MAKALAH
“REKENING DALAM LAPORAN KEUANGAN DAERAH”
Dosen Pengampu
Dr. Nasirwan., SE., M.Si.
Disusun Oleh :
Kelompok 5
AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2021/2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa , karena atas
berkat dan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah
Akuntansi Keuangan Daerah yang berjudul “ Rekening Dalam Laporan Keuangan
Daerah”
Penulis berterimakasih kepada Bapak Dosen Dr. Nasirwan, SE., M.Si. yang sudah
memberikan bimbingan. Penulis juga menyadari bahwa tugas ini masih banyak
kekurangan oleh karena itu , penulis meminta maaf jika ada kesalahan dalam
penulisan dan penulis juga mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna
kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata penulis menyampaikan Terima Kasih semoga dapat bermanfaat dan
bisa dipergunakan untuk kearah yang lebih baik .
Medan , 20 Februari
2022
(KELOMPOK 5)
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................1
DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................................................................3
1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................................3
1.3 Tujuan Penulisan.................................................................................................................4
BAB II..................................................................................................................................................5
PEMBAHASAN...................................................................................................................................5
2.1 Pentingnya Akuntansi Keuangan Daerah..........................................................................5
2.2 Prosedur Penerimaan Kas Pada Keuangan Daerah.........................................................7
2.3 Laporan Arus Kas dan Entitas Pelaporan Keuangan.......................................................9
2.4 Akuntansi Pendapatan Daerah.........................................................................................12
2.5 Akuntansi Belanja Daerah................................................................................................13
2.6 Akuntansi Pembiayaan Daerah........................................................................................15
2.7 Akuntansi Surplus/Defisit.................................................................................................17
2.8 Akuntansi Aset Daerah......................................................................................................17
2.9 Akuntansi Kewajiban Daerah...........................................................................................19
2.10 Akuntansi Ekuitas Dana Daerah......................................................................................20
BAB III...............................................................................................................................................23
PENUTUP..........................................................................................................................................23
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................23
3.2 Saran...................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................24
2
BAB I
PENDAHULUAN
3
8. Apa saja Akuntansi Aset Daerah?
9. Apa saja Akuntansi Kewajiban Daerah?
10. Apa saja Akuntansi Ekuitas Dana Daerah?
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006. Laporan keuangan tersebut
adalah:
Sering juga disebut dengan sistem tata buku tunggal atau tata buku. Dalam sistem ini,
pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan mencatatnya satu kali. Transaksi yang
berakibat bertambahnya kas akan dicatat pada sisi Penerimaan dan transaksi yang
berakibat berkurangnya kas akan dicatat pada sisi Pengeluaran.Permendagri Nomor 13
Tahun 2006, sistem pencatatan single entry dilakukan oleh bendahara penerimaan dan
bendahara pengeluaran baik di level Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) maupun
Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD). Sistem ini hanya sebagai alat
kontrol sistem akuntansi yang sebenarnya yang dilakukan oleh Pejabat Pengelola
Keuangan SKPD (PPK SKPD) dan oleh Bendahara Umum Daerah (BUD).Adapun
kelebihan dari pencatatan single entry adalah sederhana dan mudah dipahami. Namun,
sistem ini memiliki kelemahan, antara lain dalam menemukan kesalahan pembukuan
yang terjadi, dan sulit dikontrol.
Sering juga disebut sebagai sistem tata buku berpasangan. Menurut sistem ini,
pada dasarnya suatu transaksi ekonomi akan dicatat dua kali. Encatatan dengan sistem ini
disebut dengan istilah menjurnal. Dalam pencatatan tersebut, sisi Debit berada di sebelah
kiri sedangkan sisi Kredit berada di sebelah kanan. Setiap pencatatan harus menjaga
keseimbangan persamaan dasar akuntansi. Persamaan dasar akuntansi merupakan alat
bantu untuk memahami sistem pencatatan ini. Persamaan dasar akuntansi tersebut
berbentuk sebagai berikut:
Transaksi yang berakibat bertambahnya aktiva akan dicatat pada sisi debit
sedangkan yang berakibat berkurangnya aktiva akan dicatat pada sisi kredit. Hal yang
sama dilakukan untuk mencatat belanja.Hal yang sebaliknya dilakukan untuk utang,
6
ekuitas dana, dan pendapatan. Apabila suatu transaksi mengakibatkan bertambahnya
utang, maka pencatatan akan dilakukan pada sisi kredit, sedangkan jika mengakibatkan
berkurangnya utang, maka pencatatan dilakukan pada sisi debit. Hal serupa ini dilakukan
untuk ekuitas dana dan pendapatan.
