Anda di halaman 1dari 11

JFLS vol 2 no 1 17 – 27.

2018
N-amino Earthworm Extract

Optimasi Kadar N-Amino Dan Padatan Terlarut Total Pada Ekstrak


Cacing Tanah (Lumbricus Rubellus) Dengan Kajian Konsentrasi
Garam Dan Waktu Inkubasi

Optimization of N-Amino and Total Dissolved Solids in Earthworm


Extract (Lumbricus rubellus) with Study of Salt Concentration and
Incubation Time
Halimatus Sadiyah, Nur Hidayat dan Nur Lailatul Rahmah
Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fak Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya
Email: halimatus.sadiyah.b@gmail.com

ABSTRAK
Metode yang digunakan adalah hidrolisis biokimia yang mengandalkan aktivitas enzim
dari mikroorganisme. Penelitian ini menggunakan Response Surface Methodology
dalam analisis dengan 2 faktor yang mempengaruhi kelarutan protein yaitu waktu
inkubasi (pelarutan) (2, 4, 6 hari) dan pelarut (larutan garam berkonsentrasi) (2%, 4%,
6%) dengan konsentrasi bahan utama (cacing tanah) sebesar 15%. Solusi optimal
penelitian ini yaitu pada konsentrasi garam 6% dengan waktu inkubasi selama 6 hari.
Hasil verifikasi yang dilakukan menghasilkan nilai respon N-amino sebesar 0,84% dan
respon Padatan Terlarut Total sebesar 65 g/L dengan desirability 0,821. Respon N-
amino membentuk model kuadratik dan respon Padatan Terlarut Total membentuk
model 2FI dengan persamaan variabel sebenarnya Y = -2,262 + 13,354 X1 + 2,654 X2
– 0,938 X1X2.

Kata Kunci: N-amino, Padatan Terlarut Total, RSM

ABSTRACT
This research used Response Surface Methodology (RSM) with 2 factors that affect
solubility of proteins such as incubation time (dissolving time) (2, 4, 6 days) and solvent
(salt solution (2%, 4%, 6%) and the concentration of main ingredients (earthworms) is
15%. The optimal solution in this research is on 6% of salt concentration and 6 days of
incubation time. The results of the verification conducted yielded value of N-amino 0.84%
and total dissolved solids 65 g/L with 0.821 desirability point. N-amino and the total
dissolved solids deviation in a sequence are 5.95% and 7.63%. N-amino has quadratic
model and total dissolved solids has 2FI model with the actual variable equation Y =-
2.262 13.354 x 1 X 2 – X1X2 0.938 2.654.

Key words: N-amino, Total Dissolved Solid, RSM

PENDAHULUAN potensial untuk dikembangkan karena


Cacing tanah merupakan komoditi kandungan gizinya cukup tinggi yaitu
ekspor yang mendapat respon baik dari terdiri dari protein (64-76%), lemak (7-
petani maupun pengusaha (Palungkung, 10%), kalsium (0,55%), fosfor (1%),
2010). Produksi cacing tanah di Malang dan serat kasar (1,08%) (Palungkun,
dari seorang peternak mencapai 3-4 ton 2010). Kandungan protein yang tinggi
per bulan (Maulida, 2015). Di menjadikan cacing tanah (L. rubellus)
Indonesia, jenis Lumbricus rubellus banyak dimanfaatkan sebagai aditif
paling banyak dibudidaya (Palungkun, pakan ternak ayam (Julendra, 2010) dan
2010). Cacing tanah (L. rubellus) sangat penyuburkan tanah melalui

