Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH

DISTRIBUSI KEPADA PEMEGANG SAHAM: DIVIDEN DAN PEMBELIAN KEMBALI

SAHAM

DISUSUN OLEH:

NAMA : FIFI FITRIANI

NIM : 2001020

INSITUTU ANDI SAPADA

TAHUN AJARAN 2022-2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini

dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap

bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran

maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman

bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca

praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan

makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman. Untuk itu kami sangat

mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah

ini.

Parepare, 23 Maret 2022

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar

Daftar Isi..............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................4

A. Latar Belakang Masalah..................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5

C. Tujuan..............................................................................................................................5

BAB II LANDASAN TEORITIS........................................................................................6

A. Definisi Dividen..............................................................................................................6

B. Teori Mengenai Kebijakan Dividen................................................................................7

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen...............................................11

D. Jenis-Jenis Dividen.......................................................................................................14

BAB III PEMBAHASAN..................................................................................................17

A. Tinggi Rendahnya Payout.............................................................................................18

B. Hipotesa Signaling........................................................................................................18

C. Distribusi melalui Pembelian Kembali.........................................................................19

D. Perbandingan antara Dividen dan Pembelian Kembali.................................................23

E. Pemecahan Saham dan Dividen Saham........................................................................25

F. Dampak Pajak terhadap Kebijakan Dividen..................................................................28

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................30

A. Kesimpulan..................................................................................................................30

B. Saran.............................................................................................................................31

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tujuan perusahaan adalah untuk memaksimalisasikan kesejahteraan pemilik

perusahaan atau para pemegang saham dengan cara meningkatkan nilai perusahaan. Nilai

perusahaan yang sudah go public di pasar modal tercermin dalam harga

saham

perusahaan. Kebijakan dividen dapat dihubungkan dengan nilai perusahaan.

Kebijakan dividen yang optimal (optimal dividend policy) merupakan kebijakan

dividen yang menciptakan keseimbangan di antara dividen saat ini dan

pertumbuhan di masa mendatang sehingga memaksimumkan harga saham perusahaan.

Kebijakan dividen merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam keputusan

pendanaan perusahaan. Keputusan untuk meningkatkan dividen hanya akan dilakukan

apabila manajemen yakin akan dapat mempertahankan peningkatan tersebut pada masa

yang akan datang. Investor juga memiliki kepentingan untuk mampu memprediksi berapa

besar tingkat pengembalian tingkat investasi yang mereka lakukan. Namun,

tingkat pengembalian investasi berupa pendapatan dividen tidak mudah

diprediksi. Hal ini disebabkan kebijakan dividen merupakan kebijakan yang sulit dan

dilematis bagi pihak manajemen perusahaan. Penetapan jumlah yang tepat untuk

dibayarkan sebagai deviden merupakan sebuah keputusan fiansial yang sulit bagi pihak

manajemen.

Kebijakan deviden juga bersifat fleksibel mencakup bentuk dividen yang akan dibagikan

kepada pemegang saham mulai dari dividen tunai, dividen saham, pemecahan saham

(stock split), dan pembelian saham kembali (stock repurchase). Maka dari itulah, untuk

4
memahami lebih dalam lagi mengenai kebijakan saham, maka dibuatlah makalah berjudul

“Kebijakan Dividen” ini.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan kebijakan dividen ?

2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen ?

3. Bagaimana hubungan tinggi rendahnya payout dengan investor ?

4. Apa yang dimaksud dengan Hipotesa Signaling ?

5. Bagaimanakah pengaruh dari distribusi melalui pembelian kembali saham ?

6. Bagaimana perbandingan antara dividen dan pembelian kembali saham ?

7. Apa yang dimaksud dengan pemecahan saham dan dividen saham ?

8. Bagaimana dampak pajak terhadap kebijakan dividen ?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan kebijakan dividen.

