Anda di halaman 1dari 11

REFLEKSI KASUS

ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR


PADA BY. NY. A USIA 3 HARI DENGAN OMPHALITIS
DI KLINIK PARAMITRA MEDIKA 1
Disusun untuk memenuhi persyaratan kelulusan
Pada Stase BBL
Program Studi Pendidikan Profesi Bidan STIKes Medistra Indonesia

Disusun Oleh :
NAMA : SHINTA KURNIAWATY. S
NPM : 211560511027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


STIKES MEDISTRA INDONESIA
TAHUN 2021/2022
LAPORAN REFLEKSI KASUS

REFLEKSI KASUS
ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR
PADA BY. NY. A USIA 3 HARI DENGAN OMPHALITIS
DI KLINIK PARAMITRA MEDIKA 1

Oleh :
Nama Mahasiswa : Shinta Kurniawaty. S

NPM : 211560511027

Stase : BBL

Pembimbing : Dr. Lenny Irmawaty , SST., M.Kes

(Kronologi)

Pada hari Senin, 24 Januari 2022 merupakan hari pertama saya menempuh
praktik pendidikan profesi bidan di stase BBL yang bertempat di Klinik Paramitra
Medika 1. Di klinik tidak banyak kasus yang saya temui dari kasus fisiologis maupun
patologis pada BBL. Pada tanggal 27 Januari 2022 saya bertemu dengan bayi baru lahir
yang datang bersama dengan orang tuanya .Ibu bayi mengatakan ingin memeriksakan
bayinya. Dari hasil anamnesa mengatakan bayinya lahir pada tanggal 24 Januari 2022
dan dua hari ini bayinya agak demam, rewel dan kurang kuat menyusunya, biasanya
bayi menyusu setiap 1 jam sekali dua hari ini setiap 3 jam sekali itupun harus
dipaksakan. Ibu mengatakan saat bayinya lahir pada usia kehamilan 38 minggu secara
normal, BB 2900 gr, PB 49 cm, JK: Lk, saat lahir warna ketuban jernih, waktu
persalinan ± 10 jam, saat kehamilan dan persalinan tidak ada masalah, ibu mengatakan
tidak memiliki riwayat penyakit yang berdampak pada bayi, ibu juga mengatakan
bayinya BAK ± 6-7 kali sehari, setiap bayi BAK popok diganti tetapi kassa penutup tali
pusar hanya diganti sekali sehari karena ibu tidak berani untuk menggantinya.
Setelah dilakukan pemeriksaan, di dapatkan suhu bayi 38oC, terdapat pus, warna
kemerahan serta bau pada tali pusat. Lalu, saya melakukan perawatan tali pusat dengan
membersihkan tali pusat menggunakan povidone iodine, lalu di tutup dengan kassa
sterile kering, dan memberikan obat penurun demam yaitu paracetamol drop. Selain itu
saya mengajarkan ibu cara perawatan tali pusat yang baik yaitu menjaga tali pusat selalu
dalam keadaan bersih dan kering, jika bayi habis BAK / basah kassa penutup tali pusat
harus di ganti.

(Alasan)

Saya mempersilahkan bayi dan ibu untuk masuk ruangan pemeriksaan dan
menjaga privasinya. Setelah itu, bayi diperiksa keadaan umum, TTV nya (tonus otot,
warna kulit, tangisan bayi, laju nafas, laju jantung, suhu), dan dilakukan pemeriksaan
fisik. Hasil pemeriksaan di dapatkan suhu bayi 38oC, terdapat pus, warna kemerahan
serta bau pada tali pusat. Ibu bayi mengatakan dua hari ini bayinya agak demam, rewel
dan kurang kuat menyusunya.Pemahaman saya selama ini pada kasus yang dialami
pasien hanya terbentuk dari pengetahuan teori yang saya dapatkan selama kuliah dari
dosen pengajar dan studi literatur dari jurnal dan artikel tentang infeksi tali pusat
(omphalitis). Penilaian saya terhadap kondisi pasien tersebut memiliki keadaan umum
yang kurang baik. Sebelumnya, saya memang belum begitu mengerti tentang
bagaimana cara mengatasi infeksi tali pusat (omphalitis). Hal tersebut cukup membuat
saya tertarik dengan kasus ini.