17
JFLS vol 2 no 1 17 – 27. 2018
N-amino Earthworm Extract

vermikompos (Sharma et al., 2005). Hal dengan proses salting-in dan salting-out.
ini menunjukkan bahwa kandungan Menurut Maqueda et al. (2013), salting-
protein cacing dapat lebih dimanfaatkan in terjadi saat konsentrasi garam yang
selain dalam bentuk segar. Pemanfaatan digunakan rendah, sehingga akan
yang dapat dilakukan salah satunya meningkatkan kelarutan protein dalam
adalah mengekstrak kandungan protein larutan garam. Faktor lainnya yang
cacing tanah (L. rubellus). mempengaruhi adalah waktu inkubasi.
Ekstraksi protein dapat dilakukan Menurut Shao et al. (2013), waktu
dengan hidrolisis protein. Hidrolisis memberikan hubungan terhadap hasil
protein ada dua, yaitu secara enzimatik kelarutan berupa pola naik turunnya
(hidrolisis biokimia) dan pemecahan ekstrak, pada beberapa hari pertama
ikatan peptida dalam kondisi asam atau ekstrak yang dihasilkan akan menurun,
basa kuat (hidrolisis kimia). Hidrolisis kemudian meningkat dan menurun di
biokimia menggunakan aktivitas enzim hari terakhir. Menurut Istiqomah
yang dihasilkan oleh mikroorganisme (2014), semakin lama waktu inkubasi
atau bahan. Hidrolisis protein secara maka semakin besar kadar N-aminonya
enzimatis didapatkan dengan dan akan mengalami penurunan
melakukan perendaman pada NaCl dan kelarutan setelah mencapai kondisi
dilakukan dialisis dengan air (Cheung optimum.
dan Wanasundara, 2014). Metode Faktor konsentrasi garam dan
hidrolisis biokimia merupakan metode waktu inkubasi di atas dapat dilakukan
yang sederhana karena mengandalkan optimasi untuk menghasilkan ekstrak
aktivitas enzim dari mikroorganisme protein yang optimal. Hatta dkk (2006)
sehingga dapat menghemat biaya menunjukkan bahwa waktu inkubasi
operasional dibandingkan hidrolisis yang paling optimal pada kisaran hari
kimia (Soeka dkk, 2008). Menurut Seo ke 0 hingga hari ke 3, namun pada hari
et al. (2016), proses ini memanfaatkan ke 7 perbedaan tidak berbeda jauh.
enzim, mikroorganisme, dan proses Kadar NaCl yang digunakan yaitu
perpindahan senyawa sehingga dapat sebesar 2%. Menurut Suliman et al.
menghasilkan senyawa yang akan (2006), faktor terbaik pada kisaran pH
diambil. Menurut Soeka dkk (2008), 5-12 dan konsentrasi NaCl 0,2-0,6 M.
pelarutan protein secara anaerob Handayani dkk (2007) menunjukkan
melibatkan aktivitas enzim yang bahwa kadar gugus amino bebas
dipengaruhi oleh konsentrasi substrat, meningkat seiring dengan
konsentrasi enzim, pH, dan lamanya bertambahnya konsentrasi NaCl hingga
reaksi. Menurut Kramer et al. (2012), 15% b/b. Penelitian ini akan
faktor lain yang mempengaruhi mempelajari tentang faktor konsentrasi
kelarutan protein yaitu kekuatan ion, garam dan waktu inkubasi yang
suhu, dan pelarut tambahan. Untuk mempengaruhi proses pelarutan cacing
mendapatkan ekstrak yang optimal tanah (Lumbricus rubellus) secara
maka perlu dilakukan pengoptimalan anaerob.
terhadap faktor-faktor yang
mempengaruhi. METODE PENELITIAN
Faktor yang mempengaruhi Bahan
adalah konsentrasi garam. Suliman et al. Bahan utama yang digunakan
(2006) menunjukkan bahwa proses dalam penelitian, yaitu cacing tanah
pelarutan dipengaruhi oleh pH dan Lumbricus rubellus segar dari peternak
konsentrasi NaCl. Hal ini berkaitan cacing di Desa Gading Kulon,

18
JFLS vol 2 no 1 17 – 27. 2018
N-amino Earthworm Extract

Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, a. Pembuatan reaktor


Jawa Timur. Bahan lainnya yaitu Proses pembuatan reaktor yaitu
akuades (teknis), garam kasar tanpa dengan membersihkan toples volume
yodium (lokal), dan alkohol 70% 550 mL dan tutup plastik. Tutup toples
(teknis). Bahan yang digunakan dalam yang telah dilubangi ½ cm sebanyak
pengamatan, yaitu alkohol 70% dua buah. Kemudian, selang plastik
(teknis), akuades (teknis), larutan sepanjang 15 cm dipasangkan ke dalam
fenolftalein (PP) 1% (teknis), NaOH dan lainnya ke luar. Pada bagian badan
(teknis), larutan formaldehid (teknis), toples dipasangkan tabung reaksi 10 mL
MRSA (Oxoid), pepton (Merck), dan dan direkatkan dengan lem PVC.
kertas saring No. 40 (Whatman). Toples dan tutup plastic diaseptiskan
Alat dengan alkohol 70%.
Alat yang digunakan dalam, yaitu
glassware, toples plastik ukuran 550 b. Pembuatan jus cacing tanah
mL (FoxPet), selang plastik Proses pembuatan jus cacing tanah
(HuizhongPlastic), blender (Airlux), (L. rubellus), yaitu membersihkan
timbangan digital (Sartorius), gelas cacing tanah dari kotoran dan tanah
ukur (Pyrex), pengaduk (Lokal), cawan dengan cara diletakan dibawah sinar
porselin (lokal), oven listrik (Kirin), matahari untuk beberapa saat. Cacing
pipet tetes (lokal), buret (Pyrex), tanah dicuci hingga tanah dan kotoran
inkubator (MemmertChurt), desikator yang melekat pada cacing bersih,
(lokal), dan corong (Reidko). Alat kemudian ditimbang seberat 90 gram
analisis data hasil yang digunakan yaitu (15% dari 600 ml) sebanyak 13 kali.
Desain Expert 10.0.1 Trial Version. Cacing tanah dihaluskan dengan
blender selama 2 menit dengan
Rancangan Percobaan dan Analisis kecepatan medium. Garam ditimbang
data seberat 12 gram (2%) sebanyak 2 kali,
Rancangan percobaan yang digunakan 24 gram (4%) sebanyak 7 kali, 36 gram
adalah Rancangan Komposit Terpusat (6%) sebanyak 2 kali, 7,032 gram
(Central Composite Design), sesuai (1,172%) sebanyak 1 kali, dan 40,968
dengan metode Respon Permukaan dua gram (6,828%) sebanyak 1 kali,
faktor maka terdapat 13 kali percobaan kemudian dilarutkan dengan akuades
dengan nilai α yaitu ±1,414. secukupnya hingga larut (± 10-20 mL
Konsentrasi garam (X1) yang akuades). Cacing tanah yang telah
digunakan yaitu 2, 4, dan 6 % b/v. dihaluskan dicampur dengan larutan
Waktu pelarutan (inkubasi) yang garam dan ditambahkan akuades hingga
digunakan yaitu 2, 4, dan 6 hari.Respon volume mencapai 600 ml dan diaduk.
pada penelitian ini ada 2 yaitu N-amino
dan padatan terlarut total. c. Proses pelarutan cacing tanah
Proses pelarutan cacing tanah
Tahapan Penelitian sebagai proses pelarutan protein, yaitu
Tahapan pelaksanaan penelitian jus cacing tanah 550 ml dimasukan ke
terdiri dari pembuatan reaktor, reaktor, kemudian diberi label sesuai
pembuatan jus cacing, proses pelarutan dengan waktu inkubasi, konsentrasi
protein (inkubasi jus cacing), dan garam. Reaktor ditutup dengan tutup
pengujian. Pada pengujian ada beberapa toples, lubang selang ditutup dengan
yang diujikan yaitu N-amino dan plastisin untuk membuat kondisi
padatan terlarut total. anaerob, bagian pinggir tutup toples

