i
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Diterbitkan oleh:
CV. Pustaka Prima (ANGGOTA IKAPI)
Jalan Pinus Raya No.138 Komplek.DPRD Tk.I Medan
Email : penerbit.pustakaprima@gmail.com
Website : www.pustaka-prima.com
A. Pengertian Koperasi
Koperasi berasal dari bahasa Inggris dari akar kata co yang
artinya bersama, dan operation yang artinya bekerja, sehingga
apabila disatukan secara harfiah koperasi artinya sama-sama
bekerja.1 Kata cooperation ini kemudian menjadi terminologi
dalam bidang ekonomi sebagai koperasi, yang artinya organisasi
ekonomi dengan keanggotaan yang bersifat sukarela.
Berdasarkan arti secara harfiah tersebut maka koperasi adalah
suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang
beranggotakan orang-orang atau badan-badan, yang
memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggotanya
berdasarkan peraturan yang ada serta mampu bekerja sama
secara kekeluargaan menjalankan suatu usaha dengan tujuan
mempertinggi kesejahteraan para anggotanya.2
Teori & Praktek (Bogor: Ghalia Indonesia, Cet. 1, 2014), hlm. 45.
Hukum Koperasi dan UKM - 7
diharapkan juga siap untuk berkorban untuk kepentingan
keluarga besar “koperasi” demi kemaslahatan bersama. Intinya
dalam rangka mewujudkan asas kekeluargaan ini, maka setiap
anggota koperasi membuang jauh-jauh sifat egois/individualis,
serta mau dan mampu bekerja sama dengan anggota lainnya.
Dengan terwujudnya asas kekeluargaan tersebut, maka
berarti telah mencerminkan adanya kesadaran dari hati nurani
serta akal budi setiap anggota dalam melakukan sesuatu untuk
koperasi itu sendiri, di bawah kendali pengurus serta pemilikan
dari para anggota atas dasar keadilan dan kebenaan serta
keberanian berkorban demi kepentingan bersama.21
oleg Raden Aria Wiriatmadja tahun 1896 hanya merupakan tonggak awal
berdirinya koperasi, tapi belum sampai pada bentuk perwujudannya.
Tumbuh, bergerak dan berkembangnya koperasi di Indonesia dimulai sejak
zaman organisasi pergerakan atau kebangkitan, yaitu pada masa Boedi
Utomo, Syarikat Islam dan seterusnya. Ibid.
26Kristiyani, “Kajian Yuridis Atas Putusan Kepailitan Koperasi Di
38Ibid.,
hlm. 50-51.
39Ibid.,
hlm. 51.
40Gilbert B. Pattipeilohy, “Penelitian Tentang Sejarah Perkembangan
49Ibid.
50Rusdiyono, Op.Cit., hlm. 37.
51Pujiyono, Op.Cit., hlm. 79.
18 – Hukum Koperasi dan UKM
2. Mendorong, menghubungi, mengawasi gerakan koperasi
secara aktif;
3. Menjamin barang-barang yang dibagikan kepada rakyat
dan dihasilkan oleh rakyat dapat disalurkan melalui
koperasi;
4. Membantu mengatasi hambatan koperasi-koperasi,
misalnya perkreditan, persaingan dengan swasta dan
sebagainya tanpa mengurangi sifat swadaya koperasi;
5. Mengakomodir kegiatan instansi anggota BAPENGKOP
dalam menyusun rencana, pelaksanaan maupun
pengawasan;
6. Dalam persoalan teknis peraturan dan hukum
perkoperasian, BAPENGKOP menyerahkan kepada
Jawatan Koperasi Departemen Transkopemada;
7. BAPENGKOP dalam menjalankan tugasnya berpegang
teguuh pada UU Nomor79 Tahun 1958 dan PP Nomor60
Tahun 1959; dan
8. Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 Tahun 1960 tentang
Pendidikan Koperasi. Inpres ini menekankan bahwa
pendidikan koperasi di Indonesia ditingkatkan secara
resmi di sekolah-sekolah, maupun dengan cara informal
melalui siaran media massa, dan lain seagainya yang
dapat memberikan informasi, pendidikan, pengajaran serta
menumbuhkan semangat berkoperasi bagii rakyat. Dengan
adanya Inpres ini maka pemerintah kemudian melakukan
berbagai kegiatan:
a. Pendidikan koperasi untuk kader-kader masyarakat
baik perkotaan maupun pedesaan; dan
b. Pemasukan Mata Pelajaran Koperasi dalam proses
belajar mengajar di sekolah-sekolah di Indonesia.
hlm. 215.
24 – Hukum Koperasi dan UKM
Selanjutnya dalam Pasal 3 dijelaskan bahwa “koperasi berdasar
atas asas kekeluargaan”.