(Evaluasi)

Menurut Wahyuni (2012) bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir
dari kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai
dengan 4000 gram. Menurut Saifuddin (2014) (neonatus) adalah suatu keadaan dimana
bayi baru lahir dengan umur kehamilan 37-42 minggu, lahir melalui jalan lahir dengan
presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, napas secara spontan
dan teratur, berat badan antara 2.500-4.000 gram serta harus dapat melakukan
penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin. (Dae, 2019)
Salah satu ancaman pada bayi adalah terjadinya infeksi tali pusat dikarenakan
perawatan tali pusat yang tidak baik dan benar dan adanya ketidaksesuaian dengan
Standard Operational Procedure (SOP) yang telah ditentukan. Salah satu upaya yang
dapat dilakukan untuk menurunkan angka kematian bayi perlu dilakukan perawatan
bayi yang baik dan benar, khususnya perawatan tali pusat agar terhindar dari resiko
infeksi yaitu dengan berbagai metode diantaranya perawatan tali pusat menggunakan
alkohol 70%, topical ASI dan kassa kering steril (Hidayat, 2011 dalam Megalina
Limoy, 2020).
Dalam Sari (2020) Perawatan tali pusat yang tidak bersih dan steril dapat
mengakibatkan terjadinya tetanus neonatorum dan omfalitis. Infeksi tali pusat adalah
tali pusat yang terlihat basah atau lengket yang disertai bau tidak enak. Penyebabnya
yaitu stafilokokus, streptokokus, atau bakteri gram negatif. Jika infeksi tidak segera
langsung ditangani saat terdapat tanda-tanda infeksi, maka akan menyebar ke daerah
sekitar tali pusat yang kemudian menjadi kemerahan dan bengkak pada daerah tali
pusat. Infeksi tesebut bisa menyebar ke bagian tubuh di sepanjang vena umbilikus yang
mengakibatkan trombosis vena porta, abses hepar serta septicemia (Sodikin, 2012 : 78).
Infeksi dapat memperlambat patensi pembuluh darah sehingga menyebabkan
perdarahan dari tali pusat (Davies & McDonald, 2012 : 343 ).
Bayi mengalami sakit yang berat, bayi akan tampak kelabu dan menderita demam
tinggi. Pengobatan pertama pada stadium dini biasanya dilakukan pemberian serbuk
antibiotik pada setiap sekret yang 26 dikeluarkan oleh tali pusat dikultur diberi
antibiotik secara sistemik. Maka dari itu sangat penting untuk dilakukan perawatan tali
pusat dengan rutin dan cermat, dan tepat. Kemudian segera melaporkan jika melihat
tanda-tanda kemerahan atau pengeluaran sekret dari puntung tali pusat (Sodikin, 2012 :
79).
Tanda dan gejala dari infeksi menurut Ismi (2015) dalam Siregar (2020) adalah
sebagai berikut:
a) Bernanah,kondisi ini bisa muncul jika kurang benar merawatnya, seperti kurang
bersih dan kurang kering. Hal ini juga bisa terjadi bila pemotongan tali pusat dilakukan
dengan benda yang tidak steril sehingga kuman tumbuh dan berkembang.
b) Bau tak sedapmuncul pada tali pusat menandakan bahwa tali pusat terinfeksi. Lalu
tali pusat akan bernaanah dan berlendir. Selain itu juga ditandai dengan kemerahan
disekitar pusat.
c) Tidak banyak menangis,bayi yang terinfeksi umumnya tidak banyak menagis. Ia
justru lebih banyak tidur. Gejala ini juga ditandai bayi malas minum, demam, dan
kejang.
d) Suhu tubuh meningkat, tubuh terasa hangat atau panas.Untuk lebih akurat,anda bisa
menggunakan termometer untuk mengukur suhu tubuh bayi. Jika suhu tubuh melebihi
38oC maka bayi sudah terkena demam. Demam terjadi karena merupakan mekanisme
pertahanan tubuh terhadap infeksi virus ataupun bakteri.Kenaikan suhu tubuh akan
menghambat perkembangbiakan bakteri DNA(deoxyribonucleic acid) ataupun replikasi
virus RNA (ribonucleic acid)
Menurut Depkes RI (2016) Merawat tali pusat berarti menjaga agar luka tersebut
tetap bersih, tidak terkena kencing, kotoran bayi, atau tanah. Bila kotor, luka tali pusat
di cuci dengan air bersih yang mengalir dan segera keringkan dengan/kasa bersih dan
kering. Tidak membubuhkan atau mengoleskan ramuan, abu dapur, dan sebagainya
pada luka tali pusat sebab dapat menyebabkan infeksi dan tetanus yang dapat berakhir
dengan kematian neonatal. Infeksi tali pusat merupakan faktor resiko untuk terjadinya
tetanus neonatorum (Damanik, 2019).
Pada umumnya perawatan tali pusat yang benar dan sesuai standar yang
ditetapkan diharapkan tidak menyebabkan terjadinya komplikasi pada bayi. Akibat
komplikasi yang dapat terjadi yaitu infeksi yang kemudian menjadi tetanus neonatorum
dan sepsis dengan berbagai macam perawatan tali pusat, diantaranya menggunakan
alkohol 70%, beberapa diantaranya masih menggunakan povidone iodine dan
penggunaan kassa kering steril (Paisal, 2013 dalam Megalina Limoy, 2020).
Cara mengobati infeksi kulit atau pusar menurut PERMENKES No.53 Tahun
2014:

