Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa masih menjadi salah satu permasalahan kesehatan

yang signifikan di dunia, termasuk di Indonesia. Menurut Permenkes RI

Nomor 54 Tahun 2017 menyatakan bahwa kesehatan jiwa merupakan

suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secaa fisik,

mental, spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

kemampuannya sendiri. Selain itu dikatakan sehat jiwa jika orang tersebut

mampu mencegah gangguan mental akibat dari berbagai stresor, yang

dipengaruhi oleh besar kecilnya stressor, sehingga memiliki kemampuan

dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan maupun saat melakukan

interaksi. (Yusuf dkk,2015). Ketika individu tidak bisa melakukan koping

positif terhadap stresor yang dialami, maka orang tersebut akan mengalami

kecemasan yang berlebihan sehingga menimbulkan gangguan kejiwaan.

Gangguan jiwa adalah sekumpulan gejala dari gangguan pikiran,

perasaan ataupun tingkah laku yang menimbulkan penderita mengalami

gangguan fungsi-fungsi dalam kehidupan sehari-harinya (Kemenkes RI,

2016). Menurut data World Health Organization (WHO) (2016)

memperkirakan sekitar 21 juta orang mengalami gangguan jiwa berat

(skizofrenia) atau sebanyak 1,7 per 1.000 penduduk. Skizofrenia

merupakan gangguan jiwa yang dapat ditunjukkan dengan adanya

penurunan dan ketidakmampuan dalam berkomuniasi, gangguan realita

1
2

(halusinasi dan waham), afek tumpul atau tidak wajar, gangguan kognitif

serta kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Kirana dkk,2015).

Gejala skizofrenia dapat digolongkan menjadi 2 gejala yaitu gejala postif

dan gejala negatif. Gejala positif seperti halusinasi, delusi, gangguan

pemikiran (kognitif). Sedangkan untuk gejala negatif seperti tidak mampu

menampakkan atau mengekspresikan emosi pada wajah, kurangnya

dorongan untuk beraktivitas, kurangnya kemampuan bicara sosial

(Ma’rifatul dkk,2016).

Menurut data Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan

(Riskesdas Kemenkes), pada tahun 2018 sebanyak 282.654 rumah tangga

atau 0,67 % masyarakat di Indonesia mengalami Skizofrenia/Psikosis.

Informasi menyebutkan skizofrenia merupakan gangguan mental yang

terjadi dalam jangka panjang, sedangkan Psikosis merupakan kondisi

dimana penderitanya mengalami kesulitan membedakan kenyataan dan

imajinasi. Di Jawa Barat prevalensi gangguan jiwa skizofrenia pada tahun

2018 sebanyak 0,5% atau setara dengan 55.133 jiwa. Prevalensi ini

menunjukan peningkatan sekitar 6% dibanding pada tahun 2013.

Melambungnya angka tersebut mengakibatkan rendahnya kualitas serta

produktivitas Sumber Daya Manusia (SDM).

Berdasarkan hasil pendataan Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis

pada tahun 2019, menunjukan bahwa jumlah gangguan jiwa mencapai

79,94% atau 1.737 orang dari jumlah 2.173 sasaran. Dikarenakan

kurangnya pengetahuan dan kemauan masnyarakat dalam memanfaatkan


3

fasilitas kesehatan terutama di Puskesmas Sindangkasih. Berdasarkan hasil

pendataan pada tahun 2019 jumlah persentase terbanyak skizofrenia

terdapat di Puskesmas Sindangkasih yaitu sebanyak 76 orang, 48 orang

diantaranya yang mendapatkan pelayanan kesehatan. Prevalansi ini

menunjukkan adanya peningkatan dibanding tahun 2018 penderita

gangguan jiwa berat di Puskesmas Sindangkasih sebanyak 45 orang.

Sebagaimana disebutkan diatas, dampak bisa terjadi akibat

skizofrenia, baik itu dampak positif maupun dampak negatif, salah satu

dampak negatif yang umum ditimbulkan dari penderita skizofrenia yaitu

berupa penarikan diri dari lingkungan sosial. Isolasi Sosial merupakan

upaya individu untuk menghindari interaksi dengan orang lain,

menghindari hubungan dengan orang lain maupun dengan lingkungan

sekitarnya, dan juga sebagai mekanisme individu terhadap sesuatu yang

mengancam dirinya (Ma’rifatul dkk, 2016). Isolasi sosial dapat muncul

dari berbagai kegagalan, baik itu ketika menghadapi stresor maupun

penolakan dari lingkungan yang mengakibatkan individu tidak mampu

berfikir logis. Ketidakmampuan berfikir logis ini menyebabkan harga diri

rendah yang dimanifestasikan melalui perilaku isolasi sosial (Khalil,

2012).

Secara nyata isolasi sosial tidak langsung menggangu klien, namun

jika tidak segera ditangani, akan menyebabkan terjadinya penurunan

produktivitas pada penderita, tidak terpenuhinya Kebutuhan Dasar

Manusia (KDM) seperti tidak mau merawat diri (Brelannd-Noble et. al,
4

2016). Muncul masalah keperawatan yang nampak jika isolasi sosial

tidak segera ditangani seperti resiko gangguan persepsi sensori halusinasi,

resiko perilaku kekerasan, resiko mencederai diri sendiri maupun orang

lain. Oleh karena itu klien dengan isolasi sosial membutuhkan

penatalaksanaan yang komprehensif dan holistik dalam pemenuhan

kebutuhan dasar. Dari penatalaksanaan tersebut akan muncul efek yang

signifikan dari penderita berupa peningkatan fungsi sosial, keterampilan

dasar untuk hidup mandiri dan bekerja dalam suatu komunitas (Kumar,

2015).

Melalui asuhan keperawatan jiwa dari mulai tahap pengkajian

sampai dengan evaluasi. Dalam hal tersebut, penulis tertarik untuk

mengangkat studi kasus isolasi sosial sebagai Laporan Tugas Akhir

dengan judul “Asuhan Keperawata Jiwa Dengan Masalah Utama Isoslasi

Sosial Di Puskesmas Sindangkasih Ciamis”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan data diatas dan fenomena gangguan jiwa yang umum

terjadi adalah skizofrenia, dimana skizofrenia dapat dikatakan sebagai

gangguan jiwa berat yang banyak diderita. Sehingga gejala negatif yang di

timbulkan adalah isolasi sosial, sebagaimana yang sudah dibahas pada

latar belakang. Oleh karena itu, penulis dapat merumuskan masalah yang

berkaitan dengan latar belakang dan fenomena tersebut adalah


5

“Bagaimana Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan Masalah Utama Isolasi

Sosial di Puskesmas Sindangkasih Ciamis “.

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Menerapkan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Isolasi Sosial

dengan melalui pendekatan proses keperawatan secara langsung

dengan menggunakan metode ilmiah yang komprehensif.

