Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

“KOMUNIKASI KEPERAWATAN”

DISUSUN OLEH:

1. MERDEKAWATI LAPAEHE (202101059)


2. LEONY CHAROL (202101018)
3. JELITA MAWEIKERE (202101015)
4. DEAH TUMBELAKA (202101009)
5. RAYNALD PANGALILA (202101028)
6. OCTAVIO RAMOPILII (202101025)
7. VANESS IKANUBUN (202101034)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

GUNUNG MARIA TOMOHON

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna
memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Komunikasi (Praktek), dengan judul:
“Komunikasi Keperawatan”.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembangan dunia Pendidikan khusunya keperawatan.

Tomohon, 17 Maret 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I.........................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Komunikasi....................................................................................................3
2.1.1 Komponen Komunikasi.............................................................................................4
2.2 Jenis Komunikasi..............................................................................................................5
2.3 Komunikasi Terapeutik...............................................................................................6
2.3.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik...........................................................................6
2.3.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik.................................................................................7
2.3.3 Manfaat Komunikasi Terapeutik...............................................................................8
2.3.4 Komponen Komunikasi Terapeutik...........................................................................8
2.3.5 Fase Hubungan Terapeutik......................................................................................10
2.3.6 Sikap Komunikasi Terapeutik.................................................................................11
2.3.7 Teknik Komunikasi Terapeutik...............................................................................11
BAB III....................................................................................................................................13
3.1 KESIMPULAN.........................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi memegang peranan sangat penting dalam pelayanan keperawatan, karena


komunikasi merupakan kegiatan mutlak dan menentukan bagi hubungan atau interaksi
perawat dan pasien dalam menunjang kesembuhan pasien. Komunikasi dalam area
keperawatan merupakan proses untuk menciptakan hubungan antara tenaga kesehatan dan
pasien untuk mengenal kebutuhan pasien dan menentukan rencana tindakan serta
kerjasama dalam memenuhi kebutuhan tersebut (Machfoed, 2009). Berdasarkan Stuart
dan Sundeen (2006), komunikasi sangat penting antara perawat dengan klien.
Komunikasi yang dilakukan antara perawat dengan klien mempunyai manfaat seperti
menemukan solusi dari permasalahan yang sedang dialami klien, dan komunikasi ini
dinamakan dengan komunikasi terapeutik.
Menurut Kusuma (2016) komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan
secara sadar, bertujuan dan kegiatan dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Sedangkan
menurut Suryani (2005), Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang dilakukan atau
dirancang untuk tujuan terapi. Seorang penolong atau perawat dapat membantu klien
mengatasi masalah yang dihadapinya melalui komunikasi.
Menurut Peplau (1997) dalam Martin & Chanda (2016) tujuan komunikasi terapeutik
adalah untuk mengembangkan pemahaman bersama diantara orang-orang yang
mempunyai keterikatan satu sama lain seperti komunikasi antara perawat-pasien.
Komunikasi terapeutik bersifat menyeluruh, berfokus pada pasien dan memperhatikan
seluruh aspek perawatan pasien meliputi psikologi, psikososial, lingkungan dan spiritual.
Praktek komunikasi terapeutik berfokus pada kesehatan pasien dan merupakan landasan
hubungan saling percaya antara perawat dan pasien. Sedangkan menurut Adiansyah
(2014), tujuan dari komunikasi terapeutik adalah membantu pasien untuk memperjelas
dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan yang efektif
untuk pasien, membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.
Komunikasi terapeutik dapat menjadi jembatan penghubung antara perawat sebagai
pemberi pelayanan dan pasien sebagai pengguna pelayanan. Komunikasi terapeutik dapat
mengakomodasi pertimbangan status kesehatan yang dialami pasien. Komunikasi
terapeutik memperhatikan pasien secara holistik, meliputi aspek keselamatan, menggali

1
penyebab dan mencari jalan terbaik atas permasalahan pasien. Selanjutnya, komunikasi
terapeutik juga mengajarkan cara-cara yang dapat dipakai untuk mengekspresikan
kemarahan yang dapat di terima oleh semua pihak tanpa harus merusak (asertif) (Witojo
& Widodo, 2015).