Landasan hukum koperasi di Indonesia sangat lengkap
mulai dari landasan idiil, landasan mental, serta landasan
struktural. Rincian secara detailnya sebagai berikut:
1. Landasan idiil koperasi adalah Pancasila: Ketuhanan Yang
Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan
Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan /perwakilan, serta
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesi. Kelima sila
itu harus dijadikan dasar dalam kehidupan koperasi di
Indonesia. Dasar idiil ini haris diamalkan oleh seluruh
anggota maupun pengurus koperasi karena Pancasila
disamping merupakan dasar negara juga sebagai falsafah
hidup bangsa dan negara.61
2. Landasan struktural koperasi Indonesia adalah Undang-
Undang Dasar 1945. Sebagai landasan geraknya adalah
Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 serta
penjelasannya. Menurut Pasal 33 ayat (1) UUD 1945
mengatur: “Perekonomian disusun sebagai usaha bersama
atas asas kekeluargaan”. Undang-Undang Dasar 1945 juga
telah menempatkan koperasi pada kedudukan sebagai
soko guru perekonomian Indonesia.
3. Landasan mental koperasi Indonesia adalah setia kawan
dan kesadaran berpribadi. Landasan itu tercermin dari
kehidupan bangsa yang telah berbudaya, yaitu gotong
royong. Setia kawan merupakan landasan untuk bekerja
sama berdasarkan atas asas kekeluargaan. Kesadaran
berpribadi, keinsyafan akan harga diri sendiri merpakan
hal yang mutlak harus ada dalam rangka meningkatkan
derajat kehidupan dan kemakmuran. Kesadaran
berpribadi juga merupakan rasa tanggung jawab dan
disiplin terhadap segala peraturan hingga koperasi akan
terwujud sesuai dengan tujuannya.62
shantyechan.blogspot.com/2013/10/landasan-hukum-koperasi.html., diakses
tanggal 12 Mei 2021 pukul 22.09.
Hukum Koperasi dan UKM - 25
D. Evaluasi
1. Jelaskan landasan konstitusi adanya koperasi di
Indonesia?
2. Jelaskan kenapa koperasi dikatakan sebagai soko guru
ekonomi Indonesia?
3. Jelaskan prinsip-prinsipp koperasi yang termaktub
dalam Undang-Undang Nomor25 Tahun 1992?
4. Jelaskan yang dimaksud dengan landasan idiil
koperasi?
5. Jelaskan landasan struktural koperasi Indonesia?
65Ibid.,
hlm. 11-15.
66AndjarPachta W, Hukum Koperasi Indonesia (Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2005), hlm. 32.
67Hendrojogi, Koperasi: Azas-azas Teori dan Praktek (Jakarta: PT
69Aji
Basuki Rohmat, “Analisis Penerapan Prinsip-Prinsip Koperasi
Dalam Undang-Undang Koperasi (Studi Undang-Undang Nomor25 Tahun
1992 dan Undang-Undang Nomor17 Tahun 2012)”, dalam Jurnal
Pembaharuan Hukum, Vol. 2, Nomor1, Januari-April 2015, hlm. 140.
Hukum Koperasi dan UKM - 29
11. Pendistribusian yang adil dan merata akan hasil-hasil
ekonomi; dan
12. Pendidikan anggota.
B. Evaluasi
1. Jelaskan prinsip-prinsip koperasi dalam perspektif Bung
Hatta?
2. Jelaskan yang dimaksud dengan keanggotaan bersifat
sukarela dan terbuka?
3. Jelaskan apa yang dimaksud dengan prinsip-prinsip
koperasi (cooperative principles)?
4. Jelaskan sendi-sendi koperasi yang terdapat dalam Undang-
Undang Nomor 12 Tahun 1967 tentang Pokok-Pokok
Perkoperasian?
5. Jelaskan maksud dari sifat kesukarelaan dalam
keanggotaan koperasi?
A. Klasifikasi Koperasi
Indonesia adalah Negara yang menganut konsep Negara
kesejahteraan (welfare state). Konsep negara kesejahteraan
tersebut termaktub dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945), tepatnya
ada di alinea ke empat tentang tujuan dibentuknya Pemerintah
Negara Republik Indonesia, yaitu untuk “melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial”. Tujuan bangsa Indonesia yang terdapat dalam
pembukaan UUD 1945 itulah kemudian dijadikan spirit dasar
dalam penyelenggaraan negara yang peran utamanya adalah
menjamin kemakmuran pada semua warganya. Lebih lanjut
memajukan kesejahteraan umum yang berdasarkan keadilan
sosial diterjemahkan dalam batang tubuh UUD 1945 tepatnya
dalam Pasal 23, Pasal 27 ayat (2), Pasal 31, Pasal 33, dan Pasal
34.72
Negara kesejahteraan itu secara sederhana disederhanakan
sebagai suatu negara dimana pemerintahan negara dianggap
Nugroho, Loc.Cit.
75Ibid.
76Yudi Latif, Negara Paripurna: Historisitas, Rasionalitas, dan
Aktualitas Pancasila (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2011), hlm. 492.
36 – Hukum Koperasi dan UKM
penyelenggaraan Negara, baik pada bidang ekonomi, politik,
sosial, dan bidang lainnya. Hal ini menandakan bahwa segala
kebijakan yang dibuat oleh pemerintah dalam penyelenggaraan
Negara tidak boleh bertentangan dengan Pancasila dan UUD
1945.
Peran Negara sebagai aktor atau pelaksana dalam
perekonomian nasional yang dalam hal ini Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) tidak dapat lepas dari aktor ekonomi lainnya,
yaitu salah satunya sektor swasta dan koperasi. Pada sisi lain,
dalam pelaksanaan sistem ekonomi di Indonesia haruslah
disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.
