Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PRAKTIKUM FITOKIMIA

SKRINING FITOKIMIA

OLEH :
KELOMPOK 3
KP-I

Nama Kelompok :
1. Inggit Kusuma Wardani 110119097
2. Jinan Nisrina 110119218
3. Putu Priscila Deviyanti 110119364
4. Ni Putu Irma Mayani Putri Kardana 110119394

FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SURABAYA
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang melimpah terutama dari bahan alam
terutama pada tumbuhan. Tumbuhan menghasilkan berbagai macam senyawa organik yang
dapat berupa metabolit primer dan metabolit sekunder namun tumbuhan lebih banyak
menghasilkan metabolit sekunder. Senyawa metabolit dari bahan alam inilah yang banyak
dianalisis dan dimanfaatkan sebagai terapi komplementer, seiring perkembangan teknologi juga
dapat diisolasi dan disintesis menjadi senyawa obat. Kandungan senyawa metabolit sekunder
pada setiap bahan alam diyakini memiliki bioaktivitas yang dapat bermanfaat bagi
kelangsungan hidup manusia namun tidak semua tumbuhan memberikan khasiat sehingga
dapat dikategorikan sebagai tumbuhan yang berkhasiat obat. Sehingga diperlukan kajian lebih
lanjut mengenai identifikasi kandungan senyawa pada bahan alam.
Skrining fitokimia adalah salah satu cara yang dapat dilakukan untuk identifikasi
kandungan senyawa metabolit sekunder pada bahan alam seperti saponin, alkaloid dan senyawa
fenolik lainnya. Metode ini merupakan tahap pendahuluan yang dapat memberikan gambaran
mengenai kandungan senyawa secara kualitatif maupun kuantitatif. Secara kualitatif dapat
dilakukan dengan pereaksi warna penampak noda. Pada proses skrining ini dipengaruhi oleh
pemilihan pelarut serta metode ekstraksi yang digunakan.

1.2 Tujuan Praktikum


1.2.1 Mahasiswa memiliki kemampuan dan keterampilan melakukan skrining
fitokimia kandungan yang ada pada simplisia
1.2.2 Mahasiswa mampu mengidentifikasi golongan senyawa yang terdapat dalam
simplisia melalui pereaksi penampak noda dengan menggunakan metode
KLT
1.2.3 Mahasiswa mampu mengidentifikasi aktifitas antioksidan yang terdapat
pada simplisia dengan DPPH melalui skrining fitokimia
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2. 1 Ekstraksi Bertingkat
2.1.1 Alat 14. Cawan penguap
1. Timbangan analitik 15. Sumbat gabus
2. Alat refluks 16. Lem
3. Waterbath 2.1 .2 Bahan
4. Kondensor 1. Serbuk simplisia 5 gram
5. Labu alas bulat 2. Pelarut
6. Gelas ukur - N-Heksan 50 ml
7. Corong kaca - Kloroform 50 ml
8. Klem dan statif - etanol 95% 50 ml
9. Selang 3. Na2SO4 eksikatus
10. Botol coklat 4. Kertas saring
11. Vial yang sudah dikalibrasi 1cm 5. Kertas Perkamen
12. Labu erlenmeyer 6. Aluminium foil
13. Batu didih

2.1.3 Skema Kerja

SIMPLISIA
(Ditimbang sebanyak 5g)

- Dimasukan ke dalam labu alas bulat


- Ditambahkan batu didih
- Direfluks dg pelarut n-heksan 50 ml selama 1-2
jam (dihitung saat mulai menetes)
- Disaring

FILTRAT AMPAS

- (+) Na2SO4 eksikatus - Dikeringkan dalam lemari


- Diamkan semalaman asam (bebas dari n-heksan)
- Disaring, dipisahkan filtrat - Direfluks dg pelarut kloroform
dari Na2SO4 eksikatus 50 ml selama 1-2 jam
- Disaring
FILTRAT
(Tanpa Na2SO4 Eksikatus)