1.2 Rumusan Masalah

Untuk memudahkan proses penjabaran dan penjelasan, makalah ini memiliki beberapa
rumusan masalah, yaitu:
1. Apa pengertian komunikasi?
2. Apa saja jenis komunikasi?
3. Apa penjelasan komunikasi terapeutik?

1.3 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini yaitu:


1. Mengetahui pengertian komunikasi
2. Mengetahui jenis-jenis komunikasi
3. Menjelaskan komunikasi terapeutik

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi merupakan proses pertukaran informasi atau meneruskan makna atau


arti. Komunikasi juga bisa diartikan sebagai proses penyampaian informasi, makna
atau pemahaman dari pengirim ke penerima. Dari komunikasi yang telah dilakukan
diharapkan akan menimbulkan perubahan tingkah laku atau muncul perilaku baru
sesuai dengan yang diinginkan oleh pengirim pesan atau informasi dari penerima
informasi.
Pada hakekatnya komunikasi merupakan alat untuk mengembangkan hubungan
dan merupakan hubungan itu sendiri. Dalam keperawatan, komunikasi merupakan
alat bagi perawat untuk mempengaruhi tingkah laku klien dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan.
Harold Koont dan CYRIL o’Donell mengemukakan pengertian komunikasi
adalah adalah pemindahan informasi dari satu orang ke orang lain terlepas percaya
atau tidak. Tetapi informasi yang ditransfer tentulah harus dimengerti oleh penerima.
William Ablig memberikan definisi komunikasi adalah proses pengoperasan
lambang-lambang yang mengandung pengertian antara individu-individu. Menurut
Dole Yoder dkk kata communications berasal dari sumber yang sama seperti common
yang artinya bersama, bersama-sama dalam membagi ide. Apabila seseorang
berbicara orang lainnya mendengarkan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah :
1. Komunikasi dilakukan oleh dua orang atau lebih
2. Komunikasi merupakan pembagian ide, pikiran, fakta, pendapat
3. Komunikasi melalui lambing-lambang yang harus dimengerti oleh yang
melakukan komunikasi.

Komunikasi dalam teori dan praktek menurut Dr. Phill Astrid Susanto dalam
proses pengoperan lambing-lambang yang mengandung arti. Human relation
at work, Keth Davis menyebutkan komunikasi adalah proses lewatnya
informasi dan pengertian seseorang ke orang lain. Oxford dictionary, 1956
menjelaskan komunikasi adalah suatu pengiriman atau tukar menukar

3
informasi ide dan sebagainya. Sedangkan, Drs. Onong Uchjana Effendy, MA
menyebutkan komunikasi mencakup ekspresi wajah, sikap dan gerak-gerik
suara, kata-kata tertulis, percetakan, telegraf, telepon dan lain-lain.

Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaian dari


seseorang kepada orang lain, dengan menyertakan kode atau lambing
penyampaiannya itu sendiri melalui suatu proses.

2.1.1 Komponen Komunikasi

Unit dasar komunikasi terdiri dari seorang pengirim, seorang penerima dan
sebuah pesan dalam konteks tertentu. Komunikasi mempunyai enam (6) komponen yaitu:
1. Komunikator: penyampaian informasi atau sumber informasi
2. Komunikan: penerima informasi, pemberi respon terhadap stimulus
3. Pesan: gagasan, pendapat, stimulus, fakta, informasi
4. Media: saluran yang dipakai untuk menyampaikan pesan
5. Kegiatan “Encoding”: perumusan pesan oleh komunikator
6. Kegiatan “Decoding”: penafsiran pesan oleh komunikan

Komunikasi yang dilakukan antara pengirim dan penerima bisa bersifat satu arah, dua
arah, dan berantai.

1. Komunikasi searah
Komunikator mengirim pesannya melalui saluran atau media dan diterima
oleh komunikan. Sedangkan komunikan tersebut tidak memberikan umpan
balik (feedback).
2. Komunkasi dua arah
Komunikan mengirim pesan (berita) diterima oleh komuikan setelah
disimpulkan kemudian komunikan mengirim umpan balik kepada sumber
berita atau komunikator
3. Komunikasi berantai
Komunikan menerima pesan atau berita dari komunikator kemudian
disalurkan kepada komunikan kedua disampaikan kepada komunikan ketiga
dan seterusnya.

