Abstract. As the times the values of mutual cooperation (kegotongroyongan) is increasingly reduced in
Indonesian society. This article discusses how the values of mutual cooperation re-activated its
implementation in public life, but in a different social space that is new media (internet). By using the
collective action theory, this study tries to analyze the social interaction in virtual space associated
with the activities of crowdfunding. Using the method of content analysis research and comparative
studies will analyze and discuss 4 website which manages about crowdfunding in Indonesia, namely
www.kitabisa.com, www.wujudkan.com, www.gandengtangan.org and www.indonesiamengajar.org.
Fourth website is moving to raise funds from the public through the Internet to achieve social
activities that affect society. With the characteristics of each different website expected to see the
tendency of the people of Indonesia in the field where they will perform crowdfunding. This result is
also expected to give an idea which direction the culture of Indonesian society of mutual cooperation
in cyberspace.
Keywords: Crowdfunding, gotongroyong, collective action theory , new media and website.
1. PENDAHULUAN
Gotong royong diyakini oleh masyarakat Indonesia sebagai nilai utama dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Nilai gotong royong diterima sebagai kepribadian
bangsa karena telah mengakar pada nilai-nilai budaya sebagian besar masyarakat.
Kegotongroyongan dalam kehidupan masyarakat Indonesia diyakini sebagai pranata asli dan
merupakan salah satu bentuk solidaritas khas masyarakat agraris (Berutu, 2005: 22).
Sebagai bentuk solidaritas sosial, gotong royong terbentuk karena adanya bantuan dari
pihak lain, baik untuk kepentingan pribadi maupun untuk kepentingan umum, sehingga di
dalamnya terdapat sikap loyal dari setiap masyarakat sebagai satu kesatuan. Bantuan yang
diberikan dilakukan secara sukarela tanpa adanya imbalan. Dalam kehidupan masyarakat agraris,
gotong royong sangat berperan dalam memperlancar pembangunan yang berguna bagi
kesejahteraan masyarakat (Mustaqin, 2013:3) baik pembangunan dalam bentuk fisik maupun non
fisik atau menurut bidang-bidang kehidupan yang terdapat di lingkungan masyarakat setempat.
Dengan gotong royong pekerjaan menjadi lebih mudah dan ringan dibandingkan bila
dikerjakan secara perorangan, memperkuat dan mempererat hubungan antar masyarakat dalam
komunitas dimana mereka berada dan menyatukan seluruh masyarakat dalam komunitas yang
terlibat di dalamnya. Koentjaraningrat (dalam Berutu, 2005:21-22) membagi dua jenis gotong
royong yang dikenal oleh masyarakat Indonesia, yakni; gotong royong tolong menolong dan
gotong royong kerja bakti. Tolong menolong terjadi pada aktivitas pertanian, aktifitas sekitar
rumah tangga, aktifitas pesta dan pada peristiwa bencana dan kematian. Kerja bakti bersifat untuk
kepentingan umum yang dikelompokkan menjadi dua tipe, yaitu kerja bakti atas inisiatif warga
masyarakat dan kerja bakti karena dipaksakan.
Nilai-nilai ini menjadi sangat kuat dan bertahan dalam kehidupan masyarakat karena
masyarakat Indonesia memiliki filosofi bahwa manusia hanyalah salah satu bagian terkecil dalam
komunitas yang pada hakekatnya tergantung kepada sesamanya sehingga wajib memelihara
hubungan baik dengan sesama dengan prinsip sama jiwa sama rasa dan berusaha bersifat ramah
1
Makalah ini disampaikan pada Konferensi Nasional Sosiologi V Asosiasi Program Studi Sosiologi Indonesia
Padang, 18-19 Mei 2016 dengan Tema: Gerakan Sosial dan Kebangkitan Bangsa.
1
dengan sesama dalam komunitas yang terdorong oleh jiwa sama tinggi sama rendah (Bintaro,
1980:24).
Meskipun gotong royong pada awalnya muncul dalam masyarakat perdesaan untuk
menunjang kegiatan pertanian, namun implementasinya telah memasuki ranah yang lebih tinggi
dan luas, dilaksanakan oleh masyarakat di perkotaan bahkan menjadi salah satu nilai utama dalam
mewujudkan pembangunan nasional. Akan tetapi, dewasa ini kegotongroyongan mengalami
pergeseran dan degradasi nilai. Perilaku gotong royong sudah semakin jarang dilakukan dan
susah kita temukan, terutama di wilayah-wilayah perkotaan.
Kondisi ini disebabkan karena zaman yang sudah berubah yang menuntut setiap orang
sibuk dengan urusan individu yang sangat padat karena tuntutan modal/kapital. Kehidupan
masyarakat yang modern dan sangat kompleks ini berdampak pada tidak ditemukannya waktu
yang tepat untuk ikut bergabung dalam kegiatan gotong royong dan umumnya teralihkan dengan
uang sebagai penggantinya (Anggorowati et al,. 2015:41).
Dalam dua dekade terakhir perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi (TIK)
mengalami perubahan yang sangat drastis. Media baru secara fundamental mengubah cara dunia
dalam berinteraksi dan berkomunikasi. Melalui media baru, masyarakat kini memiliki banyak
cara untuk memulai interaksi dengan berbagai perangkat dan jaringan (Hudson et al,. 2012:1).
Konektifitas digital ini menimbulkan peluang dan tantangan baru, baik bagi individu, kelompok
maupun organisasi untuk mengelola hubungan dan komunikasi satu dengan yang lain.
Lev Manovic (2011:55) mengatakan bahwa prinsip yang membedakan media baru dengan
media lama ialah interaktifitas. Interaktifitas sangat familiar dan menjadi bahasa yang sering
sekali digunakan dalam media baru (Dewdney et al,. 2006:206). Jika selama ini media massa
hanya bersifat komunikasi satu arah (monolog), maka dengan media baru arah komunikasi telah
berubah menjadi lebih interaktif dialogis. Ball-Rokeach dan Reardon (dalam, Chen et al,.
2009:374) menjelaskan konsep ini sebagai „dialog elektronik” atau disebut juga dengan „telelog‟.
Dalam hubungan telelog, ketika seseorang memberikan pesan maka yang lain juga memberi
respon. Telelog memungkinkan kedua individu atau lebih untuk mempertahankan karakteristik
masing-masing dan juga menciptakan keakraban.
Buper (dalam, Chen et al,. 2009:374) secara khusus menguraikan empat elemen dari
telelog, yaitu:
1. Kerjasama. Dalam telelog setiap individu memiliki posisi masing-masing, dan dialog adalah
premis untuk mengubah lawan bicara menjadi subjek, saling mencari tahu, memahami dan
berusaha mewujudkan eksistensi diri mereka. Dialog adalah proses bagi setiap individu
untuk memahami satu sama lain dimana semua orang membuka diri terhadap orang lain dan
menerima pandangan orang lain.
2. Kesetaraan. Telelog mempertahankan relasi yang sama. Pembicara dianggap sebagai subjek
dan bukan sebagai objek. Tidak ada prasangka dalam dialog, tidak ada otoritas dan
superioritas tetapi samua adalah sama dan setara.