2. Tujuan Khusus

Setelah melakukan asuhan keperawatan penulis mampu :

a. Mendeskripsikan pengkajian pada klien dengan gangguan isolasi

sosial.

b. Mendeskripsikan masalah keperawatan pada klien dengan

gangguan isolasi sosial.

c. Mendeskripsikan rencana tindakan pada klien dengan gangguan

isolasi sosial.

d. Mendeskripsikan tindakan keperawatan pada klien dengan

gangguan isolasi sosial.

e. Mendeskripsikan evaluasi asuhan keperawatan pada klien dengan

gangguan isolasi sosial.

D. Manfaat Penulisan

1. Bagi Klien dan Keluarga


6

Diharapkan mendapatkan informasi ataupun pengetahuan dalam

peningkatan mutu pendidikan di masa yang akan datang serta mampu

meningkatkan perhatian dan dukungan kelurga terhadap klien dengan

isolasi sosial khususnya dalam pengobatan dan perawatan secara

mandiri.

2. Bagi Penulis

Penulis mendapatkan pengetahuan, wawasan, pengalaman dan

meningkatkan keterampilan dalam penerapan asuhan keperawatan jiwa

pada klien dengan isolasi sosial.

3. Bagi Puskesmas

Hasil dari pengkajian dan analisa diharapkan dapat menjadi bahan

masukan bagi lahan praktek ataupun petugas kesehatan, dalam upaya

meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan khususnya

dalam pemberian asuhan keperawatan jiwa.

4. Bagi Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Sebagai sumber bacaan atau referensi untuk meningkatkan kualitas

pendidikan keperawatan, khususnya pada klien dengan gangguan

isolasi sosial dan juga menambah pengetahuan bagi para pembaca.

5. Bagi Institusi Pendidikan

Menambah pengetahuan dan informasi sebagai bahan yang dapat

dijadikan parameter keberhasilan menciptakan sumber daya manusia.


7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Biomedis

1. Definisi Skizofrenia

Skizofrenia berasal dari bahasa Yunani yaitu “schizo”

(split/perpecahan) dan “phren” (jiwa). Istilah tersebut digunakan untuk

menjelaskan terpecahnya suatu pikiran individu dengan gangguan ini,

yang tidak ditandai dengan adanya keberagaman kepribadian pada

individu (multiple personality) (Sadock et,al 2014).

Termasuk kedalam salah satu gangguan jiwa berat yang dapat

mempengaruhi pikiran, perasaan dan perilaku individu ditandai dengan

adanya kehilangan pemahaman terhadap realitas dan hilangnya daya

tilik diri (insight). Penyebab nya bervariasi serta perjalanan penyakit

ini sangat luas tergantung kepada faktor gennetik, fisik maupun sosial

budaya (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa-III

(PPDGJ-III) .

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

skizofrenia adalah gangguan jiwa berat (psikosis) yang ditandai dengan

terpecahnya suatu pikiran, persepsi, emosi, tilik diri, pembicaraan dan

perilaku, yang terjadi akibat dari variasi penyebab dan faktor tertentu.
8

2. Etiologi

Skizofenia belum jelas diketahui penyebabnya. Penelitian telah

mengenali beberapa faktor yang mempengaruhi berkembangnya

skizofrenia dalam diri seseorang. Para ilmuan mengetahui bahwa

skizofrenia dapat diwariskan secara turun temurun (National Institute

of Mental Health (NIMH) Amerika Serikat ,2018).

Penyakit ini terjadi dengan angka kurang dari 1 % di antara

populasi umum, namun terjadi dengan angka 10% di antara orang yang

memiliki kekerabatan tingkat pertama (orang tua atau saudara

kandung). Resiko tertinggi terjadi diantara orang yang kembar identik

yaitu terjadi dengan angka 40% hingga 65%. Walaupun kaitannya erat

dengan genetik, tidak menutup kemungkinan bahwa skizofrenia bisa

terjadi bukan hanya karena faktor tersebut, melainkan adanya faktor

lingkungan yang mempengaruhi.

Faktor-faktor lingkungan yang terlibat, seperti terpapar virus atau

kurang gizi sebelum kelahiran, masalah ketika melahirkan dan yang

lainnya yang belum diketahui faktor-faktor psikososial (National

Institute of Mental Health (NIMH) Amerika Serikat, 2018).

Dikemukakan bahwa orang yang sudah mempunyai faktor epigenetik,

bila mengalami stressor psikososial, maka risikonya lebih besar untuk

menderita skizofrenia dari pada orang yang tidak ada faktor epigenetik

sebelumnya (Yosep,2011).
9

3. Patofisiologi

Otak manusia terdiri dari milyaran sambungan sel, setiap

sambungan sel akan menjadi tempat menerima dan meneruskan pesan

dari sambungan lain. Di dalam otak penderita skizofrenia, terdapat

kesalahan atau kerusakan pada sistem komunikasi tersebut. Sehingga

sinyal-sinyal yang dikirim tidak berhasil mencapai sambungan sel

yang dituju. Skizofrenia terbentuk secara bertahap dimana keluarga

maupun penderita tidak menyadari ada sesuatu yang terjadi di dalam

otaknya. Kerusakan atau gejala yang perlahan-lahan bisa menjadi

skizofrenia acute. Kadang kala skizofrenia menyerang secara tiba-tiba,

ditandai dengan perubahan perilaku yang sangat dramatis. Serangan

yang mendadak selalu memicu terjadinya periode akut secara cepat

(Yosep , 2011).

4. Tanda dan Gejala

Indikator pre-skizofrenia antara lain ketidakmampuan

seseorang mengekspresikan emosi, penyimpangan komunikasi,

gangguan atensi, dan gangguan perilaku (Ma’rifatul dkk, 2016).

Gejala-gejala yang muncul pada penderita skizofrenia adalah

sebagai berikut :

a. Muncul delusi dan halusinasi

Delusi adalah keyakinan/pemikiran yang salah atau tidak

sesuai kenyataan, delusi yang biasanya muncul adalah bahwa


10

penderita skizofrenia meyakini dirinya Tuhan, dewa, nabi ataupun

orang besar dan penting. Sedangkan halusinasi adalah persepsi panca

indera yang tidak sesuai kenyataan. Misalnya penderita nampak bicara

sendiri.

b. Kehilangan energi dan minat dalam menjalankan aktivitas sehari-

hari

Seperti bersenang-senang, aktivitas seksual, berbicara hanya

sedikit, gagal menjalin hubungan dengan orang lain, tidak mampu

memikirkan konsekuensi dari tindakannya, emosi tidak sesuai

(misalkan tiba-tiba marah atau tertawa tanpa sebab).

Gejala skizofrenia terbagi dalam dua katagori utama: gejala

positif yang mencakup waham, halusinasi, dan disorganisasi pikiran,

bicara dan perilaku yang tidak teratur, serta gejala negatif atau gejala

samar, seperti efek datar, tidak memiliki kemauan, dan menarik diri

dari masyarakat atau rasa tidak nyaman. Gejala negatif sering kali

menetap sepanjang waktu dan menjadi penghambat utama pemulihan

dan perbaikan fungsi dalam kehidupan sehari-hari klien (Stuart, 2013).