Prosedur akuntansi penerimaan kas meliputi serangkaian proses, baik manual maupun
terkomputerisasi, mulai dari pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi
dan/atau kejadian keuangan, hingga pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan penerimaan kas pada
SKPD dan/atau SKPKD.
1. Fungsi terkait
Fungsi yang terkait dalam prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD, sedangkan pada SKPKD
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD.
2. Dokumen yang digunakan
a. Surat keterangan pajak daerah, digunakan untuk menetapkan pajak daerah atas
wajib pajak yang dibuat oleh PPKD.
b. Surat Keterangan Retribusi Daerah (SKRD), digunakan untuk menetapkan
retribusi daerah atas wajib retribusi yang dibuat oleh pengguna anggaran.
c. Surat Tanda Bukti Penerimaan (STBP), digunakan untuk mencatat setiap
penerimaan pembayaran dari pihak ketiga yang diselenggarakan oleh bendahara
penerimaan.
d. Surat Tanda Setoran (STS), digunakan untuk menyetorkan penerimaan daerah
yang diselenggarakan oleh bendahara penerimaan pada SKPD.
7
e. Bukti Transfer, merupakan dokumen atau bukti atas transfer penerimaan daerah.
f. Nota kredit bank, dokumen atau bukti dari bank yang menunjukkkan adanya
transfer uang masuk ke rekening kas.
g. Bukti jurnal penerimaan kas, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh
fungsi akuntansi untuk mencatat dan menggolongkan semua transaksi atau
kejadian yang berhubungan dengan penerimaan kas.
h. Buku besar, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi
untuk memosting semua transaksi atau kejadian selain kas dari jurnal
penerimaan kas ke buku besar untuk setiap rekening aset, kewajiban ekuitas
dana, pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
i. Buku besar pembantu, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi untuk mencatat semua transaksi atau kejadian yang berisi rincian akun
buku besar untuk setiap rekening yang dianggap perlu.
3. Laporan yang dihasilkan
Pada SKPD, terdiri atas:
1.) Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
2.) Neraca
3.) Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK)
8
d. Pembelian secara kredit yang merupakan transaksi pembelian aset tetap yang
pembayarannya dilakukan di masa yang akan datang.
e. Retur pembelian kredit yang merupakan pengembalian aset tetap/barang
milik daerah tanpa konsekuensi kas yang merupakan pemindahtanganan aset
tetap kepada pihak ketiga karena suatu hal tanpa ada penggantian berupa
kas.
f. Penerimaan aset tetap/barang milik daerah tanpa konsekuensi kas yang
merupakan perolehan aset tetap akibat adanya tukar menukar (ruilslaag)
dengan pihak ketiga.
9
Tujuan yang paling utama dari Laporan Arus Kas ini adalah untuk memberikan
informasi penting atau yang relevan mengenai penerimaan-penerimaan dan pengeluaran-
pengeluaran kas selama periode tahun anggaran yang berguna untuk mengevaluasi pos-
pos atau mata anggaran baik yang menyangkut pos-pos pendapatan daerah maupun
belanja daerah.