19
JFLS vol 2 no 1 17 – 27. 2018
N-amino Earthworm Extract

ditutup dengan lem bakar dan selotip diukur dengan gelas ukur sebanyak 10
untuk menutup cela udara dari tutup ml dan dimasukan ke dalam erlemeyer,
toples, selang kedua dimasukan ke kemudian ditetesi indikator PP 1%
tabung reaksi berisi air dengan sebanyak 1-3 tetes. Sampel dititrasi
desinfektan untuk melihat udara yang dengan NaOH 0,1 N hingga terjadi
keluar dan keadaan telah anaerob. perubahan warna menjadi merah muda.
Reaktor disimpan pada tempat yang Sampel yang telah dititrasi ditambahkan
telah diaseptiskan pada suhu ruang larutan formol (formaldehid) 1 mL dan
selama waktu inkubasi 1 hari 4 jam 8 diamkan selama 5 menit, kemudian
menit (1,172 hari), 2 hari, 4 hari, 6 hari, dititrasi dengan NaOH 0,1 N sampai
dan 6 hari 19 jam 53 menit (6,828 hari), berwarna merah muda.
banyaknya reaktor sesuai dengan Perubahan volume dicatat dan
kombinasi komposit terpusat, kemudian dilakukan perhitungan dengan rumus
pada waktu yang telah ditentukan sebagai berikut,
sampel akan diambil dari reaktor 𝑇𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑓𝑜𝑟𝑚𝑜𝑙 = 𝐴 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 − 𝐵 𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜
𝑡𝑖𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑥 𝑁 𝑥 14,008
sebanyak yang diperlukan setiap 𝑁𝑎𝑚𝑖𝑛𝑜 (%) = 𝑥 100%
ujinya.Larutan sampel disaring dengan 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝑥 10
kertas saring untuk memisahkan Keterangan,
padatan dan ekstrak. A = ml NaOH sampel
B = ml NaOH blanko
d. Uji padatan terlarut total (SNI 06- N = N NaOH (0,1 N)
6989.27-2005)
Tahapan pengujian padatan Analisis Data
terlarut total, yaitu sampel uji diukur Pengolahan data hasil penelitian
50-100 mL, dimasukkan ke dalam alat (total protein (N-amino) dan padatan
penyaring dengan kertas saring. Hasil terlarut total) menggunakan program
saringan diambil sebanyak 10-20 mL. Design Expert 10.0.1 Trial Version.
Hasil saringan dipindahkan ke cawan Data dimasukan dalam rancangan
dengan berat tetap, kemudian diuapkan komposit terpusat 2 faktor dengan 2
hingga kering. Cawan dengansampel respon, yaitu total protein (nilai formol)
kering dipanaskanpada oven suhu dan total padatan terlarut.
180oC ± 2oC selama ±1 jam. Cawan
didinginkan dalam desikator, dan Verifikasi Hasil Optimal
kemudian cawan sgera timbang dengan Hasil solusi optimal diverifikasi
neraca analitik. Perhitungan dilakukan dengan cara melarutkan cacing tanah (L.
dengan rumus, sebagai berikut, rubellus) sesuai perlakuan optimal hasil
𝑔 𝐵 − 𝐴 𝑥103 prediksi permukaan respon dan
𝑃𝑎𝑑𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑇𝑒𝑟𝑙𝑎𝑟𝑢𝑡 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 = dilakukan pengujian terkait total protein
𝐿 𝑚𝐿 𝑐𝑜𝑛𝑡𝑜𝑕
Keterangan: terlarut (N-amino) dan padatan terlarut
A = berat tetap (g) cawan kosong total. Hasil tersebut dibandingkan antara
setelah pemanasan 180oC; nilai prediksi permukaan respon yang
B = berat tetap (g) cawan berisi padatan didapat dengan nilai aktualnya.
terlarut total setelah pemanasan180oC.
HASIL DAN PEMBAHASAN
e. Uji protein terlarut (N- Respon N – Amino
amino)(Morais et al., 2013) Kadar N-amino hasil dari
Tahapan pengujian N-amino, yaitu pelarutan protein cacing tanah
dengan menyaring hasil pelarutan untuk (Lumbricus rubellus) dengan faktor
dijadikan sampel pengujian. Sampel konsentrasi garam dan waktu inkubasi