5. Penatalaksanaan

Beberapa jenis terapi yang biasa dilakukan ataupun diberikan

oleh perawat ada 2 macam terapi yaitu, pemberian terapi farmakologi

dan nonfarmakalogi. Salah satu pemberian terapi farmakologi yaitu

dengan pemberian obat Clozapine untuk mengatasi skizofrenia.


11

Namun, sekitar 40 – 60 % pasien tidak memiliki respon yang

memadai, Sedangkan pemberian terapi nonfamakologi salah satu

diantaranya adalah terapi aktivitas. Seperti mencuci piring, menjemur

pakaian, mencuci pakaian, mandi dan berolahraga (Dellazizzo et. al,

2018).

(Ma’rifatul dkk,2016) menyatakan terapi penyakit skizofrenia

dapat dilakukan melalui pendekatan psikologi dengan melalukan

intervensi psikososial. Hal ini dilakukan dengan menurunkan stresor

lingkungan atau mempertinggi kemampuan penderita dalam

mengatasinya ataupun dengan adanya dukungan sosial. Hal ini

diyakini berdampak baik bagi kualitas hidup penderita. Intervensi yang

dilakukan berpusat pada keluarga sebagai support system bagi

penderita.

B. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengertian Isolasi Sosial

Isolasi Sosial merupakan upaya individu untuk menghindari

interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain

maupun dengan lingkungan sekitarnya dan juga sebagai mekanisme

individu terhadap sesuatu yang mengancam dirinya (Ma’rifatul dkk,

2016). Isolasi sosial adalah suatu keadaan dimana individu ataupun

kelompok memiliki kebutuhan atau hasrat untuk memiliki keterlibatan

kontak dengan orang lain, namun tidak mampu membuat kontak


12

tersebut. Gangguan isolasi sosial dapat terjadi karena individu merasa

ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan

yang baik dengan orang lain (Sutejo,2019). Dapat disimpulkan bahwa

isolasi sosial merupakan upaya individu atau kelompok yang memiliki

kemauan dalam berinteraksi atau membina hubungan namun merasa

tidak mampu membuat kontak tersebut, sehingga menghindari proses

interaksi.

2. Kriteria Masalah

a. Tanda Gejala

(Sutejo, 2019 ) menyebutkan beberapa tanda gejala isolasi sosial

yang ditemukan pada klien pada saat wawancara biasanya berupa

beberapa hal dibawah ini (Sutejo, 2019) :

1) Klien meneceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang

lain

2) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain

3) Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang

lain

4) Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu

5) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan

6) Klien merasa tidak berguna

7) Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

Tanda dan gejala isolasi sosial yang didapat melalui observasi,

antara lain :
13

1) Tidak memiliki teman dekat

2) Menarik diri

3) Tidak komunikatif

4) Tindakan berulang dan tidak bermakna

5) Asyik dengan pikirannya sendiri

6) Tidak ada kontak mata

7) Tampak sedih, apatis, afek tumpul

b. Etiologi

Terjadinya isolasi sosial dipengaruhi oleh faktor predisposisi

dan faktor prepitasi (Sutejo, 2019) :

1) Faktor Predisposisi

a) Faktor perkembangan

Keluarga menjadi tempat pertama yang memberikan

pengalaman, kurangnya stimulasi maupun kasih sayang dapat

menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Ketidakpercayaan

mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain, sehingga

akan mengalami kesulitan untuk berinteraksi dengan orang lain.

b) Faktor biologis

Genetik menjadi salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.

Insiden tertinggi skizofrenia, ditemukan pada keluarga dengan

riwayat anggota keluarga yang menderita skizofrenia.

c) Faktor sosial budaya


14

Isolasi sosial dapat mendukung terjadinya gangguan

berhubungan. Gangguan ini bisa disebabkan oleh adanya norma-

norma yang salah yang dianut keluarga, seperti anggota tidak

produktif yang diasingkan dari lingkungan sosial.

2) Faktor Presipitasi

a) Stresor sosiokultural

Menurunnya stabilitas unit keluarga, berpisah dari orang

terdekat

b) Stresor psikologik

Ansietas yang berlebihan akibat dari berpisah dari orang lain

akan menimbulkan berbagai masalah yang membuat

kemampuan individu dalam mengatasi masalah terbatas

c) Stresor intelektual

Kurangnya pemahaman diri, kegagalan dan kesulitan dalam

menghadapi hidup

d) Stressor fisik

Stressor fisik memicu isolasi sosial, menarik diri dapat meliputi

penyakit kronik dan keguguran

c. Rentang Respon Sosial


15

Individu berada dalam rentang respon adaptif sampai maladaptif.

Respon adaptif merupakan respon individu menyelesaikan suatu hal

yang diterima oleh norma masyarakat. Sedangkan respon maladaptif

adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah dengan cara yang

bertentangan dengan norma masyarakat (Sutejo, 2019).

Gambar 2.1 Rentang Respon Sosial

Respon Respon

Adaptif Maladaptif

Menyendiri Kesepian Manipulasi

Otonomi Menarik diri Impulsif

Kebersamaan Ketergantungan Narsisisme

Saling

Ketergantungan

(Sutejo,2019)

1) Respon Adaptif

a) Menyendiri

Respon yang dilakukan individu dalam merenungkan hal yang

telah terjadi dengan tujuan mengevaluasi diri.

b) Otonomi
16

Kemampuan individu, dalam menyampaikan ide, pikiran, perasaan

dalam hubungan sosial.

c) Kebersamaan

Kemampuan atau kondisi individu dalam hubungan interpersonal

d) Saling ketergantungan

Suatu hubungan saling bergantung antara satu individu dengan

individu lain dalam hubungan sosial.

2) Respon Maladaptif

a) Manipulasi

Gangguan sosial yang menyebabkan individu memperlakukan

sebagai objek, dimana hubungan terpusat pada pengendalian

masalah orang lain dan individu cenderung berorientasi pada diri

sendiri.

b) Impulsif

Respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai subjek yang

tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya, tidak mampu

merencanakan.

c) Narsisme

Respon sosial yang ditandai dengan individu memiliki tingkah laku

egosentris, harga diri rapuh, dan mudah marah

C. Proses Asuhan Keperawatan


17

Menurut UU RI No.38 Tahun 2014, asuhan keperawatan

adalah rangkaian interaksi perawat dengan klien dan lingkungannya

untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan kemandirian klien

dalam merawat diri, dengan proses asuhan yang dilakukan meliputi

pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan

evaluasi. Penerapan proses asuhan keperawatan pada klien gangguan

jiwa yang meliputi :

1. Pengkajian

Pengkajian merupakan suatu usaha yang dilakukan perawat di

dalam menggali suatu permasalahan (Sutejo, 2019).

a. Pengumpulan Data

Untuk dapat menyaring data yang diperlukan, umumnya yang

dikembangkan formulir pengkajian dan petunjuk teknis

pengkajian agar memudahkan dalam pengkajian. Sistematika

pengumpulan data meliputi:

1) Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, agama, diagnosa

medis, tanggal masuk, alamat, status perkawinan, sumber data,

bentuk tubuh, umur, No. rekam medik, pendidikan, pekerjaan

dan identitas penanggung jawab.