Untuk Aktivitas Operasi, arus masuk kas adalah realisasi penerimaan kas yang
diterima oleh pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran yang diklasifikasikan
menurut jenis pendapatannya yaitu :
a. Arus masuk kas dari Pendapatan Asli Daerah adalah realisasi penerimaan kas dari
potensi pendapatan di daerah yang ditetapkan dengan suatu peraturan daerah
(perda), terdiri atas:
· Pendapatan Pajak Daerah
· Pendapatan Retribusi Daerah
· Pendapatan Bagian Laba BUMD dan Investasi Lainnya
· Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah
b. Arus masuk kas dari Pendapatan Dana Perimbangan adalah realisasi penerimaan kas
yang sumber dananya berasal dari penerimaan APBN untuk membiayai kebutuhan
daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, yang terdiri atas:
· Pendapatan Bagian Daerah dari PBB dan BPHTB
· Pendapatan Bagian Daerah dari Pajak Penghasilan
· Pendapatan Bagian Daerah dari SDA
· Dana Alokasi Umum
· Dana Alokasi Khusus
c. Arus masuk kas dari Pendapatan Bagi Hasil dari Pemerintah Propinsi (bagi
Pemerintah Kabupaten/Kota) adalah realisasi penerimaan kas untuk menampung
pendapatan yang berasal dari bagi hasil yang diterima dari pemerintah propinsi,
terdiri atas:
Untuk Aktivitas Operasi, arus keluar kas adalah realisasi pengeluaran kas yang
dilakukan oleh pemerintah daerah dalam satu tahun anggaran, yang diklasifikasikan
menurut jenis pengeluarannya, yaitu :
a. Arus keluar kas untuk Belanja Operasi adalah realisasi pengeluaran kas yang
digunakan untuk kegiatan operasional penyelenggaraan pemerintahan, terdiri atas:
· Belanja Pegawai
· Belanja Barang dan Jasa
· Belanja Pemeliharaan
· Belanja Perjalanan Dinas
· Belanja Pinjaman
· Belanja Subsidi
· Belanja Bantuan Sosial
· Belanja Operasi Lainnya
· Belanja Tak Tersangka
b. Arus keluar kas untuk Bagi Hasil Pendapatan adalah realisasi pengeluaran kas
untuk bagi hasil pendapatan dari Pemda Provinsi ke Kabupaten/Kota atau dari
Kabupaten/Kota ke Desa, terdiri atas:
· Bagi hasil pajak ke Kabupaten/Kota
· Bagi hasil pendapatan lainnya ke Kabupaten/Kota
· Bagi hasil pajak ke Desa
· Bagi hasil retribusi ke Desa
· Bagi hasil pendapatan lainnya ke desa
Entitas Pelaporan Keuangan
Dalam butir 19 Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan lampiran II PP
Nomor 24 tahun 2005 disebutkan bahwa “Entitas pelaporan adalah unit
pemerintahan daerah yang terdiri dari satu atau lebih entitas akuntansi yang
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban berupa laporan keuangan”.
Entitas pelaporan adalah Pemerintah Daerah atau satuan organisasi di
lingkungan Pemerintah Daerah atau organisasi lainnya jika menurut peraturan
11
perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan
keuangan. Pada ketentuan terdahulu, terdapat dua pilihan bagi pemda dalam
menentukan entitas pelapor. Kedua pilihan ini disebut dengan system sentralisasi dan
system desentralisasi pelaporan keuangan pemda.
Namun, saat ini pemda diwajibkan menggunakan system desentralisasi dalam
pelaporan keuangannya. Dalam system ini, baik satuan kerja maupun bagian
keuangan atau BPKD melaksanakan akuntansi. Satuan kerja melaksanakan akuntansi
terhadap transaksi ekonomi yang terjadi pada bagiannya, hingga menghasilkan
laporan keuangan. Bagian keuangan atau BPKD akan mengonsolidasikan
(menggabungkan) laporan keuangan semua satuan kerja, termasuk bagian keuangan
atau BPKD itu sendiri untuk menyusun laporan keuangan pemda secra keseluruhan.
2.4 Akuntansi Pendapatan Daerah
Dalam Peraturan Pemerintah No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan, pendapatan didefinisikan sebagai berikut :
Dari kedua definisi tersebut jelas terlihat bahwa pendapatan merupakan hak
pemerintah yang menambah nilai ekuitas dana pemerintah.
12
a. Pajak Daerah
b. Retribusi Daerah
“Belanja adalah semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Negara / Daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak
akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah.”