3. Pendekatan. Telelog memulai semacam pertukaran bahasa yang terjadi secara serentak di
tiga lapisan: informasi, budaya dan emosi. Pendekatan ini mempunyai tiga aspek yaitu;
positivitas, keterbukaan dan antarpersonal. Melalui dialog yang positif kedua belah pihak
dapat menikmati hubungan yang terjalin. Keterbukaan semakin menunjukkan persamaan ide
dan perasaan. Dan antarpersonal membuat satu nilai pertemenan yang kuat dan rela
menghabiskan waktu bersama dengan mereka.
4. Risiko. Dalam telelog, risiko dapat semakin meningkat, karena jika setiap orang mengetahui
tentang diri kita maka mudah bagi seseorang untuk menemukan kelemahan individu tertentu
yang kemudian menjadi rentan terhadap serangan dan ejekan di dunia maya.
Interaktifitas secara telelog dalam media baru terjadi karena ada tiga elemen penting yang
membentuknya (Philips et al,. 2009:95) yaitu platform (perangkat), channel (saluran) dan context
(konteks). Platform merupakan perangkat yang digunakan untuk mengakses internet dan
pengetahuan dengan operation system (OS) yang dimilikinya, seperti; telepon seluler, laptop,
komputer, dan berbagai perangkat lainnya. Channel merupakan saluran dimana informasi dapat
diakses, seperti; SMS, email, pesan instan, website, media sosial (facebook, twitter, bebo, wiki,
google, blog), dan berbagai saluran lainnya. Sementara context adalah ruang dimana berbagai
2
informasi diakses, misalnya di rumah, dalam perjalanan, di tempat kerja, ketika sendiri, ketika
suasana lagi baik atau tidak, dalam zona waktu dan tempat yang berbeda, dan lain sebagainya.
Ketika nilai kegotongroyongan untuk memberi pertolongan bagi yang membutuhkan mulai
memudar dalam kehidupan nyata sehari-hari, melalui media baru terbuka ruang dan kesempatan
untuk menghidupkan kembali nilai-nilai dimaksud. Interaktifitas yang terjadi dalam dunia maya
dimanfaatkan untuk menggagas ide untuk saling berbagi terhadap sesama yang beralaskan
ketertarikan atau simpati yang ditandai oleh persamaan kepentingan.
Peluang itu pun ditindaklanjuti oleh para penggiat internet di Indonesia dengan membuat
website sebagai wadah atau saluran untuk mengumpulkan berbagai gagasan membantu sesama
dari berbagai kalangan masyarakat. Kemudian gagasan-gagasan ini dikomunikasikan kepada
setiap orang melalui media baru (internet/media sosial), untuk selanjutnya ditindakanjuti dengan
aktifitas dukungan, baik dalam bentuk dukungan dana/urun dana (crowdfunding), terlibat
langsung dalam kegiatan menjadi relawan atau bentuk dukungan lainnya. Maka, atas dasar itulah
muncul berbagai website yang bergerak pada kegiatan crowdfunding di Indonesia, seperti;
www.wujudkan.com yang diinisiasi oleh Mandy Murahimin, www.kitabisa.com yang diinisiasi
oleh Alfatih Timur, www.gandengtangan.org yang diinisiasi oleh Jezzie Setiawan dan
www.indonesiamengajar.org yang diinisiasi oleh Anies Baswedan.
Maka, berkaitan dengan hal dimaksud, artikel ini lebih lanjut akan membahas dan
menjawab pertanyaan; (1) Bagaimana perkembangan gerakan crowdfunding di Indonesia? Dan
(2) Kemana arah budaya kegotongroyongan masyarakat Indonesia melalui internet?
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Crowdfunding
Crowdfunding merupakan fenomena baru penggalangan dana secara online dalam satu
dekade terakhir. Praktek penggalangan dana ini merupakan upaya untuk menghimpun peran atau
kontribusi dari masyaralat luas untuk mewujudkan atau memberhasilkan sebuah program atau
proyek tertentu yang biasanya dilakukan secara online. Crowdfunding juga sering disebut sebagai
model pembiayaan altenatif yang muncul di luar sistim keuangan tradisional (Kocer, 2015:234).
Karena sistim penggalangan dana dengan mekanisme crowdfunding dibangun atas dasar
motivasi, sikap mental dan juga komitmen dari sebuah komunitas atau masyarakat yang akan
mendukung sebuah program atau proyek.
Dalam beberapa literatur akademik yang ada, terdapat banyak ragam dalam mendefinisikan
crowdfunding. Davies (2014:17) mengatakan bahwa dalam memandang crowdfunding mesti
dilihat dari berbagai aktifitas dan mencoba menganalisanya berdasarkan ukurannya sebagai satu
pasar potensial, pola dasar dan strukturnya, efisiensinya sebagai sebuah mekanisme pendanaan
dan kemampuannya untuk memprediksi kesuksesan.
Ordanini, (et al. 2011) mendefinisikan crowdfunding sebagai upaya kolektif oleh orang-
orang yang saling terhubung dan mengumpulkan uang mereka secara bersama-sama, biasanya
melalui internet, untuk berinvestasi dan mendukung upaya yang diprakarsai oleh orang lain atau
organisasi. Dalam definisi ini memandang crowdfunding dari latar investasi atau komersial
sekaligus juga dari latar donasi atau bantuan yang digalang melalui internet kepada masyarakat.
Menurut Belleflame, Lambert & Schwienbacher (dalam Hemer, 2011:8) mengatakan
bahwa “Crowdfunding involves an open call, essentially through the Internet, for the provision of
financial resources either in form of donations (without rewards) or in exchange for some form of
reward and/or voting rights in order to support initiatives for specific purposes”. Definisi ini
menyatakan bahwa crowdfunding itu melibatkan penawaran terbuka melalui internet untuk
penyediaan sumber daya keuangan baik dalam bentuk sumbangan atau pertukaran untuk aset
(pembelian inden) atau bentuk penghargaan tertentu dan/atau hak untuk memberikan suara untuk
mendukung berbagai inisiatif untuk tujuan-tujuan khusus. Konsep ini menyiratkan bahwa dana
yang dihasilkan dari proyek crowdfunding dapat digunakan untuk berbagai keperluan.
Setidaknya dari dua definisi di atas, secara umum crowdfunding dapat diartikan sebagai
mekanisme penggalangan dana untuk mendukung sebuah program atau proyek dimana usaha
dimaksud dilakukan melalui aktifitas secara online, dengan mengandalkan kepercayaan, motivasi
dan sikap mental sebuah komunitas atau masyarakat dalam sebuah jaringan sosial yang ditandai
oleh kepentingan, ide, gagasan dan hasrat yang sama dengan menunjukkan potensi sumber daya
3
melalui kumpulan dana dari jumlah yang kecil sampai menengah sehingga menghasilkan jumlah
yang memadai yang diinisisasi oleh individu, kelompok maupun organisasi dengan
mengoptimalkan sumber daya, aset, pengetahuan, dan keahlian yang mereka miliki (Kocer, 2011:
Davies, 2014: Ordanini, Miceli, Pizzeti & Parasuraman, 2011: Hemer, 2011).
Istilah dan konsep crowdfunding sering digolongkan sebagai sub kategori crowdsourching
(Hemer, 2011). Crowdsourching sendiri menggambarkan proses alih daya (outsource) suatu
pekerjaan kepada sejumlah individu, kerumunan orang (komunitas internet) dan mengandalkan
aset, pengetahuan dan keahlian mereka untuk memberi nilai tambah (Dietrich et al., 2015). Ada
empat jenis crowdsourching dan ditunjukkan pada gambar 1 dibawah ini serta perbedaannya,
sebagai berikut:
4
Gambar. 2 : Jenis crowdfunding dan pertimbangan untuk setiap kategori.