2) Keluhan utama dan alasan masuk, tanyakan pada klien atau

keluarga apa yang menyebabkan klien datang ke rumah sakit

saat ini serta bagaimana hasil dari tindakan orang tersebut.


18

3) Faktor predisposisi, menyanyakan kepada klien atau

keluarganya:

(a) Apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa atau tidak

(b) Apakah ya, bagaimana hasil pengobatan sebelumnya

(c)Klien pernah melakukan, mengalami atau menyaksikan

penganiayaan fisik, seksual, penolakan diri lingkungan,

kekerasan dalam keluarga dan tindakan kriminal.

(d) Apakah anggota keluarga ada yang mengalami gangguan

jiwa.

(e) Pengalaman klien yang tidak menyenangkan (kegagalan yang

terulang lagi, penolakan orang tua, harapan orang tua yang tidak

realistis) atau faktor lain, misalnya kurang mempunyai tanggung

jawab personal.

4) Aspek fisik atau biologis, observasi tanda-tanda vital, berat

badan, tinggi badan dan keluhan klien.

5) Psikososial, membuat genogram minimal tiga generasi yang

dapat menggambarkan hubungan klien dengan keluarga. Masalah

yang terkait dengan komunikasi pengambalian keputusan dan

pola asuh.

6) Konsep diri yang meliputi gambaran citra tubuh, identitas diri,

peran diri, ideal diri, dan harga diri.


19

7) Status mental meliputi penampilan, pembicaraan, aktivitas

motorik, alam perasaan, afek, interaksi selama wawancara,

persepsi, isi pikir, proses pikir, tingkat kesadaran, memori, tingkat

konsentrasi berhitung, kemampuan penampilan, dan daya tarik

diri.

8) Kebutuhan rencana pulang, kemampuan klien dalam makan,

BAB/BAK, mandi, berpakaian/berhias, istirahat dan tidur,

penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, kegiatan di dalam

rumah, kegiatan diluar rumah.

9) Mekanisme koping, didapat melalui wawancara pada klien atau

keluarga baik adaptif maupun maladaptif.

10) Masalah psikososial dan lingkungan di dapat dari masalah

klien dengan dukungan kelompok, masalah dengan pendidikan,

masalah dengan lingkungan, masalah dengan pekerjaan, masalah

dengan perumahan, masalah dengan ekonomi, masalah dengan

pelayanan kesehatan.

11) Pengetahuan, apakah klien mengetahui tentanng masalah

kesehatan jiwa atau tidak.

12) Aspek medik, obat-obatan klien saat ini baik obat fisik,

psikofarmako, dan terapi lain.

2. Analisa Data

Analisa Data Isoslasi Sosial , Halusinasi dan


Harga Diri Rendah
20

Tabel 2.1

NO DATA MASALAH

1. Data Subjektif : Isolasi Sosial


a. Klien mengatakan malas berinteraksi
dengan orang lain.
b. Klien mengatakan senang menyendiri di
rumah
c. Klien merasa tidak aman berada dengan
orang lain
d. Klien tidak mampu memulai
pembicaraan, berkonsentrasi, dan
membuat keputusan

Data Objektif :
a. Klien banyak diam tidak mau bicara
b. Klien menyendiri dan tidak mau
berinteraksi dengan orang lain
c. Afek klien tumpul
d. Ekspresi wajah dangkal, sedih, dan
datar
e. Kontak mata kurang

2. Data Subjektif : Gangguan Sensori


a. Klien mngatakan mendengar , melihat, Persepsi Halusinasi
mencium, merasakan sesuatu yang tidak
jelas
b. Klien menceritakan sesuatu yang tidak
jelas datang apabila melamun dan
sedang mnyendiri
c. Klien tidak mamapu berkonsentrasi
Data Objektif :
a. Klien tampak melamun
b. Klien terlihat berbicara dan tertawa
sendiri
c. Klien tampak menyendiri
d. Terlihat tatap mata satu arah
3. Data Subjektif : Harga Diri Rendah
a. Klien mengatakan malu berinterkasi
b. Klien mengatakan tidak memiliki
kemampuan apapun
c. Klien mengatakan malu terhadap diri
sendiri
Data Objektif :
a. Klien tampak sedih
b. Klien terlihat diam dan murung
c. Klien terlihat kurang focus dan tatapan
kosong
(Sutejo, 2019)
21

3. Pohon Masalah

Pohon masalah merupakan suatu pendekatan atau metode

yang digunakan untuk mengidentifikasi penyebab dalam suatu

masalah (Sutejo,2019).

Risiko Perubahan Sensori Persepsi : Halusinasi

Isolasi Sosial : Menarik diri

Harga Diri Rendah

Gambar 2.2 Pohon Masalah


(Sutejo, 2019)

4. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan merupakan penilaian klinis terhadap

respon individu, keluarga maupun komunitas pada masalah kesehatan

(SSDKI, 2017). Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan tanda

dan gejala isolasi sosial yang ditemukan (Yudantara dan Istiqomah,

2018). Jika hasil pengkajian menunjukan tanda dan gejala isolasi sosial,

maka diagnosis keperawatan yang ditegakkan adalah :

a. Isolasi Sosial : Menarik Diri

b. Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

c. Harga Diri Rendah


22

5. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang

dikerjakan, yang didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis

untuk mencapai peningkatan, pencegahan dan pemulihan. (SIKI, 2017).

Bagian dari fase pengorganisasian dalam proses keperawatan sebagai

pedoman untuk mengarahkan tindakan keperawatan dalam usaha

membantu, meringankan, memecahkan masalah atau untuk memenuhi

kebutuhan pasien. Dalam hal ini adanya perhatian dan kerjasama antara

klien dan tim kesehatan lain sangat diperlukan agar tujuan dapat dicapai

dengan baik. Rencana Tindakan Keperawatan Klien dengan isiolasi

sosial disajikan dalam tabel 1.2 (RSMM Bogor, 2019).


22
22

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL : MENARIK DIRI

Tabel 2.2

Nama Klien : DX Medis :


No CM : Ruangan :
Perencanaan
Tgl No Dx Dx Keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Isolasi Sosial TUM:
Klien dapat
bersosialisasi

TUK:
1. Klien dapat
membina 1. Setelah … X interaksi klien 1.1.Bina hubungan saling percaya dengan:
hubungan saling menunjukkan tanda-tanda percaya
kepada / terhadap perawat:  Beri salam setiap berinteraksi.
percaya  Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan
o Wajah cerah, tersenyum tujuan perawat berkenalan
o Mau berkenalan  Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien
o Ada kontak mata  Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali
o Bersedia menceritakan perasaan berinteraksi
o Bersedia mengungkapkan  Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi
23

masalahnya kllien
o Bersedia mengungkapkan  Buat kontrak interaksi yang jelas
masalahnya  Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan
klien