2. Mengetahu faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen.

3. Mengetahui hubungan tinggi rendahnya payout dengan investor.

4. Mengetahui Hipotesa Signaling.

5. Mengetahui pengaruh dari ditribusi melalui pembelian kembali saham.

6. Mengetahui perbandingan antara dividen dan pembelian kembali saham.

7. Mengetahui apa yang dimaksud pemecahan saham dan dividen saham.

8. Mengetahui dampak pajak terhadap kebijakan dividen.

5
BAB II

LANDASAN TEORITIS

A. Definisi Dividen

Beberapa definisi dividen menurut para ahli, Weygandt et al. (2005), A dividend is a

distribution by a corporation to its stockholders on a pro rata (proportional) basis.

Dividen dapat dibagikan dalam 4 jenis, yaitu cash, property, scrip (a promissory note to

pay cash) atau stock. Sedangkan menurut Downes dan Goodman (2001), dividen adalah

pendistribusian laba kepada pemegang saham, secara prorata menurut kelas

surat berharga dan dibayarkan dalam bentuk uang, saham, scrip atau produk atau atau

property perusahaan, walaupun ini jarang terjadi. Menurut Hin (2001), pengertian dividen

adalah pembagian bagian keuntungan kepada para pemegang saham. Besarnya dividen

yang dibagikan perusahaan ditentukan oleh para pemegang saham pada saat

berlangsungnya RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Ikatan Akuntan Indonesia dalam

PSAK No. 23 paragraf 03 menyatakan bahwa dividen adalah distribusi laba kepada

pemegang investasi ekuitas dengan proporsi mereka dari jenis modal tertentu. Menurut

Baridwan (2000), dividen adalah pembagian laba kepada pemegang saham perseroan

terbatas yang sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dividen adalah

pembagian laba perusahaan yang besarnya telah ditetapkan dalam Rapat Umum

Pemegang Saham (RUPS) kepada para pemegang saham secara proporsional

sesuai dengan jumlah saham yang dimiliki oleh masing-masing pemegang

saham tersebut. Umumnya dividen dibagikan secara teratur dalam interval waktu yang

6
tetap, misalnya tiap-tiap tahun, enam bulan, dan sebagainya, tetapi kadang-kadang

dilakukan pembagian dividen ekstra selama pada waktu-waktu tersebut.

B. Teori Mengenai Kebijakan Dividen

Kebijakan dividen (dividend policy) adalah keputusan apakah laba yang diperoleh

perusahaan akan dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan

dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang. Apabila perusahaan

memilih untuk membagikan laba sebagai dividen maka akan mengurangi laba

yang ditahan dan selanjutnya akan mengurangi total sumber dana intern atau

internal financing (Sartono, 2001 dalam Setiawati, 2012). Kebijakan deviden sering

dianggap sebagai sinyal bagi investor dalam menilai baik buruknya perusahaan, hal ini

disebabkan karena kebijakan deviden dapat membawa pengaruh terhadap harga saham

perusahaan.

Berikut beberapa teori mengenai kebijakan deviden:

1. Teori Irelevansi Dividen (Dividend Irrelevance Theory)

Teori ini menyatakan bahwa kebijakan dividen perusahaan tidak mempunyai

pengaruh terhadap nilai perusahaan maupun biaya modalnya. Teori ini dikemukakan oleh

Merton Miller dan Franco Modigliani (MM). Mereka berpendapat bahwa nilai suatu

perusahaan tidak ditentukan oleh besarnya Dividend Payout Ratio namun nilai perusahaan

hanya ditentukan oleh kemampuan dasarnya dalam menghasilkan laba dan resiko

bisnisnya. Dengan kata lain MM berpendapat bahwa nilai dari sebuah perusahaan akan

tergantung hanya pada laba yang diproduksi oleh aktiva-aktivanya, bukan pada

bagaimana laba tersebut akan dibagi menjadi deviden dan saldo laba ditahan.