5
secara finansial sebuah proyek yang diusulkan, mengambil resiko dan mengharapkan hasil
tertentu. Mereka juga mempertimbangkan hasil akhir dan menyeleksi tawaran yang mereka
anggap paling menjanjikan dan menarik. Motivasi para penyandang dana ini sangat variatif baik
dilihat secara intrinsik maupun ekstrinsik. Ada yang memiliki motivasi yang mengarah ke
perbaikan sosial dalam kehidupan dan komunitas mereka, keingininan untuk mewujudkan atau
melihat mimpi-mimpi mereka menjadi kenyataan serta ada juga yang ingin menjadi bagian dalam
sebuah program bersama yang nilainya lebih besar daripada usahanya sendiri dan ada pula yang
ingin memperoleh kembali sesuatu namun dalam bentuk yang intangible – seperti status, kelas
sosial, identifikasi, dll (Gulati, 2014:4). Dan masih banyak preseden lainnya yang muncul pada
kegiatan crowdfunding sebagai elemen dari crowdsourching, dimana anggota dalam komunitas
membagi ide untuk menyelesaikan sebuah masalah untuk menciptakan kondisi pertukaran yang
menguntungkan untuk kepentingan masyarakat.
Ketiga, organisasi crowdfunding yang menyatukan mereka yang ingin memberikan inisiatif
melalui mekanisme crowdfunding dengan orang-orang yang ingin memberikan dukungan
investasi mereka. Organisasi crowdfunding ini bekerja dengan sebuah platform yaitu wadah bagi
komunitas online yang menghubungkan para donatur dengan para inisiator (Gulati, 2014:4). Jadi,
mekanisme crowdfunding terkait dengan jejaring sosial, dimana para konsumen secara aktif
berpartisipasi dalam komunitas online untuk berbagi informasi, pengetahuan dan saran tentang
sebuah inisitatif atau proyek baru (Ordanini, 2011).
Skema sederhana dari sebuah proses crowdfunding dapat digambarkan sebagai berikut:
Sumber: www.crowdforangels.com
Inisiator menyusun sebuah proposal atas sebuah ide tertentu dan menetapkan alasan
mereka untuk mencari pendanaan atas proyek itu. Dalam proposal inisiator harus menetapkan
pula target minimum pendanaan dan target maksimum pendanaan. Jika model yang dipilih adalah
model investasi atau ekuitas maka inisiator harus menyatakan harga saham atau suku bunga yang
bersedia ditawarkan kepada donatur atau investor. Kepada inisiator diberikan batasan waktu
tertentu oleh organisasi pengelola crowdfunding untuk menyelesaikan penggalangan dana. Jika
inisiator berhasil maka inisiator berhak menggunakan dana dari masyarakat tersebut untuk
mewujudkan tujuan atau proyek yang telah direncanakan.
6
kelompok dimaksud menegaskan bahwa dimana individu memiliki tujuan yang sama dan akan
mendapatkan keuntungan dari kerjasama itu, maka mereka akan membentuk kelompok untuk
bekerja sama untuk kebaikan bersama. Bentley percaya bahwa secara sosial dengan bekerja sama
akan menghasilkan sesuatu lebih optimal dan efektif ketika melakukannya.
Teori ini kemudian dikembangkan oleh Mancur Oslon pada tahun 1960-an dengan
menerbitkan buku „The Logic of Collective Action’. Oslon (2002) berpendapat bahwa secara
rasional, individu dengan kepentingannya sendiri tidak akan bertindak untuk mengamankan
kepentingan bersama, kecuali mereka dipaksa atau melakukannya dengan imbalan berupa insentif
yang tidak tersedia bagi mereka yang tidak berpartisipasi. Hal ini merupakan hal yang mendasar
dalam aksi kolektif bahwa secara fundamental permasalahan aksi kolektif adalah ketegangan
yang terjadi antara kepentingan individu dan kepentingan kolektif (Gillinson, 2004). Akan tetapi,
kita juga tidak dapat melakukan sesuatu secara maksimal secara individu dengan meninggalkan
solusi optimal secara sosial. Apa yang terbaik bagi bagi masyarakat atau kelompok adalah yang
terbaik juga bagi kita secara individu sebagai bagian dari masyarakat. Oslon (2002) kemudian
menggunakan argumen ini untuk menunjukkan bahwa dalam kelompok besar, aksi kolektif tidak
akan pernah terjadi kecuali kondisi yang sangat spesifik ada.
Aksi kolektif dapat didefinisikan sebagai “semua aktifitas yang melibatkan dua atau lebih
individu untuk berkontribusi terhadap upaya kolektif atas dasar kepentingan bersama dan
berpeluang untuk mendapat keuntungan dari tindakan terkoordinasi tersebut “ (Hemetsberger,
2006). Marshal (dalam Vanni, 2014:21) mendefinisikan aksi kolektif sebagai “tindakan yang
diambil oleh sebuah kelompok (baik secara langsung atau atas nama organisasi) yang terdiri dari
anggota-anggota yang memiliki kepentingan bersama.
Dari definisi ini menjelaskan bahwa sebuah aksi kolektif terjadi karena adanya „kerjasama‟
dari semua anggota kelompok untuk mencapai „tujuan bersama‟ dan membiarkan mereka diatur
dalam satu „koordinasi‟ organisasi. Kerjasama yang terjadi dalam aksi kolektif merupakan kerja
sama yang bersifat bottom-up yaitu tindakan kolektif dari individu-individu dalam kelompok.
Sementara koordinasi yang terjadi bersifat top-down karena aksi kolektif dikendalikan dalam
sebuah organisasi tertentu.
Menurut Vanni (2014), aksi kolektif sangat dipengaruhi oleh; (1) karakteristik sumber daya
yang ada (baik barang maupun pengetahuan) dan kemampuan sumber daya untuk memprediksi
kesuksesan sebuah aksi kolektif. (2) Faktor berikutnya ialah karakteristik kelompok yang terlibat.
Hal ini terkait dengan ukuran dan homogenitas kelompok yang dapat disintesiskan ke dalam
konsep modal sosial, kepercayaan, norma, hak dan kewajiban, nilai dan sikap, budaya, informasi,
aturan, dan sanksi. (3) Selanjutnya ialah aturan dalam kelompok. Dalam sebuah aktifitas
kelompok setidaknya harus mempunyai aturan yang sederhana yang dapat digunakan sebagai
patron, pengontrolan dan pemberian sanksi. (4) Dan yang terakhir ialah lingkungan eksternal.
Teori aksi kolektif berusaha untuk memahami bagaimana individu dalam kelompok
mampu bekerjasama untuk mengatasi dilema sosial, dengan asumsi bahwa kepentingan pribadi
dalam jangka waktu yang pendek dimaksimalkan untuk kepentingan yang lebih besar (Bray,
2008). Pendekatan perilaku aksi kolektif ini dimulai dari argumen evolusi. Manusia sebagai
makhluk yang memiliki akal dan pikiran memiliki kapasitas berevolusi untuk belajar norma-
norma dalam bekerjasama dan mengikuti aturan sosial yang ada untuk meningkatkan
keberhasilan bersama.