2. Klien mampu 2.Setelah … x interaksi klien dapat 2.1 Tanyakan pada klien tentang:
menyebutkan menyebutkan minimal satu
penyebab menarik penyebab menarik diri dari:  Orang yang tinggal serumah / teman sekamar klien
diri  Orang yang paling dekat dengan klien di rumah/ di
o diri sendiri ruang perawatan
o orang lain  Apa yang membuat klien dekat dengan orang tersebut
o lingkungan  Orang yang tidak dekat dengan klien di rumah/di
ruang perawatan
 Apa yang membuat klien tidak dekat dengan orang
tersebut
 Upaya yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang
lain
2.2 Diskusikan dengan klien penyebab menarik diri atau tidak
mau bergaul dengan orang lain.
2.3 Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
perasaannya
24

3. Klien mampu 3. Setelah … X interaksi dengan klien 3.1. Tanyakan pada klien tentang :
menyebutkan dapat menyebutkan keuntungan  Manfaat hubungan sosial.
keuntungan berhubungan sosial, misalnya  Kerugian menarik diri.
berhubungan o banyak teman 3.2. Diskusikan bersama klien tentang manfaat berhubungan
sosial dan o tidak kesepian sosial dan kerugian menarik diri.
kerugian menarik o bisa diskusi 3.3. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
diri. o saling menolong, perasaannya.
dan kerugian menarik diri, misalnya:
o sendiri
o kesepian
o tidak bisa diskusi

4. Klien dapat 4. Setelah … X interaksi klien dapat 4.1 Observasi perilaku klien saat berhubungan sosial .
melaksanakan melaksanakan hubungan sosial
hubungan sosial secara bertahap dengan: 4.2 Beri motivasi dan bantu klien untuk berkenalan /
secara bertahap berkomunikasi dengan :
o Perawat
o Perawat lain  Perawat lain
 Klien lain
o Klien lain
 Kelompok
25

o Kelompok 4.3 Libatkan klien dalam Terapi Aktivitas Kelompok


Sosialisasi
4.4 Diskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan klien bersosialisasi
4.5 Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai
dengan jadwal yang telah dibuat.
4.6 Beri pujian terhadap kemampuan klien memperluas
pergaulannya melalui aktivitas yang dilaksanakan.

5. Klien mampu 5. Setelah … X interaksi klien dapat 3.1. Diskusikan dengan klien tentang perasaannya setelah
menjelaskan menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial dengan :
perasaannya berhubungan sosial dengan :  Orang lain
setelah  Kelompok
berhubungan o Orang lain 3.2. Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan
sosial. o Kelompok perasaannya.

6. Klien mendapat 6.1. Setelah .... X pertemuan keluarga 6.1. Diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai
dukungan dapat menjelaskan tentang : pendukung untuk mengatasi prilaku menarik diri.
keluarga dalam o Pengertian menarik diri
memperluas o Tanda dan gejala menarik diri 6.2. Diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien
hubungan sosial mengatasi perilaku menarik diri
o Penyebab dan akibat menarik
diri 6.3. Jelaskan pada keluarga tentang :
o Cara merawat klien menarik
diri  Pengertian menarik diri
6.2. Setelah ... X pertemuan keluarga  Tanda dan gejala menarik diri
dapat mempraktekkan cara  Penyebab dan akibat menarik diri
merawat klien menarik diri.  Cara merawat klien menarik diri
6.4. Latih keluarga cara merawat klien menarik diri.
6.5. Tanyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang
26

dilatihkan
6.6. Beri motivasi keluarga agar membantu klien untuk
bersosialisasi.
6.7. Beri pujian kepada keluarga atas keterlibatannya merawat
klien di rumah sakit.

7. Klien dapat 7.1. Setelah ……x interaksi klien 7.1. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian
memanfaatkan menyebutkan; tidak minum obat, nama , warna, dosis, cara , efek terapi
obat dengan baik.  Manfaat minum obat dan efek samping penggunan obat
 Kerugian tidak minum obat 7.2. Pantau klien saat penggunaan obat
 Nama,warna,dosis, efek terapi dan 7.3. Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar
efek samping obat 7.4. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi
7.2. Setelah ……..x interaksi klien dengan dokter
mendemontrasikan penggunaan 7.5. Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat
obat dgn benar jika terjadi hal – hal yang tidak di inginkan .
7.3. Setelah ….x interaksi klien
menyebutkan akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi
dokter
(RSMM Bogor,2019)
27

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


KLIEN DENGAN PERUBAHAN SENSORI PERSEPSI : HALUSINASI
Tabel 2.3
Nama Klien : DX. Medis :
RM.NO : Ruangan :

Tg Perencanaan
No Dx Dx Keperawatan
l Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Gangguan Sensori TUM :
Persepsi : halusinasi
dengar/ penglihatan Klien dapat mengontrol
penghidu/ raba/ halusinasi yang 1. Setelah….. x interaksi klien 1.
dialaminya Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan
kecap) menunjukkan tanda – tanda prinsip komunikasi terapeutik :
Tuk 1 : percaya kepada perawat :  Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun non
 Ekspresi wajah bersahabat. verbal
Klien dapat membina  Menunjukkan rasa senang.  Perkenalkan nama, nama panggilan dan tujuan
hubungan saling  Ada kontak mata. perawat berkenalan
percaya  Mau berjabat tangan.  Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan yang
 Mau menyebutkan nama. disukai klien
 Mau menjawab salam.  Buat kontrak yang jelas
 Mau duduk berdampingan  Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali
dengan perawat. interaksi
 Bersedia mengungkapkan  Tunjukan sikap empati dan menerima apa adanya
masalah yang dihadapi.  Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan
dasar klien
 Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi
klien
 Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan
28

klien
TUK 2 : 2. Setelah ….. x interaksi klien Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
Klien dapat mengenal menyebutkan : Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya (*
halusinasinya o Isi dengar /lihat /penghidu /raba /kecap), jika
o Waktu menemukan klien yang sedang halusinasi:
o Frekunsi  Tanyakan apakah klien mengalami sesuatu
o Situasi dan kondisi yang ( halusinasi dengar/ lihat/ penghidu /raba/ kecap )
menimbulkan halusinasi  Jika klien menjawab ya, tanyakan apa yang sedang
dialaminya
 Katakan bahwa perawat percaya klien mengalami
hal tersebut, namun perawat sendiri tidak
mengalaminya ( dengan nada bersahabat tanpa
menuduh atau menghakimi)
 Katakan bahwa ada klien lain yang mengalami hal
yang sama.
 Katakan bahwa perawat akan membantu klien
Jika klien tidak sedang berhalusinasi klarifikasi tentang
adanya pengalaman halusinasi, diskusikan dengan klien :
 Isi, waktu dan frekuensi terjadinya halusinasi
( pagi, siang, sore, malam atau sering dan
kadang – kadang )
 Situasi dan kondisi yang menimbulkan atau
tidak menimbulkan halusinasi

2. Setelah…..x interaksi klien Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi
menyatakan perasaan dan halusinasi dan beri kesempatan untuk
responnya saat mengalami mengungkapkan perasaannya.
halusinasi : Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk
 Marah mengatasi perasaan tersebut.
 Takut Diskusikan tentang dampak yang akan dialaminya bila klien
 Sedih menikmati halusinasinya.
29