20
JFLS vol 2 no 1 17 – 27. 2018
N-amino Earthworm Extract

berkisar antara 0,28% sampai dengan tanah. Interaksi antara faktor


0,84 (Tabel 1). konsentrasi garam dan waktu inkubasi
Hasil plot (Gambar 1) (pelarutan) ditunjukkan dengan adanya
menunjukkan bahwa faktor konsentrasi kenaikan dan penurunan dalam grafik
dan waktu memiliki hubungan satu yang dihasilkan.
sama lain dalam proses pelarutan cacing

Tabel 1. Variabel bebas dan pengkodean pada rancangan komposit terpusat


Variabel Kode Variabel Sebenarnya Respon
No W: Waktu Nilai Formol
G: Konsentrasi Total Padatan
X1 X2 Inkubasi (N-amino)
Garam (%) terlarut (mg/L)
(Hari) (%)
1 -1 1 2 2 Y11 Y21
2 1 1 6 2 Y12 Y22
3 -1 1 2 6 Y13 Y23
4 1 1 6 6 Y14 Y24
5 -1,414 0 1,172 4 Y15 Y25
6 1,414 0 6,828 4 Y16 Y26
7 0 -1,414 4 1,172 Y17 Y27
8 0 1,414 4 6,828 Y18 Y28
9 0 0 4 4 Y19 Y29
10 0 0 4 4 Y110 Y210
11 0 0 4 4 Y111 Y211
12 0 0 4 4 Y112 Y212
13 0 0 4 4 Y113 Y213
ikatan peptida dari protein kompleks
menjadi molekul sederhana yang
mengahsilkan asam amino dan peptida.
Hidrolisis meningkatkan kelarutan
karena ikatan protein menjadi
bermuatan (NH3+ dan COO-) serta berat
molekul protein berkurang (Haslaniza et
al., 2010). Hasil dari proses hidrolisis
akan mengalami salting-in, yaitu
peningkatan kelarutan protein dan asam
amino pada larutan garam
berkonsentrasi rendah atau tidak jenuh
(Handayani dkk, 2007). Dari proses
salting-in ini diharapkan dapat
melarutkan asam amino yang
Gambar 1 Plot tiga dimensi respon terhidrolisis dalam larutan garam
permukaan N – amino
sehingga dapat terhitung menjadi N-
amino (%). Kelarutan protein akan
Proses pelarutan pada penelitian
meningkat seiiring bertambahnya
ini menentukan banyaknya N-amino
konsentrasi garam yang digunakan,
yang dihasilkan, karena dalam pelarutan
namun pada konsentrasi garam jenuh
cacing tanah yang dilakukan terjadi 2
akan menyebabkan pengendapan
proses yaitu hidrolisis protein dan
protein dan asam amino.
salting-in. Proses yang terjadi pertama
adalah hidrolisis, yaitu pemecahan