7
Gerakan aksi kolektif pun turut mengalami perubahan (evolusi) seiring dengan
perkembangan zaman, modernitas, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi (TIK).
Meskipun teori aksi kolektif telah berkembang sebelum TIK seperti internet banyak digunakan,
namun perubahan ini telah mengubah pandangan terhadap aksi kolektif. Harold Adam Innis
seorang ekonom politik dari Universitas Toronto mengatakan bahwa komunikasi merupakan
bagian dari peradaban umat manusia dan media komunikasi adalah kunci dari evolusi peradaban
itu (dalam Windah, 2012: p. 23).
Evolusi aksi kolektif tercermin dalam sejarah gerakan kolektif. Karenanya, hubungan
antara kondisi struktural dan konstruksi makna sosial hanya akan terungkap jika kita
menggabungkan proses melihat dan mencari pada perkembangan aksi kolektif. Sehubungan
dengan argumen tersebut, maka dua proses penting untuk dilihat yaitu, (1) bahwa dalam
perkembangan TIK utamanya perkembangan dan pemanfaatan internet dalam berbagai dimensi
kehidupan turut mempengaruhi kondisi struktural masyarakat. Dalam hal ini terkait dengan
bagaimana internet berpengaruh terhadap cara individu dalam kelompok berkoordinasi dan
bertindak secara online. Selanjutnya ialah (2) proses konstruksi makna sosial yang muncul dalam
dunia maya. Hal ini terkait dengan bagaimana masing-masing individu mencoba bernegosiasi
„untuk apa‟ dia turut bergabung dalam sebuah aksi kolektif.
Internet memiliki potensi dalam mendukung aksi kolektif karena dewasa ini pemanfaataan
internet yang didukung oleh perkembangan saluran dan aplikasi yang sangat masif di tengah-
tengah masyarakat. Sehingga internet muncul sebagai platform untuk memobilisasi masyarakat di
ruang maya untuk melakukan aksi kolektif, seperti mobilisasi untuk menghadiri pertemuan atau
melakukan demonstrasi, protes melalui internet, mobilisasi masyarakat untuk memilih dalam
kampanye politik dan juga dalam hal mengkoordinir kerumunan masyarakat dalam ruang maya
untuk melakukan kegiatan sosial yang bermanfaat (Postmes, et al. 2002:292).
Gerakan aksi kolektif dengan menggunakan internet juga telah membentuk perilaku dan
cara baru mengorganisir kerumunan masyarakat dengan mengoptimalkan penggunaan website.
Perkembangan infrastruktur TIK menciptakan perilaku baru dalam berkoordinasi, mengarahkan
dan melakukan monitoring aksi kolektif secara online. Saat ini sebuah aksi kolektif sangat mudah
diatur dan dikelola pada satu tempat namun distribusi informasi dan aksi yang dilakukan oleh
masyarakat bisa terjadi dimana saja, bahkan melewati batas-batas geografis terntentu. Banyak
jenis aksi kolektif di internet yang didasarkan pada layanan dan infrastruktur digital, khususnya
platform jejaring sosial yang sangat sering dikunjungi (Dolata, et al. 2014: 14). Dengan demikian
infrastruktur website telah menciptakan karakteristik baru dalam aksi kolektif, mengembangkan
bentuk koordinasi dan juga regulasi serta menghasilkan alat baru kontrol sosial yang sifatnya
sangat fundamental. Ketiga hal ini yakni pemberdayaan, koordinasi dan kontrol merupakan efek
perkembangan infrastruktur teknologi website dan platform yang mempengaruhi evolusi gerakan
baru aksi kolektif.
3. METODE PENELITIAN
Pembahasan artikel ini menggunakan metode penelitian analisis isi dan studi komparatif.
Keempat website yang ingin dianalisis akan diamati, lalu berbagai karakteristik diidentifikasi dan
digambarkan secara objektif, sistematis dan generalis. Analisis isi sering disebut sebagai suatu
teknik sistematis untuk menganalisis isi pesan dan mengolah pesan atau suatu alat
untuk mengobservasi dan menganalisis isi perilaku yang terbuka dari komunikator (Umar, 2002:
44). Selanjutnya membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-
sifat objek yang diteliti berdasarkan karakteristik, platform, tujuan, dan indikator lainnya terkait
dengan kegiatan crowdfunding dan kontribusinya dalam aksi kolektif atau kegotongroyongan
yang fokus kepada tiga pihak pelaku utama crowdfunding. Studi komparatif yang dilakukan ini
bertujuan untuk mencari jawaban mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-
faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu (Nazir, 2005: 58).
8
komunitas, gagasan mahasiswa, bantuan bencana alam, modal usaha, hingga patungan untuk
pribadi yang membutuhkan. Berbagai bentuk program ini diklasifikasikan menjadi dua belas
kategori yaitu: emergency, event, hadiah, hewan, infrastruktur, kesehatan, lingkungan, olahraga,
pendidikan, produk & teknologi, sedekah dan seni & Kreatif.
Situs ini berdiri pada tanggal 6 Juli 2013 yang digawangi oleh Alfatih Timur sebagai
Founder sekaligus Chief Executive Officer bersama dengan teman-teman dibawah merek usaha
PT. Kita Bisa Indonesia yang beralamat di Jl. Ciputat Raya No. 27D, Pondok Pinang Kebayoran
Lama, Jakarta Selatan – 12310. Sebagai tanda keseriusan pengelola, situs ini berjalan dibawah
bimbingan Prof. Rhenald Kasali (Founder Rumah Perubahan), Achmad Zaky (CEO
Bukalapak.com), Fajrin Rasyid (CSFO Bukalapak.com), Mariksa Asmara (Manging Director
JAC Recruitment), Stephanie Hermawan (CEO Marketers) dan Willix Halim (Senior VP of
Growth Freelancer.com).
Sejak berdiri pada tahun 2013, kitabisa.com telah mempublikasikan 1.047 kampanye
dengan total dana yang berhasil terkumpul sebesar Rp. 11.558.248.106,- dari total yang
ditargetkan sebesar ± Rp. 190.042.305.186,- atau sekitar 6,1% dan melibatkan sebanyak 61.584
orang yang bergabung menjadi donatur (data sampai dengan 11 April 2016). Dari dua belas
kategori yang tersedia, terdapat tiga kegiatan dengan jumlah capaian dana cukup besar ialah
kategori event sebesar 21,5% (Rp. 2.469.020.034), di posisi kedua kategori infrastruktur sebesar
19,07% (Rp. 2.204.310.850) dan di posisi ketiga kategori kesehatan sebesar 15,12% (Rp.
1.747.286.118).
120.0
100.0 Rp.
100.0
80.0
60.0
40.0
Rp.