 Senang
 Cemas
 Jengkel
TUK 3 : 3.1. Setelah….x interaksi klien 3.1. Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang
Klien dapat mengontrol menyebutkan tindakan yang dilakukan jika terjadi halusinasi (tidur, marah,
halusinasinya biasanya dilakukan untuk menyibukan diri dll)
mengendalikan halusinasinya 3.2. Diskusikan cara yang digunakan klien,
3.2. Setelah …..x interaksi klien  Jika cara yang digunakan adaptif beri pujian.
menyebutkan cara baru  Jika cara yang digunakan maladaptif diskusikan
mengontrol halusinasi kerugian cara tersebut
3.3. Diskusikan cara baru untuk memutus/ mengontrol
3.3. Setelah….x interaksi klien dapat timbulnya halusinasi :
memilih dan memperagakan  Katakan pada diri sendiri bahwa ini tidak nyata
cara mengatasi halusinasi ( “saya tidak mau dengar/ lihat/ penghidu/ raba
(dengar/lihat/penghidu/raba/keca /kecap pada saat halusinasi terjadi)
p)  Menemui orang lain (perawat/teman/anggota
keluarga) untuk menceritakan tentang halusinasinya.
3.4. Setelah ……x interaksi klien  Membuat dan melaksanakan jadwal kegiatan sehari
melaksanakan cara yang telah hari yang telah di susun.
dipilih untuk mengendalikan  Meminta keluarga/teman/ perawat menyapa jika
halusinasinya sedang berhalusinasi.
3.5. Setelah … X pertemuan klien 3.4 Bantu klien memilih cara yang sudah dianjurkan dan latih
mengikuti terapi aktivitas untuk mencobanya.
kelompok
3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan
dilatih.
3.6. Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih , jika
berhasil beri pujian
3.7. Anjurkan klien mengikuti terapi aktivitas kelompok,
orientasi realita, stimulasi persepsi

TUK 4 : 4.1. Setelah … X pertemuan 4.1 Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan
Klien dapat dukungan keluarga, keluarga menyatakan ( waktu, tempat dan topik )
dari keluarga dalam setuju untuk mengikuti 4.2 Diskusikan dengan keluarga ( pada saat pertemuan
30

mengontrol pertemuan dengan perawat keluarga/ kunjungan rumah)


halusinasinya 4.2. Setelah ……x interaksi keluarga  Pengertian halusinasi
menyebutkan pengertian, tanda  Tanda dan gejala halusinasi
dan gejala, proses terjadinya  Proses terjadinya halusinasi
halusinasi dan tindakan untuk  Cara yang dapat dilakukan klien dan keluarga untuk
mengendali kan halusinasi memutus halusinasi
 Obat- obatan halusinasi
 Cara merawat anggota keluarga yang halusinasi di
rumah ( beri kegiatan, jangan biarkan sendiri, makan
bersama, bepergian bersama, memantau obat – obatan
dan cara pemberiannya untuk mengatasi halusinasi )
 Beri informasi waktu kontrol ke rumah sakit dan
bagaimana cara mencari bantuan jika halusinasi tidak
tidak dapat diatasi di rumah

TUK 5 : 5.1. Setelah ……x interaksi klien 5.1 Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian
Klien dapat menyebutkan; tidak minum obat, nama , warna, dosis, cara , efek
memanfaatkan obat o Manfaat minum obat terapi dan efek samping penggunan obat
dengan baik o Kerugian tidak minum obat
o Nama,warna,dosis, efek
terapi dan efek samping 5.2 Pantau klien saat penggunaan obat
obat 5.3 Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar
5.2. Setelah ……..x interaksi klien 5.4 Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi
mendemontrasikan penggunaan dengan dokter
obat dgn benar 5.5 Anjurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat
5.3. Setelah ….x interaksi klien jika terjadi hal – hal yang tidak di inginkan .
menyebutkan akibat berhenti
minum obat tanpa konsultasi
dokter
(RSMM Bogor,2019)
31

Keterangan :
* Halusinasi dengar : bicara dan tertawa tanpa stimulus , memandang kekanan/kekiri/kedepan seolah – olah ada teman bicara
* Halusinasi lihat : menyatakan melihat sesuatu, terlihat ketakutan
* Halusinasi penghidu : menyatakan mencium sesuatu, terlihat mengengdus
* Halusinasi Raba : Menyatakan merasa sesuatu berjalan di kulitnya, mengosok – gosok tangan/kaki/wajah dll
* Halusinasi Kecap : menyatakan terasa sesuatu dilidahnya, sering mengulum lidah
32

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


KLIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH
Tabel 2.4
Nama Klien : DX Medis :
RM No. : Ruangan :

No Dx Perencanaan
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Gangguan konsep TUM:
diri : harga diri
rendah. Harga diri klien
meningkat

TUK:
1. Klien dapat
membina hubungan 1. Setelah … kali interaksi, klien 1. Bina hubungan saling percaya dengan meng-
saling percaya menunjukkan eskpresi wajah gunakan prinsip komunikasi terapeutik :
dengan perawat. bersahabat, menun-jukkan
rasa senang, ada kontak mata,  Sapa klien dengan ramah baik verbal
mau berjabat tangan, mau maupun non verbal.
menyebutkan nama, mau  Perkenalkan diri dengan sopan.
menjawab salam, klien mau  Tanyakan nama lengkap dan nama
duduk berdampingan dengan panggilan yang disukai klien.
perawat, mau mengutarakan  Jelaskan tujuan pertemuan.
masalah yang dihadapi.  Jujur dan menepati janji.
 Tunjukan sikap empati dan menerima klien
33

apa adanya.
 Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan
dasar klien.
2. Klien dapat 2. Setelah … kali interaksi klien 2.1. Diskusikan dengan klien tentang:
mengidentifikasi menyebutkan:
aspek positif dan  Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga,
kemampuan yang o Aspek positif dan lingkungan.
dimiliki. kemampuan yang  Kemampuan yang dimiliki klien.
dimiliki klien.
o Aspek positif keluarga.
2.2 Bersama klien buat daftar tentang:
o Aspek positif lingkung-an
 Aspek positif klien, keluarga, lingkungan.
klien.
 Kemampuan yang dimiliki klien.
2.3. Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi
penilaian negatif.

3. Klien dapat me-nilai 3. Setelah … kali interaksi klien 3.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang
kemampuan yang menyebutkan kemampuan dapat dilaksanakan.
dimiliki un-tuk yang dapat dilaksanakan.
dilaksanakan 3.2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
pelaksanaannya.

4. Klien dapat 4. Setelah … kali interaksi klien 4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat
merencanakan membuat rencana kegiatan dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien:
kegiatan sesuai harian
dengan kemampuan  kegiatan mandiri.
yang dimiliki  kegiatan dengan bantuan.
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien.
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang
dapat klien lakukan.

5. Klien dapat 5. Setelah … kali interaksi klien Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan yang
melakukan kegiatan melakukan kegiatan sesuai telah direncanakan.
34

sesuai rencana yang jadual yang dibuat.


dibuat. 5.1 Pantau kegiatan yang dilaksanakan klien

5.2 Beri pujian atas usaha yang dilakukan klien.

5.3Diskusikan kemungkinan pelaksanaan kegiatan


setelah pulang.
6. Klien dapat 6. Setelah … kali interaksi klien 6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang
memanfaatkan memanfaatkan sistem cara merawat klien dengan harga diri rendah.
sistem pendu-kung pendukung yang ada di
yang ada. keluarga. 6.2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama
klien di rawat.
6.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di
rumah.