7
Untuk memahami argumentasi MM bahwa kebijakan deviden adalah hal yang

irelevan, sadari bahwa secara teori, setiap pemegang saham dapat membuat kebijakan

devidennya sendiri. Sebagi contoh, jika sebuah perusahaan tidak membayarkan

devidennya, seorang pemegang saham, yang ingin mendapatkan deviden 5% dapat

“menciptakannya” dengan menjual 5% sahamnya. Sebaliknya, jika sebuah

perusahaan membayarkan deviden yang lebih tinggi daripada yang diinginkan oleh

investor, investor tersebut dapat menggunakan deviden yang tidak diinginkan untuk

membeli tambahan saham perusahaan. Jika para investor dapat menjual dan membeli

saham dan akibatnya dapat menciptakan kebijakan deviden sendiri tanpa

mengeluarkan biaya, maka kebijakan deviden perusahaan menjadi benar-benar

irelevan.

2. Teori Burung Di Tangan (Bird In The Hand Theory)

Myron Gordon dan John Linther dalam Hadiwidjaya (2007) berpendapat

bahwa sesungguhnya investor lebih menghargai pendapatan yang berupa dividen daripada

pendapatan yang diharapkan dari keuntungan modal (capital gain) yang akan

dihasilkan dari laba ditahan. Pendapat Gordon dan Linther diberi nama oleh MM bird in

the hand fallacy. Gordon dan Linther beranggapan bahwa satu burung ditangan lebih

berharga daripada seribu burung di udara.Kesimpulan utama dari teori irelevansi deviden

MM adalah kebijakan deviden tidak memengaruhi tingkat pengembalian atas ekuitas

diminta atau Ks. Kesimpulan ini telah mendapat perdebatan sengit di

lingkungan akademisi. Khususnya, Myron Gordon dan John Lintner yang

berpendapat bahwa Ks turun seiring dengan peningkatan pembayaran deviden karena para

investor kurang yakin akan penerimaan dari keuntungan modal yang seharusnya berasal

dari saldo laba ditahan dibandingkan dengan penerimaan dari pembayaran deviden.

Gordon dan Lintner mengatakan, secara tidak langsung investor menilai dolar dari

8
deviden yang diharapkan lebih tinggi daripada dolar dari keuntungan modal yang

diharapkan karena komponen imbal hasil deviden , D1 / P0 l3bih tidak beresiko jika

dibandingkan dengan komponen g dalam persamaan total pengembalian yang diharapkan

Ks = D1/P0+g.

3. Teori Preferensi Pajak (Tax Preference Theory)

Ada tiga alasan yang berkaitan dengan pajak untuk beranggapan bahwa investor

mungkin lebih menyukai pembagian dividen yang rendah daripada pembagian

dividen yang tinggi, yaitu : 1) Keuntungan modal (capital gain) dikenakan tarif pajak yang

lebih rendah dibandingkan, 2) Pajak atas keuntungan tidak dibayarkan sampai saham itu

terjual, sehingga ada efek nilai waktu, 3) Terhindar dari pajak keuntungan modal apabila

saham yang dimiliki seseorang sampai ia meninggal, sama sekali tidak ada keuntungan

modal yang terutang.

Menurut Brigham (1999) dalam Chasanah (2008 : 15) terdapat dua teori lain yang dapat

membantu untuk memahami kebijakan dividen adalah :

4. Teori Hipotesis Sinyal Dividen (Dividend Signaling Hypothesis)

Di dalam teori ini Modigliani dan Miller berpendapat bahwa suatu kenaikan dividen yang

diatas kenaikan normal biasanya merupakan suatu sinyal kepada para investor bahwa

manajemen perusahaan meramalkan suatu penghasilan yang baik di masa yang akan

datang. Sebaliknya, suatu penurunan dividen yang dibawah penurunan normal diyakini

investor sebagai suatu sinyal bahwa perusahaan mengalami masa sulit di masa

mendatang. Teori ini menunjukkan bahwa investor lebih menyukai dividen

daripada mendapatkan capital gain.Maka pada teori ini, pembayaran dividen akan

meningkatkan nilai perusahaan. Menaikkan harga saham perusahaan.Semakin tinggi

9
pembayaran dividen, semakin tinggi nilai saham, respon pasar akan semakin

bagus.Begitu juga sebaliknya, apabila perusahaan menurunkan dividen yang

dibagikan dibawah kenaikan yang normal seperti biasanya, maka respon pasar akan

negatif.Investor seolah membaca sinyal bahwa perusahaan menghadapi masa-masa yang

sulit dimasa yang akan datang.