21
JFLS vol 2 no 1 17 – 27. 2018
N-amino Earthworm Extract

Faktor konsentrasi garam, salah satu sumber nutrisi yaitu berasal


berkaitan dengan proses pemecahan dari hasil penelitian ini (asam amino).
protein (hidrolisis protein) dan reaksi Menurut Nisa dkk (2008),
kelarutan protein pada larutan (salting- mikroorganisme membutuhkan asam
in) hingga menjadi asam amino bebas. amino dan peptida sebagai sumber
Menurut Yasothai dan Giriprasad nitrogen untuk pertumbuhan.
(2015), kelarutan protein (salting-in) Keberadaan mikroorganisme ini
meningkat seiring dengan kekuatan ion menyebabkan hasil dari N-amino
yang meningkat karena banyak dari ion- menjadi bias dan data menjadi tidak
ion anorganik yang terhidrasi berbeda nyata karena diduga sebagian
membentuk ikatan dengan permukaan dari asam amino hasil hidrolisis di
protein. Selain konsentrasi garam, konsumsi oleh mikroorganisme dan
waktu inkubasi juga mempengaruhi, tidak terhitung sebagai kadar N-amino
Anggraini dan Yunianta (2015) pada respon.
menyebutkan bahwa semakin lama Pertumbuhan mikroorganisme
waktu inkubasi maka akan semakin pada ekstrak cacing tanah (Lumbricus
banyak protein terhidrolisis menjadi rubellus) menunjukkan bahwa ekstrak
asam amino bebas, sehingga akan cacing tanah dapat dimanfaatkan
semakin meningkatkan kadar N-amino. sebagai media tumbuh mikroorganisme.
Dari penjelasan tersebut diduga bahwa Govindarajan dan Prabaharan (2014)
penyebab respon N-amino memiliki menyebutkan bahwa tubuh cacing tanah
hasil tidak berbeda nyata karena adanya dianggap sebagai tempat pertumbuhan
protein yang tidak terhidrolisis sehingga mikroorganisme. Adianto dkk (2004)
asam amino yang dihasilkan sedikit. menyebutkan bahwa saluran pencernaan
Oleh karena itu, pada uji N-amino cacing mengeluarkan bahan organik dan
menghasilkan data yang tidak teratur ammonia yang tergradasi, sehingga
dan secara statistik data dianggap tidak dapat menjadi substrat yang baik bagi
memiliki perbedaan. Selain itu, diduga pertumbuhan mikroorganisme..
pula terjadi pengendapan protein dan Kandungan ekstrak cacing ini yang
asam amino sehingga protein dan asam berfungsi sebagai sumber nutrisi
amino yang larut dalam larutan garam mikroorganisme. Selain itu, ekstrak
berkurang. cacing tanah dimanfaatkan sebagai zat
Faktor lain yang diduga aditif media pertumbuhan tanaman,
mempengaruhi hasil N-amino yaitu campuran pakan ternak (Sari dkk, 2014)
faktor mikroorganisme yang tidak dan vermikompos (Sharma et al., 2005),
dikendalikan dalam penelitian ini. karena kandungan enzim dan hormon
Mikroorganisme ini diduga berasal dari yang ada pada cacing tanah.
cacing tanah (Lumbricus rubellus). Respon Padatan Terlarut Total
Shweta (2012) menunjukkan bahwa Kadar padatan terlarut total hasil
mikroorganisme cacing tanah dalam dari pelarutan protein cacing tanah
kondisi anaerob adalah bakteri. Menurut (Lumbricus rubellus) dengan faktor
Putra dkk (2015) di dalam cacing tanah konsentrasi garam dan waktu inkubasi
terdapat bakteri selulitik, amilolitik, dan (Tabel 1) berkisar antara 20,5 g/L
proteolitik. Pada penelitian ini juga sampai dengan 74 g/L. Hubungan
menunjukkan keberadaan penambahan garam dan lama waktu
mikroorganisme pada ekstrak cacing inkubasi terhadap respon N-amino
tanah yang dihasilkan. Mikroorganisme menunjukkan yang hasil signifikan,
yang tumbuh membutuhkan nutrisi,

