Anda di halaman 1dari 4

19 Mei 2021

Tanggapi Perpindahan Fraksi di DPRD Sikka Pada


Rapat Pengharmonisasian, Yunus: Kami Sarankan
dilakukan di Awal Tahun Anggaran Agar Ada Legal
Standing
Kanwil NTT | 19 Mei 2021 | Diperbarui: 19 Mei 2021 | Dilihat: 257

Kupang - Perancang Peraturan Perundang-Undangan Kanwil Kemenkumham NTT menggelar Rapat Pengharmonisasian, Pembulatan dan
Pemantapan Konsepsi Rancangan Peraturan DPRD Kabupaten Sikka di Ruang Multi Fungsi, Selasa (18/05/2021) malam. Rancangan
Peraturan yang dibahas merupakan perubahan atas Peraturan DPRD Nomor 1 Tahun 2019 tentang Tata Tertib (Tatib) DPRD Kabupaten Sikka.
Rapat juga dihadiri langsung Pimpinan Dewan serta Ketua dan Anggota Pansus pembahasan Rancangan Peraturan tersebut.

Ketua DPRD Sikka, Donatus David dalam kesempatan yang diberikan, menyampaikan terima kasih kepada Kanwil Kemenkumham NTT atas
kemitraan yang sudah dibangun melalui penandatanganan MoU sebulan lalu. Saat itu, pihaknya yang datang bersama Sekretaris Dewan
(Setwan) DPRD Sikka juga membawa satu lembar konsultasi tertulis berkaitan dengan dinamika di DPRD setempat. Salah satunya
menyangkut usulan perpindahan anggota fraksi ke fraksi lainnya, sehingga perlu dilakukan peninjauan kembali Peraturan Tatib Dewan.
“Saya berharap kemitraan yang sudah kita bangun ini ada nilai plus untuk kami dalam rangka melaksanakan tugas-tugas berkaitan dengan
regulasi yang mengatur tugas pokok dan fungsi DPRD sehingga kedepan kinerja kami akan lebih baik dari hari ini,” ujarnya.

Masuk dalam diskusi pembahasan Rancangan Peraturan DPRD Kabupaten Sikka, Koordinator Perancang Perundang-undangan Kanwil
Kemenkumham NTT, Yunus Bureni mengatakan, ada beberapa perubahan secara teknik penormaan pada Rancangan Peraturan DPRD setelah
dilakukan harmonisasi. Diantaranya, judul peraturan telah diharmonisasi agar terdiri dari jenis peraturan, nomor, tahun, dan nama peraturan.
Kemudian, konsideran menimbang telah disempurnakan dengan mencantumkan landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis yang tadinya
belum ada. Untuk dasar hukum juga sudah dilakukan penyesuaian.

“Untuk perubahannya juga kalimat penormaannya kami sesuaikan. Pada ayat (8a) terdapat nomenklatur fraksi murni yang sebenarnya ambigu,
sehingga kita ubah penormaannya menjadi anggota partai politik yang bergabung dengan fraksi yang ada,” ucap Yunus.

Masuk ke dalam agenda selanjutnya, Yunus memberikan kesempatan kepada tiap Anggota DPRD Sikka yang hadir untuk menanggapi serta
memberikan masukan terhadap hasil harmonisasi yang telah dipaparkan. Terhadap masukan dan koreksi dari Kanwil Kemenkumham NTT,
semua Anggota DPRD yang hadir pada intinya sepakat dan setuju dengan yang telah disebutkan di dalam rapat pengharmonisasian kali ini.
Ketua Pansus Pembahasan Rancangan Peraturan DPRD Sikka, Darius Evensius dalam kesempatan pertama menanggapi hasil harmonisasi
tersebut mengatakan bahwa terhadap Rancangan Peraturan DPRD Kabupaten Sikka, beliau menyampaikan terima kasih dan sepakat dengan
apa yang telah tim Perancang sarankan demi perbaikan terhadap Rancangan Peraturan DPRD Sikka.

