.academia.edu/8745153/sumbersumber_ajaran_isl
am, akses 16 september

 AntoroRio,Online,http://www.kompasiana.com/alihanafia/karakteristik-ajaran-
islam_54f82c30a33311805e8b462d, akses 16 september

 AntoroRio,Online,http://www.computer1001.com/2008/11/cara-membuat-dan-
mengatur-posisi-nomor.html, akses 16 september

13

Anda mungkin juga menyukai