4
2.2 Jenis Komunikasi

1. Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal dilakukan melalui kata-kata, bicara atau tertulis. Komunikasi ini
memerlukan fungsi fisioligis dan mekanisme kognitif yang akan menghasilkan bicara.
Meskipun yang paling mempengaruhi komunikasi adalah Bahasa non verbal, kata
merupakan alat yang sangat penting dalam komunikasi.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh perawat dalam berkomunikasi secara
verbal adalah (Leddy, 1998):
 Masalah Teknik : seberapa akurat komunikasi tersebut dapat mengirimkan
symbol dari komunikasi
 Masalah Semantik : seberapa tepat simbol dalam mengirimkan pesan yang
dimaksud
 Masalah Pengaruh : seberapa efektif arti yang diterima mempengaruhi tingkah
laku

Ellis dan Nowlis (1994) menyatakan beberapa hal yang penting dalam berkomunikasi
verbal :

a. Penggunaan Bahasa
Penggunaan bahasa perlu mempertimbangkan pendidikan klien, tingkat
pengalaman dan kemahiran dalam berbahasa. Penggunaan bahasa juga
memerlukan: kejelasan, keringkasan dan kesederhanaan.
b. Kecepatan
Kecepatan akan mempengaruhi komunikasi verbal. Seseorang yang dalam
keadaan cemas atau sibuk biasanya akan lupa untuk berhenti berbicara dan
pembicaraan dilakukan sangat cepat sehingga hal ini menyebabkan pendengar
tidak dapat memproses pesan dan menyusun respon yang akan diberikan.
Komunikasi verbal dengan kecepatan yang sesuai akan memberikan
kesempatan bagi pembaca sendiri untuk berpikir jernih tentang apa yang
diucapkan dan juga akan menyebabkan seseorang dapat menjadi pendengar
yang efektif.
c. Voice Note

5
Menunjukkan gaya dari ekspresi yang digunakan dalam bicara dan dapat
merubah arti dari kata. Pengaruh dari bicara dengan suara keras akan berbeda
dengan suara yang lembut/lemah.

Salah satu komunikasi verbal yang penting dalam keperawatan adalah


wawancara. Wawancara merupakan salah satu cara untuk mendapatkan data dari klien
yang spesifik yaitu untuk mendapatkan riwayat kesehatan, mengidentifikasi
kebutuhan kesehatan dan factor resiko, dan untuk menentukan perubahan spesifik dari
tingkat kesehatan dan pola hidup.

2. Komunikasi Non Verbal


Komunikasi non verbal merupakan komunikasi yang tidak melibatkan bicara dan
tulisan. Sebesar 90% dari arti komunikasi berasal dari komunikasi non verbal
(Hunanker cit. leddy, 1998). Hal ini menunjukkan pentingnya mempelajari
komunikasi non verbal.
Adapun tujuan dari komunikasi non verbal (Stuart dan Sudden, 1995) adalah :
a. Mengekspresikan emosi
b. Mengekspresikan tingkh laku interpersonal
c. Membangun, mengembangkan dan memelihara interaksi sosial
d. Menunjukkan diri
e. Terlibat dalam ritual
f. Mendukung komunikasi verbal

2.3 Komunikasi Terapeutik

2.3.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang memndorong proses penyembuhan


klien. Dalam pengertian lain mengatakan bahwa komunikasi terapeutik adalah proses yang
digunakan oleh perawat memakai pendekatan yang direncanakan secara sadar, bertujuan
dan kegiatannya dipusatkan pada klien.
Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling
memberikan pengertian antara perawat dengan klien. Persoalan yang mendasar dari
komunikasi ini adalah adanya saling membutuhkan antara perawat dan klien, sehingga

6
dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan klien, perawat
membantu dan klien menerima bantuan.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan
dengan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien. Komunikasi terapeutik
termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antara
perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara
perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan. Komunikasi
terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan,
disengaja, dan merupakan tindakan professional. Akan tetapi, jangan sampai karena terlalu
asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan beragam latar
belakang dan masalahnya.
Menurut Stuart dan Sudden (dalam Hamid, 1996), tujuan hubungan terapeutik
diarahkan pada pertumbuhan klien meliputi:
a. Realisasi diri, penerimaan diri dan peningkatan penghormatan terhadap diri.
b. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri.
c. Kemampuan untuk membina hubungan interpersonal yang intim dan saling
tergantung dengan kapasitas untuk mencintai dan dicintai.
d. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai
tujuan personal yang realistik.

