Anda di halaman 1dari 25

Mata Kuliah : Akuntansi Keuangan Daerah

MAKALAH
“REKENING DALAM LAPORAN KEUANGAN DAERAH”

Dosen Pengampu
Dr. Nasirwan., SE., M.Si.

Disusun Oleh :
Kelompok 5

Desna Yulike Sinaga (7193220024)


Jessica Anggita Gultom (7193220019)
Maria Elsera Panjaitan (7192520010)

AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena atas
berkat dan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah
Akuntansi Keuangan Daerah yang berjudul “ Rekening Dalam Laporan Keuangan
Daerah”
Penulis berterimakasih kepada Bapak Dosen Dr. Nasirwan, SE., M.Si. yang sudah
memberikan bimbingan. Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak
kekurangan oleh karena itu , penulis meminta maaf jika ada kesalahan dalam
penulisan dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata penulis menyampaikan Terima Kasih semoga dapat bermanfaat dan
bisa dipergunakan untuk kearah yang lebih baik .

Medan , 20 Februari
2022

(KELOMPOK 5)

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
2.1 Pentingnya Akuntansi Keuangan Daerah..........................................................................5
2.2 Prosedur Penerimaan Kas Pada Keuangan Daerah.........................................................7
2.3 Laporan Arus Kas dan Entitas Pelaporan Keuangan.......................................................9
2.4 Akuntansi Pendapatan Daerah.........................................................................................12
2.5 Akuntansi Belanja Daerah................................................................................................13
2.6 Akuntansi Pembiayaan Daerah........................................................................................15
2.7 Akuntansi Surplus/Defisit.................................................................................................17
2.8 Akuntansi Aset Daerah......................................................................................................17
2.9 Akuntansi Kewajiban Daerah...........................................................................................19
2.10 Akuntansi Ekuitas Dana Daerah......................................................................................20
BAB III...............................................................................................................................................23
PENUTUP..........................................................................................................................................23
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................23
3.2 Saran...................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................24

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan
kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman
pengelolaan keuangan daerah, Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah
dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang
termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban.
Sementara pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi
perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan
keuangan daerah tersebut. Pemegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah
kepala daerah yang karena jabatannya mempunyai kewenangan menyelenggarakan
keseluruhan pengelolaan keuangan daerah.
Hak dan kewajiban daerah tersebut perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan
keuangan daerah. Pengelolaan keuangan daerah merupakan subsistem dari sistem
pengelolaan keuangan Negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan
pemerintah daerah. Pengelolaan keuangan daerah juga harus dilakukan dengan cara yang baik
dan bijak agak keuangan daerah tersebut bisa menjadi efisien penggunaanya yang sesuai
dengan kebutuhan daerah.
Oleh karena itu penulis membahas lebih lengkap mengenai Rekening Laporan
Keuangan Daerah.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat diangkat dari latar belakang masalah diatas adalah
sebagai berikut :

1. Apa Pentingnya Akuntansi Keuangan Daerah?


2. Bagaimana Prosedur Penerimaan Kas Pada Keuangan Daerah?
3. Jelaskan Laporan Arus Kas dan Entitas Pelaporan Keuangan?
4. Apa saja Akuntansi Pendapatan Daerah?
5. Apa saja Akuntansi Belanja Daerah?
6. Apa saja Akuntansi Pembiayaan Daerah?
7. Jelaskan Akuntansi Suplus/Defisit!

3
8. Apa saja Akuntansi Aset Daerah?
9. Apa saja Akuntansi Kewajiban Daerah?
10. Apa saja Akuntansi Ekuitas Dana Daerah?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Memenuhi Tugas Mata Kuliah Akuntansi Keuangan Daerah


2. Mengetahui dan Memahami Rekening – Rekening Dalam Laporan Keuangan Daerah

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya Akuntansi Keuangan Daerah


Akuntansi keuangan daerah merupakan suatu proses pengidentifikasian,
pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari entitas
pemerintah daerah – Pemda (kabupaten, kota, atau provinsi) yang dijadikan sebagai
informasi dalam ranka pengambilan keputusan ekonomi yang diperlukan oleh pihak-
pihak eksternal entitas pemda.Pihak-pihak eksternal entitas pemda yang memerlukan
informasi yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan daerah tersebut antara lain adalah
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD); badan pengawas keuangan; investor,
kreditur, dan donatur; analisis ekonomi dan pemerhati pemda; rakyat; pemda lain; dan
pemerintah pusat yang seluruhnya berada dalam lingkungan akuntansi keuangan daerah.
Akuntansi keuangan daerah menggunakan sistem pencatatan dan dasar akuntansi tertentu
pada era pra dan pasca reformasi. Selain itu, dasar atau basis akuntansi merupakan salah
satu asumsi dasar yang penting dalam akuntansi. Hal ini disebabkan karena asumsi ini
menentukan kapan pencatatan suatu transaksi dilakukan, yang dikenal dalam tata buku
keuangan daerah selama era pra reformasi keuangan daerah.