- Dipekatkan dalam lemari FILTRAT AMPAS


asam dg cawan penguap di
tangas air (ad 1cm dari - (+) Na2SO4 eksikatus
tinggi vial) - Diamkan semalaman
- Vial dikalibrasi - Disaring, dipisahkan filtrat
- Dipindahkan ke vial dari Na2SO4 eksikatus

FILTRAT FILTRAT
(Dalam vial tinggi 1 cm, diberi (Tanpa Na2SO4 Eksikatus
label dan tutup dg aluminium foil)
- Dipekatkan dalam lemari
asam dg cawan penguap di
tangas air (ad 1cm dari tinggi
vial)
- Vial dikalibrasi
- Dipindahkan ke vial

FILTRAT
(Dalam vial tinggi 1 cm, diberi
label dan tutup dg aluminium foil)

- Dikeringkan dalam lemari


asam (bebas dari kloroform)
- Direfluks dg pelarut etanol
50 ml selama 1-2 jam
- Disaring

FILTRAT AMPAS

- Dipekatkan dg diuapkan pada


cawan penguap di tangas air (ad
1cm dari tinggi vial)
- Vial dikalibrasi
- Dipindahkan ke vial

FILTRAT
(Dalam vial tinggi 1 cm, diberi
label dan tutup dg aluminium foil)

2.2. Identifikasi senyawa dengan KLT


2.2.1Alat 2.2.2 Bahan
1. Instrumen KLT 1. Sillica gel GR 254
2. Chamber 2. Selulosa
3. Alat untuk semprot pereaksi 3. Kertas saring
4. Pipa Kapiler 4. Sampel yang sudah dipekatkan
5. Larutan pembanding
6. Penampang noda/pereaksi
2.2.3 Skema Kerja
Penjenuhan chamber

- Dihitung volume fase gerak yang digunakan


- Pelarut-pelarut yang sudah disiapkan,
dihomogenkan dan dimasukkan ke salah satu sisi
chamber
Penjenuhan chamber

- Menyipakan kertas saring, diukur dan di potong sesuai


ukuran chamber
- Tempelkan kertas saring pada salah satu sisi chamber yang
berisi pelarut
- Chamber ditutup dan ditunggu ± 5 menit sampai jenuh
Menyiapkan fase diam

- Menyipakan silica gel


- Diberi tanda batas bawah dan batas atas
dan jarak antara penotolan 1 dengan
penotolan 2

Menyiamkan larutan uji yang sudah


dipekatkan dan larutan pembanding
- Volume penotolan 2𝜇l masing2 lar uji dan pembanding
- Diambil larutan uji dengan pipa kapiler lalu ditotolkan
ke plat KLT
- Diambil larutan sampel dengan pipa kapiler lalu
ditotolkan ke plat KLT yang sama

Melakukan
eluasi

Visualisasi dengan penampak


noda yang sesuai
- Identifikasi dilakukan secara pengamatan langsung , sinar
UV 254 nm dan UV 366 nm
- Penampak bercak diberikan untuk lebih memunculkan noda
hasil eluasi