Rapat kali ini berbeda dengan rapat pengharmonisasian karena juga membahas dinamika yang terjadi di DPRD Sikka terkait dengan
perpindahan fraksi dari anggota DPRD. Dinamika ini juga merupakan benang merah dari perubahan atas Peraturan DPRD Nomor 1 Tahun
2019 tentang Tata Tertib (Tatib) DPRD Kabupaten Sikka. Darius Evensius mengatakan kondisi eksisting yang terjadi bahwa ada Anggota
DPRD Sikka yang berasal dari Partai PKPI sebelumnya bergabung dengan Fraksi PDIP kini memilih keluar dan bergabung dengan Fraksi
Demokrat Sejahtera. Permasalahan yang dikemukakan oleh Darius Evensius yaitu Partai PDIP yang merupakan partai pemenang dalam
pemilihan legislatif memperoleh 5 kursi di DPRD Sikka, Sedangkan Partai PKIP hanya memiliki 2 kursi di DPRD Sikka yang belum memenuhi
syarat minimal 3 kursi untuk membentuk satu fraksi.
“Persoalan yang menjadi pertanyaan mengemuka di dalam dinamika di DPRD Sikka adalah apakah PDIP disebut sebagai fraksi (murni) ataukah
fraksi gabungan? Selain itu bagaimana dengan kedudukan anggota DPRD Sikka yang dulunya diutus oleh fraksi ke dalam alat kelengkapan
dewan” ungkap Darius Evensius.

Terhadap pertanyaan tersebut, Yunus menjelaskan bahwa mengacu pada pengaturan dalam PP 12 Tahun 2018, hanya ada dua istilah yakni
Fraksi yang ada dan Fraksi Gabungan. Di dalam PP 18 Pasal 118 juga mengatur bahwa setiap partai politik harus menempatkan
keanggotaannya di dalam satu fraksi. Kalau jumlahnya tidak mencukupi untuk membentuk satu fraksi, maka ada dua pilihan. Yakni
membentuk fraksi gabungan dengan maksimal dua fraksi gabungan, atau menggabungkan diri dengan fraksi yang ada. Yunus menegaskan,
PDIP yang memiliki 5 kursi merupakan Fraksi yang ada, karena terpenuhi syarat minimal untuk membentuk satu fraksi.

“Kondisi ini yang sebenarnya dihadapi oleh teman-teman DPRD Kabupaten Sikka. Ada kekosongan hukumnya disitu karena yang diatur mengenai
perpindahan keanggotaan fraksi dalam fraksi gabungan. Tetapi untuk anggota fraksi yang menggabungkan diri dengan fraksi yang ada, itu belum
ada pengaturannya,” lanjut Yunus.

Permasalahan ini oleh Tim Perancang Kanwil Kemenkumham NTT telah dikaji dan dibuatkan legal opinion (pendapat hukum). Di dalam
pendapat hukum Kanwil kemenkumham NTT menyebutkan bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 47 PP No.12/2018 tersebut maka anggota
komisi yang ada adalah atas usul fraksi pada awal tahun anggaran dan diputuskan dalam rapat paripurna. Jika perpindahan anggota fraksi
dilakukan tidak sesuai ketentuan ayat (4) maka tentunya akan ada kondisi dimana anggota DPRD yang ditempatkan dalam komisi tidak
berdasarkan usulan fraksi. Karena terjadi perubahan fraksi yang menggusulkan anggota DPRD dalam komisi. Hal tersebut tentu akan
berdampak pada legal standing anggota DPRD dimaksud dalam komisi.

“Oleh karena itu kami menyarankan kepada DPRD Sikka agar perpindahan anggota fraksi baiknya dilakukan pada awal tahun anggaran sehingga
fraksi baru dari anggota DPRD yang berpindah fraksi mengusulkan anggota fraksi barunya dalam alat kelengkapan yang baru,” terang Yunus.
Mendengar penjelasan dari Yunus, Anggota DPRD Sikka yang hadir menanggapi dengan akan melaksanakan konsultasi lanjutan ke Biro
Hukum Setda Provinsi NTT untuk kemudian secara internal akan dibahas di dalam paripurna yang akan datang. Sebelum kegiatan ditutup
dengan penandatanganan Berita Acara oleh Perancang Kanwil Kemenkumham NTT bersama Pimpinan DPRD Sikka, Yunus menanggapi
diskusi dari salah satu Anggota DPRD Sikka terkait peran badan pembentukan peraturan daerah (Bapemperda).

Yunus menegaskan bahwa di dalam PP No.12/2018 telah sangat jelas di dalam definisi mengenai Bapemperda sebagai koordinator dan satu-
satunya alat kelengkapan dewan yang menangani pembentukan Perda. Pengusul perda dapat berasal dari pemerintah dan DPRD melalui
komisi, namun setelah diajukan ke Pimpinan DPRD maka Pimpinan DPRD akan menugaskan Bapemperda untuk membahas di dalam sidang
Tk.1 kemudian diajukan ke dalam paripurna untuk mendapatkan tanggapan fraksi dan tanggapan pemerintah. (humas/rin)

 Cetak

Anda mungkin juga menyukai