20.0
6.1
-
Target Tercapai
9
Persentase Dana Tercapai
Berdasarkan Kategori Kegiatan
Seni & Kreatif 7.29
Sedekah 9.89
Produk & Teknologi 0.22
Pendidikan 11.91
Olahraga 0.24
Lingkungan 1.79
Kesehatan 15.12
Infrastruktur 19.07
Hewan 0.47
Hadiah 0.36
Event 21.36
Emergency 12.28
10
Lokasi Pemilik Kampanye
Lain-Lain 12.20
Papua 1.45
Nusa Tenggara 4.84
Maluku 1.36
Sulawesi Selatan 1.45
Sulawesi Utara 1.06
Sulawesi Tengah 1.45
Kalimantan Barat 1.84
Kalimantan Timur 1.94
Kalimantan Tengah 1.55
Bangka Belitung 1.36
Bengkulu 1.16
Lampung 1.74
Sumatera Selatan 1.26
Sumatera Barat 1.84
Jambi 1.16
Riau 2.42
Sumatera Utara 1.45
Aceh 1.65
Bali 1.55
Banten 3.68
Jakarta 23.14
Yogyakarta 3.10
Jawa Timur 6.20
Jawa Tengah 3.68
Jawa Barat 15.49
11
Lokasi Pemilik Kampanye
Indonesia
Berdasarkan Wilayah
Timur (Maluku,
Nusa Tenggara
dan papua)
8% Lain-Lain
12%
Sulawesi
4%
Kalimantan
5% Jawa
Sumatera 57%
14%
Dari 1.047 kampanye yang telah dipublikasi 680 (64,95%) kampanye merupakan
kampanye pribadi dan 367 (35,05%) kampanye merupakan kampanye kelompok, komunitas,
organisasi/NGO. Dari hasil temuan dari semua kampanye yang ada, beberapa hal yang perlu
diperhatikan yang sering membuat sebuah kampanye tidak tercapai sesuai yang diharapkan
adalah terverifikasinya proposal kampanye yag diajukan. Syarat verifikasi ialah lengkapnya
administrasi user berupa; KTP dan dokumen lainnya, foto sebagai user serta uraian pemakaian
dana yang ingin dikumpulkan. Disamping itu, jejaring pemilik kampanye juga menjadi faktor
penentu. Semakin luas jejaring yang dimiliki akan semakin besar peluang kampaye terdanai. Hal
lain yang tidak kalah penting ialah jumlah dana yang ingin dikumpulkan untuk mendanai sebuah
proyek tertentu harus masuk akal. Terdapat cukup banyak kampanye dengan jumlah dana yang
sangat luar biasa besar dan tidak masuk akal, yang berujung pada tidak mendapat verifikasi,
kehilangan kepercayaan dan menimbulkan keraguan bagi para donatur untuk mendukung.
Faktor penting lainnya ialah dukungan tokoh, public figure atau orang-orang berpengaruh
lainnya akan sangat membantu keberhasilan kampanye. Menggalang dana melalui aksi
crowdfunding online merupakan sebuah usaha untuk membuat orang tertarik dan peduli untuk
berdonasi. Jadi, sangat penting untuk memberi story effect; bercerita secara personal tentang siapa
kita, siapa atau isu apa yang hendak dikampanyekan, mengapa penting untuk dibantu dan apa
yang terjadi jika orang-orang akan mendanai proyek dimaksud. Hingga tanggal 11 April 2016,
dari 1.047 kampanye (sudah berakhir dan sedang berlangsung) masih terdapat 331 (31,61%)
kampanye yang masih belum terdanai sama sekali.
Pemiliki Kampanye
Kampanye
Kelompok/
Komunitas/
Organisasi/
NGO
35% Kampanye
Pribadi
65%
12
4.2 Tentang www.wujudkan.com
Situs www.wujudkan.com merupakan sebuah situs website untuk para kreator Indonesia
mendapatkan dana dari masyarakat untuk mewujudkan kreasi mereka. Wujudkan.com lahir dari
kenyataan bahwa anak-anak muda Indonesia kaya dengan berbagai kreasi dan daya cipta, namun
sistim dukungan bagi para kreator untuk berkarya sangat kurang. Oleh karena itu, Mandy
Murahimin bersama dengan kawan-kawan mendirikan wujudkan.com pada tanggal 21 Februari
2012 yang beroperasi dibawah merek usaha PT. Dukungan Karya Nusantara.
Dalam mewujudkan berbagai kreasi dari anak muda Indonesia, maka berbagai bentuk
program diklasifikasikan ke dalam 11 kategori, yaitu; acara/event, arsitektur, desain, fesyen,
film/video, fotografi, games, kerajinan, komik, kuliner, dan penerbitan/penelitian.
Sejak berdiri pada tahun 2012, wujudkan.com telah mempublikasikan 54 kampanye dengan
total dana yang berhasil terkumpul sebesar Rp. 1.422.756.392,- dari total yang ditargetkan
sebesar ± Rp. 1.612.094.500,- atau sekitar 88,26 % dan melibatkan sebanyak 1.253 orang yang
bergabung menjadi donatur (data sampai dengan 11 April 2016). Dari sebelas kategori yang
tersedia, terdapat tiga kegiatan dengan jumlah capaian dana cukup besar ialah kategori film/video
sebesar 35,43 % (Rp. 504.120.101), di posisi kedua kategori acara/event sebesar 32,64 % (Rp.
464,331,767) dan di posisi ketiga kategori penerbitan/penelitian sebesar 24,73 % (Rp.
351,859,524).
85.00%
80.00%
Target Capaian
13
Dari sebelas kategori yang dibuka oleh wujudkan.com hanya enam kategori yang ada
kampanye sementara lima kategori lagi masih belum ada kampanye. Kondisi ini sama sekali tidak
mempengaruhi aktifitas di wujudkan.com, namun menyiratkan bahwa kecenderungan anak muda
Indonesia yang mengkampanyekan penggalangan dana untuk kegiatan kategori acara/event,
desain, arsitektur, film/video, kuliner dan penerbitan/penelitian. Sementara penggalangan dana
secara online untuk kegiatan fesyen, fotografi, games, kerajinan, komik masih rendah
ketertarikannya atau masih belum banyak yang melakukan kreasi untuk kategori itu.
Jika diperhatikan diagram capaian kampanye di atas, meskipun jumlahnya sangat sedikit
namun memiliki tingkat keberhasilan yang cukup tinggi yaitu 88, 26%. Memperhatikan masing-
masing kegiatan yang dipublikasi di wujudkan.com hampir seluruhnya terverifikasi dengan baik.
Pemilik kampanye mampu menyajikan data yang lengkap; baik KTP, kelengkapan dokumen,
tujuan kampanye, rencana anggaran dan biaya, lokasi pelaksanaan kampanye, dan kelengkapan
lainnya. Disisi lain juga tim wujudkan.com menunjukkan ketegasan dalam menyeleksi kampanye,
hanya kampanye yang lengkap setelah diverifikasi yang ditayangkan ke publik.
Kampanye yang telah dipublikasi di situs www.wujudkan.com dikampanyekan oleh
masyarakat Indonesia baik pribadi, kelompok, komunitas, himpunan mahasiswa maupun
organisasi/NGO yang tersebar di seluruh Indonesia. Dari 54 kampanye yang telah publis, Jakarta
dan jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah kampanye terbanyak. Jakarta sebesar 35,19
%, Jawa Barat sebesar 33,33% dan Yogyakarta sebesar 11,11%. Jika dikelompokkan berdasarkan
wilayah di Indonesia maka, Pulau Jawa mendominasi dengan jumlah kampanye terbesar sebesar
96 % dan Indonesia Timur (Nusa Tenggara dan Papua) sebesar %, sementara wilayah lain masih
belum ada yang mengkampanyekan proyek.
Jawa
96%
14
Dari 54 kampanye yang telah dipublikasi 47 (87,04 %) kampanye merupakan kampanye
pribadi dan 7 (12,96 %) kampanye merupakan kampanye kelompok, komunitas, organisasi/NGO.