22
JFLS vol 2 no 1 17 – 27. 2018
N-amino Earthworm Extract

artinya terdapat interaksi antar faktor konsentrasi garam mempengaruhi


atau faktor memiliki pola yang sama. karena semakin tinggi konsentrasi maka
Pengaruh penambahan garam dan semakin besar padatan terlarut yang
lama waktu inkubasi terhadap respon dihasilkan. Menurut Olivianti (2012),
padatan terlarut total digambarkan padatan terlarut total akan meningkat
dalam plot tiga dimensi permukaan seiiring dengan penambahan garam.
respon (Gambar 2). Analisis ragam Suliman et al. (2006) menyatakan
(ANOVA) menghasilkan persamaan: bahwa garam memiliki sifat menarik air
Y = -2,262 + 13,354 X1 + 2,654 X2 – bahan yang direndam, air yang keluar
0,938 X1X2 dari dalam bahan akan membawa
Keterangan: molekul-molekul protein yang terlarut
Y = Padatan terlarut total dalam air maupun yang terlarut dalam
X1 = Konsentrasi garam larutan garam, sehingga terhitung
X2 = Waktu Inkubasi. sebagai padatan terlarut total. Pada
Hasil penelitian untuk respon penelitian ini hasil tertinggi pada
padatan terlarut total menunjukkan konsentrasi garam 6% yaitu 74 g/L dan
bahwa peningkatan konsentrasi garam terendah pada konsentrasi garam
dan waktu inkubasi memberikan 1,172% yaitu 20,5 g/L, seperti
perubahan yang signifikan terhadap ditunjukkan pada plot (Gambar 2)
padatan terlarut yang dihasilkan. Faktor semakin tinggi konsentrasi garam maka
konsentrasi garam mempengaruhi semakin tinggi pula padatan terlarut
karena semakin tinggi konsentrasi maka yang dihasilkan.
semakin besar padatan terlarut yang
dihasilkan. Menurut Olivianti (2012),
padatan terlarut total akan meningkat
seiiring dengan penambahan garam.
Suliman et al. (2006) menyatakan
bahwa garam memiliki sifat menarik air
bahan yang direndam, air yang keluar
dari dalam bahan akan membawa
molekul-molekul protein yang terlarut
dalam air maupun yang terlarut dalam
larutan garam, sehingga terhitung
sebagai padatan terlarut total. Pada
penelitian ini hasil tertinggi pada
konsentrasi garam 6% yaitu 74 g/L dan
terendah pada konsentrasi garam Gambar 2. Plot tiga dimensi respon permukaan
padatan terlarut total
1,172% yaitu 20,5 g/L, seperti
ditunjukkan pada plot (Gambar 2)
Faktor waktu inkubasi juga
semakin tinggi konsentrasi garam maka
mempengaruhi banyaknya hasil padatan
semakin tinggi pula padatan terlarut
terlarut. Menurut Nasir dkk (2009)
yang dihasilkan.
lamanya waktu pelarutan
Hasil penelitian untuk respon
mempengaruhi hasil yang diperoleh,
padatan terlarut total menunjukkan
semakin lama waktu pelarutan maka
bahwa peningkatan konsentrasi garam
semakin lama juga waktu kontak antara
dan waktu inkubasi memberikan
pelarut dengan bahan baku sehingga
perubahan yang signifikan terhadap
semakin banyak padatan terlarut yang
padatan terlarut yang dihasilkan. Faktor
dihasilkan. Namun, pada plot (Gambar

23
JFLS vol 2 no 1 17 – 27. 2018
N-amino Earthworm Extract

2) terlihat bahwa kenaikan dan (2008), mikroorganisme membutuhkan


penurunan pada faktor waktu inkubasi asam amino dan peptida sebagai sumber
terhadap padatan terlarut cenderung nitrogen untuk pertumbuhannya. Selain
konstan. Hal ini menunjukkan bahwa itu, menurut Sintasari dkk (2014),
faktor konsentrasi garam memberikan komponen yang terlarut pada padatan
pengaruh yang besar dibandingkan terlarut terdiri dari total gula, pigmen,
dengan faktor waktu inkubasi terhadap asam organik, dan protein. Berdasarkan
respon padatan terlarut total yang uraian tersebut bahwa selain adanya
dihasilkan. faktor mikroorganisme yang
Hasil penelitian respon padatan mengkonsumsi protein dan asam amino
terlarut total menunjukkan hasil yang bebas, diduga juga pada proses
tidak sebanding dengan hasil respon N- pelarutannya, senyawa-senyawa lain
amino. Hal ini terjadi karena adanya seperti karbohidrat, lemak, vitamin
peran mikroba yang tumbuh dan terlarut lebih banyak dari pada protein
berkembang, sehingga dibutuhkan dan asam amino bebasnya.
adanya nutrisi dari asam amino bebas
yang dihasilkan. Menurut Nisa dkk
Tabel 2. Batasan optimasi untuk respon penelitian
Nama Tujuan Batas Bawah Batas Atas
Konsentrasi Garam (%) Is in range 2 6
Waktu Inkubasi (Hari) Is in range 2 6
N – amino (%) Maximize 0,28 0,84
Padatan terlarut total (g/L) Maximize 20,5 74

Optimasi N-amino sebesar 0,79% dan padatan


Optimasi ini dilakukan untuk terlarut total sebesar 60,04 g/L. Nilai
mengoptimalkan respon-respon yang desirability solusi hasil komputasi
digunakan, yaitu N–amino dan padatan sebesar 0,821.
terlarut total dalam batasan konsentrasi
garam dan waktu inkubasi yang telah Verifikasi Kondisi Optimum Hasil
ditentukan. Kriteria pengoptimalan Prediksi Model
respon disesuaikan dengan batasan- Verifikasi model diperlukan
batasan optimasi (Tabel 2) hingga untuk menguji keakuratan model dalam
dihasilkan solusi optimal hasil menggambarkan kondisi empiris.
komputasi yang terpilih (Tabel 3). Verifikasi dilakukan dengan
membandingkan hasil perlakuan terbaik
Tabel 3. Solusi optimal hasil komputasi berdasarkan model dengan hasil
Parameter Standar Prediksi penelitian. Perbandingan prediksi
Konsentrasi Garam (%) 6,000
model dan verifikasi (Tabel 4)
Waktu Inkubasi (Hari) 6,000
N – amino (%) 0,79 menunjukkan hasil verifikasi respon N-
Padatan terlarut total (g/L) 60,4 amino dan padatan terlarut total berada
Desirability (Ketepatan) 0,821 di atas nilai prediksi namun tidak lebih
Keterangan Selected dari prediksi tertinggi. Hasil yang
diperoleh telah sesuai dengan hasil
Tabel 3 menunjukkan bahwa prediksi secara komputasi.
perlakuan optimal pada konsentrasi
garam 6% dengan waktu inkubasi
selama 6 hari. Dengan kombinasi faktor
tersebut diprediksi akan menghasilkan