Keringkan pada suhu kamar

Selanjutnya dihitung nilai Rf sampel


dan Rf pembanding

HASIL PRAKTIKUM
Dokumentasi
1. Minyak Atsiri

2. Terpenoid Bebas
UV 254 nm UV 365 nm Penampak Noda DPPH

3. Alkaloid

Dokumentasi UV Dokumentasi UV Dokumentasi Dokumentasi


254nm 365nm dengan Pereaksi dengan DPPH
Dragendorf

4. Flavonoid Bebas
5. Antrakuinon

6. Glikosida Jantung

7. Saponin

8. Glikosida Flavonoid
BAB III
PEMBAHASAN
A. Skrining Fitokimia
Skrining fitokimia merupakan metode yang digunakan untuk mengidentifikasi golongan
senyawa kimia yang ada pada tumbuhan. Golongan senyawa yang diidentifikasi termasuk
kedalam metabolit sekunder dari tumbuhan seperti minyak atsiri, terpenoid bebas, alkaloid,
flavonoid bebas, antrakuinon, glikosida jantung, saponin dan glikosida flavonoid. Salah satu
metode yang dapat digunakan untuk skrining fitokimia adalah kromatografi lapis tipis
(KLT). Dimana ada dua parameter yang diamati, yaitu mengamati golongan senyawa yang
ada pada tanaman tersebut dan mengamati aktivitas antioksidan dari tanaman tersebut.
B. Ekstraksi Sampel
Ekstraksi merupakan suatu proses pemisahan atau penarikan komponen aktif dari simplisa
dengan menggunakan pelarut tertentu. Ekstraksi bertingkat merupakan proses pemisahan
komponen aktif dari simplisia dengan menggunakan beberapa jenis pelarut yang memiliki
tingkat kepolaran yang berbeda. Pelarut yang digunakan adalah pelarut polar, semi polar
dan non polar. Ekstraksi pada praktikum ini menggunakan metode refluks. Pelarut pertama
yang digunakan pada saat ekstraksi bertingkat adalah n-heksan (non polar) kemudian
kloroform (semi polar) dan terakhir adalah etanol (polar). Urutan dari pelarut ini tidak boleh
dibolak-balik, karena etanol (polar) selain dapat melarutkan senyawa polar juga dapat
melarutkan senyawa yang semi polar dan non polar. Maka jika etanol digunakan sebagai
pelarut pertama, ekstrak yang seharusnya larut di pelarut semi polar maupun non polar akan
ikut terlarut pada etanol (polar). Sehingga hasil ekstraksi yang didapatkan tidak spesifik
sesuai dengan tingkat kepolaran pelarut. Pada hasil ekstraksi menggunakan pelarut n-heksan
dan kloroform perlu ditambahkan natrium sulfat eksikatus. Penambahan natrium sulfat
eksikatus bertujuan untuk menarik air yang tersisa pada ekstrak. Pada hasil ekstrak dengan
pelarut etanol 95% tidak perlu ditambahkan natrium sulfat eksikatus, dikarenakan etanol
95% juga mengandung air sebanyak 5%, jadi jika ditambahkan natrium sulfat eksikatus
dikhawatirkan air yang tertarik adalah air dari pelarutnya (etanol 95%).
C. Aktivitas Antioksidan
Radikal bebas merupakan suatu gugus yang memiliki pasangan elektron bebas Radikal
bebas bersifat tidak stabil, maka dari itu radikal bebas akan cenderung berpasangan dengan
molekul lain yang memiliki pasangan elektron bebas juga untuk mencapai kestabilan.
Radikal bebas dapat diatasi dengan penggunaan antioksidan. Antioksidan merupakan
substansi yang diperlukan oleh tubuh manusia karena antioksidan memiliki pasangan
elektron bebas yang dapat didonorkan kepada radikal bebas tanpa merusak sel-sel yang ada
didalam tubuh. Dikutip dari (Dewi,T et al. 2016) “Radikal bebas yang biasa digunakan
sebagai model dalam mengukur daya penangkapan radikal bebas adalah 1,1- difenil-2-
pikrihidazil (DPPH). Metode peredaman radikal bebas DPPH didasarkan pada reduksi
dari larutan methanol radikal bebas DPPH yang berwarna oleh penghambatan radikal
bebas. Ketika larutan DPPH yang berwarna ungu bertemu dengan bahan pendonor