Pemilik Kampanye
Kampanye
Kelompok/Ko
munitas/Org
anisasi/NGO
13%
Kampanye
Pribadi
87%
15
menyelesaikan permasalahan sosial dan lingkungan, membantu pertumbuhan bisnis yang bisa
memberikan efek ganda menerus (multiplier effect) di masyarakat, menciptakan keberlanjutan
(sustainability) untuk mencapai perubahan, dan melibatkan partisipasi aktif dari publik (public
involvement).
Sejak berdiri pada 11 September 2014, gandengtangan.org telah mempublikasikan 20
kampanye dengan total dana yang berhasil terkumpul sebesar Rp. 277.961.952,- dari total yang
ditargetkan sebesar ± Rp. 728.200.000,- atau sekitar 38,17 % dan melibatkan sebanyak 683 orang
yang bergabung menjadi donatur (data sampai dengan 11 April 2016). Secara umum semua
kampanye di gandengtangan.org adalah wirausaha yang dapat dikelompokkan menjadi perikanan
air tawar, pemberdayaan nelayan, usaha catering, peternakan, pemberdayaan kelompok tani,
teknologi tepat guna dan kerajinan. Dari tujun pengelompokkan dimaksud, terdapat tiga kegiatan
dengan jumlah capaian dana cukup besar ialah pemberdayaan kelompok tani sebesar 36,99 %
(Rp. 102.817.140), di posisi kedua teknologi tepat guna sebesar 32,72 % (Rp. 90.946.099) dan di
posisi ketiga kerajinan sebesar 9,59 % (Rp. 26.670.151).
Rp. 277.961.952
38.17%
Target Capaian
16
Kampanye yang telah dipublikasikan di www.gandengtangan.org umumnya
dikampanyekan oleh komunitas atau kelompok dibawah koordinasi ketua komunitas atau
kelompok. Kampanye berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan lagi-lagi didominasi oleh
provinsi yang ada di Jawa yaitu, Jawa Timur 20 %, Jakarta dan Banten 15 % dan disusul oleh
daerah lainnya.
17
2) Bergabung menjadi Relawan. IM mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk menjadi
relawan pada posisi sebagai;
Asesor Pedagogi yaitu ahli dalam bidang pendidikan anak untuk melatih secara intensif
para Pengajar Muda sebelum dikirim ke lapangan.
Komite Rekrutmen yaitu tim yang bertugas mengundang dan menjaring pemuda-pemudi
pemberani yang siap mengambil bagian menjadi Pengajar Muda.
Indonesia Menyala yaitu menjadi penggerak meningkatkan minat baca masyarakat
melalui gerakan perpustakaan yang ditempatkan di daerah tempat Pengajar Muda
mengajar.
Festifal Gerakan IM yaitu relawan diajak untuk bertatapan langsung dengan Saudara
sebangsa di ujung-ujung Republik.
Ruang Belajar yaitu mengelola satu portal untuk para pengunjung
www.indonesiamengajar.org untuk dapat mempelajar metode mengajar yang baik dan
dapat diterapkan di tempat masing-masing.
3) Bergabung dalam Iuran Publik. Iuran publik adalah skema pendanaan IM yang melibatkan
publik baik perorangan maupun institusi. Tujuan skema ini adalah memperlebar basis
kepemilikan IM yang dalam jangka panjang akan memperkokoh pilar pendanaan yang lebih
variatif. Publik diajak berpartisipasi dan bergotongroyong melalui iuran dana rutin untuk turut
serta mengirimkan Pengajar Muda. IM mengajak publik terlibat dan ikut bertanggung jawab
dalam gerakan untuk kemajuan pendidikan bangsa. lewat iuran, masyarakat ikut memiliki
gerakan ini dan turut mendanai gerakan IM dengan komitmen iuran rutin sebesar Rp. 50 ribu
s.d Rp. 1 juta per bulan (iuran perorangan) atau Rp. 2 juta s.d Rp. 10 juta per bulan (iuran
institusi) selama jangka waktu 3-12 bulan.
Sejak beroperasi sampai dengan Juni 2015 dari seluruh total pendanaan yang dikelola oleh
IM melalui iuran publik, iuran institusi yang berasal dari 24 Institusi (perusahaan) sebesar
43,16% dan iuran perorangan yang berasal dari 1698 orang sebesar 56,84%. Berdasarkan laporan
keuangan yang dipublikasikan ke publik melalui portal www.indonesiamengajar.org sebagai
bentuk pertanggungjawaban, yaitu pada tahun 2010 IM mengelola dana sebesar Rp. 6,4 miliard,
pada tahun 2011 IM mengelola dana sebesar Rp. 10,4 miliard dan tahun 2012 IM mengelola dana
sebesar Rp. 10,6 miliard. Adapun alokasi penggunaan dana program dimaksud ialah 6 % untuk
proses rekrutmen, 23 % untuk pelatihan dan orientasi pasca penugasan, 59 % untuk penugasan
satu tahun dan kerjasama daerah dan 12 % untuk pengelolaan program (YGIM, 2012 dan 2014).
4.5 Pembahasan
Berdasarkan hasil penelusuran dari keempat website maka beberapa temuan yang menjadi
bahan utama pembahasan dan untuk menjawab perkembangan dan arah crowdfunding di
Indonesia.
Partisipan dalam crowdfunding – para donatur, penyandang dana, kontributor
Tujuan
Keterlibatan masyarakat dalam upaya penggalangan dana oleh para inisiator atau pemilik
kampanye tentu saja didasari oleh motivasi yang berbeda-beda. Pada kitabisa.com, masyarakat
yang berpartisipasi dimotivasi oleh kesempatan yang terbuka lebar kepada masyarakat untuk
terlibat aktif dalam kegiatan-kegiatan sosial, kemanusiaan, menyentuh masyarakat kecil dan
berdampak bagi masyarakat. Masyarakat diberikan kesempatan untuk memilih kampanye yang
mampu menggerakkan hati, apakah karena kesamaan gagasan, empati maupun untuk kemajuan
dan dampak yang lebih besar bagi masyarakat dan lingkungan. Jadi, kitabisa.com lebih mengarah
kepada partisipasi sosial.
Pada wujudkan.com, tujuan utama masyarakat yang ingin membantu mendanai sebuah
proyek didasari oleh kesamaan semangat atas sebuah kreasi yang berhasil dan memukau.
Wujudkan.com memberi ruang yang sangat luas kepada para kreator-kreator seni untuk dapat
mewujudnyatakan ide dan kreasinya. Jadi, wujudkan.com lebih mengarah kepada partisipasi
semangat kreatif. Sementera pada gandengtangan.org masyarakat berpartisipasi dalam aksi
penggalangan dana didasari oleh motivasi dan gagasan untuk mewujudkan ekonomi kreatif
dengan konsep wirausaha sosial. Masyarakat berinvestasi pada satu wirausaha sosial dengan
18
memberikan pinjaman 0 %. Jadi, gandengtangan.org lebih mengarah kepada partisipasi investasi
(pinjaman).