5. Teori Efek Pelanggan (Clientele Effect Theory)

Menyatakan bahwa pemegang saham yang berbeda akan memiliki preferensi yang

berbeda terhadap kebijakan dividen perusahaan. Kelompok investor yang

membutuhkan penghasilan saat ini lebih menyukai suatu Dividend Payout

Ratio (DPR) yang tinggi, sebaliknya kelompok investor yang tidak begitu membutuhkan

uang saat ini lebih senang jika perusahaan menahan sebagian besar laba

bersih perusahaan.Teori efek pelanggan atau clientele effect theory menjelaskan

bahwa terdapat clientele atau kelompok pemegang saham yang memiliki

preferensi pandangan, kepentingan, dan tujuan yang berbeda dalam menyikapi

kebijakan dividen perusahaan. Sebuah perusahaan dimiliki oleh bermacam-macam tipe

investor. Ada investor yang menginginkan dividen. Ada pula yang tidak

menginginkan dividen. Dua tipe yang bertolak belakang yang berada dalam satu

perusahaan.

Ada kelompok pemilik saham yang sedang membutuhkan dana pada saat itu. Umumnya

mereka akan mengharapkan ada pembagian dividen dengan rasio yang tinggi.Ada juga

kelompok sebaliknya yang pada saat tersebut tidak begitu memerlukan dana. Umumnya

kelompok pemegang saham ini lebih menyukai perusahaan untuk tidak membagikan

dividen. Pemegang saham ingin perusahaan menahan laba bersih perusahaan

untuk perluasan usaha.Ada kelompok pemegang saham yang menginginkan

10
capital gain karena pertimbangan perpajakan. Ada pula kelompok yang mengabaikan

aspek pajak dan menginginkan pembagian dividen.Dengan adanya kelompok-

kelompok ini, kebijakan dividen yang diambil akan menguntungkan pemegang

saham kelompok tertentu, dan tidak menggembirakan bagi pemegang saham

lainnya. Adanya kondisi seperti ini bisa jadi mendorong perusahaan untuk menarik

investor- investor yang sejalan dengan kebijakan dividen perusahaan.Perusahaan

yang memiliki kebijakan membagikan dividen yang tinggi cenderung berusaha menarik

investor yang juga suka dengan pembagian dividen.Begitu juga sebaliknya,

Perusahaan yang tidak membagikan dividen cenderung menarik investor yang tidak

mengharapkan pembagian dividen.Melihat kondisi pasar yang memungkinkan

pemegang saham bisa dengan mudah berpindah perusahaan.Perusahaan bisa

mengganti kebijakan dividen sesuai yang diinginkan dan membiarkan para pemegang

saham yang tidak menyukai keputusan tersebut menjual kepemilikan sahamnya ke

investor yang lain yang menyukai kebijakan dividennya.Namun tentu saja pemegang

saham tidak aka melepas sahamnya begitu saja.Ada beberapa hal yang akan mereka

perhitungkan seperti adanya biaya-biaya yang harus dibayarkan.Seperti biaya pialang dan

beban pajak misalnya.Dan bahkan ada kemungkinan kesulitan dalam mencari investor

yang menyukai kebijakan dividen perusahaan yang baru.

C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebijakan Dividen

Sejauh ini, kita hanya membahas aspek teoritis dari kebijakan dividen. Pada

waktu perusahaan menentukan kebijakan dividen, maka perusahaan akan

melihat sejumlah masalah lainnya. Berbagai pertimbangan tambahan ini harus

dihubungkan dengan konsep-konsep teoritis mengenai pembayaran dividen dan penilaian

perusahaan. Berikut ini, akan dibahas faktor-faktor yang biasanya harus (dan seharusnya)

dianalisis perusahaan ketika membuat keputusan kebijakan dividen (Van Horne:278-284).