24
JFLS vol 2 no 1 17 – 27. 2018
N-amino Earthworm Extract

KESIMPULAN padatan terlarut total membentuk


Penelitian ini menunjukkan solusi persamaan Y = -2,262 + 13,354 X1 +
optimal pada konsentrasi garam 6% 2,654 X2 – 0,938 X1X2. Hasil penelitian
dengan waktu inkubasi selama 6 hari. ini juga menunjukan bahwa ekstrak
Hasil verifikasi yang dilakukan cacing dapat dimanfaatkan menjadi
menghasilkan N-amino sebesar 0,84% media tumbuh mikroorganisme yang
dan padatan terlarut total sebesar 65 g/L dapat menggantikan media tumbuh dari
dengan desirability 0,821. Respon bahan lain.
Tabel 4. Perbandingan prediksi model dan hasil penelitan kondisi optimum
Prediksi Prediksi Hasil %
Parameter Prediksi
Terendah Tertinggi Prediksi Simpangan
N – amino (%) 0,32 0,79 1,26 0,84 5,95
Padatan terlarut
50,92 60,04 69,15 65 7,63
total (g/L)
2005). Badan Standardisasi
Nasional (BSN). Jakarta.
UCAPAN TERIMA KASIH Cheung, L. dan Wanasundara, J dan
Terima kasih kepada Fakultas Nickerson, M. 2014. The Effect of
Teknologi Pertanian, Universitas pH and NaCl Level on The
Brawijaya atas biaya dana PNBP Physicochemical and
Fakultas Teknologi Pertanian Emulsifying Properties of A
Universitas Brawijaya berdasarkan Cruciferin Protein Isolate.
Surat Perjanjian No. Journal of Food Biophysics 9:
1711/UN10.10/PG/2016. 105-113.
Govindarajan, B dan Prabaharan, V.
DAFTAR PUSTAKA 2014. Gut Micro-Floral of
Earthworms: A Review. American
Adianto, Diah, U. S., Nuryati, Y. 2004. Journal of Biological and
Pengaruh Inokulasi Cacing Pharmaceutical Research 1 (3):
Tanah (Pontoscolex corethrurus 125-130.
Fr Mull) Terhadap Sifat Fisika Handayani, W., Anak, R., dan Agung,
Kimia Tanah dan Pertumbuhan S. 2007. Pengaruh Variasi
Tanaman Kacang Hijau (Vigna Konsentrasi Sodium Klorida
radiata L.Wilczek) Varietas Terhadap Hidrolisis Protein
Walet. Jurnal Matematika dan Ikan Lemuru (Sardinella lemuru
Sains 9 (1): 175-182. Bleeker, 1853) Oleh Protoase
Anggraini, A., dan Yunianta. 2015. Ekstrak Nanas (Ananas
Pengaruh Suhu dan Lama comusus [L.] Merr. Var. Dulcis).
Hidrolsis Enzim Papain Jurnal Teknologi Proses. 6 (1): 1-
Terhadap Sifat Kimia, Fisik, 9.
dan Organoleptik Sari Haslaniza, H., Maskat, M., Aida, W.
Edamame. Jurnal Pangan dan M., dan Mamot, S. 2010. The
Agroindustri3 (3): 1015-1025. Effects of Enzyme
Badan Standardisasi Nasional. 2005. Concentration, Temperature
Cara Uji Kadar Padatan and Incubation Time on
Terlarut Total secara Nitrogen Content and Degree of
Gravimetri (SNI 06-6989.27- Hydrolysis of Protein
Precipitate from Cockle

25
JFLS vol 2 no 1 17 – 27. 2018
N-amino Earthworm Extract

(Anadara Granosa) Meat Wash Ninni, L. dan Meirelles, A. J. A. 2001.