• Cuci tangan sebelum mengobati bayi.

• Bersihkan nanah dan krusta dengan air matang dan sabun secara hati-hati
• Keringkan daerah sekitar luka dengan kain bersih dan kering

• Olesi dengan Gentian Violet 0,5% atau Povidon Yodium

• Cuci tangan kembali

• Lakukan 2 kali sehari (Kementrian Kesehatan RI, 2014.)

(Diagnosa)

Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir pada By.Ny.A usia 3 hari yang dalam
keadaan kurang baik sudah dilakukan sesuai dengan teori dan jurnal yang menjadi
referensi penanganan asuhan ini.
Bayi dan orang tua datang dengan tujuan memeriksakan keadaan bayi agar dapat
mendeteksi tanda bahaya pada bayi baru lahir sedini mungkin dan dapat di tangani
secara tepat.
Dalam pemeriksaan ini saya melakukan anamnesa, pemeriksaan fisik,
memberikan konseling tentang tanda bahaya pada bayi baru lahir, salah satunya infeksi
tali pusat. Selanjutnya saya memberitahukan cara perawatan tali pusat yang baik
Setelah dilakukan pemeriksaan, orang tua bayi sekarang tahu bahwa bayinya
sedang mengalami infeksi tali pusat (omphalitis) dan telah mengetahui cara
mengatasinya serta berjanji akan selalu menjaga tali pusat agar selalu dalam kondisi
bersih dan kering.

(Analisis)

Pada kasus By. Ny. A, bayinya lahir pada tanggal 24 Januari 2022. Ibu
mengatakan saat bayinya lahir pada usia kehamilan 38 minggu secara normal, BB 2900
gr, PB 49 cm, JK: Lk, saat lahir warna ketuban jernih, waktu persalinan ± 10 jam, saat
kehamilan dan persalinan tidak ada masalah, ibu mengatakan tidak memiliki riwayat
penyakit yang berdampak pada bayi. Hal tersebut sesuai dengan Menurut Wahyuni
(2012) bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu
sampai 42 minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram. Menurut
Saifuddin (2014) (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi baru lahir dengan umur
kehamilan 37-42 minggu, lahir melalui jalan lahir dengan presentasi kepala secara
spontan tanpa gangguan, menangis kuat, napas secara spontan dan teratur, berat badan
antara 2.500-4.000 gram serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan
intrauterine ke kehidupan ekstrauterin.

Selain itu menurut ibu bayi, dua hari ini bayinya agak demam, rewel dan kurang
kuat menyusunya, biasanya bayi menyusu setiap 1 jam sekali dua hari ini setiap 3 jam
sekali itupun harus dipaksakan yang memperburuk keadaan infeksi bayi sesuai dengan
Harahap et al., (2019) bahwa pada kehidupan intrauterin bayi sepenuhnya mendapat
perlindungan dari ibu, bayi memperoleh antibodi melalui plasenta yang
menghubungkan tubuh bayi dengan tubuh ibu, antibodi ini sangat penting untuk
menjaga janin dalam kandungan agar tidak terkena infeksi dan berbagai komplikasi
yang membahayakan kesehatannya (Irsal, Paramita, & Sugianto 2017). Saat bayi
dilahirkan ia kehilangan perlindungan tersebut dan bayi juga akan terpapar lingkungan
yang penuh kuman, sementara tubuhnya belum sepenuhnya mampu melindungi dirinya
sendiri, hal ini dapat mengakibatkan bayi akan lebih mudah terkena infeksi (Armini,
Sriasih, & Marhaeni 2017). Salah satu cara yang tepat untuk melindungi bayi baru lahir
dari infeksi adalah dengan memberi bayi Air Susu Ibu (ASI) saja tanpa makanan
tambahan lain (Kemenkes, 2015a). ASI mengandung antibodi, enzim, dan antiinfektif
lainnya yang mampu memberikan daya perlindungan, baik secara aktif maupun melalui
pengaturan imunologis. ASI tidak hanya menyediakan perlindungan yang baik terhadap
infeksi dan alergi, tetapi juga menstimulasi perkembangan yang memadai dari sistem
imunologi bayi itu sendiri, selain itu ASI juga mengandung beberapa komponen
antiinflamasi sehingga bayi yang minum ASI akan terlindung dari berbagai macam
infeksi yang disebabkan bakteri, virus, parasit dan antigen lainnya (Purwanti, 2003).