11
1. Aturan-aturan hukum

Hukum badan perusahaan memutuskan legalitas distribusi apa pun kepada para

pemegang saham biasa perusahaan. Berbagai aturan hukum yang dibahas di bawah ini

penting dalam membuat batasan hukum yang memungkinkan kebijakan dividen akhir

perusahaan dapat berjalan. Aturan-aturan hukum ini berkaitan dengan penurunan

nilai modal, insolvensi (kebangkrutan), dan penurunan laba yang tidak dibenarkan.

- Aturan penurunan nilai modal

Walaupun hukum negara bagian di AS berbeda-beda, banyak negara bagian yang

melarang pembayaran dividen jika dividen ini akan menurunkan nilai modal.

Beberapa negara bagian mendefinisikan modal sebagai total nilai nominal saham

biasa.

- Aturan insolvensi

Beberapa negara bagian melarang pembayaran dividen tunai jika perusahaan mengalami

insolvensi. Insolvensi didefinisikan secara hukum sebagai kewajiban total

perusahaan yang melebihi aktivanya “dalam penilaian wajar”, ataupun dari sudut

pandang yang “hampir sama” (secara teknis) adalah ketidakmampuan perusahaan

untuk membayar para kreditornya ketika kewajibannya jatuh tempo. Oleh karena

kemampuan perusahaan membayar kewajibannnya tergantung pada likuiditas

bukan pada modalnya, batasan insolvensi yang dapat disamakan (secara teknis)

memberikan kreditor perlindungan yang memadai. Ketika kas terbatas, perusahaan

dilarang untuk mendahulukan kepentingan pemegang saham jika hal tersebut

menghancurkan para kreditor.

- Aturan penahanan laba yang berlebihan

12
Walaupun penahanan laba yang berlebihan (undue retention) tidak memiliki

definisi yang jelas, biasanya dianggap berarti penahanan dalam jumlah yang jauh melebihi

kebutuhan investasi perusahaan untuk saat ini dan masa depan. Tujuan dari hukum ini

adalah mencegah perusahaan menahan laba demi menghindari pajak.

2. Kebutuhan pendanaan perusahaan

Begitu batasan hukum untuk kebijakan dividen perusahaan telah ditentukan,langkah

berikutnya melibatkan penilaian kebutuhan pendanaan perusahaan. Dalam hal ini,

anggaran kas, laporan sumber, dan penggunaan dana yang diproyeksikan, serta

perkiraan laporan arus kas akan digunakan. Selain melihat perkiraan hasil, harus

dipertimbangkan juga risiko bisnis, agar bisa mendapatkan kisaran hasil arus kas yang

mungkin terjadi.

3. Likuiditas

Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak keputusan

dividen. Karena dividen menunjukan arus kas keluar, semakin besar posisi kas dan

keseluruhan likuiditas perusahaan, maka semakin besar kemampuan perusahaan

untuk membayar dividen.

4. Kemampuan untuk meminjam

Posisi yang likuid tidak hanya merupakan cara untuk memberikan fleksibilitas

keuangan dan melindungi dari ketidakpastian. Jika perusahaan memiliki

kemampuan untuk meminjam dalam jangka waktu yang relatif singkat, maka dapat

dikatakan perusahaan tersebut fleksibel secara keuangan. Semakin besar

kemampuan perusahaan untuk meminjam, maka akan semakin besar

fleksibilitasnya untuk meminjam, dan semakin besar pula kemampuannya untuk

13
membayar dividen tunai. Dengan adanya akses yang mudah ke dana utang, pihak

manajemen tidak perlu terlalu khawatir dengan pengaruh dividen tunai terhadap

likuiditasnya.

5. Batasan-batasan dalam kontrak utang

Syarat perjanjian utang (covenant) sebagai pelindung dalam kesepakatan obligasi atau

perjanjian pinjaman seringkali meliputi batasan untuk pembayaran dividen. Batasan

tersebut diberikan oleh pihak pemberi pinjaman untuk menjaga kemampuan

perusahaan membayar utang. Biasanya syarat perjanjian utang dinyatakan sebagai

persentase maksimum laba ditahan kumulatif (yang diinvestasikan kembali) dalam

perusahaan.