Dari definisi menurut American Accounting Association yang mendefinisikan


akuntansi sebagai suatu proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan
transaksi ekonomi, maka dapat diketahui bahwa akuntansi terdiri atas beberapa tahap.
Setelah tahap terakhir selesai, maka selanjutnya akan berputar kembali ke tahap pertama,
dan terus seperti itu. dengan kata lain, akuntansi adalah suatu siklus atau urutan tahap-
tahap yang terus berulang. Tahap-tahap yang ada dalam siklus akuntansi lebih rinci dari
keempat tahap yang ada dalam definisi di atas, karena tahap-tahap dalam definisi
akuntansi merupakan garis besar dari tahap-tahap yang ada dalam siklus akuntansi.

Sistem Pencatatan Akuntansi Daerah

Akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan


pelaporan transaksi ekonomi (keuangan) dari suatu organisasi. eraturan tersebut
diperbarui dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 mengenai Standar Akuntansi Pemerintah,
PP Nomor 58 Tahun 2005 mengenai Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Peraturan

5
Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006. Laporan keuangan tersebut
adalah:

a. Laporan Realisasi Anggaran


b. Laporan Neraca
c. Laporan Arus Kas
d. Catatan Atas Laporan Keuangan

Single Entry Bookeeping

Sering juga disebut dengan sistem tata buku tunggal atau tata buku. Dalam sistem ini,
pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan mencatatnya satu kali. Transaksi yang
berakibat bertambahnya kas akan dicatat pada sisi Penerimaan dan transaksi yang
berakibat berkurangnya kas akan dicatat pada sisi Pengeluaran.Permendagri Nomor 13
Tahun 2006, sistem pencatatan single entry dilakukan oleh bendahara penerimaan dan
bendahara pengeluaran baik di level Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) maupun
Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD). Sistem ini hanya sebagai alat
kontrol sistem akuntansi yang sebenarnya yang dilakukan oleh Pejabat Pengelola
Keuangan SKPD (PPK SKPD) dan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD).Adapun
kelebihan dari pencatatan single entry adalah sederhana dan mudah dipahami. Namun,
sistem ini memiliki kelemahan, antara lain dalam menemukan kesalahan pembukuan
yang terjadi, dan sulit dikontrol.

Double Entry Bookeeping

Sering juga disebut sebagai sistem tata buku berpasangan. Menurut sistem ini,
pada dasarnya suatu transaksi ekonomi akan dicatat dua kali. Encatatan dengan sistem ini
disebut dengan istilah menjurnal. Dalam pencatatan tersebut, sisi Debit berada di sebelah
kiri sedangkan sisi Kredit berada di sebelah kanan. Setiap pencatatan harus menjaga
keseimbangan persamaan dasar akuntansi. Persamaan dasar akuntansi merupakan alat
bantu untuk memahami sistem pencatatan ini. Persamaan dasar akuntansi tersebut
berbentuk sebagai berikut:

AKTIVA + BELANJA = UTANG + EKUITAS DANA + PENDAPATAN

Transaksi yang berakibat bertambahnya aktiva akan dicatat pada sisi debit
sedangkan yang berakibat berkurangnya aktiva akan dicatat pada sisi kredit. Hal yang
sama dilakukan untuk mencatat belanja.Hal yang sebaliknya dilakukan untuk utang,

6
ekuitas dana, dan pendapatan. Apabila suatu transaksi mengakibatkan bertambahnya
utang, maka pencatatan akan dilakukan pada sisi kredit, sedangkan jika mengakibatkan
berkurangnya utang, maka pencatatan dilakukan pada sisi debit. Hal serupa ini dilakukan
untuk ekuitas dana dan pendapatan.

Triple Entry Bookeeping

Sistem pencatatan triple entry adalah pelaksanaan pencatatan dengan


menggunakan sistem pencatatan double entry, ditambah dengan pencatatan pada buku
anggaran. Jadi sementara sistem pencatatan double entry dijalankan, PPK SKPD maupun
bagian keuangan atau SKPKD juga mencatat transaksi tersebut pada buku anggaran,
sehingga pencatatan tersebut akan berefek pada sisa anggaran.

2.2 Prosedur Penerimaan Kas Pada Keuangan Daerah


 Prosesdur Akuntansi Penerimaan Kas

Prosedur akuntansi penerimaan kas meliputi serangkaian proses, baik manual maupun
terkomputerisasi, mulai dari pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi
dan/atau kejadian keuangan, hingga pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan penerimaan kas pada
SKPD dan/atau SKPKD.