Asas kekeluargaan dapat dipandang sebagai asas bersama yang
bermakna persaudaraan, humanisme dan pemerataan sesuai
asas-asas kemanusiaan.77
Wujud nyata dari asas kekeluargaan dalam aktor atau
pelaksana ekonomi salah satunya adalah koperasi. Koperasi
berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian merupakan badan usaha yang beranggotakan
orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas
kekeluargaan. Sebagai pelaku ekonomi, koperasi memiliki peran
yang sangat penting untuk mewujudkan demokrasi ekonomi
yang terkandung dalam Pasal 33 UUD 1945.78
Sejak diproklamirkannya kemerdekaan Republik Indonesia
pada tanggal 17 Agustus 1945 dan sehari kemudian Undang-
Undang Dasar 1945 disahkan, maka muncul semangat baru
untuk menggerakkan koperasi.79 Hal ini disebabkan koperasi
telah dilegitimasi keberadaannya melalui landasan hukum yang
sangat kuat yang termaktub dalam Pasal 33 ayat (1) UUD
1945.80
B. Evaluasi
1. Apa yang dimaksud dengan koperasi konsumen?
2. Jelaskan jenis koperasi berdasarkan lapangan usaha?
3. Jelaskan yang dimaksud dengan koperasi jasa?
4. Jelaskan fungsi koperasi simpan pinjam?
5. Jelaskan definisi koperasi berdasarkan Undang-Undang
Nomor 25 Tahun 1992?
90Ibid.
91Edwin,Op.Cit., hlm. 43.
92BudiUntung, Pembekalan Dasar Notaris Pembuat Akta Koperasi.
Makalah. Bali, Disampaikan pada Seminar Pembekalan Notaris Pembuat
Akta Koperasi di Bali pada tanggal 5 Juni 2004.
48 – Hukum Koperasi dan UKM
cara bergotong royong, maka prosedur atau persyaratan
pendiriannya diusahakan sesederhana mungkin, tidak
berbelit-belit, dengan persyaratan modal yang relatif kecil, dan
tanpa dipungut biaya yang tinggi. Persyaratan untuk
mendirikan koperasi yang biasanya telah terhitung dalam
undang-undang ataupun peraturan koperasi antara lain
adalah sebagai berikut:
a) Orang-orang yang akan mendirikan koperasi harus
mempunyai kepentingan ekonomi yang sama;
b) Orang-orang yang mendirikan koperasi harus mempunyai
tujuan yang sama;
c) Harus mematuhi syarat jumlah minimum anggota, seperti
telah dinamakan oleh pemerintah;
d) Harus memenuhi persyaratan wilayah tertentu, seperti
telah dinamakan oleh pemerintah; dan
e) Harus telah dibuat konsep anggaran dasar koperasi.93
D. Evaluasi
1. Jelaskan mengapa koperasi harus berbadan hukum?
2. Jelaskan syarat pembentukan koperasi primer berdasarkan
Pasal 6 Undang-Undang Nomor25 Tahun 1992?
3. Jelaskan bagaimana persiapan pembentukan koperasi?
4. Jelaskan syarat permohonan pengesahan koperasi sebagai
badan hukum?
5. Jelaskan siapa yang berhak untuk memberikan pengesahan
akta pendirian koperasi!
107Safitri
Handayani, Akta Pendirian Koperasi Yang Dibuat Notaris Dan
Akibat Penolakan Pengesahan Oleh Dinas Pelayanan Koperasi Dan Usaha
Kecil Menengah Provinsi Jawa Tengah. Tesis. Semarang: Program
Pascasarjana Magister Kenotariatan Universitas Dipoengoro, 2007, hlm. 42.
68 – Hukum Koperasi dan UKM
BAB V
113Ibid.
114Revrisond Baswir, Agenda Ekonomi Kerakyatan (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. 1997).
115 Mukhtar Abdul Kader, Op. Cit., hlm. 20.
129Ibid.
130Ibid., hlm. 131.
86 – Hukum Koperasi dan UKM
1. Masih sedikitnya jumlah koperasi simpan pinjam yang
mewadahi kelompok UKM dan Baitul Maal wa-Tamwil (BMT)
sehingga akses mereka sangat rendah;
2. Keengganan mereka masuk sebagai anggota koperasi karena
ada kewajiban membayar simpanan pokok dan simpanan
wajib bulanan yang dianggap sebagai beban;
3. Pada umumnya mereka tidak mau membentuk koperasi
karena tidak adanya kepercayaan mereka terhadap para
pengelola koperasi;
4. Ketidaktahuan mereka tentang manfaat berkoperasi yang
dapat membantu kegiatan usaha mereka;
5. Banyaknya koperasi yang gagal dan bangkrut karena salah
kelola, menyebabkan kepercayaan sebagian pelaku UKM
terhadap koperasi menjadi hilang;
6. Masih sedikitnya koperasi yang mampu mensejahterakan
anggotanya, sehingga mampu menarik mereka untuk
bergabung dan
7. Tidak adanya jaminan keamanan dari simpanan mereka di
koperasi, mempengaruhi minat mereka untuk menjadi
anggota koperasi (BMT).131
C. Evaluasi
1. Jelaskan yang dimaksud dengan usaha kecil dan menengah
(UKM)?