6. Pengendalian

Jika suatu perusahaan membayar dividen dalam jumlah yang cukup besar, maka

perusahaan perlu mengumpulkan modal di kemudian hari melalui penjualan saham agar

dapat membiayai berbagai peluang investasi yang menguntungkan.

7. Beberapa observasi akhir

Dalam menentukan pembayaran dividen, perusahaan umumnya akan menganalisis

sejumlah faktor yang baru saja dibahas. Sebagian besar faktor-faktor ini

menyatakan batasan hukum dan batasan lainnya yang memungkinkan pembayaran

dividen. Apabila perusahaan membayar dividen melebihi dana residualnya, maka ini

berarti bahwa pihak manajemen dan dewan komisaris yakin bahwa pembayaran tersebut

memiliki pengaruh positif terhadap kesejateraan pemegang saham.

D. Jenis-Jenis Dividen

14
Menurut Baridwan (1997) Dividen merupakan bagian dari laba yang dibagikan kepada

pemegang saham yang sebanding dengan jumlah lembar saham yang

dimilikinnya, Dividen yang dibagikan perusahaan bisa tetap dan bisa mengalami

perubahan dari dividen yang dibagikan sebelumnya. Baridwan juga menyebutkan

ada beberapa jenis dividen antara lain:

1. Dividen Kas

Dividen kas adalah deviden yang dibagikan dalam bentuk kas. Sebelum membuat

pengumuman, yang perlu diperhatikan oleh pemimpin perusahaan adalah

tersedianyajumlah kas yang mencukupi untuk pembagian deviden itu.

2. Dividen Aktiva Selain Kas (Property Dividend)

Dividen properti adalah apabila suatu perusahaan tidak memiliki kas yang cukup, atau

mempunyai kas namun akan digunakan untuk hal lain, maka pembagian

dividen

menggunakan aktiva selain kas atau dividen properti.Masalah yang timbul biasanya adalah

menentukan nilai properti, para akuntan biasanya menggunakan nilai pasar aktiva non kas

yang diserahkan sebagai dasar untuk mencatat.Apabila aktiva yang diserahkan tidak

mempunyai nilai pasar, maka akan menggunakan nilai buku aktiva tersebut yang

digunakan sebagai dasar pencatatan.

3. Dividen Likuidasi

Dividen likuidasi adalah dividen yang tidak didasarkan pada laba ditahan. Dividen ini

menunjukkan pengembalian modal (investasi) atas pemilik atau bukan dari

pembagian laba perusahaan. Dividen likuidasi pada dasarnya bisa timbul dari donasi

15
pihak pemegang saham, tetapi pada umumnya dividen likuidasi diperlakukan sebagai

pengurang agio saham atau bukan laba ditahan seperti pembagian jenis lainnya.

4. Dividen Saham

Dividen saham adalah pembagian dividen yang dibayarkan dengan disertai saham

tambahan. Penting diketahui bahwa, dividen saham tidak merubah apapun, baik

proporsi kepemilikan saham maupun aktiva perusahaan. Apabila dewan direksi

mengumumkan dividen saham, maka akan dikapitalisasi secara permanen sebagai

tambahan modal disetor.

5. Dividen Hutang / Dividen Scrip

Dividen hutang atau dividen scrip adalah pembagian dividen dalam bentuk

janji tertulis untuk membayarkan sejumlah kas di masa yang akan datang. Janji tersebut

adalah salah satu bentuk utang wesel yang dicatat sebagai hutang. Dividen Scrip dapat

berbentuk bunga atau tidak berbunga dan bisa diperjual belikan antar pemegang scrip atau

antar pemegang saham. Pada saat pembagian scrip diumumkan, perusahaan akan

mendebet rekening laba ditahan dan mengkredit rekening utang dividen scrip atau utang

wesel kepada pemegang saham. Pada saat pembayaran diadakan pendebitan

terhadap utang dan pengkreditan terhadap kas. Apabila scrip berbunga, maka kas yang