1. Fungsi terkait
Fungsi yang terkait dalam prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD, sedangkan pada SKPKD
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD.
2. Dokumen yang digunakan
a. Surat keterangan pajak daerah, digunakan untuk menetapkan pajak daerah atas
wajib pajak yang dibuat oleh PPKD.
b. Surat Keterangan Retribusi Daerah (SKRD), digunakan untuk menetapkan
retribusi daerah atas wajib retribusi yang dibuat oleh pengguna anggaran.
c. Surat Tanda Bukti Penerimaan (STBP), digunakan untuk mencatat setiap
penerimaan pembayaran dari pihak ketiga yang diselenggarakan oleh bendahara
penerimaan.
d. Surat Tanda Setoran (STS), digunakan untuk menyetorkan penerimaan daerah
yang diselenggarakan oleh bendahara penerimaan pada SKPD.

7
e. Bukti Transfer, merupakan dokumen atau bukti atas transfer penerimaan daerah.
f. Nota kredit bank, dokumen atau bukti dari bank yang menunjukkkan adanya
transfer uang masuk ke rekening kas.
g. Bukti jurnal penerimaan kas, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh
fungsi akuntansi untuk mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau
kejadian yang berhubungan dengan penerimaan kas.
h. Buku besar, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi
untuk memosting semua transaksi atau kejadian selain kas dari jurnal
penerimaan kas ke buku besar untuk setiap rekening aset, kewajiban ekuitas
dana, pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
i. Buku besar pembantu, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi untuk mencatat semua transaksi atau kejadian yang berisi rincian akun
buku besar untuk setiap rekening yang dianggap perlu.
3. Laporan yang dihasilkan
Pada SKPD, terdiri atas:
1.) Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
2.) Neraca
3.) Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)

Pada SKPKD, terdiri atas:

1.) Laporan Realisasi Anggaran (LRA)


2.) Neraca
3.) Laporan Arus Kas
4.) Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)
 Prosedur Akuntansi Selain Kas
Prosedur akuntansi selain kas meliputi transaksi dan/atau kejadian yang berupa:
a. Pengesahan pertanggungjawaban (SPJ) pengeluaran dana yang merupakan
pengesahan atas pengeluaran/belanja melalui mekanisme uang
persediaan/ganti uang/tambahan.
b. Koreksi kesalahan pencatatan yang merupakan koreksi terhadap kesalahan
dalam membuat jurnal yang telah diposting ke buku besar.
c. Peneriaan hibah selain kas yang merupakan penerimaan sumber ekonomi
non kas yang bukan merupakan pelaksanaan APBD, tetapi mengandung
konsekuensi ekonomi bagi pemda.

8
d. Pembelian secara kredit yang merupakan transaksi pembelian aset tetap yang
pembayarannya dilakukan di masa yang akan datang.
e. Retur pembelian kredit yang merupakan pengembalian aset tetap/barang
milik daerah tanpa konsekuensi kas yang merupakan pemindahtanganan aset
tetap kepada pihak ketiga karena suatu hal tanpa ada penggantian berupa
kas.
f. Penerimaan aset tetap/barang milik daerah tanpa konsekuensi kas yang
merupakan perolehan aset tetap akibat adanya tukar menukar (ruilslaag)
dengan pihak ketiga.

2.3 Laporan Arus Kas dan Entitas Pelaporan Keuangan


 Laporan Arus Kas.
Suatu badan standar akuntansi keuangan di Amerika yaitu Financial Accounting
Standard Board, yaitu pernyataan No.95 memberikan definisi Laporan Arus Kas sebagai
berikut:
“Laporan Arus Kas merupakan suatu laporan keuangan yang menunjukkan atau
menggambarkan arus masuk kas dan arus keluar kas, dan perubahan bersih dalam kas
yang berasal dari kegiatan operasi, kegiatan investasi (dalam SAKD dibatasi pada
aktivitas transaksi aktiva tetap dan aset lainnya) dan kegiatan pembiayaan dari suatu
entitas selama periode akuntansi tertentu (dalam SAKD adalah tahun anggaran). Dan
laporan ini juga merupakan suatu media yang dapat menelusuri atau mencocokkan saldo
awal kas dengan saldo kas pada akhir tahun anggaran”
Menurut Pernyataan Modul Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2
menyatakan bahwa LAK “menyajikan informasi mengenai sumber, penggunaan,
perubahan kas dan setara kas selama satu periode akuntansi,dan saldo kas dan setara
kas pada tanggal pelaporan”. Diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, non
keuangan, pembiayaan, dan non anggaran.
Dasar Hukum LAK dengan diberlakukannya UU No.22/1999 tentang Pemerintah
Daerah dan UU No. 25 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah serta aturan
pelaksanaannya, khususnya UU No.7/2010 Pertanggung Jawaban Atas Pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009 pemerintah daerah
seharusnya sudah menyiapkan Laporan Keuangannya yang terdiri atas Laporan
Perhitungan Anggaran, Nota Perhitungan, Neraca dan Laporan Arus Kas.