2. Jelaskan kriteria usaha kecil dan menengah (UKM)?
3. Jelaskan kelemahan dari usaha kecil dan menengah (UKM)?
4. Jelaskan apa yang dapat dilakukan koperasi untuk usaha
kecil dan menengah (UKM)?
5. Bagaimana bentuk sinergitas antara usaha kecil dan
menengah dan koperasi(UKM)?
144Ibid.
145Mukhtar Abdul Kader, “Peran UKM Dan Koperasi Dalam
Mewujudkan Ekonomi Kerakyatan Di Indonesia”, dalam Jurisma: Jurnal Riset
Bisnis dan Manajemen, Vol. VIII, Nomor1, Tahun 2018, hlm. 18.
Hukum Koperasi dan UKM - 97
3. Micro Enterprise dengan kriteria jumlah karyawan kurang dari
10 (sepuluh) orang, pendapatan per tahun tidak melebihi US$
100 ribu, dan jumlah aset tidak melebihi US$ 100ribu.146
Singapura mendefinisikan UMKM sebagai usaha yang
memiliki minimal 30% (tiga puluh persen) pemegang saham lokal
serta fixed productive asset (aset produktif tetap) di bawah SG$
15 juta. Malaysia menetapkan definisi UMKM sebagai usaha
yang memiliki jumlah karyawan tetap (full-time worker) kurang
dari 75 (tujuh puluh lima) orang atau usaha yang modal
pemegang sahamnya kurang dari RM 2,5 juta. 147
Jepang membagi UMKM dalam beberapa kelompok sebagai
berikut:
1. Mining and manufacturing dengan kriteria jumlah karyawan
maksimal 300 (tiga ratus) orang atau jumlah modal saham
mencapai US$2,5 juta.
2. Wholesale dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 100
(seratus) orang atau jumlah modal mencapai US$820ribu.
3. Retail dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 51-1 orang
atau jumlah modal saham sampai US$820 ribu.
4. Service dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 100
(seratus) orang atau jumlah modal saham sampai US$420
ribu.148
Korea Selatan mendefinisikan UMKM sebagai usaha yang
jumlah tenaga kerjanya di bawah 300 (tiga ratus) orang dan
jumlah asetnya kurang dari US$60 juta. Sedangkan European
Commision membagi UMKM kedalam 3 jenis,yaitu:
1. Medium sized Enterprise dengan kriteria: jumlah karyawan
kurang dari 250 (dua ratus lima puluh) orang, pendapatan per
tahun tidak melebihi US$50 juta, dan jumlah aset tidak
melebihi US$50 juta;
2. Small sized Enterprise dengan kriteria jumlah karyawan
kurang dari 50 (lima puluh) orang, pendapatan per tahun
tidak melebihi US$10 juta, dan jumlah aset tidak melebihi
US$13 juta;
3. Micro-sized Enterprise dengan kriteria jumlah karyawan
kurang dari 10 (sepuluh) orang, pendapatan per tahun tidak
151Ibid.
152Ibid., hlm. 26.
100 – Hukum Koperasi dan UKM
6. Kualitas SDM meningkat dengan penggunaan sarjana sebagai
manajer.153
153Ibid.
154Ibid., hlm. 26-27.
Hukum Koperasi dan UKM - 101
Secara umum, ciri-ciri usaha menengah meliputi
beberapa hal, yaitu:
1. Umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang
lebih baik, lebih teratur, bahkan lebih modern dengan
pembagian tugas yang jelas, seperti bagian keuangan,
pemasaran, dan produksi.
2. Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan
sistem akuntansi dengan teratur sehingga memudahkan
pengauditan dan penilaian atau pemeriksaan, termasuk yang
dilakukan oleh bank.
3. Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi
perburuhan, sudah menyediakan Jamsostek, pemeliharaan
kesehatan, dan lain sebagainya.
4. Sudah memiliki segala persyaratan legalitas, antara lain izin
tetangga, izin usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan
lingkungan, dan lain-lain.
5. Sudah memiliki akses terhadap sumber-sumber pendanaan
perbankan.
6. Umumnya, telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih
dan terdidik.156
C. Evaluasi
1. Jelaskan dasar hukum adanya usaha kecil dan menengah?
2. Apa ciri-ciri UMKM?
3. Jelaskan ciri-ciri usaha kecil?
4. Jelaskan ciri-ciri usaha menengah?
168Ibid.
169Ibid.
170Ibid., hlm. 139.