2.3.2 Tujuan Komunikasi Terapeutik

Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan


pikiran serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu
mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.

Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi


oleh kualitas hubungan perawat klien, bila perawat tidak memperhatikan hal ini, hubungan
perawat-klien tersebut bukanlah hubungan yang memberikan dampak terapeutik yang
mempercepat kesembuhan klien, tetapi hubungan sosial biasa.

Tujuan komunikasi terapeutik adalah :

7
a. Membantu klien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan
pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk mengubah situasi yang ada bila
klien percaya pada yang diperlukan.
b. Mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif
dan mempertahankan kekuatan egonya.
c. Mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.

Tujuan terapeutik akan tercapai bila perawat memiliki karakteristik sebagai


berikut :
a. Kesadaran diri.
b. Klasifikasi nilai.
c. Eksplorasi perasaan.
d. Kemampuan untuk menjadi model peran.
e. Motivasi altruistic.
f. Rasa tanggung jawab dan etik.

2.3.3 Manfaat Komunikasi Terapeutik

Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja


sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat pasien. Mengidentifikasi,
mengungkapkan perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan
oleh perawat.

Manfaat komunikasi terapeutik (Anas, 2014) adalah :

a. Mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dengan pasien melalui
hubungan perawat-pasien.
b. Mengidentifikasi, mengungkapkan perasaan, mengkaji masalah, dan
mengevaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat.

2.3.4 Komponen Komunikasi Terapeutik

Komponen komunikasi terapeutik menjadi bagian yang tentu saja tidak bisa
dipisahkan dari proses komunikasi terapeutik. Sebagaimana kita ketahui, komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses penyembuhan klien.

8
Proses komunikasi terapeutik biasa dilakukan oleh perawat yang biasa dikenal
sebagai komunikasi terapeutik dalam keperawatan. Namun demikian, tak jarang pula
profesi lain yang juga menggunakan jenis komunikasi yang sama karena bagaimana pun
juga tujuan utama dari komunikasi terapeutik adalah mendorong tercapainya kesembuhan
klien. Istilah yang dekat dengan jenis komunikasi ini adalah psikologi komunikasi. Berikut
ini adalah beberapa komponen dari komunikasi terapeutik secara umum :

1. Pengirim pesan; bisa disebut juga sebagai komunikator. Pengirim pesan di sini adalah
sebagai pemberi tindakan terapeutik (dalam hal ini bisa perawat, dokter). Tentu saja
komponen ini adalah komponen yang menjadi bagian paling utama dari komunikasi
terapeutik.
2. Pesan; informasi atau pesan yang akan disampaikan menjadi bagian di dalam
komponen komunikasi terapeutik. Tanpa adanya pesan, tentu saja komunikasi
terapeutik tidak bisa dilaksanakan dengan baik. Pesan menjadi sebuah hal yang akan
dipindahkan dari pengirim pesan kepada penerima pesan.
3. Penerima pesan; bisa disebut sebagai komunikan. Komunikan di sini adalah siapa saja
yang diberi tindakan terapeutik. Dalam hal ini adalah klien. Klien tidak hanya pasien
yang ada di rumah sakit. Cakupan klien ini bermacam-macam, bisa individu yang
sehat, individu yang sakit, kelompok, keluarga hingga masyarakat. Ragam klien pun
sangat variatif sekali, bisa tergantung usia, kondisi dan lain sebagainya.
4. Umpan Balik; adalah komponen yang merupakan sebuah respon dari penerima pesan
kepada pengirim pesan. Dengan adanya respon tersebut, maka hubungan timbal balik
antara perawat dan klien bisa terwujud dengan baik. Tentu saja ini juga komponen
yang perlu diperhatikan, mengingat bila komunikasi hanya berlangsung dari satu
pihak saja, maka hal tersebut belum bisa dikatakan sebagai proses komunikasi
efektif yang bersifat terapeutik.
5. Konteks; berarti lingkungan dari terjadinya komunikasi terapeutik. Latar dan juga
situasi menjadi salah satu hal yang penting karena ini terkait dengan jalannya proses
komunikasi terapeutik yang akan berlangsung.
6. Media; merupakan sebuah sarana untuk memudahkan proses komunikasi terapeutik
berlangsung. Komponen ini termasuk komponen yang sifatnya opsional, namun juga
sangat menunjang. Media dalam komunikasi terapeutik ada banyak dan beragam.
Penggunaannya disesuaikan dengan tujuan dari proses komunikasi yang akan
berlangsung sehingga fungsi media komunikasi juga bisa dipakai dengan efektif.