9
Tujuan yang paling utama dari Laporan Arus Kas ini adalah untuk memberikan
informasi penting atau yang relevan mengenai penerimaan-penerimaan dan pengeluaran-
pengeluaran kas selama periode tahun anggaran yang berguna untuk mengevaluasi pos-
pos atau mata anggaran baik yang menyangkut pos-pos pendapatan daerah maupun
belanja daerah.
Untuk Aktivitas Operasi, arus masuk kas adalah realisasi penerimaan kas yang
diterima oleh pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran yang diklasifikasikan
menurut jenis pendapatannya yaitu :
a. Arus masuk kas dari Pendapatan Asli Daerah adalah realisasi penerimaan kas dari
potensi pendapatan di daerah yang ditetapkan dengan suatu peraturan daerah
(perda), terdiri atas:
·         Pendapatan Pajak Daerah
·         Pendapatan Retribusi Daerah
·         Pendapatan Bagian Laba BUMD dan Investasi Lainnya
·         Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah
b. Arus masuk kas dari Pendapatan Dana Perimbangan adalah realisasi penerimaan kas
yang sumber dananya berasal dari penerimaan APBN untuk membiayai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, yang terdiri atas:
·         Pendapatan Bagian Daerah dari PBB dan BPHTB
·         Pendapatan Bagian Daerah dari Pajak Penghasilan
·         Pendapatan Bagian Daerah dari SDA
·         Dana Alokasi Umum
·         Dana Alokasi Khusus
c. Arus masuk kas dari Pendapatan Bagi Hasil dari Pemerintah Propinsi (bagi
Pemerintah Kabupaten/Kota) adalah realisasi penerimaan kas untuk menampung
pendapatan yang berasal dari bagi hasil yang diterima dari pemerintah propinsi,
terdiri atas:

·         Pendapatan Bagi Hasil Pajak


·         Pendapatan Bagi Hasil Lainnya
d. Arus masuk kas dari Lain-Lain Pendapatan yang Sah adalah realisasi penerimaan
kas dari pendapatan selain Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Dana
Perimbangan, terdiri atas:
·         Pendapatan Hibah
10
·         Pendapatan Dana Darurat
·         Lain-Lain Pendapatan

Untuk Aktivitas Operasi, arus keluar kas adalah realisasi pengeluaran kas yang
dilakukan oleh pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran, yang diklasifikasikan
menurut jenis pengeluarannya, yaitu :
a. Arus keluar kas untuk Belanja Operasi adalah realisasi pengeluaran kas yang
digunakan untuk kegiatan operasional penyelenggaraan pemerintahan, terdiri atas:
·         Belanja Pegawai
·         Belanja Barang dan Jasa
·         Belanja Pemeliharaan
·         Belanja Perjalanan Dinas
·         Belanja Pinjaman
·         Belanja Subsidi
·         Belanja Bantuan Sosial
·         Belanja Operasi Lainnya
·         Belanja Tak Tersangka
b. Arus keluar kas untuk Bagi Hasil Pendapatan adalah realisasi pengeluaran kas
untuk bagi hasil pendapatan dari Pemda Provinsi ke Kabupaten/Kota atau dari
Kabupaten/Kota ke Desa, terdiri atas:
·         Bagi hasil pajak ke Kabupaten/Kota
·         Bagi hasil pendapatan lainnya ke Kabupaten/Kota
· Bagi hasil pajak ke Desa
· Bagi hasil retribusi ke Desa
· Bagi hasil pendapatan lainnya ke desa
 Entitas Pelaporan Keuangan
Dalam butir 19 Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan lampiran II PP
Nomor 24 tahun 2005 disebutkan bahwa “Entitas pelaporan adalah unit
pemerintahan daerah yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan”.
Entitas pelaporan adalah Pemerintah Daerah atau satuan organisasi di
lingkungan Pemerintah Daerah atau organisasi lainnya jika menurut peraturan

11
perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan
keuangan. Pada ketentuan terdahulu, terdapat dua pilihan bagi pemda dalam
menentukan entitas pelapor. Kedua pilihan ini disebut dengan system sentralisasi dan
system desentralisasi pelaporan keuangan pemda.
Namun, saat ini pemda diwajibkan menggunakan system desentralisasi dalam
pelaporan keuangannya. Dalam system ini, baik satuan kerja maupun bagian
keuangan atau BPKD melaksanakan akuntansi. Satuan kerja melaksanakan akuntansi
terhadap transaksi ekonomi yang terjadi pada bagiannya, hingga menghasilkan
laporan keuangan. Bagian keuangan atau BPKD akan mengonsolidasikan
(menggabungkan) laporan keuangan semua satuan kerja, termasuk bagian keuangan
atau BPKD itu sendiri untuk menyusun laporan keuangan pemda secra keseluruhan.
2.4 Akuntansi Pendapatan Daerah
Dalam Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, pendapatan didefinisikan sebagai berikut :

“Pendapatan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara /


Daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak pemerintah, dan tidak perlu dibayar kembali.”

Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006, mendefinisikan


pendapatan sebagai hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai
kekayaan bersih.