Definisi lain dari belanja ini adalah seperti yang dijelaskan dalam Peraturan Menteri
Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 sebagai berikut :
“Belanja adalah kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih.”
Kedua definisi tersebut di atas menjelaskan bahwa transaksi belanja akan menurunkan
ekuitas dana pemerintah daerah.
13
terduga, dan transfer. Klasifikasi organisasi yaitu klasifikasi menurut unit organisasi
penggunaan anggaran. Klasifikasi fungsi yaitu klasifikasi yang didasarkan pada fungsi-
fungsi utama pemda dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat.
a. Belanja pegawai
b. Belanja barang
c. Belanja bunga
d. Belanja subsidi
e. Belanja hibah
Belanja modal merupakan pengeluaran anggaran untuk asset tetap dan asset lainnya
member manfaat lebih ari satu periode akuntansi. Belanja modal termasuk:
a. Belanja tanah
Belanja tidak terduga yaitu pengeluaran anggaran untuk kegiatan yang sifatnya tidak
biasa dan tidak diharapkan berulang seperti penggulangan bencaa alam, bencana social
dan pengeluaran tidak terduga lainnya yang angat diperlukan dalam rangka
penyelenggaraan kewenangan pemerintah pusat/daerah.
14
diubah dengan Permendagri No. 59 Tahun 2007, disusun sesuai Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) yang tercantum dalam PP No. 24 Tahun 2005.
Untuk dapat diakui sebagai asset tetap, suatu asset harus berwujud dan memenuhi
criteria:
1. Sisa lebih anggaran tahun lalu. Merupakan sumber pembiayaan yang berasal dari sisa
anggaran tahun laluyang mencakup ppenghematan belanja, kewajiban pada pihak
15
ketiga yang sampai pada akhir tahun belum terselesaikan, sisa dana kegiatan lanjutan,
dan semua pelampauan atas peneriman daerah.
2. Pencarian dana cadangan. Merupakan sumber pembiayaan yang bersumber dari
penyisihan atas peneriaan daerah, kecuali dari dana alokasi khusus, pinjaman daerah
atau penerimaan lain yang penggunaannya dibatasi oleh pengeluaran tertentu
berdasarkan peraturan perundang-undangan.
3. Penerimaan pinjaman daerah. Merupakan sumber pembiayaan berasal dari kegiatan
meminjam dana termasuk menerbitkan obligasi.
4. Penerimaan kembali pemberian pinjaman daerah. Merupakan sumber pembiayan
yang didapat dari diterimanya kembali sejumlah pinjaman yang telah diberikan
kepada pemerintah pusat atau pemda lainnya.
5. Penerimaan piutang daerah. Merupakan sumber pembiayaan yang berasal dari
pelunasan piutang pihak ketiga seperti penerimaan piutang daerah, pemerintah pusat ,
pemda lainnya, lembaga keuangan bukan bank atau bank, serta penerimaan piutang
lainnya.
6. Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan. Merupakan sumber pembiayaan
yang berasal dari penjualan perusahaan milik derah/BUMD, dan penjualan aset milik
pemda yang dikerjasamakan dengan pihak ketiga atau hasil divestasi penyertaan
modal pemda.
Jenis pembiayaan yang ada meliputi pembentukan dana cadangan, penyertaan modal
(investasi) pemda, dan pembayaran pokok utang. Pengeluaran daerah adalah sumber
pembiayaan yang ditujukan untuk mengalokasikan sueplus anggaran. Kelompok
pembiayaan pengeluaran daerah terdiri atas jenis pembiayaan berikut:
1. Pembentukan dana cadangan. Dana cadangan adalah dana yang disishkan untuk
menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi
dalam satu tahun anggaran.
2. Penyertaan modal (investasi pemda). Merupakan sumber pembiayaan yang berupa
kegiatan penyertaan modal (investasi).
3. Pembayaran pokok utang. Akun pembayaran pokok utang digunakan untuk
menggambarkan menganggarkan pembayaran kewajiban atas pokok utang yang
dihitung berdasarkan perjanjian pinjaman jangka pendek, jangka menengah, dan
jangka panjang.