elektron maka DPPH akan tereduksi, menyebabkan warna ungu akan memudar dan
digantikan warna kuning yang berasal dari gugus pikril. (Prayoga, 2013)”
D. Identifikasi Golongan Senyawa dan Aktivitas Antioksidan berdasarkan Hasil Praktikum
1. Minyak Atsiri
Identifikasi minyak atsiri menggunakan metode kromatografi lapis tipis (KLT)
dengan fase diam silika gel GF 254 dan fase geraknya adalah toluen-etil asetat (
93:7). Identifikasi minyak atsiri menggunakan fraksi n-heksan. Sampel yang sudah
ditotolkan pada fase diam kemudian di eluasi dengan fase gerak pada chamber yang
sudah dijenuhkan. Kemudian dilakukan identifikasi terhadap noda pada plat KLT.
Identifikasi dilakukan 2 tahap yaitu identifikasi dengan lampu UV 254 dan 365 nm
dan dilakukan identifikasi setelah disemprot dengan penampak noda.
● Identifikasi Golongan Senyawa
Lempeng KLT yang pertama digunakan untuk identifikasi golongan
senyawa. Pertama dilakukan pengamatan secara visual, kemudian diamati
dibawah lampu UV 254 dan 365 nm. Berdasarkan hasil praktikum,
didapatkan bahwa lempeng yang diamati dibawah lampu UV 254 dan 365
nm memberikan fluorosensi. Kemudian lempeng disemprot dengan
penampak noda anisaldehid H2SO4 pekat, lalu dipanaskan pada suhu 110 C
selama 5-10 menit. Setelah dipanaskan, lempeng diamati pada sinar tampak
dan teramati warna biru-ungu kecoklatan. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa simplisia yang diuji mengandung minyak atsiri pada fraksi n-
heksannya.
● Identifikasi Aktivitas Antioksidan
Lempeng KLT yang kedua digunakan untuk identifikasi aktivitas
antioksidan dengan menggunakan metode DPPH. Lempeng disemprot
dengan pereaksi DPPH, kemudian lempeng diamati secara visual.
Berdasarkan hasil praktikum, lempeng yang telah disemprot pereaksi DPPH
menghasilkan warna ungu pada latar belakang, dan noda berwarna kuning.
Jadi dapat disimpulkan bahwa simplisia tersebut positif memiliki aktivitas
antioksidan.
2. Terpenoid Bebas
Identifikasi terpenoid dalam KLT menggunakan fraksi n-heksan , fase diam Silika gel
GF 254 dan fase gerak campuran n-heksan : etil asetat ( 1:1 ) atau kloroform : metanol
(10:1) . Sampel yang sudah ditotolkan pada fase diam kemudian di eluasi dengan
fase gerak pada chamber yang sudah dijenuhkan. Kemudian dilakukan identifikasi
terhadap noda pada plat KLT. Identifikasi dilakukan 2 tahap yaitu identifikasi
dengan lampu UV 254 dan 365 nm dan dilakukan identifikasi setelah disemprot
dengan penampak noda.
● Identifikasi Golongan Senyawa
Lempeng KLT yang pertama digunakan untuk identifikasi golongan
senyawa. Pertama dilakukan pengamatan secara visual, kemudian diamati
dibawah lampu UV 254 dan 365 nm. Berdasarkan hasil praktikum,
didapatkan bahwa lempeng yang diamati dibawah lampu UV 254 dan 365
nm memberikan fluorosensi. Kemudian lempeng disemprot dengan pereaksi
Antimon (III) klorida dalam kloroform kemudian di panaskan 5-10 menit
dengan suhu 100 derajat celcius. Simplisia yang positif terpenoid bebas akan
memberikan noda berwarna merah-ungu atau biru pada sinar tampak. Hasilnya
diamati disinar tampak memperlihatkan adanya noda warna kuning, sehingga
dapat disimpulkan fraksi n-heksan simplisia tersebut tidak mengandung
terpenoid bebas
● Identifikasi Aktivitas Antioksidan
Lempeng KLT yang kedua digunakan untuk identifikasi aktivitas
antioksidan dengan menggunakan metode DPPH. Lempeng disemprot
dengan pereaksi DPPH, kemudian lempeng diamati secara visual.
Berdasarkan hasil praktikum, lempeng yang telah disemprot pereaksi DPPH