Berbeda dengan indonesiamengajar.org, kegiatannya sudah terencana dengan baik yang
dikelola oleh YGIM. Masyarakat yang terlibat dalam pendanaan kegiatan mengajar di pelosok-
pelosok tanah air termotivasi atas tanggungjawab sosial, kepedulian dan empati terhadap
pendidikan di Indonesia. IM menawarkan sebuah gagasan untuk membantu perbaikan pendidikan
Indonesia dan masyarakat diminta untuk dapat terlibat dalam bentuk iuran publik, menjadi
relawan dan menjadi pengajar muda. Jadi, IM lebih mengarah kepada partisipasi sumber daya.
Karakteristik
Dari keempat platform yang ada beberapa karakteristik yang secara konsisten muncul ialah
bahwa mekanisme penggalangan dana secara online ini merupakan sebuah inovasi baru dalam
penggalangan dana melalui internet. Cara ini berbasis teknologi, mengutamakan jejaring sosial,
menawarkan ide dan gagasan serta berlangsung dalam proses yang sangat interaktif. Bagi
kitabisa.com dan wujudkan.com hal ini merupakan inovasi dalam menggunakan teknologi untuk
memberi amal, menyumbang untuk kegiatan sosial, bencana alam, dan juga untuk mewujudkan
kreasi-kreasi anak bangsa.
Pada gandengtangan.org ini merupakan sebuah pengalaman investasi yang baru. Dengan
menggunakan teknologi kita dapat dengan leluasa mendanai usaha-usaha tertentu yang digagas
oleh masyarakat kalangan bawah yang kesulitan modal usaha tetapi memiliki dampak yang besar
untuk masyarakat dan lingkungan. Melalui crowdfunding masyarakat bisa melakukan
indentifikasi terhadap semua kampanye dan memilih mana kampanye yang menarik dan
dipercaya.
Peranan
Dari hasil penelusuran dari keempat platform, dapat diungkapkan keberadaan peranan yang
berbeda-beda. Kitabisa.com berperan dalam perantara, menyeleksi dan mempromosikan berbagai
kampanye dari para inisiator untuk tujuan memberikan bantuan secara sepenuhnya tanpa pamrih
untuk aksi-aksi sosial, kemanusiaan dan juga kepentingan umum. Hampir sama dengan
wujudkan.com berperan untuk memfasilitasi kreasi-kreasi anak bangsa menjadi kenyataan.
Gandengtangan.org mendukung pertumbuhan dan perkembangan ekonomi masyarakat yang
kesulitan untuk mendapatkan pendanaan secara mandiri dan konvensional namun wirausaha yang
dikembangkan berdampak bagi masyarakat luas dan juga lingkungan. Pembeda dengan
Indonesiamengajar.org adalah bahwa dalam mendukung program IM juga didukung oleh institusi
atau perusahaan disamping juga iuran publik perseorangan.
Ukuran Investasi
Pada prinsipnya tidak ada batasan seberapa kecil atau seberapa besar donasi yang diberikan
untuk sebuah kampanye. Namun, secara umum ditemukan bahwa ukuran donasi yang terkumpul
berukuran kecil namun dengan jumlah yang banyak sehingga dana yang ditargetkan bisa tercapai.
Organisasi crowdfunding
Tujuan
Terkait dengan perspektif organisasi yang menyelenggarakan inisiatif crowdfunding maka
ditemukan tujuan dari masing-masing platform adalah; kitabisa.com merupakan layanan untuk
membantu mendanai proyek-proyek individu, kelompok, komunitas, organisasi/NGO melalui
internet dalam rangka mendanai proyek sosial seperti bantuan sosial, penanggulangan bencana,
amal, infrastrukur untuk masyarakat dan juga kegiatan-kegiatan kreatif. Wujudkan.com bertujuan
untuk memberdayakan para seniman, arsitek, musisi, sineas, aktor dan koki dalam komunitas
global dan mewujudkan kreasi mereka menjadi kenyataan.
Pada gandengtangan.org tujuannya adalah membuka alternatif lain bantuan pendanaan
modal bagi wirausaha sosial dengan menghubungkannya dengan para pemodal yang tertarik pada
usaha yang ditawarkan. Jika pada indonesiamengajar.org tujuannya adalah melibatkan publik
dalam kegiatan YGIM membantu pendidikan di Indonesia ke seluruh pelosok tanah air.
Peranan
Searah dengan tujuannya maka, kitabisa.com, wujudkan.com dan gandengtangan.org
berperan sebagai mediator atau penghubung antara inisiator dan penyandang dana. Mereka juga
melakukan verifikasi terhadap kampanye-kampanye sebelum dipublikasikan di publik untuk
19
memastikan keabsahan kegiatan atau tujuan bantuan. Jika terkait dengan usaha, maka usaha harus
benar-benar ada dan memiliki potensi untuk beroperasi minimal 6 bulan dan berkelanjutan.
Sementara indonesiamengajar.org adalah bagian langsung dari YGIM dan berusaha menggalang
dana untuk memberhasikan program mereka dengan mempromosikan gagasan kepada publik dan
institusi atau perusahaan.
Efek jaringan
Dari penelusuran yang dilakukan terhadap keempat platform yang dibahas menunjukkan
bahwa keberhasilan crowdfunding sangat ditentukan oleh semakin luasnya jaringan yang dimiliki
oleh pemilik kampanye dan juga penyebaran informasinya. Efek jaringan ini juga dipengaruhi
oleh target kampanye seperti masyarakat umum, komunitas seni, para pemodal, atau juga
keterlibatan tokoh atau public figure dalam sebuah kampanye. Salah satu cara membuat efek
jaringan dengan cepat juga adalah melalui penyebaran informasi tentang kampanye melalui media
sosial. Hal ini diakui dan disarankan oleh pelaku organisasi crowdfunding.
20
crowdfunding juga menawarkan berbagai kategori yang jika diklasifikasikan merupakan bentuk
gotongroyong tolong menolong dan gotongroyong kerja bakti. Berdasarkan penelusuran yang
dilakukan terhadap keempat website ditemukan bahwa kecenderungan keberhasilan sebuah
kampanye baik yang bersifat menolong seseorang, untuk mewujudkan sebuah acara tertentu
ataupun membangun sebuah fasilitas umum cukup tinggi. Hal ini tergantung kepada tingkat
kepercayaan publik yang mampu disajikan oleh inisiator dan dukungan yang ada dibelakangnya.
Terkait dengan aksi kolektif, maka prinsip-prinsip bahwa gagasan untuk membentuk
kelompok atau melibatkan diri dalam kelompok tertentu ditentukan oleh tujuan yang sama
merupakan prinsip yang berlaku pada mekanisme crowdfunding. Dari hasil penelusuran ke empat
website, akumulasi kategori yang dibuka adalah sebanyak 30 kategori namun yang paling
berhasil adalah enam katergori teratas yaitu acara/event, infrastruktur, kesehatan, pendidikan,
pemberdayaan kelompok tani dan pengembangan teknologi tepat guna. Dengan demikian dapat
diinterpretasikan bahwa arah budaya gotongroyong masyarakat Indonesia untuk menolong dan
terlibat dalam kerja bakti dalam logika crowdfunding adalah di bidang acara/event, infrastruktur,
kesehatan, pendidikan, pertanian dan teknologi.
5. KESIMPULAN
Nilai-nilani kegotongroyongan dalam masyarakat Indonesia bukannya hilang atau bahkan
mati, akan tetapi telah mengalami pergeseran bentuk seiring dengan perkembangan teknologi
informasi dan komunikasi. Perkembangan TIK merubah model interaktifitas antar yang satu
dengan yang lain dalam kelompok masyarakat tertentu. Budaya baru dalam interaktifitas melalui
internet tidak lagi membatasi ruang dan waktu tetapi mampu menghubungkan siapa saja kapan
saja dan dimana saja.