(RSMM Bogor,2019)
35

6. Implementasi

Implementasi adalah acuan yang digunakan perawat dalam

menentukan suatu kondisi dan status kesehatan pasien untuk mecapai

kesehatan yang optimal yang, diharapkan dapat dicapai oleh pasien

setelah pemberian intervensi keperawatan (SLKI,2017).

Sebelum melakukan tindakan keperawatan yang sudah

direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah rencana

tindakan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai dengan kondisinya

(here and now). Setelah semuanya tidak ada hambatan maka tindakan

keperawatan boleh dilaksanakan. Pada saat akan dilaksanakan tindakan

keperawatan maka kontrak dengan klien dilaksanakan dengan

menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta klien yang

diharapkan. Dokumentasikan semua tindakan yang telah dilaksanakan

serta respon klien. Menurut Rumah Sakit Marzoeki Mahdi, (2019),

yaitu:

1) Strategi Pelaksanaan Isolasi Sosial kepada Klien

a) SP 1 Klien : Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial, berdikusi

dengan klien tentang keuntungan dan kerugian berinteraksi,

mengajarkan klien cara berkenalan dengan satu orang,

menganjurkan klien untukn memasukkan ke jadwal kegiatan.

b) SP 2 Klien : Mengevaluasi jadwal kegiatan harian, latih cara

berbicara saat melakukan kegiatan harian (latih 2 kegiatan),


36

masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan berkenalan 2-3

orang.

c) SP 3 Klien : Mengevaluasi jadwal kegiatan harian, latih cara

berbicara saat melakukan kegiatan harian (latih 2 kegiatan baru).

d) SP 4 Klien : Evaluasi kegiatan latihan berkenalan, bicara saat

melakukan kegiatan harian, latih bicara sosial : meminta sesuatu,

menjawab pertanyaan, masukan pada jadwal kegiatan latihan

berkenalan lebih dari 5 orang, berbicara saat melakukan kegiatan

dan sosialisai.

2) Strategi Pelaksanaan Isolasi Sosial Kepada Keluarga

a) SP 1 Keluarga: Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang

masalah isolasi sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat

pasien dengan isolasi sosial.

b) SP 2 Keluarga: Melatih keluarga mempraktikan cara merawat

pasien dengan isolasi sosial langsung dihadapan pasien.

c) SP 3 Keluarga: Membantu keluarga membuat jadwal aktifitas di

rumah termasuk minum obat, menjelaskan follow up pasien.

3) Strategi Pelaksanaan Halusinasi kepada Klien

a) SP 1 klien : Bantu klien mengenal halusinasinya meliputi: isi,

frekuensi, waktu, situasi pencetus, perasaan respon, latih klien untuk

mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.


37

b) SP 2 klien : Mengobservasi cara menghardik halusinasi,

menjelaskan pentingnya obat, menjelaskan akibat putus obat,

menjelaskan cara minum obat 5 benar.

c) SP 3 klien : Mengontrol kegiatan minum obat, melatih cara

mengontrol halusinasi cara bercakap-cakap, masukkan pada jadwal

kegiatann.

d) SP 4 klien : Mengevaluasi latihan menghardik, obat, bercakap-

cakap, melatih klien mengendalikan halusinasi dengan melakukan

kegiatan harian.

4) Strategi Pelaksanaan Halusinasi kepada Keluarga klien

a) SP 1 keluarga: Melakukan kesehatan tentang pengertian

halusinasi, jenis halusinasi yang dialami anggota keluarga, tanda dan

gejala halusinasi dan cara-cara merawat klien dengan masalah

keperawatan halusinasi.

b) SP 2 keluarga: Melatihan keluarga praktik merawat klien

langsung dihadapan klien atau pasiennya tersebut.

c) SP 3 keluarga: Membuat perencanaan pulang dengan keluarga

5) Strategi Pelaksanaan Harga Diri Rendah kepada klien

a) SP 1 klien : Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki, menilai kemampuan yang sudah dilakukan, memilih

kegiatan yang sesuai dengan kemampuan, latih 1 kegiatan yang telah

dipilih sesuai dengan kemampuan, memasukkan latihan kegiatan

yang telah dipilih ke jadwal kegiatan.


38

b) SP 2 klien : Mengevaluasi aspek positif yang telah dilakukan,

melatih kemampuan yang ke-2, memasukkan latihan ke jadwal

harian.

c) SP 3 klien : Mengevaluasi aspek positif yang telah dilakukan

(kegiatan 1 dan 2), melatih kemampuan yang ke-3, memasukkan ke

jadwal harian klien.

d) SP 4 klien : Mengevaluasi aspek positif yang telah dilakukan,

melatih kemampuan yang ke-4 , memasukkan ke jadwal harian klien.

6). Strategi Pelaksanaan Harga Diri Rendah pada keluarga klien

a) SP 1 keluarga : mendiskusikan masalah yang dirasakan dalam

merawat pasien, menjelaskan tanda dan gejala harga diri rendah,

melatih dan membimbing keluarga merawat klien.

b) SP 2 keluarga : melatih keluarga menciptakan suasana dan

lingkungan mendukung, mendiskusikan tanda dan gejala

kekambuhan yang memerlukan rujukan, mengajurkan periksa rutin

ke pelayanan kesehatan.

c) SP 3 keluarga : Validasi kemampuan keluarga dalam membimbing

klien melaksanaan kegiatan yang telah dilatih, evaluasi manfaat yang

dirasakan keluarga dalam merawat, beri pujian bersama keluarga

melatih pasien dalam melakukan kegiatan ketiga yang dipilih klien.

d) SP 4 keluarga : Validasi kemampuan keluarga dalam membimbing

klien melaksanakan kegiatan yang telah dilatih, bersaa keluarga latih


39

7. Evaluasi

Evaluasi adalah proses yang berkelanjutan untuk menilai efek

dari tindakan keperawatan pada klien (Sutejo, 2019) . Evaluasi

dilaksanakan terus-menerus pada respon klien terhadap tindakan yang

telah dilaksanakan, evaluasi dapat dibagi 2 jenis yaitu evaluasi proses

atau formatif dilakukan dengan membandingkan respon klien pada

tujuan umum dan tujuan khusus yang telah ditentukan. Evaluasi dapat

dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir,

dimana masing-masing huruf tersebut akan diuraikan sebagai berikut :

S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilakukan

O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilakukan

A : Analisa ulang terhadap data subjektif untuk menyimpulkan

apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau data

yang kontraindikasi dengan masalah yang ada

P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada

respon klien

a. Evaluasi pada klien dengan Isolasi Sosial :