Dari kedua definisi tersebut jelas terlihat bahwa pendapatan merupakan hak
pemerintah yang menambah nilai ekuitas dana pemerintah.

Kelompok pendapatan adalah sebagai berikut:

a. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

b. Dana Perimbangan (pendapatan transfer)

c. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah

Dari kelompok pendapatan di atas, pada umumnya Pendapatan Asli Daerah


diterima dan wewenang pengelolaannya ada di Satker, sedangkan dua kelompok
pendapatan lainnya yaitu Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang
Sah diterima dan wewenang pengelolaannya ada di PPKD. Rincian dari kelompok
PAD menurut kedua peraturan pemerintah tersebut, yaitu:

12
a. Pajak Daerah

b. Retribusi Daerah

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

d. Lain-lain PAD yang sah

Transaksi pendapatan di Satker dicatat oleh Petugas Penatausahaan Keuangan


Satker (PPK-Satker). Transaksi ini dicatat harian pada saat kas diterima oleh
bendahara penerimaan atau pada saat menerima bukti transfer dari pihak ketiga.
Dokumen sumber yang digunakan sebagai dasar pencatatan transaksi
pendapatan di Satker ini adalah sebagai berikut :

Transaksi Dokumen sumber

- Surat Ketetapan Pajak Daerah


Penerimaan PAD - Surat Ketetapan Retribusi Daerah
- Surat tanda bukti pembayaran
- Bukti penerimaan lainnya yang sah

2.5 Akuntansi Belanja Daerah


Definisi belanja menurut Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 adalah sebagai
berikut:

“Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara / Daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak
akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.”

Definisi lain dari belanja ini adalah seperti yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 sebagai berikut :

“Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih.”

Kedua definisi tersebut di atas menjelaskan bahwa transaksi belanja akan menurunkan
ekuitas dana pemerintah daerah.

Belanja diklasifikasikan menurut klasifikasi ekonomi (jenis belanja), organisasi, dan


fungsi. Klasifikasi ekonomi meliputi belanja operasi, belanja modal, belanka tidak

13
terduga, dan transfer. Klasifikasi organisasi yaitu klasifikasi menurut unit organisasi
penggunaan anggaran. Klasifikasi fungsi yaitu klasifikasi yang didasarkan pada fungsi-
fungsi utama pemda dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.

Belanja operasi adalah pengeluaran angggaran untuk kegiatan sehari-sehari pemda


yang member manfaat jangka pendek. Kelompok belanja operasi terdiri atas:

a. Belanja pegawai

b. Belanja barang

c. Belanja bunga

d. Belanja subsidi

e. Belanja hibah

f. Belanja bantuan social

g. Belanja bantuan keuangan

Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran untuk asset tetap dan asset lainnya
member manfaat lebih ari satu periode akuntansi. Belanja modal termasuk:

a. Belanja tanah

b. Belanja peralatan dan mesin

c. Belanja modal gedung dan bangunan

d. Belanja modal jalan, irigasi dan jaringan

e. Belanja asset tetap ainnya

f. Belanja asset lainnya

Belanja tidak terduga yaitu pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak
biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penggulangan bencaa alam, bencana social
dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang angat diperlukan dalam rangka
penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah.

Selanjutnya untuk keperluan penyajian Laporan Pertanggungjawaban pelaksanaan


APBD yang strukturnya didasarkan pada Permendagri No. 13 Tahun 2006 sebagaimana

14
diubah dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007, disusun sesuai Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) yang tercantum dalam PP No. 24 Tahun 2005.

2.6 Akuntansi Pembiayaan Daerah


Pembiayaan didefinisikan di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No13 tahun
2006 sebagai berikut : “Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu
dibayar kembali dan / atau pengeluaran yang akan diterima kembali , baik pada
tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya“.

Peraturan Pemerintah No 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah,


mendefinisikan pembiayaan sebagai berikut : “Pembiayaan ( financing) adalah seluruh
transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu
dibayar kembali dan / atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada
tahun anggaran bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya, yang
dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau
memanfaatkan surplus anggaran”.

Pengakuan Aset merupakan pengakuan terhadap perolehan aset yang dilakukan


oleh SKPD. Pengakuan aset dan ekuitas sangat terkait dengan belanja modal yang
dilakukan oleh SKPD. Pengakuan Hutang, dalam hal ini adalah pengakuan hutang
perhitungan fihak ketiga di SKPD sangat terkait dengan transaksi belanja yang
mengharuskan pemotongan pajak atau potongan-potongan belanja lainnya.

Untuk dapat diakui sebagai asset tetap, suatu asset harus berwujud dan memenuhi
criteria:

1. Mempunyai masa manfaat lebih dari dua belas bulan

2. Biaya peolehan asset dapat diuku secara andal

3. Tidak dimaksudkan untuk menjual dalam operasai normal entitas

4. Diperoleh atau dibangun dengan maksud untuk digunakan

Dalam akuntansi pembiayaan adanya penerimaan dan pengeluaran pembiayaan.


Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan yang terdapat pada rekening kas
umum daerah. Kelompok penerimaan pembiayaan terdiri atas jenis pembiayaan berikut:

1. Sisa lebih anggaran tahun lalu. Merupakan sumber pembiayaan yang berasal dari sisa
anggaran tahun laluyang mencakup ppenghematan belanja, kewajiban pada pihak

15
ketiga yang sampai pada akhir tahun belum terselesaikan, sisa dana kegiatan lanjutan,
dan semua pelampauan atas peneriman daerah.
2. Pencarian dana cadangan. Merupakan sumber pembiayaan yang bersumber dari
penyisihan atas peneriaan daerah, kecuali dari dana alokasi khusus, pinjaman daerah
atau penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi oleh pengeluaran tertentu
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
3. Penerimaan pinjaman daerah. Merupakan sumber pembiayaan berasal dari kegiatan
meminjam dana termasuk menerbitkan obligasi.
4. Penerimaan kembali pemberian pinjaman daerah. Merupakan sumber pembiayan
yang didapat dari diterimanya kembali sejumlah pinjaman yang telah diberikan
kepada pemerintah pusat atau pemda lainnya.
5. Penerimaan piutang daerah. Merupakan sumber pembiayaan yang berasal dari
pelunasan piutang pihak ketiga seperti penerimaan piutang daerah, pemerintah pusat ,
pemda lainnya, lembaga keuangan bukan bank atau bank, serta penerimaan piutang
lainnya.
6. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan. Merupakan sumber pembiayaan
yang berasal dari penjualan perusahaan milik derah/BUMD, dan penjualan aset milik
pemda yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga atau hasil divestasi penyertaan
modal pemda.

Jenis pembiayaan yang ada meliputi pembentukan dana cadangan, penyertaan modal
(investasi) pemda, dan pembayaran pokok utang. Pengeluaran daerah adalah sumber
pembiayaan yang ditujukan untuk mengalokasikan sueplus anggaran. Kelompok
pembiayaan pengeluaran daerah terdiri atas jenis pembiayaan berikut:

1. Pembentukan dana cadangan. Dana cadangan adalah dana yang disishkan untuk
menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi
dalam satu tahun anggaran.
2. Penyertaan modal (investasi pemda). Merupakan sumber pembiayaan yang berupa
kegiatan penyertaan modal (investasi).
3. Pembayaran pokok utang. Akun pembayaran pokok utang digunakan untuk
menggambarkan menganggarkan pembayaran kewajiban atas pokok utang yang
dihitung berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan
jangka panjang.

16
2.7 Akuntansi Surplus/Defisit
Surplus adalah selisih lebih antara pendapatan dan belanja selama satu periode
pelaporan. Defisit adalah selisih kurang antara pendapatan dan belanja selama satu
periode pelaporan. Selisih lebih/kurang antara pendapatan dan belanja selama satu
periode pelaporan dicatat dalam pos Surplus/Defisit. Pada laporan realisasi anggaran,
surplus/deficit dicantumkan pada kolom paling kanan setelah kolom anggaran setelah
perubahan dan realisasi anggaran dan baris paling bawah.

Apabila terjadi surplus, diutamakan untuk pembayaran pokok utang, penyertaan


modal daerah, pemberiaan pinjaman kepada pemerintah pusat/pemda lainnya dan atau
untuk pendanaan belanja peningkatan jaminan sosial. Surplus yang terjadi pada tahun
anggaran sebelumnya, disebut dengan sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA). Jika
terjadi defisit, pembiayaan untuk menutup defisit ini, di antaranya dapat bersumber dari
SiLPA tahun sebelumnya, pencairan dana cadangan, hasil penjualan kekayaan daerah
yang dipisahkan, penerimaan pinjaman, dan penerimaan piutang.

2.8 Akuntansi Aset Daerah


Setiap jenis aset dirinci menurut objek aset dan setiap objek aset dirinci menurut
rincian objek aset. Kode rekening aset selengkapnya dapat diamati pada bagian lampiran.

Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset jangka pendek jika diharapkan segera untuk
direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu dua belas bulan sejak
tanggal pelaporan,atau berupa kas dan setara kas. Kelompok aset jangka pendek meliputi
aset berikut:

1. Kas daerah

2. Kas di bendahara penerimaan

3. Kas di bendahara pengeluaran

4. Investasi dalam saham

5. Investasi dalam obligasi

6. Piutang pajak

7. Piutang retribusi

8. Piutang dana bagi hasil

17
9. Piutang dana alokasi umum

10. Piutang dana alokasi khusus

11. Piutang bagian jangka pendek penjualan angsuran

12. Piutang ganti rugi ataskekayaan daerah

13. Piutang hasil penjualan barang milik daerah

14. Piutang dividen

15. Piutang bagi hasil laba usaha perusahaan daerah

16. Piutang fasilitas sosial dan umum

17. Persediaan alat tulis kantor

18. Persediaan alat listrik

19. Persediaan material/bahan

20. Persediaan benda pos

21. Persediaan bahan bakar

22. Persediaan bahan makanan pokok

Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki selama
lebih dari dua belas bulan. Investasi jangka panjang antara lain terdiri atas:

1. Investasi nonpermanen, yaitu investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk


dimiliki secara tidak berkelanjutan, meliputi: pembelian surat utang negara,
penanaman modal dalam proyek pembangunan yang dapat dialihkan kepada pihak
ketiga, investasi non permanen lainnya.
2. Investasi permanen, yaitu investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki
secara berkelanjutan, meliputi: penyertaan modal pemerintah pada perusahaan negara/
perusahaan daerah, lembaga keuangan negara, badan hukum milik negara, badan
international dan badan hukum lainnya bukan milik negara.

Kelompok ini terdiri dari aset berikut:

1. Pinjaman pada perusahan Negara

2. Pinjaman pada perusahaan daerah

18
3. Pinjaman pada pemda lainnya

4. Investasi dalam surat utang Negara

5. Investasi nonpermanen lainnya

6. Penyertaan modal pemda

7. Penyertaan modal dalam proyek pembangunan

8. Penyertaan modal perusahaan patungan

9. Investasi permanen lainnya

Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari dua belas
bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat
umum. Aset tetap terdiri atas:

1. Tanah

2. Peralatan dan mesin

3. Gedung dan bangunan

4. Jalan, jaringan, dan instalasi

5. Aset tetap lainnya

6. Konstruksi dalam pengerjaan

7. Akumulasi penyusutan

2.9 Akuntansi Kewajiban Daerah


Kelompok kewajiban meliputi kewajiban

1. Kewajiban Jangka Pendek

Kewajiban yang diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika


diharapkan dibayarkan dalam waktu dua belas bulan setelah tanggal pelaporan
kewajiban yang harus dibayarkan kembali atau jatuh tempo dalam satu periode
akuntansi.

Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan
19
sumber pembiayaan yang berasal dari pinjaman. Pinjaman tersebut dapat berasal dari
masyarakat, lembaga keuangan, pemerintah lain, atau lembaga internasional.
Kewajiban pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang
bekerja pada pemerintah, kewajiban kepada masyarakat luas yaitu kewajiban
tunjangan, kompensasi, ganti rugi, alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya,
atau kewajiban dengan pemberi jasa lain. Kewajiban pemerintah dapat juga timbul
dari pengadaan barang dan jasa dari pihak ketiga yang belum dibayar pemerintah pada
akhir tahun anggaran.

Kelompok kewajiban janga pendek terdiri atas jenis kewajiban berikut:

a. Bagian jangka pendek kewajiban jangka panjang merupakan bagian kewajiban


jangka panjang yang jatuh tempo dalam satu periode akuntansi.
b. Kewajiban belanja, merupakan belanja yang telah menjadi kewajiban pemda
namun belum dibayar.
c. Kewajiban pajak, merupakan pajak yang telah dipotong oleh wajib pungut pada
entitas pemda dari wajib pajak, namun belum disetor ke kantor pajak.
d. Pendapatan diterima dimuka, merupakan pendapatan yang kasnya telah diterima
oelh entitas pemda namun belum menjadi hak pemda.
e. Kewajiban Perhitungan Pihak Ketiga (PPK), merupakan kewajiban kepada pihak
ketiga sebagai akibat transaksi keuangan masa lalu yang masih harus dibayar
kembali sebagai akibat transaksi keuangan masa lalu yang masih harus dibayar
kembali atau jatuh tempo dalam satu periode akuntansi.
f. Kewajiban lain-lain, meliputi jangka pendek yang tidak dapat diklasifikasikan
dalam jenis kewajiban di atas.
2. Kewajiban Jangka Panjang
Kewajiban jangka panjang adalah kewajiban yang harus dibayarkan kembali atau
jatuh tempo lebih dari satu periode akuntansi. Kelompok ini terdiri atas jenis
kewajiban berikut:
a. Kewajiban dalam negeri, merupakan kewajiban jangka panjang kepada pihak
ketiga di dalam negeri.
b. Kewajiban luar negeri, merupakan kewajiban jangka panjang kepada pihak ketiga
di luar negeri.

20
2.10 Akuntansi Ekuitas Dana Daerah
Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan seleisih antara aset
dan kewajiban pemerintah. Setiap entitas pelaporan mengungkan secara terpisah dalam
neraca atau dalam catatan atas laporan keuangan ekuitas dana lancar, ekuitas dana
investasi dan ekuitas dana cadangan.