9
7. Sikap; Sikap sebenarnya bukan komponen utama dari proses komunikasi terapeutik.
Namun demikian, sikap juga menjadi penting. Sikap dari penerima pesan maupun
pengirim pesan akan sangat menentukan tingkat keberhasilan dari terjadinya proses
komunikasi terapeutik. Tentu saja, ini menjadi poin pembahasan tersendiri yang akan
lebih banyak berfokus pada pengirim pesan (perawat).
8. Strategi; adalah bagian dari proses komunikasi terapeutik yang menjadi ciri khas
tersendiri. Sebuah proses komunikasi terapeutik bisa terjalin dengan baik bila strategi
yang diterapkan juga sesuai. Ada banyak strategi yang bisa digunakan untuk
komunikasi terapeutik sehingga bisa menciptakan teknik komunikasi berkesan.

2.3.5 Fase Hubungan Terapeutik

Dalam sebuah fase terdapat tugas atau kegiatan perawat yang harus diselesaikan.

a. Fase preinteraksi
Tahapan ini adalah masa persiapan sebelum memulai berhubungan dengan klien.
Tugas perawat pada fase ini yaitu:
1. Mengeksplorasi perasaan, harapan dan kecemasannya
2. Menganalisa kekuatan dan kelemahan diri dengan Analisa diri ia akan terlatih
untuk memaksimalkan dirinya agar bernilai terapeutik bagi klien.
3. Mengumpulkan data tentang klien sebagai dasar dalam embuat rencana interaksi
4. Membuat rencana pertemuan secara tertulis, yang akan diimplementasikan saat
bertemu dengan klien.
b. Fase orientasi
Fase ini dimuali pada saat bertemu pertama kali dengan klien. Tugas utama perawat
pada tahap ini adalah memberikan situasi lingkungan yang peka dan menunjukan
penerimaan, serta membantu klien dalam mengekpresikan perasaan dan pikirannya.
c. Fase kerja
Tahap ini merupakan inti dari keseluruhan proses komunikasi terapeutik. Tahap ini
perawat bersama klien mengatasi masalah yang dihadapi klien. Perawat dan klien
mengeksplorasi stressor dan mendorong perkembangan kesadaran diri dengan
menghubungkan persepsi perasaan dan perilaku klien. Tahap ini berkaitan dengan
pelaksanaan rencana asuhan yang telah ditetapkan.

10
d. Fase terminasi
Fase ini merupakan fase yang sulit dan penting, karena hubungan saling percaya
sudah terbina dan berada pada tingkat optimal. Untuk melalui fase ini dengan sukses
dan bernilai terapeutik, perawat menggunakan konsep kehilangan. Terminasi
merupakan akhir dari pertemuan perawat yang dibagi 2 yaitu:
1. Terminasi sementara, berarti masih ada pertemuan lanjutan;
2. Terminasi akhir, terjadi jika perawat telah menyelesaikan proses keperawatan
secara menyeluruh. Tugas perawat pada fase ini yaitu:
 Mengevaluasi pencapaian tujuan interaksi yang telah dilakukan, evaluasi
ini disebut objektif.
 Melakukan evaluasi subjektif, dilakukan dengan menanyakan perasaan
klien setelah berinteraksi atau setelah melakukan Tindakan tertentu.
 Menyepakati Tindakan lanjut terhadap interaksi yang telah dilakukan.
 Membuat konrak untuk pertemuan berikutnya, kontrak yang perlu
disepakati adalah topik, waktu dan tempat pertemuan.