Water. International Food Water Activity, pH and Density of
Research Journal 17 (1): 147-152. Aqueous Amino Acids Solutions.
Hatta, W., Hermanianto, J., dan Journal of Biotechnology
Maheswari. 2006. Karakteristik Program 17 (4): 703-711.
Daging dengan Penambahan Nisa, F. C., J. Kusnadi, dan R.
Nacl pada Berbagai Waktu Chrisnasari. 2008. Viabilitas dan
Aging Post Mortem. Jurnal Deteksi Subletal Bakteri
ilmiah ilmu-ilmu peternakan 9 (4): Probiotik pada Susu Kedelai
258-260. Fermentasi Instan Metode
Istiqomah, L., Ema D., Hardi J., Dewi Pengeringan Beku (Kajian Jenis
I., dan Sri W. 2014. Daya Isolate dan Konsentrasi Sukrosa
Hambat Granul Ekstrak Cacing sebagai Krioprotektan). Jurnal
Tanah (Lumbricus rubellus) Teknologi Pertanian. 9 (1): 40-51.
Terhadap Bakteri Patogenik In Olivianti, R., dan Zubaidah, E. 2012.
Vitro. Jurnal Sain Veteriner 32 Pengaruh Penambahan Garam
(1): 93-104. Dan Lama Penggaraman
Kramer, R, M., Varad, R, S., Nicole, Terhadap Aktivitas Antioksidan
M., C, Nick, P., dan J, Martin, S. Minuman Sari Pare (Momordica
2012. Toward a Molecular charantia L). Skripsi. Teknologi
Understanding of Protein Hasil Pertanian, Universitas
Solubility: Increased Brawijaya. Malang.
Negative Surface Charge Palungkun, R. 2010. Usaha Ternak
Correlates with Increased Cacing Tanah Lumbricus
Solubility. Journal of Biophysical rubellus. Penebar Swadaya.
102 (8): 1907-1915. Jakarta.
Maqueda, D., Ledesma, H., dan Amigo, Putra, P., Sutama, I., dan Mudita, I.
L. 2013. Extraction/ 2015. Kandungan Nutrien dan
Fractionation Techniques for Populasi Mikroba inokulan
Proteins and Peptides and yang diproduksi dari level
Protein Digestion. Springer cacing tanah (Lumbricus
Science, Business Media. New rubellus) berbeda. E-Jurnal
York. Peternakan tropika 3(1): 430-442.
Morais, H., Silvestre, J., Silveira, J., Sari, D., Sudjarwo, E., dan Prayogi, H.
Silva, A., Silva, V., dan Silva, M. 2014. Pengaruh Penambahan
2013. Action of A Pancreatin and Cacing Tanah (Lumbricus
An Aspergillus Oryzaeprotease rubellus) Segardalam Pakan
on Whey Proteins: Correlation Terhadap Berat Telur, Haugh
Among The Methods of Analysis Unit (Hu), Dan Ketebalan
of The Enzymatic Hydrolysates. Cangkang Itik Mojosari. Jurnal
Brazilian Archieves of Biology Ternak Tropika 15 (2): 23-30.
and Technology 56 (6): 985-995. Seo, J., Jung-eun K., Jung-Hyun S.,
Nasir, S., Fitriyanti, dan Hilma K. 2009. Goo Y., Mi-Ae B., Chun-Sik B.,
Ekstraksi Dedak Padi Menjadi Kyung-Jin L., Dae-Hun P., dan
Minyak Mentak Dedak Padi Seung-Sik C. 2016. HPLC
(Crude Rice Bran Oil) dengan Analysis, Optimization of
Pelarut N-Hexane dan Ethanol. Extraction Conditions and
Jurnal Teknik Kimia 2 (6): 1-10. Biological Evaluation of

26
JFLS vol 2 no 1 17 – 27. 2018
N-amino Earthworm Extract

Corylopsis coreana Uyeki Flos. Environment, and Technology


Molecules Article 21 (94): 1-13. 4(1): 161-163.
Shao, L., Tianfeng W., Tianshui L., Fan
L., and Pinjing H. 2013.
Comparison of Sludge Digestion
Under Aerobic and Anaerobic
Conditions with A Focus On The
Degradation of Proteins At
Mesophilic Temperature. Journal
Bioresource Technology 140: 131-
137.
Sharma, S., Pradhan, K., Satya, S., dan
Vasudevan, P. 2005. Potentiality
of Eartworms for Waste
Management and In Other
Uses.Journal of American Science
1 (1): 4-16.
Shweta, M. 2012. Cellulolysis: A
Transient Property of Earthworm
or Symbiotic / Ingested
Microorganisms. International
Journal of Scientific and Research
Publication 2 (11): 1-8.
Sintasari, R., Joni, K., dan Dian, N.
2014. Pengaruh Penambahan
Konsentrasi Susu Skim Dan
Sukrosa terhadap Karakteristik
Minuman Probiotik Sari Beras
Merah. Jurnal pangan dan
Agroindustri 2(3): 65-75.
Soeka, Y. S., Joko, S., dan Elidar, N.
2008. Analisis Biokimia Minyak
Kelapa Hasil Ekstraksi secara
Fermentasi. Jurnal Biodiversitas
9(2): 91-95.
Suliman, M., Tinay, A., Elmoneim, A.,
Babiker, E., dan Elkhalil, E. 2006.
Solubility as Influenced by pH
And NaCl Concentration and
Functional Properties of Letin
Protein Isolate.Pakistan Journal
of Nutrition 5(6): 589-593.
Yasothai, R dan Giriprasad, R. 2015.
Surimi Washing Process and
Salting In and Salting Out
Method of Protein Extraction.
International Journal of Science,

27

Anda mungkin juga menyukai