menghasilkan warna latar belakang ungu dan pada plat yang berisi noda kuning
jika dilihat dari sinar tampak . Hal ini menandakan senyawa uji positif
mengandung antioksidan
3. Alkoloid
Identifikasi alkaloid dalam KLT menggunakan fraksi kloroform , fase diam Silika gel
GF 254 dan fase gerak campuran toluen-etil asetat-dietilamin ( 7:2:1 ) atau etil asetat –
metanol – air ( 100 : 13,5 : 1 ) . Sampel yang sudah ditotolkan pada fase diam
kemudian di eluasi dengan fase gerak pada chamber yang sudah dijenuhkan.
Kemudian dilakukan identifikasi terhadap noda pada plat KLT. Identifikasi
dilakukan 2 tahap yaitu identifikasi dengan lampu UV 254 dan 365 nm dan
dilakukan identifikasi setelah disemprot dengan penampak noda.
● Identifikasi Golongan Senyawa
Lempeng KLT yang pertama digunakan untuk identifikasi golongan
senyawa. Pertama dilakukan pengamatan secara visual, kemudian diamati
dibawah lampu UV 254 dan 365 nm. Berdasarkan hasil praktikum,
didapatkan bahwa lempeng yang diamati dibawah lampu UV 254 dan 365
nm memberikan fluorosensi. Kemudian lempeng disemprot dengan pereaksi
dragendorf. Jika suatu senyawa mengandung alkaloid, maka pada pengujian
dengan reagen Dragendorff akan membentuk endapan berwarna coklat orange,
atau jingga, karena senyawa alkaloid akan berinteraksi dengan ion
tetraiodobismutat (III). Hasil positif alkaloid pada uji Dragendorff juga
ditandai dengan terbentuknya endapan coklat muda sampai kuning. Endapan
tersebut adalah kaliumalkaloid. Hasilnya diamati di sinar tampak
memperlihatkan adanya warnanya merah-jingga kecoklatan, sehingga dapat
disimpulkan simplisia tersebut mengandung alkoloid.
● Identifikasi Aktivitas Antioksidan
Lempeng KLT yang kedua digunakan untuk identifikasi aktivitas
antioksidan dengan menggunakan metode DPPH. Berdasarkan hasil
praktikum, lempeng yang telah disemprot pereaksi DPPH menghasilkan
warna latar belakang ungu dan pada plat yang berisi bercak kuning jika dilihat
dari sinar tampak . Hal ini menandakan senyawa uji positif mengandung
antioksidan.
4. Flavonoid bebas
Identifikasi flavanoid bebas dalam KLT menggunakan fraksi kloroform , fase diam
Silika gel GF 254 dan fase gerak campuran kloroform-etil asetat ( 3 : 2 ) . Sampel yang
sudah ditotolkan pada fase diam kemudian di eluasi dengan fase gerak pada
chamber yang sudah dijenuhkan. Kemudian dilakukan identifikasi terhadap noda
pada plat KLT. Identifikasi dilakukan 2 tahap yaitu identifikasi dengan lampu UV
254 dan 365 nm dan dilakukan identifikasi setelah disemprot dengan penampak
noda.
● Identifikasi Golongan Senyawa
Lempeng KLT yang pertama digunakan untuk identifikasi golongan
senyawa. Pertama dilakukan pengamatan secara visual, kemudian diamati
dibawah lampu UV 254 dan 365 nm. Berdasarkan hasil praktikum,
didapatkan bahwa lempeng yang diamati dibawah lampu UV 254 dan 365
nm memberikan fluorosensi. Kemudian lempeng disemprot dengan pereaksi
Uap amonia lalu diamati hasilnya di sinar tampak hasilnya memperlihatkan
adanya warna kuning. Sehingga dapat disimpulkan fraksi etanol simplisia
tersebut mengandung senyawa flavonoid bebas.
● Identifikasi Aktivitas Antioksidan
Lempeng KLT yang kedua digunakan untuk identifikasi aktivitas
antioksidan dengan menggunakan metode DPPH. Berdasarkan hasil
praktikum, lempeng yang telah disemprot pereaksi DPPH menghasilkan
warna latar belakang ungu dan pada plat yang berisi warna kuning pucat. Hal
ini menandakan senyawa uji positif mengandung antioksidan.
5. Antrakuinon