dipergunakan untuk membayar bunga harus diperlakukan sebagai biaya bunga dan

tidak boleh sebagai bagian dari pembagian dividen

16
BAB III

PEMBAHASAN

A. Tinggi Rendahnya Payout

Dividend payout ratio merupakan perbandingan antara dividen yang dibayarkan dengan

laba bersih yang didapatkan perusahaan. Semakin tinggi rasio pembayaran

dividen (dividend payout ratio) akan menguntungkan untuk pihak investor, tetapi tidak

berlaku untuk perusahaan karena akan memperlemah keuangan perusahaan,

tetapi sebaliknya semakin rendah dividend payout ratio akan memperkuat keuangan

perusahaan dan akan merugikan para investor, karena dividen yang diharapkan investor

tidak sesuai yang diharapkan.

Menurut Murhadi (2013:65), Dividend payout ratio merupakan rasio yang

menggambarkan besarnya proporsi dividen yang dibagikan terhadap pendapatan bersih

perusahaan. Sedangkan menurut Hanafi dan Halim (2009:86) mengemukakan bahwa,

dividend payout ratio merupakan rasio pembayaran dividen yang melihat

bagian earnings (pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor.

Bagian lain yang tidak dibagikan akan diiinvestasikan kembali ke perusahaan.

Menurut Hartonon(2008:371), "dividend payout ratio diukur sebagai dividen

yang dibayarkan dibagi dengan laba yang tersedia untuk pemegang saham umum.

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa dividend payout ratio

merupakan laba yang diterima oleh para pemegang saham dari laba bersih yang diperoleh

perusahaan. Dividend Payout Ratio merupakan bagian kecil dari keputusan pendanaan

perusahaan. DPR digunakan dalam model penilaian saham untuk mengestimasi

dividen yang dibayarkan pada masa yang akan datang.

17
B. Hipotesa Signaling

Signalling Theory atau teori sinyal dikembangkan oleh (Ross, 1977), menyatakan bahwa

pihak eksekutif perusahaan memiliki informasi lebih baik mengenai

perusahaannya akan terdorong untuk menyampaikan informasi tersebut kepada

calon investor agar harga saham perusahaannya meningkat.Hal positif dalam

signaling theory dimana perusahaan yang memberikan informasi yang bagus akan

membedakan mereka dengan perusahaan yang tidak memiliki “berita bagus”

dengan menginformasikan pada pasar tentang keadaan mereka, sinyal tentang bagusnya

kinerja masa depan yang diberikan oleh perusahaan yang kinerja keuangan masa lalunya

tidak bagus tidak akan dipercaya oleh pasar (Wolk dan Tearney dalam Dwiyanti, 2010).

Manajer pada umumnya termotivasi untuk menyampaikan informasi yang baik mengenai

perusahaannya ke publik secepat mungkin, misalnya melalui jumpa pers. Namun

pihak diluar perusahaan tidak tahu kebenaran dari informasi yang disampaikan tersebut.

Jika manajer dapat memberi sinyal yang meyakinkan, maka publik akan

terkesan dan hal ini akan terefleksi pada harga sekuritas. Jadi dapat disimpulkan karena

adanya asymetric information, pemberian sinyal kepada investor atau publik

melalui keputusan-keputusan manajemen menjadi sangat penting (Atmaja, 2008:14)

(Perangin-angin dan Fauzie, 2013) melihat adanya beberapa perusahaan sektor

pertambangan yang melakukan penambahan jumlah saham yang baru dalam jumlah yang

besar sehingga mempengaruhi nilai pasar saham. Penambahan saham baru tidak selalu

direspon positif, karena hal tersebut juga dapat direspon negatif oleh investor

yangmenganggap bahwa perusahaan mengalami kesulitan keuangan sehingga

investortidak mau menahan sahamnya dalam waktu yang relatif lama. Chasanah, (2008 :

19) menyatakan dividen juga dapat dikaitkan dengan Signalling Theory dimana

adanya pengumuman pembagian dividen dapat menjadi sinyal yang baik terhadap

18
investor untuk mendapatkan keuntungan yang diharapkan, namun dapat pula menjadi

sinyal yang kurang baik ketika dividen yang diumumkan menurun dari periode

sebelumnya.