2.3.6 Sikap Komunikasi Terapeutik

Lima (5) sikap atau cara untuk menghadirkn diri secara fisik yang dapat
memfasilitasi komunikasi yang terapeutik menurut Egan, yaitu:
1. Berhadapan. Artinya dari posisi ini adalah “saya siap untuk anda”
2. Mempertahankan kontak mata. Kontak mata pada level yang sama berarti
menghargai klien dan menyatakan keinginan untuk tetap berkomunikasi.
3. Membungkuk ke arah klien. Posisi ini menunjukan keinginan untuk
mengatakan atau mendengar sesuatu.
4. Mempertahankan sikap terbuka, tidak melipat kaki atau tangan menunjukan
keterbukaan untuk berkomunikasi.
5. Tetap rileks. Tetap dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan
relaksasi dalam memberi respon kepada klien.

2.3.7 Teknik Komunikasi Terapeutik

Ada dua persyaratan dasar untuk komunikasi yang efektif yaitu:

11
1. Semua komunikasi harus ditunjukkan untuk menjaga harga diri pemberi
maupun penerima pesan.
2. Komunikasi yang menciptakan saling pengertian harus dilakukan lebih dahulu
sebelum memberikan saran, informasi maupun masukan.

Stuart dan Sundeen (1998) mengidentifikasi Teknik komunikasi terapeutik


sebagai berikut:

1. Mendengarkan dengan penuh perhatian; dalam hal ini perawat berusaha


mengerti klien dengan cara mendengarkan apa yang disampaikan klien.
Mendengarkan merupakan dasar utama dalam komunikasi. Dengan
mendengar perawat mengetahui perasaan klien. Beri kesempatan lebih banyak
pada klien untuk berbicara. Perawat harus menjadi pendengar yang aktif.
2. Menunjukkan penerimaan; menerima tidak berarti menyetujui, menerima
bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan keraguan atau
ketidaksetujuan.
3. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan; tujuan perawat bertanya adalah untuk
mendapatkan informasi yang spesifik mengenai apa yang disampaikan oleh
klien.
4. Mengulangi ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri; melalui
pengulangan Kembali kata-kata klien, perawat memberikan umpan balik
bahwa perawat mengerti pesan klien dan berharap komunikasi dilanjutkan.
5. Mengklasifikasi; klasifikasi terjadi saat perawat berusaha untuk menjelaskan
dengan kata-kata ide atau pikiran yang tidak jelas dikatakan oleh klien.

12
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Membina hubungan terapeutik dengan pasien, bahwa adanya pemahaman


tentang pengertian atau definisi, adanya tujuan, tahapan dan manfaat komunikasi
terapeutik yang dapat dijelaskan oleh perawat itu sendiri. Mengidentifikasi persiapan
perawat sebelum berinteraksi dengan pasien bahwa pada saat perawat melakukan fase
prainteraksi maka perawat harus bisa menggali kemampuan diri yaitu dengan cara
menilai kekuatan dan kelemahan perawat serta menyiapkan diri secara terapeutik.
Melakukan kerja sama dengan cara berkomunikasi dua arah dengan pasien
untuk mengatasi masalah pasien, mengatasi masalahnya, maka perawat perlu
melakukan tindakan keperawatan yang sudah direncanakan sebelumnya.
Mengevaluasi pencapaian tujuan dari interaksi, menanyakan hasil dari tindakan yang
sudah dilakukan, dan perawat juga mengucapkan salam akhir dari pertemuan yang
sudah dilakukan. Menghadapi kesulitan pasien dalam berkomunikasi yaitu hambatan
dalam melakukan komunikasi terapeutik dengan adanya penghindaran yang dilakukan
pasien dan sulitnya untuk berkomunikasi.

13
DAFTAR PUSTAKA

Musliha dan Fatmawati, Siti. 2009. Komunikasi Keperawatan. Yohjakarta:


Nuha Medika.

Barzam. 2022. “8 Komponen Komunikasi Terapeutik”.


https://pakarkomunikasi.com/komponen-komunikasi-terapeutik, diakses pada 18
Maret 2022 pukul 10.45.

14
Gambar 1 Komunikasi Berantai

Gambar 2 Percakapan dua arah

15

Anda mungkin juga menyukai