Dan setelah dilakukan pemeriksaan, di dapatkan suhu bayi 38oC, terdapat pus,
warna kemerahan serta bau pada tali pusat. Hal tersebut sesuai dengan Tanda dan gejala
dari infeksi menurut Ismi (2015) adalah sebagai berikut:
a) Bernanah,kondisi ini bisa muncul jika kurang benar merawatnya, seperti kurang
bersih dan kurang kering. Hal ini juga bisa terjadi bila pemotongan tali pusat dilakukan
dengan benda yang tidak steril sehingga kuman tumbuh dan berkembang.

b) Bau tak sedapmuncul pada tali pusat menandakan bahwa tali pusat terinfeksi. Lalu
tali pusat akan bernaanah dan berlendir. Selain itu juga ditandai dengan kemerahan
disekitar pusat.

c) Tidak banyak menangis,bayi yang terinfeksi umumnya tidak banyak menagis. Ia


justru lebih banyak tidur.Gejala ini juga ditandai bayi malas minum, demam, dan
kejang.

d) Suhu tubuh meningkat, tubuh terasa hangat atau panas.Untuk lebih akurat,anda bisa
menggunakan termometer untuk mengukur suhu tubuh bayi. Jika suhu tubuh melebihi
38oC maka bayi sudah terkena demam. Demam terjadi karena merupakan mekanisme
pertahanan tubuh terhadap infeksi virus ataupun bakteri.Kenaikan suhu tubuh akan
menghambat perkembangbiakan bakteri DNA(deoxyribonucleic acid) ataupun replikasi
virus RNA (ribonucleic acid)

Ibu juga mengatakan bayinya BAK ± 6-7 kali sehari, setiap bayi BAK popok
diganti tetapi kassa penutup tali pusar hanya diganti sekali sehari karena ibu tidak berani
untuk menggantinya. Hal tersebut sejalan dengan teori bahwa omphalitis atau infeksi
tali pusat disebabkan oleh bakteri yang memasuki tubuh melalui tali pusat pada bayi.
Bakteri dapat masuk akibat dari pemotongan tali pusat dengan instrumen yang tidak
steril, kontak kulit ke kulit, teknik cuci tangan yang tidak benar, perawatan tali pusat
buruk dan infeksi silang (Kasiati et al., 2013) yang dalam kasus ini omphalitis terjadi
karena buruknya perawatn tali pusat yang di lakukan, yang didukung pula oleh
pernyataan Hidayat (2011) Salah satu ancaman pada bayi adalah terjadinya infeksi tali
pusat dikarenakan perawatan tali pusat yang tidak baik dan benar dan adanya
ketidaksesuaian dengan Standard Operational Procedure (SOP) yang telah ditentukan.
Sedangkan menurut Sodikin (2012) perawatan tali pusat yang tidak bersih dan steril
dapat mengakibatkan terjadinya tetanus neonatorum dan omfalitis. Infeksi tali pusat
adalah tali pusat yang terlihat basah atau lengket yang disertai bau tidak enak.
Penyebabnya yaitu stafilokokus, streptokokus, atau bakteri gram negatif. Dan menurut
Depkes RI (2016) merawat tali pusat berarti menjaga agar luka tersebut tetap bersih,
tidak terkena kencing, kotoran bayi, atau tanah. Bila kotor, luka tali pusat di cuci dengan
air bersih yang mengalir dan segera keringkan dengan/kasa bersih dan kering.