Hukum Koperasi dan UKM - 109
namun dalam Hukum Administrasi Negara izin harus tertulis,
kaitannya apabila terjadi sesuatu hal yang tidak diingikan, maka
izin yang berbentuk suatu keputusan adminstrasi negara
(beschicking) dapat dijadikan sebagai alat bukti dalam
pengadilan.171
Dengan adanya Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2014
tentang Perizinan untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah, izin
untuk UMKM hanya 1 (satu) lembar dan dapat diterbitkan hanya
dalam 1 (satu) hari oleh kecamatan. Dengan selembar izin yang
bisa selesai dalam sehari ini, UMKM bisa memperoleh 4 (empat)
manfaat. Pertama adalah legalitas usaha, kemudian kemudahan
untuk mendapatkan modal karena sudah legal, lalu akses untuk
mendapatkan pendampingan usaha dari pemerintah, dan
terakhir ialah kesempatan untuk memperoleh bantuan
pemberdayaan dari pemerintah, Oleh karena itu, para
pengusaha UMKM perlu segera mengurus izin UMKM tersebut di
kecamatan masing-masing supaya menjadi legal dan mendapat
berbagai kemudahan.172
Masalah hukum lain yang dialami oleh pelaku UKM adalah
belum mendaftarkan kekayaan intelektual khususnya merek
dagangnya disebabkan minimnya pemahaman akan manfaat
pendaftaran merek bagi industri UKM serta terbatasnya
permodalan, sehingga pelaku UKM tersebut tidak atau belum
mendapatkan perlindungan hukum, sebab suatu merek dagang
akan mendapatkan perlinudngan jika telah melakukan
permohonan pendaftaran hingga sampai keluar sertifikat atau
granted.173
Hak kekayaan intelektual adalah hak yang berkenaan
dengan kekayaan yang timbul karena kemampuan intelektual
manusia. Kemampuan tersebut dapat berupa karya dibidang
teknologi, ilmu pengetahuan, seni dan sastra.174 Ruang lingkup
hak kekayaan intelektual dibagi menjadi 2 (dua), yaitu hak cipta
171Ibid.
172Ibid.
173Sulasno, Uul Nabila, “Penerapan Perlindungan Hukum Kekayaan
Intelektual Atas UMKM Melalui Program Sabtu Minggu Di Kota Serang”,
dalam Jurnal Ilmu Administrasi Negara (AsIAN), Vol. 08, Nomor01, Maret 2020,
hlm. 28.
174Muhammad Ahkmad Subroto dan Suprapedi, Pengenak HKI (Hak
184Ibid.,
hlm. 69.
185Adrian Sutedi, 2009, Hak Atas Kekayaan Intelektual, Jakarta: Sinar
Grafika, hlm. 92.
114 – Hukum Koperasi dan UKM
Aspek hukum nasional yang berupaya meningkatkan
kemampuan daya saing produk barang dan jasa dalam negeri,
perekonomian nasional juga harus memerhatikan prinsip
perlindungan hukum internasional. Perlindungan ini akan
memengaruhi reputasi ekonomi dan perlakuan negara lain
terhadap kegiatan pemasaran produk-produk Indonesia, baik
di dalam maupun luar negeri.
Perlindungan hukum internasional dan hukum perdata
internasional dalam kerangka antar Negara melalui berbagai
sarana transportasi dan komunikasi saling mengerti
berdasarkan perjanjian internasional dan prinsip pacta sun
servanda, yaitu perjanjian yang telah disepakati berlaku
sebagai undang-undang bagi pihak penyelenggaraan
perjanjian.
4. Prinsip perlindungan bagi golongan ekonomi lemah
Berbagai regulasi yang mengatur pengembangan UKM selama
ini menunjukkan adanya kepedulian dan perhatian
pemerintah terhadap pengusaha kecil. Diantara ketentuan
tersebut adalah Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1995,
sebagai upaya perlindungan untuk pengusaha kecil, sehingga
pembinaan pasar bagi usaha kecil harus merupakan suatu
sistem terpadu, karena pengembangannya tergantung dari
interkasi unsur organisasi dari para pengusaha kecil dan
komponen pendukung dari kebijakan ekonomi pemerintah,
usaha menengah dan usaha besar yang dapat saling
membantu dan memengaruhi.186
C. Evaluasi
1. Bagaimana peran pemerintah dalam pengembangan
UMKM?
2. Bagaimana peran pemerintah dalam melindungi hak
kekayaan intelektual terhadap produk yang dihasilkan
oleh UKM?
3. Bagaimana peran UKM dalam pembangunan ekonomi di
Indonesia?
4. Bagaimana peran pemerintah dalam membuat regulasi
terkait dengan kemudahan permodalan bagi UKM?
5. Bagaimana seharusnya peran koperasi dalam mengatasi
persoalan permodalan bagi UKM?
BAB I
1. Landasan konstitusi adanya koperasi di Indonesia adalah
Pasal 33 ayat (1) UUD 1945.
2. Koperasi dikatakan sebagai soko guru ekonomi Indonesia
adalah karena koperasi merupakan sistem perekonomian yang
berasaskan kekeluargaan yang merupakan ciri khas
kepribadian bangsa Indonesia.
3. Prinsip-prinsip koperasi yang termaktub dalam Undang-
Undang Nomor25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian adalah:
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka.
b. Pengelolaan dilakukan secara demokrasi.
c. Pembagian SHU dilakukan secara adil sesuai dengan
besarnya jasa usaha masing-masing anggota.
d. Pemberian batas jasa yang terbatas terhadap modal.
e. Kemandirian.
f. Pendidikan perkoperasian.
g. Kerja sama antar koperasi.
BAB III
1. Apa yang dimaksud dengan koperasi konsumen adalah
merupakan koperasi yang menyelenggarakan keguatan usaha
pelayanan di bidang penyediaan barang kebutuhan anggota
dan non-anggota. Koperasi konsumen berperan dalam
mempertinggi daya beli sehingga pendapatan riil anggota
meningkat. Pada koperasi ini anggota memiliki identitas
sebagai pemilik (owner) dan sebagai pelanggan (customer).