Identifikasi antrakuinon dalam KLT menggunakan fraksi kloroform , fase diam Silika
gel GF 254 dan fase gerak campuran n-propanolol : etil asetat : air ( 4 : 4 : 3 ) . Sampel
yang sudah ditotolkan pada fase diam kemudian di eluasi dengan fase gerak pada
chamber yang sudah dijenuhkan. Identifikasi dilakukan 2 tahap yaitu identifikasi
dengan lampu UV 254 dan 365 nm dan dilakukan identifikasi setelah disemprot
dengan penampak noda.
● Identifikasi Golongan Senyawa
Lempeng KLT yang pertama digunakan untuk identifikasi golongan
senyawa. Pertama dilakukan pengamatan secara visual, kemudian diamati
dibawah lampu UV 254 dan 365 nm. Berdasarkan hasil praktikum,
didapatkan bahwa lempeng yang diamati dibawah lampu UV 254 dan 365
nm memberikan fluorosensi. Kemudian lempeng disemprot dengan pereaksi
KOH 5% dalam metanol kemudian diamati hasilnya di sinar tampak hasilnya
memperlihatkan adanya noda warna merah kekuningan dan munculnya
keberadaan antrakuinon dalam suatu simplisia ditandai dengan adanya noda
merah, sehingga dapat disimpulkan bahwa simplisia yang diuji menunjukan
adanya kandungan antrakuinon.
● Identifikasi Aktivitas Antioksidan
Lempeng KLT yang kedua digunakan untuk identifikasi aktivitas
antioksidan dengan menggunakan metode DPPH. Berdasarkan hasil
praktikum, lempeng yang telah disemprot pereaksi DPPH menghasilkan
warna kuning pucat dengan adanya sedikit noda merah. Jadi dapat
disimpulkan bahwa simplisia tersebut positif memiliki aktivitas antioksidan.
6. Glikosida Jantung
Identifikasi glikosida jantung dalam KLT menggunakan fraksi etanol , fase diam Silika
gel GF 254 dan fase gerak campuran etil asetat : etil asetat : air ( 81 : 11 : 8 ). Sampel
yang sudah ditotolkan pada fase diam kemudian di eluasi dengan fase gerak pada
chamber yang sudah dijenuhkan. Kemudian dilakukan identifikasi terhadap noda
pada plat KLT. Identifikasi dilakukan 2 tahap yaitu identifikasi dengan lampu UV
254 dan 365 nm dan dilakukan identifikasi setelah disemprot dengan penampak
noda.
● Identifikasi Golongan Senyawa
Lempeng KLT yang pertama digunakan untuk identifikasi golongan
senyawa. Pertama dilakukan pengamatan secara visual, kemudian diamati
dibawah lampu UV 254 dan 365 nm. Berdasarkan hasil praktikum,
didapatkan bahwa lempeng yang diamati dibawah lampu UV 254 dan 365
nm memberikan fluorosensi. Kemudian lempeng disemprot dengan pereaksi
Raymond kemudian diamati hasilnya di sinar tampak hasilnya memperlihatkan
adanya warna merah-jingga. Sehingga dapat disimpulkan fraksi etanol simplisia
tersebut mengandung senyawa glikosida jantung.
● Identifikasi Aktivitas Antioksidan
Lempeng KLT yang kedua digunakan untuk identifikasi aktivitas
antioksidan dengan menggunakan metode DPPH. Berdasarkan hasil
praktikum, lempeng yang telah disemprot pereaksi DPPH menghasilkan
warna latar belakang ungu dan pada plat yang berisi noda warna merah-jingga
yang telah memudar. Hal ini menandakan senyawa uji positif mengandung
antioksidan.
7. Saponin
Identifikasi saponin dalam KLT menggunakan fraksi etanol , fase diam Silika gel GF
254 dan fase gerak campuran kloroform : metanol : air ( 64 : 50 : 10 ). Sampel yang
sudah ditotolkan pada fase diam kemudian di eluasi dengan fase gerak pada
chamber yang sudah dijenuhkan. Kemudian dilakukan identifikasi terhadap noda
pada plat KLT. Identifikasi dilakukan 2 tahap yaitu identifikasi dengan lampu UV
254 dan 365 nm dan dilakukan identifikasi setelah disemprot dengan penampak
noda.
● Identifikasi Golongan Senyawa
Lempeng KLT yang pertama digunakan untuk identifikasi golongan