Terkait dengan kegiatan-kegiatan atau aksi kolektif kemasyarakatan yang bertujuan untuk
aksi-aksi sosial, kemanusiaan, penanggulangan bencana, menolong seseorang yang
membutuhkan, pengembangan pendanaan wirausaha sosial, pendidikan dan masih banyak lainnya
tetap bisa dilakukan dengan interakfitas dalam jejaring internet. Penelusuran terhadap kampanye
pada crowdfunding di Indonesia ditemukan bahwa untuk satu kegiatan disebuah wilayah tertentu
di pelosok-pelosok Indonesia mampu menggerakkan ratusan bahkan ribuan masyarakat di
belahan wilayah Indonesia lainnya untuk terlibat mewujudkan gagasan dimaksud atau menolong
seseorang atau kelompok yang membutuhkan disana.
Maka dari analisis ini terhadap empat website yang menerapkan konsep crowdfunding di
Indonesia maka dapat disimpulkan bahwa; perkembangan gerakan crowdfunding di Indonesia
telah berada pada jalur yang baik sesuai dengan nilai-nilai kegotongroyongan yang melibatkan
masyarakat untuk saling membantu dalam bentuk partisipasi sosial, semangat kreatif, investasi
(pinjaman tanpa bunga) dan juga sumber daya. Partisipasi ini berbasis inovasi teknologi informasi
dan komunikasi yang mengedepankan gagasan-gagasan kreatif dan menghubungkannya melalui
jejaring sosial dan interaktifitas dalam dunia maya.
Disamping itu, berdasarkan penelusuran ditemukan bahwa arah budaya kegotongrotongan
masyarakat Indonesia di internet cenderung mengarah pada kegiatan berbentuk acara/event,
infrastruktur, kesehatan, pendidikan, pertanian dan teknologi tepat guna yang disertai dengan
dukungan tokoh atau public figure dibelakang kampanye dimaksud serta kepercayaan dan
integritas yang bisa ditunjukkan oleh inisiator atau pemilik kampanye.
6. DAFTAR PUSTAKA
Agarwal, N., Lim, M., & Wigand, Rolf T. 2011. “Collective Action Theory Meets the
Blogosphere: A New Methodology. Communication in Computer and Information Science,
Vol. 136 (3): 224-239.
Anggorowati, P. & Sarmini. 2015. “Pelaksanaan Gotong Royong di Era Global (Studi Kasus di
Desa Balun Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan”. Kajian Moral dan Kewarganegaraan
1 (3):39-53.
Berutu, L. 2005. “Gotong Royong, Musyawarah dan Mufakat Sebagai Faktor Penunjang
Kerekatan Berbangsa dan Bernegara”. Jurnal Antropologi Sosial Budaya ETNOVISI 1
(1):21-24.
21
Bintaro, R. 1980. Gotong Royong: Suatu Karakteristik Bangsa Indonesia. Surabaya: PT. Bina
Ilmu.
Bradford, C. Steven. 2012. Crowdfunding and the Federal Securities Laws. University of
Nebraska-Lincoln: College of Law, Faculty Publications.
Bray, D. Barton. 2008. Collective Action and the Role of Community Norms. Diakses dari
http://p2pfoundation.net/index.php?title=Collective_Action_Theory&oldid=23716 pada
tanggal 2 April 2016.
Chen, X. dan Ding, G. 2009. “New Media As Relation”. Chinese Journal of Communication 2
(3):367-379.
Davies, R. 2014. Civic Crowdfunding: Participatory Communities, Entrepreneurs and the
Political Economy of Place. Cambridge: Department of Comparative Media Studies,
Massachusetts Institute of Technology.
Dewdney, A dan Ride, P. 2006. The New Media Handbook. London: Routledge.
Dietrich, A. & Amrein, S. 2015. Crowdfunding MonitoringSwitzerland 2015. Grafenauweg:
Lucerne School of Business, Institute of Financial Services Zug IFZ.
Dolata, U. & Schrape, J. Felix. 2014. Masses, Crowds, Communities, Movements. Collecctive
Formations in the Digital Age. Stuttgart: University of Stuttgart, Institute for Social
Science, Department of Organiational Sociology and Innovation Studies.
Gillinson, S. 2004. Why Cooperate? A Multi-Disciplinary Study of Collective Action. London:
Overseas Development Institute.
Gulati, S. 2014. “Crowdfunding: A Kick Starter for Startups”. Special Report TD Economics
416-982-8063 : 1-13.
Hemer, J. 2011. A Snapshot on Crowdfunding. Karsluhe: Fraunhofer Institute for System and
Innovation Research.
Hemetsberger, A. 2006. Understanding Consumers’ Collective Action on the Internet – A
Definition and Discussion of Relevant Concepts for Research. Diakses dari
http://flosshub.org/system/files/hemetsberger3.pdf tanggal 2 April 2016.
Hudson, S., Roth, Marthin S. & Madden, Thomas J. 2012. Customer Communications
Management in the New Digital Era. Darla Moore School of Business University of South
Carolina.
Kocer. S, 2015. “Social Business in Online Financing: Crowdfunding Narrative of Independent
Documentary Producers in Turkey”. New Media & Society 17 (2) : 231-248.
Manovic, L. 2001. The Language of New Media. Cambridge, MA: MIT Press.
Mustaqin, Andika H. 2013. “Gotong Royong Dalam Dwilogi Padang Bulan dan Cinta Di Dalam
Gelas Karya Andrea Hirata”. WANASTRA 4 (1):1-9.
Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor: Ghalia Indonesia.
Olson, M. 2002. The Logic of Collective Action: Public Goods and the Theory of Groups.
Cambridge MA: Harvard University Press.
Ordanini, A., Miceli, L., Pizzeti, M., & Parasuraman, A. 2011. “Crowdfunding: Transforming
Curtomers Into Investors Through Innovative Service Platforms”. Journal of Service
Management 22 (4) :443-470.
Philips, D. & Young, P. 2009. Online Public Relation: A Practical Guide to Developing an
Online Strategy in the World of Social Media. London: Kogan Page.
Postmes, T. & Brunsting, S. 2002. “Collective Action in the Age of the Internet”. Social Science
Computer Review. Vol. 20 No 3: 290-301.
Umar, H. 2002. Metode Riset Komunikasi Organisasi: Sebuah Pendekatan Kuantitatif Dilengkapi
dengan Contoh Proposal dan Hasil Riset Komunikasi Organisasi. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Vanni, F. 2014. Agriculture and Public Goods: The Role of Collective Action. Dordrecht:
Springer.
Windah, A. 2012. “New Social Media And Public Relations: Review Of The Medium Theory”.
Jurnal Sosiologi, Vol. 14, No. 1: 21-32.
YGIM. 2012. Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar Financial Statement 31 December 2011 and
2010. Jakarta: Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar.
22
YGIM. 2014. Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar Financial Statement 31 December 2012 and
2011. Jakarta: Yayasan Gerakan Indonesia Mengajar
Referensi Website
https://gandengtangan.org
https://kitabisa.com
https://indonesiamengajar.org
https://wujudkan.com
23