Dalam kedudukan anggota sebagai konsumen, kegiatan
mengkonsumsi (termasuk konsumsi oleh produsen) adalah
penggunaan mengkonsumsi (termasuk konsumsi oleh
produsen) adalah penggunaan mengkonsumsi barang/jasa
yang disediakan oleh pasar.
2. Jenis koperasi berdasarkan lapangan usaha adalah: a)
Koperasi Desa yaitu koperasi yang anggota-anggotanya terdiri
dari penduduk desa yang mempunyai kepentingan yang sama;
b) Koperasi konsumsi yaitu koperasi yang anggota-anggotanya
terdiri dari tiap-tiap orang yang mempunyai kepentingan
langsung dalam bidang konsumsi; c) Koperasi Pertanian, yaitu
koperasi yang anggota-anggotanya terdiri dari petani pemilik
tanah, penggarap, buruh tani dan orang-orang yang
berkekentingan serta pencahariannya berhubungan dengan
usaha pertanian yang bersangkutan.
3. Yang dimaksud dengan koperasi jasa adalah merupakan
koperasi yang menyelenggarakan kegiatan usaha pelayanan
jasa non-simpan pinjam yang diperlukan oleh anggota dan
non-anggota. Koperasi jasa adalah koperasi dimana identitas
anggota sebagai pemilik dan nasabah sebagai konsumen jasa
dan atau produsen jasa.
4. Fungsi koperasi simpan pinjam adalah merupakan koperasi
yang menjalankan usaha simpan pinjam sebagai satu-satunya
usaha yang melayani anggota.
Hukum Koperasi dan UKM - 123
5. Definisi koperasi berdasarkan Undang-Undang Nomor25
Tahun 1992 adalah badan usaha yang beranggotakan orang-
seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai
gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas
kekeluargaan.
BAB IV
1. Koperasi harus berbadan hukum karena terkait adanya
pemisahan terhadap status harta kekayaan yang menjadi
milik koperasi sebagai sebuah organisasi dengan harta
kekayaan pribadi milik koperasi sebagai sebuah organisasi
dengan harta kekayaan milik para anggota koperasi dan para
pendiri. Selanjutnya, apabila di kemudian hari koperasi
tersebut bangkrut, maka pihak ketiga tersebut kreditur tidak
dapat menuntut para anggota pendiri atau anggota koperasi
itu secara pribadi untuk bertanggungjawab melunasi semua
utang-utang atau kewajiban-kewajiban apabila ternyata tidak
dapat dibuktikan bahwa para anggota yang menjadi penyebab
dari terjadinya kebangkrutan itu
2. Syarat pembentukan koperasi primer berdasarkan Pasal 6 UU
Nomor25 Tahun 1992 adalah dibentuk oleh sekurang-
kurangnya 20 (dua puluh) orang dan untuk Koperasi sekunder
dibentuk oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) Koperasi juga
berdasarkan Peraturan Menteri Negara dan Usaha Kecil dan
Menengah Nomor: 01/Per/M.KUKM/I/2006 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pembentukan Pengesahan Akta Pendirian dan
Perubahan Anggaran Dasar Koperasi, rapat pembentukan
Koperasi Primer dihadiri oleh sekurang-kurangnya 20 (dua
puluh) orang pendiri, sedangkan untuk Koperasi Sekunder
dihadiri oleh sekurang-kurangnya 3 (tiga) Koperasi yang telah
berbadan hukum, yang diwakili oleh kuasanya.
3. Persiapan pembentukan koperasi adalah: a) Pembentukan
koperasi harus dipersiapkan dengan matang oleh pendiri.
Persiapan tersebut antara lain; kegiatan sosialisasi,
penerangan maupun pelatihan bagi para pendiri dan calon
anggota untuk memperoleh pengertian dan kejelasan
mengenai perkoperasian. b) Yang dimaksud pendiri adalah
mereka yang hadir dalam rapat pembentukan koperasi dan
tekah memenuhi persyaratan keanggotaan serta menyatakan
124 – Hukum Koperasi dan UKM
diri menjadi anggota. c) Para pendiri menyiapkan rapat
pembentukan dengan cara: menyusun Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) dan rencana awal kegiatan
usaha.
4. Syarat permohonan pengesahan koperasi sebagai badan
hukum:
a. Surat keterangan persetujuan penggunaan nama Koperasi
dari Pejabat;
b. 2 (dua) rangkap akta pendirian koperasi, 1 (satu)
diantaranya bermaterai cukup;
c. Surat kuasa pendiri;
d. Notulen rapat pembentukan koperasi;
e. Berita acara rapat Pembentukan Koperasi;
f. Akta Pendirian koperasi yang dibuat dan ditandatangani
oleh Notaris;
g. Surat bukti jumlah setoran simpanan pokok dan simpanan
wajib sebagai modal awal;
h. Surat keterangan domisili;
i. Rencana kegiatan usaha koperasi minimal 3 (tiga) tahun
kedepan dan Rencana Anggaran Belanja dan Pendapatan
Koperasi; dan
j. Surat permohonan izin usaha Simpan Pinjam/Unit Usaha
Simpan Pinjam atau koperasi jenis lain yang memiliki unit
simpan pinjam.