16
2.7 Akuntansi Surplus/Defisit
Surplus adalah selisih lebih antara pendapatan dan belanja selama satu periode
pelaporan. Defisit adalah selisih kurang antara pendapatan dan belanja selama satu
periode pelaporan. Selisih lebih/kurang antara pendapatan dan belanja selama satu
periode pelaporan dicatat dalam pos Surplus/Defisit. Pada laporan realisasi anggaran,
surplus/deficit dicantumkan pada kolom paling kanan setelah kolom anggaran setelah
perubahan dan realisasi anggaran dan baris paling bawah.
Suatu aset diklasifikasikan sebagai aset jangka pendek jika diharapkan segera untuk
direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu dua belas bulan sejak
tanggal pelaporan,atau berupa kas dan setara kas. Kelompok aset jangka pendek meliputi
aset berikut:
1. Kas daerah
6. Piutang pajak
7. Piutang retribusi
17
9. Piutang dana alokasi umum
Investasi jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki selama
lebih dari dua belas bulan. Investasi jangka panjang antara lain terdiri atas:
18
3. Pinjaman pada pemda lainnya
Aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai masa manfaat lebih dari dua belas
bulan untuk digunakan dalam kegiatan pemerintah atau dimanfaatkan oleh masyarakat
umum. Aset tetap terdiri atas:
1. Tanah
7. Akumulasi penyusutan
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah.
Dalam konteks pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan
19
sumber pembiayaan yang berasal dari pinjaman. Pinjaman tersebut dapat berasal dari
masyarakat, lembaga keuangan, pemerintah lain, atau lembaga internasional.
Kewajiban pemerintah juga terjadi karena perikatan dengan pegawai yang
bekerja pada pemerintah, kewajiban kepada masyarakat luas yaitu kewajiban
tunjangan, kompensasi, ganti rugi, alokasi/realokasi pendapatan ke entitas lainnya,
atau kewajiban dengan pemberi jasa lain. Kewajiban pemerintah dapat juga timbul
dari pengadaan barang dan jasa dari pihak ketiga yang belum dibayar pemerintah pada
akhir tahun anggaran.
20
2.10 Akuntansi Ekuitas Dana Daerah
Ekuitas Dana adalah kekayaan bersih pemerintah yang merupakan seleisih antara aset
dan kewajiban pemerintah. Setiap entitas pelaporan mengungkan secara terpisah dalam
neraca atau dalam catatan atas laporan keuangan ekuitas dana lancar, ekuitas dana
investasi dan ekuitas dana cadangan.
21
tahun anggaran berikutnya, dilakukan penyesuaian kembali atas perkiraan ini
dengan cara membuat jurnal balik.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Laporan keuangan pemerintah daerah yang dihasilkan melalui proses akuntansi
merupakan bentuk transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan publik. Untuk
dapat menghasilkan laporan keuangan yang semakin baik (tantangan) dibutuhkan tenaga-
tenaga akuntansi terampil pada pemerintah daerah, hal ini dapatdilakukan melaui kegiatan
bimbingan teknis akuntansi bagi pegawai pemerintah daerah yang ditugaskan sebagai
pengelola keuangan atau melalui rekrutmen pegawai baru yang memiliki kemampuan
akuntansi keuangan daerah. Disamping tenaga-tenaga akuntansi terampil tersebut, juga
dibutuhkan adanya sistem dan prosedur pembukuan yang memadai dan kebijakan
akuntansi sebagai pedoman pegawai dalam mengelola keuangan daerah.
3.2 Saran
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dosen, dan kepada pembaca.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Kritik dan masukkan dari pembaca
diperlukan oleh penuli, agar kedepannya lebih baik lagi.
23
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Halim, Prof. Dr. MBA, Akt, “Akuntansi Sektor Publik – Akuntansi Keuangan Daerah”
Edisi 3, Salemba Empat, 2007.
Kasmir,. 2019. ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Penerbit :Rajawali Pers. Depok; Jakarta
Selatan.
24