40

1) Klien dapat bersosialisasi dan melakukan hubungan saling

percaya dengan orang lain

2) Klien mampu menyebutkan penyebab, keuntungan dan kerugian

isolasi sosial

3) Klien mendapat dukungan keluarga dalam memperluas

hubungan sosial serta memanfaatkan obat dengan baik

b. Evaluasi pada klien dengan Halusinasi:

1) Klien dapat mengontrol halusinasi yang dialaminya

2) Klien dapat membina hubungan saling percaya

3) Klien dapat dukungan keluarga dalam mengontrol

halusinasinya dan mampu memanfaatkan obat

c. Evaluasi pada klien dengan Harga Diri Rendah:

1) Klien dapat membina hubungan saling percaya

2) Klien dapat mengidentifikasi, merencanakan dan menilai aspek

positif dan kemampuan yang dimiliki

3) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang ada


BAB III
METODE KARYA TULIS ILMIAH

A. Desain Karya Tulis Ilmiah

Desain Karya Tulis Ilmiah adalah kualitatif dalam bentuk laporan

studi kasus untuk mengeksplorasi masalah keperawatan jiwa dengan

gangguan isolasi sosial, dengan pendekatan yang digunakan adalah

pendekatan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi (Tim Karya Tulis

Ilmiah, 2020).

B. Subjek Karya Tulis Ilmiah

Subyek Karya Tulis Ilmiah adalah individu dalam keluarga yang

akan diteliti secara mendalam terutama masalah keperawatan .(Tim Karya

Tulis Ilmiah, 2020). Subjek yang diambil adalah pasien gangguan jiwa

dengan masalah utama isolasi sosial dari Puskesmas Sindangkasih

Kabupaten Ciamis.

C. Batasan Istilah

1. Asuhan keperawatan

Asupan keperawatan adalah rangkaian interaksi perawat dengan klien

dan lingkungannya untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan dan

kemandirian klien dalam merawat diri (UU RI No.38 tahun 2014).

41
42

2. Klien

Klien adalah perseorangan, keluarga, kelompok ataupun masyarakat

yang menggunakan jasa pelayanan keperawatan (UU RI No.38 tahun

2014 ).

3. Skizofrenia

Istilah skizofrenia berasal dari bahasa Yunani yaitu “schizo”

(split/perpecahan) dan “phren” (jiwa). Istilah tersebut digunakan untuk

menjelaskan terpecahnya suatu pikiran individu dengan gangguan ini,

yang tidak ditandai dengan adanya beragamnya kepribadian pada

individu (multiple personality) (Sadock et,al 2014).

4. Isolasi sosial

Isolasi Sosial merupakan upaya individu untuk menghindari interaksi

dengan orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun

dengan lingkungan sekitarnya, dan juga sebagai mekanisme individu

terhadap sesuatu yang mengancam dirinya (Ma’rifatul dkk,2016).

D. Lokasi dan Waktu

Pelaksanaan analisa keperawatan dilaksanakan di Puskesmas Sindangkasih

Kabupaten Ciamis. Waktu pelaksanaan selama 9 hari kunjungan dari

tanggal 17 Februari-25 Februari 2020. (Tim Karya Tulis Ilmiah , 2020).


43

E. Prosedur Penulisan Karya Tulis Ilmiah

Karya Tulis Ilmiah (KTI) di awali dengan penyusunan proposal

karya tulis ilmiah yang kemudian meminta persetujuan kepada

pembimbing I dan pembimbing II, setalah itu akan dilakukan uji

kelayakan melalui sidang proposal. Setelah disetujui oleh penguji

proposal, selanjutnya dilakukan tahap pelaksanaan pemberian asuhan

keperawatan kepada klien berdasarkan teori keperawatan yang kemudian

dilanjutkan dengan menyusun karya tulis ilmiah. Setelah menyusun karya

tulis ilmiah, selanjutnya meminta persetujuan ke pembimbing I dan

pembimbing II. Setelah itu dilakukan sidang karya tulis ilmiah. Data karya

tulis ilmiah berupa hasil pengukuran, observasi, wawancara terhadap kasus

yang telah dijadikan sebagai subyek karya tulis ilmiah. (Tim Karya Tulis

Ilmiah, 2019).

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan digunakan pada Karya Tulis

Ilmiah ini menggunakan teknik wawancara, obeservasi, dan pemeriksaan

fisik. (Tim Karya Tulis Ilmiah, 2020). Tindakan yang pertama dilakukan

adalah meminta data penderita gangguan jiwa ke Puskesmas Sindangkasih

Ciamis, Kemudian melakukan pencarian klien kelolaan yang sudah

ditentukan dari pihak Puskesmas. Kunjungan ini dilaksanakan ke rumah

klien selama 3 hari.


44

1. Hari pertama, akan dilakukan Bina Hubungan Saling Percaya (BHSP)

pada klien dan keluarga, kemudian melakukan anamsesa berisi tentang

identitas klien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, penyakit

dahulu, dan riwayat penyakit keluarga. Sumber data dari klien maupun

dari keluarga .Lalu melaksanakan Sp 1 dengan diagnosa Isolasi sosial,

Sp 1 diagnosa Halusinas, Sp 1 diagniosa Harga Diri Rendah

2. Hari kedua, melakukan Sp 2 dan 3 isolasi sosial , Sp 2 halusinasi dan

Sp 2 Harga Diri Rendah .

3. Hari ketiga, melalukan Sp 4 Isolasi , Sp 3 Haluasinasi dan Sp 3 Harga

Diri Rendah.

G. Instrumen Pengumpulan Data

Alat atau instrumen pengumpulan data menggunakan format

pengkajian Asuhan Keperawatan jiwa sesuai dengan ketentuan yang

berlaku. Format pengkajian ini mengacu dari Rumah Sakit Marzuki Mahdi

Bogor (2019) dan alat pemeriksaan fisik tanda-tanda vital.

H. Keabsahan Data

Keabsahan data dimaksudkan untuk membuktikan kualitas data

atau informasi yang diperoleh dalam karya tulis ilmiah sehingga

menghasilkan data dengan validitas tinggi. Disamping intregitas penulis

karena penulisan menjadi instrumen pertama, keabsahan data dilakukan

dengan memperpanjang waktu pengamatan atau tindakan, sumber


45

informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data utama

yaitu klien, perawat dan keluarga klien yang berkaitan dengan masalah

yang dilaporkan (Tim Karya Tulis Ilmiah, 2020).

I. Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak penulisan dilapangan, sewaktu

pengumpulan data dari pengkajian sampai evaluasi, sampai dengan semua

data terkumpul. Analisis data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta,

kemudian membandingkan dengan teori yang ada dan dituangkan dalam

opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara

menarasikan jawaban-jawaban dari karya tulis ilmiah, yang di peroleh dari

hasil interpretasi wawancara yang dilakukan untuk menjawab rumusan

masalah karya tulis ilmiah. Teknik analisis digunakan dengan cara

observasi oleh penulis dan studi dokumentasi yang menghasilkan data

untuk selanjutnya diinterpretasikan oleh penulis dibandingkan teori yang

ada, sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi

tersebut (Tim Karya Tulis Ilmiah, 2020).


2

Anda mungkin juga menyukai