5. Yang berhak memberikan pengesahan akta pendirian koperasi
adalah Berdasarkan Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 4
tahun 1994 tentang Persyaratan dan Tata Cara Pengesahan
Akta Pendirian dan Perubahan Anggaran Dasar Koperasi, yang
berwenang memberikan pengesahan akta pendirian Koperasi
dan pengesahan perubahan anggaran dasar Koperasi adalah
Menteri Koperasi.
BAB V
1. Yang dimaksud dengan usaha kecil dan menengah adalah
Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan
usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan
cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi
bagian, baik langsung maupun tidak langsung dari usaha
menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha
kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang tersebut.
Hukum Koperasi dan UKM - 125
Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang
berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau
badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau
bukan cabang perusahaan yang dimiliki, di kuasai, atau
menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung, dan
Usaha Mikro, usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi
kriteria usaha menengah sebagaimana dimaksud dalam UU
tersebut.
2. Kriteria usaha kecil dan menengah usaha kecil dengan nilai
aset lebih dari Rp 50.000.000- (lima puluh juta rupiah) sampai
dengan paling banyak Rp 500.000.000- (lima ratus juta
rupiah) atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp
300.000.000- (tiga ratus juta rupiah) hingga maksimum Rp
2.500.000.000,00; dan usaha menengah adalah perusahaan
dengan nilai kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000 (lima
ratus juta rupiah) hingga paling banyak Rp10.000.000.000.-
(sepuluh milyar rupiah) atau memiliki hasil penjualan
tahunan diatas Rp. 2 milyar 500 juta sampai paling tinggi
Rp.50 milyar.
3. Kelemahan dari usaha kecil dan menengah adalah masih
terbatasnya kemampuan sumber daya manusia; kendala
pemasaran produk sebagian besar pengusaha Industri Kecil
lebih memperioritaskan pada aspek produksi sedangkan
fungsi-fungsi pemasaran kurang mampu dalam
mengakseskannya, khususnya dalam informasi pasar dan
jaringan pasar, sehingga sebagian besar hanya berfungsi
sebagai tukang saja; kecenderungan konsumen yang belum
mempercayai mutu produk Industri Kecil; endala permodalan
usaha sebagian besar Industri Kecil memanfaatkan modal
sendiri dalam jumlah yang relatif kecil.
4. Yang dapat dilakukan koperasi untuk usaha kecil dan
menengah dengan memberikan bantuan permodalan agar
usaha kecil dan menengah dapat mengembangkan usahanya.
5. Bentuk sinergitas antara usaha kecil dan menengah dan
koperasi bentuknya adalah berupa pendampingan dalam
manajemen bagi pelaku usaha kecil dan menengah,
membantu bantuan permodalan serta memasarkan produk
usaha kecil dan menengah di koperasinya.
Bab VII
1. Peran pemerintah dalam pengembangan UMKM adalah
dengan membuat regulasi yang melindungi UMKM,
memberikan perizinan dengan syarat yang mudah serta
membantu permodalan melalui lembaga perbankan.
2. Peran pemerintah dalam melindungi hak kekayaan intelektual
terhadap produk yang dihasilkan oleh UKM adalah dengan
membuat aturan tentang hak merek agar produk UKM
memiliki perlindungan hukum
3. Peran UKM dalam pembangunan ekonomi di Indonesia adalah
mampu menyerap tenaga kerja lokal, serta peningkatan
inovasi, yang kemudian melahirkan berbagai produk baru,
sehingga memberi manfaat dan peluang bagi masyarakat
lainnya untuk membuka usaha baru lainnya serta tahan
terhadap badai krisis ekonomi yang beberapa kali melanda
Indonesia.
4. Peran pemerintah dalam membuat regulasi terkait dengan
kemudahan permodalan bagi UKM adalah berupa stimulus
modal dari lembaga perbankan untuk menjaga momentum
ketahanan UKM tersebut. Pelaku UKM memerlukan modal
hanya untuk mengembangkan usahanya, agar tetap dapat
hidup ditengah-tengah kepungan para pengusaha lokal yang
besar, sekaligus untuk menghidupi karyawannya yang
memang berasal dari masyarakat setempat.
5. Peran koperasi dalam mengatasi persoalan permodalan bagi
UKM adalah sebagai lembaga yang memberikan permodalan
128 – Hukum Koperasi dan UKM
khususnya bagi koperasi simpan pinjam. Koperasi dapat juga
menarik pelaku UKM untuk menjadi anggotanya, atau
koperasi dapat memasarkan produk pelaku UKM sehingga
produk-produk lokal itu dapat dikenal di wilayahnya.
A. Buku
Abdul Basith, 2008, Islam dan Manajemen Koperasi, Malang: UIN
Malang Press, Cet. 1.
Anoraga, Pandi, dan Djoko Sudantoko, 2002, Koperasi
Kewirausahaan dan Usaha Kecil, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Anoraga, Pandji, dan Ninik Widiyanti, 2003, Dinamika Koperasi,
Jakarta: Bina Adiaksa.
Atmasasmita, Romli, 2012, Teori Hukum Integratif, Rekontruksi
terhadap Teori Hukum Pembangunan dan Teori Hukum
Progresif, Yogyakarta: Penerbit Genta Publising.