senyawa. Pertama dilakukan pengamatan secara visual, kemudian diamati
dibawah lampu UV 254 dan 365 nm. Berdasarkan hasil praktikum,
didapatkan bahwa lempeng yang diamati dibawah lampu UV 254 dan 365
nm memberikan fluorosensi. Kemudian lempeng disemprot dengan pereaksi
anisaldehid-H2SO4 lalu diamati hasilnya di sinar tampak hasilnya
memperlihatkan adanya warna kekuningan. Sehingga dapat disimpulkan fraksi
etanol simplisia tersebut mengandung senyawa saponin.
● Identifikasi Aktivitas Antioksidan
Lempeng KLT yang kedua digunakan untuk identifikasi aktivitas
antioksidan dengan menggunakan metode DPPH. Berdasarkan hasil
praktikum, lempeng yang telah disemprot pereaksi DPPH menghasilkan
warna latar belakang ungu dan pada plat yang berisi warna putih dan adanya
sedikit noda kuning pucat. Hal ini menandakan senyawa uji positif mengandung
antioksidan.
8.Glikosida Flavonoid
Identifikasi glikosida flavonoid dalam KLT menggunakan fraksi etanol , fase diam
Selulosa dan fase gerak asam asetat 15%. Sampel yang sudah ditotolkan pada fase
diam kemudian di eluasi dengan fase gerak pada chamber yang sudah dijenuhkan.
Kemudian dilakukan identifikasi terhadap noda pada plat KLT. Identifikasi
dilakukan 2 tahap yaitu identifikasi dengan lampu UV 254 dan 365 nm dan
dilakukan identifikasi setelah disemprot dengan penampak noda.
● Identifikasi Golongan Senyawa
Lempeng KLT yang pertama digunakan untuk identifikasi golongan
senyawa. Pertama dilakukan pengamatan secara visual, kemudian diamati
dibawah lampu UV 254 dan 365 nm. Berdasarkan hasil praktikum,
didapatkan bahwa lempeng yang diamati dibawah lampu UV 254 dan 365
nm memberikan fluorosensi. Kemudian lempeng disemprot dengan pereaksi
anisaldehid-H2SO4 lalu diamati hasilnya di sinar tampak hasilnya
memperlihatkan adanya warna kuning. Sehingga dapat disimpulkan fraksi
etanol simplisia tersebut mengandung senyawa Glikosida Flavonoid.
● Identifikasi Aktivitas Antioksidan
Lempeng KLT yang kedua digunakan untuk identifikasi aktivitas
antioksidan dengan menggunakan metode DPPH. Berdasarkan hasil
praktikum, lempeng yang telah disemprot pereaksi DPPH menghasilkan
warna latar belakang ungu dan pada plat yang berisi noda warna DPPH
memudar menjadi putih dan ada sedikit noda kuning jika dilihat dari sinar
tampak . Hal ini menandakan senyawa uji positif mengandung antioksidan.
Nilai Rf noda pada praktikum ini tidak dapat dihitung sebab nodanya memanjang
(eluasi tidak baik ).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil praktikum Skrining Fitokimia dengan Metode KLT yang sudah dilakukan,
simplisia yang diuji mengandung senyawa minyak atsiri, alkaloid, flavonoid bebas, saponin,
antrakuinon, glikosida jantung dan glikosida flavonoid dan simplisia tidak mengandung
golongan senyawa terpenoid bebas,. Pada pengujian aktivitas antioksidan menggunakan
DPPH, didapatkan adanya kandungan antioksidan pada semua golongan senyawa
DAFTAR PUSTAKA
Fitokimia.Yogyakarta:Universitas Islam Indonesia
Julianto, Tatang Shabur.2019.Fitokimia Tinjauan Metabolit Sekunder dan Skrining
Penentuan Kadar Flavonoid Total Ekstrak dan Fraksi-Fraksi Buah Parijoto (Medinilla
speciosa B.). Prosiding Seminar Nasional Unimus.Vol. 1:8-13
Purwanto, Didit. dkk. 2017. Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Buah Purnajiwa (Kopsia
arborea Blume.) dengan Berbagai Pelarut. Kovalen Jurnal Riset Kimia, 3(1):24-32
Rissa Laila Vifta, Yustisia Dian Advistasari.2018. Skrining Fitokimia, Karakterisasi, dan

Anda mungkin juga menyukai