1. Ekuitas Dana Lancar.


Ekuitas dana lancar adalah selisih antara nilai total aset lancar dengan total
kewajiban jangka pendek. Ekuitas dana lancar terdiri dari :
a. Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SilPA)
Perkiraan ini menampung akumulasi saldo SiLPA tahun anggaran sebelumnya
dan tahun anggaran berjalan. SiLPA tahun anggaran berjalan diperoleh dari selisih
antara realisasi penerimaan dengan realisasi pengeluaran. Sedangkan SiLPA
tahun-tahun anggaran sebelumnya adalah jumlah akumulasi SiLPA yang tidak
digunakan dari tahun anggaran -tahun anggaran yang lalu.
b. Cadangan Piutang
Cadangan piutang merupakan kekayaan bersih pemerintah yang tertanam
dalam piutang jangka pendek. Cadangan piutang timbul apabila terdapat
pengakuan piutang jangka pendek oleh pemerintah dan akan berkurang jumlahnya
bila terdapat penerimaan pembayaran dari piutang yang bersangkutan atau terjadi
penghapusan piutang sesuai dengan keputusan yang diambil oleh pemerintah
daerah untuk menghapus piutang-piutang tertentu yang kemungkinan besar tidak
dapat ditagih lagi.
Perkiraan atau pos-pos yang berkaitan dengan pencatatan Cadangan Piutang
adalah :
- Bagian lancar Tagihan Penjualan Angsuran
- Bagian lancar Pinjaman kepada BUMN/D dan Lembaga lainnya
- Bagian Lancar Tuntutan Ganti Rugi (TGR)
- Piutang Pendapatan (Pajak, Retribusi dan lain-lain)
c. Cadangan Persediaan
Perkiraan ini merupakan perkiraan yang menampung kekayaan bersih
pemerintah yang tertanam dalam persediaan. Cadangan persediaan timbul pada
saat akhir tahun anggaran dan dilakukan penyesuaian untuk mencatat adanya
saldo persediaan berdasarkan hasil inventarisasi fisik atas persediaan. Pada awal

21
tahun anggaran berikutnya, dilakukan penyesuaian kembali atas perkiraan ini
dengan cara membuat jurnal balik.

d. Dana yang harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek.


Perkiraan ini merupakan pengurang kekayaan bersih
pemerintah dan penyajiannya dalam neraca disajikan sebagai perkiraan lawan
(offset account) ekuitas dana lancar. Perkiraan ini timbul apabila terdapat
pengakuan terhadap kewajiban jangka pendek oleh pemerintah, misalnya utang
biaya pinjaman, utang PFK, pengakuan atas bagian lancar utang jangka panjang
dan sebagainya.

2. Ekuitas Dana Investasi

Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam


investasi jangka panjang, aset tetap, dan aset lainnya, dikurangi dengan kewajiban jangka
panjang.

Ekuitas Dana Investasi terdiri dari:

a) Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang

b) Diinvestasikan dalam Aset Tetap

c) Diinvestasikan dalam Aset Lainnya (tidak termasuk Dana Cadangan)

d) Dana yang Harus disediakan Untuk Pembayaran Utang Jangka Panjang

22
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Laporan keuangan pemerintah daerah yang dihasilkan melalui proses akuntansi
merupakan bentuk transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan publik. Untuk
dapat menghasilkan laporan keuangan yang semakin baik (tantangan) dibutuhkan tenaga-
tenaga akuntansi terampil pada pemerintah daerah, hal ini dapatdilakukan melaui kegiatan
bimbingan teknis akuntansi bagi pegawai pemerintah daerah yang ditugaskan sebagai
pengelola keuangan atau melalui rekrutmen pegawai baru yang memiliki kemampuan
akuntansi keuangan daerah. Disamping tenaga-tenaga akuntansi terampil tersebut, juga
dibutuhkan adanya sistem dan prosedur pembukuan yang memadai dan kebijakan
akuntansi sebagai pedoman pegawai dalam mengelola keuangan daerah.

3.2 Saran
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dosen, dan kepada pembaca.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kritik dan masukkan dari pembaca
diperlukan oleh penuli, agar kedepannya lebih baik lagi.

23
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Halim, Prof. Dr. MBA, Akt, “Akuntansi Sektor Publik – Akuntansi Keuangan Daerah”
Edisi 3, Salemba Empat, 2007.

Ikatan Akuntan Indonesia, “Standar Akuntansi Keuangan”, Buku Satu,Salemba Empat,


1994.

Undang-Undang No.7 tahun 2010 Pertanggung Jawaban Atas Pelaksanaan Anggaran


Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2009

Peraturan Pemerintah No 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.

Pokja IV Evaluasi Pembiayaan dan Informasi Keuangan Daerah, “Sistem Akuntansi


Keuangan Daerah”, Buku Satu Buku Dua dan Buku Tiga,2002.

Sofyan Syafri Harahap,Drs.,MSAc, “Teori Akuntansi Laporan Keuangan”,Edisi2, Bumi


Aksara,1996.

Kasmir,. 2019. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Penerbit :Rajawali Pers. Depok; Jakarta
Selatan.

24

Anda mungkin juga menyukai