Baswir, Revrisond, 1997, Agenda Ekonomi Kerakyatan,
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Burhanuddin S., 2010, Prosedur Mudah Mendirikan Koperasi,
Yogyakarta: Pustaka Yustisia.
Chaniago, Arifinal, 1987, Perkoperasian di Indonesia, Bandung:
Angkasa.
Djabaruddin Djohan, 1997, Setengah Abad Pasang Surut
Gerakan Koperasi Indonesia 12 Juli 1917-12 Juli 1997,
Jakarta: Dekopin.
Firdaus, Muhammad, dan Agus Edhi Susanto, 2002,
Perkoperasian Sejaraj, Teori & Praktek, Jakarta: Ghalia
Indonesia.
Hadikusuma, R.T. Sutantya Rahardja, 2007, Hukum Koperasi
Indonesia, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
Hadinoto, Sutanto, 2006, Micro Credit Chalenc Cara Efektif
Mengatasi Kemiskinan dan Pengangguran di Indonesia,
Jakarta: PT. AlexMedia Komputindo.
Hadiprojo, Sukanto Rekso, 1992, Manajemen Koperasi,
Yogyakarta: BPFE, Cet. II.
Hadjon, Philipus M., 1993, Pengantar Hukum Perizinan,
Surabaya: Yuridika.
B. Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.
Undang-Undang Nomor23 Tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro
Kecil Menengah.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2016 tentang Merek dan
Indikasi Geografi.
Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995.
Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1995 tentang
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh Koperasi.
Peraturan Pemerintah Nomor 4 tahun 1994 tentang Persyaratan
dan Tata Cara Pengesahan Akta Pendirian dan Perubahan
Anggaran Dasar Koperasi.
Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2014 tentang Perizinan
untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah.
Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 11 Tahun 2011 tentang
Pelaksanaan Komitmen Cetak Biru MEA.
Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2006 tentang Paket Perbaikan
Iklim Investasi.
Peraturan Menteri Nomor 01 Tahun 2006 yaitu tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pembentukan, Pengesahan Akta pendirian dan
Perubahan Anggaran Dasar Koperasi.
Keputusan Menteri Negara Koperasi dan Pengusaha Kecil,
Menengah Nomor : 19/KEP/M/II/2000 tentang Pedoman
Kelembagaan dan Usaha Koperasi.
C. Jurnal
D. Prosiding
F. Skripsi
G. Tesis
H.Situs Internet
Belanda, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 41, 43,
23, 103 45, 46, 47, 48, 49, 50, 51, 52, 53, 54,
BUMN, 45, 84, 93 55, 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63, 64,
Cooperative, 17, 18, 20, 24 65, 66, 67, 68, 69, 70, 71, 72, 73, 74,
demokrasi, 12, 13, 27, 31, 35, 39, 40, 75, 76, 77, 78, 79, 80, 85, 87, 89, 90,
41, 45, 53, 79, 82, 83, 86, 131, 132 95, 97, 98, 107, 119, 127, 131, 132,
DPRD, ii 133, 134, 135, 139, 141, 142, 143,
hukum, 7, 8, 9, 19, 21, 22, 26, 27, 30, 144, 145, 146, 147, 148, 149, 150,
31, 32, 33, 38, 44, 45, 53, 54, 55, 56, 151
57, 59, 61, 63, 64, 65, 67, 69, 75, 76, Menteri, 25, 55, 58, 59, 63, 64, 65, 66,
77, 81, 104, 113, 115, 116, 120, 121, 67, 68, 69, 71, 73, 74, 75, 77, 119,
122, 123, 124, 125, 134, 135, 137, 134, 136, 143, 146, 147
138, 151 Negara, 11, 24, 25, 43, 44, 45, 53, 55,
Indonesia, i, ii, v, vi, 7, 8, 9, 10, 11, 58, 59, 63, 64, 65, 66, 67, 73, 74, 75,
12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 81, 83, 84, 117, 119, 120, 121, 125,
23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 32, 33, 134, 143, 145, 146, 147, 148, 149
34, 35, 36, 39, 43, 44, 45, 46, 48, 51, Orde Lama, 29, 30
53, 54, 65, 74, 76, 78, 79, 80, 81, 82, Pancasila, 8, 10, 12, 13, 28, 29, 32,
83, 86, 88, 89, 90, 91, 98, 101, 102, 44, 53, 81, 131, 143
103, 104, 105, 106, 107, 115, 116, Presiden, 24, 25, 26, 27, 28, 103, 106,
117, 121, 123, 124, 125, 126, 128, 118, 119, 120, 146
129, 131, 132, 138, 141, 142, 143, SHU, 13, 37, 38, 131
144, 145, 146, 147, 148, 149, 150, Simpan Pinjam, 47, 48, 50, 51, 52,
151 69, 71, 76, 77, 96, 135, 146, 147
Instruksi, 25, 26, 106, 118, 146 UUD, 8, 11, 13, 23, 25, 31, 32, 43, 44,
Koperasi, i, ii, iii, v, vi, 7, 8, 9, 10, 11, 45, 53, 81, 82, 84, 85, 95, 124, 131,
12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 143
22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 30, 31, welfare state, 43