Lalu, saya melakukan perawatan tali pusat dengan membersihkan tali pusat
menggunakan povidone iodine, lalu di tutup dengan kassa sterile kering, dan
memberikan obat penurun demam yaitu paracetamol drop. Selain itu saya mengajarkan
ibu cara perawatan tali pusat yang baik yaitu menjaga tali pusat selalu dalam keadaan
bersih dan kering, jika bayi habis BAK / basah kassa penutup tali pusat harus di ganti.
Hal – hal yang sudah saya lakukan tersebut adalah salah satu solusi yang saya berikan
berupa cara perawatan tali pusat yaitu dengan metode kassa kering sterile yang menurut
(Astutik, 2016) saat ini sangat dianjurkan untuk menjaga agar tali pusat tetap bersih
dan kering selain alat dan tehnik yang praktis dan efisien. Pendapat tersebut juga sesuai
dengan teori di PERMENKES No. 53 Tahun 2014 tentang cara mengobati infeksi kulit
atau pusar

• Cuci tangan sebelum mengobati bayi.

• Bersihkan nanah dan krusta dengan air matang dan sabun secara hati-hati

• Keringkan daerah sekitar luka dengan kain bersih dan kering

• Olesi dengan Gentian Violet 0,5% atau Povidon Yodium

• Cuci tangan kembali

• Lakukan 2 kali sehari


DAFTAR PUSTAKA

Astutik, P. (2016). PERAWATAN TALI PUSAT DENGAN TEHNIK KASA KERING


STERIL DAN KASA ALKOHOL 70% TERHADAP PELEPASAN TALI PUSAT
PADA BAYI BARU LAHIR (DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SUMBERSARI SARADAN KABUPATEN MADIUN). Judika (Jurnal Nusantara
Medika), 1(1), 42–51. https://ojs.unpkediri.ac.id/index.php/akper/article/view/409
Dae, W. (2019). ASUHAN KEBIDANAN PADA NY J.B DI PUSKESMAS TARUS
KABUPATEN KUPANG TENGAH PERIODE TANGGAL 18 FEBRUARI-18
MEI 2019 [Politeknik Kesehatan Kupang]. In Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Kusuma Husada Surakarta. http://repository.poltekeskupang.ac.id/1014/1/LTA
WELHELMINA DAE PDF.pdf
Damanik, R. (2019). HUBUNGAN PERAWATAN TALI PUSAT DENGAN
KEJADIAN INFEKSI PADA BAYI BARU LAHIR DI RSUD Dr. PIRNGADI
MEDAN 2019. In Jurnal Keperawatan Priority (Vol. 2, Issue 2).
https://doi.org/10.34012/jukep.v2i2.556
Harahap, D., Indriati, G., & Wofers, R. (2019). HUBUNGAN PEMBERIAN
MAKANAN PRELAKTEAL TERHADAP KEJADIAN SAKIT PADA
NEONATUS. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Keperawatan, 6(1), 72–80.
Kasiati, Santoso, B., Yunitasari, E., & Nursalam. (2013). TOPIKAL ASI: MODEL
ASUHAN KEPERAWATAN TALI PUSAT PADA BAYI. Jurnal Ners, 8(1), 9–
16.
Kementrian Kesehatan RI. (n.d.). PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2014.
Megalina Limoy, E. P. (2020). Hubungan Perawatan Tali Pusat Menggunakan Kassa
Kering Steril Sesuai Standar Dengan Lama Pelepasan Tali Pusat Pada Bayi Baru
Lahir Di Puskesmas Siantan Hilir Tahun 2019. Jurnal_Kebidanan, 9(1), 302–310.
https://doi.org/10.33486/jurnal_kebidanan.v9i1.77
Sari, E. P. (2020). PENGARUH PERAWATAN TALI PUSAT TERBUKA DAN
TERTUTUP TERHADAP LAMA LEPASNYA TALI PUSAT PADA BAYI BARU
LAHIR DI PMB KISWARI HADIMULYO TIMURKECAMATAN METRO PUSAT.
Siregar, D. M. (2020). Literature Review : Asuhan Keperawatan pada Bayi Baru Lahir
dengan Masalah Keperawatan Resiko Infeksi Tali Pusat Di Rumah Sakit Umum
Daerah Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2020 [Politeknik Kesehatan
Medan].
http://ecampus.poltekkes-medan.ac.id/jspui/bitstream/123456789/2956/1/Dewi
Marlina Siregar.pdf

Anda mungkin juga menyukai