C. Distribusi Melalui Pembelian Kembali

Jika perusahaan memiliki kelebihan kas dan tidak cukup banyak peluang investasi yang

menguntungkan untuk mendukung penggunaan dana ini, mungkin pemegang saham

memang ingin agar dana ini didistribusikan. Distribusi ini dapat diwujudkan baik dengan

pembelian kembali saham atau dengan membayarkan dana dalam bentuk

kenaikan dividen. Dengan pembelian kembali, akan lebih sedikit saham yang beredar, dan

laba perlembar saham serta pada akhirnya, dividen per saham akan naik. Akibatnya,

harga pasar per lembar saham akan naik juga. Secara teoritis, keuntungan modal dari

pembelian kembali haruslah sama dengan dividen yang seharusnya dibayar. Tujuan dari

pembelian kembali saham (repurchase of stock) yaitu untuk membeli saham yang sudah

beredar.Alasan dari pembelian kembali saham yaitu sebagai alternative untuk

mendistribusikan cash dividend dan untuk membuat perubahan yang besar

terhadap struktur modal.

Ada dua metode pembelian kembali saham yang sering digunakan yaitu

penawaran tender sendiri (self tender offer) dan belian saham di pasar terbuka

(openmarket purchases).

1) Self tender offer

Self tender offer adalah tawaran perusahaan untuk membeli kembali sahamnya pada

harga tertentu (di atas harga pasar). Para pemegang saham dapat memilih, menjual

sahamnya atau tetap memiliki saham tersebut. Biasanya periode penawarannya antara

19
2 sampai 3 minggu. Apabila para pemegang saham yang mau menjual sahamnya

ternyata jumlahnya lebih besar dari jumlah yang dikehendaki perusahaan,

maka perusahaan dapat memilih membeli semua atau sejumlah yang diinginkan.

Biaya transaksi cara ini biasanya lebih tinggi dari biaya transaksi biasa di pasar terbuka.

2) Open market purchases

Perusahaan dapat melakukan pembelian saham kembali di pasar terbuka. Artinya

perusahaan seperti investor lainnya membeli kembali saham di pasar terbuka melalui

pialang. Biaya pialang dapat dinegosiasikan. Komisi bursa dan sekuritas

mengeluarkan peraturan-peraturan tertentu bagi perusahaan yang ingin membeli

kembali sahamnya. Untuk itu, perusahaan membutuhkan waktu yang lebih

lama untuk dapat membeli sahamnya dalam jumlah yang besar. Oleh karena itu,

penawaran tender sendiri (self tender offer) lebih cocok dilakukan jika

perusahaan ingin memperoleh saham dalam jumlah besar. Dampak Pembelian Kembali

Saham Dampak dari pembelian kembali dapat dengan menggunakan data dari American

Development Corporation ( ADC ). Perusahaan berharap akan meraih

keuntungan sebesar $4,4 juta pada tahun 2003, dan 50% dari jumlah ini,

atau $2,2 juta, telah dialokasikan untuk didistribusikan kepada para pemegang saham

biasa. Terdapat 1,1 juta

lembar saham yang beredar, dan harga pasarnya adalah $20 per lembar saham. ADC

percaya akan dapat mempergunakan jumlah $2,2 juta tersebut untuk membeli kembali

100.000 lembar sahamnya melalui penawaran sebesar $22 per lembar saham

atau

membayarkan dividen tunai sebesar $2 per lembar.

20
Dampak pembelian kembali pada EPS dan harga pasar per lembar saham dari

saham yang masih tersisa dapat dianalisis dengan cara berikut :

1. EPS saat ini = Total Laba = $4,4 juta = $4 per lembar saham

Jumlah lembar saham 1,1 juta lembar

2. Rasio P/E = $20 = 5X

$4

3. EPS setelah pembalian kembali 100.000 lembar saham = 54,4 juta

1 juta lembar

= $4,40 Per lembar saham

4. Ekspektasi harga pasar setelah pembelian kembali = (P/E)(EPS) = (5)($4,40)

= $22 per lembar saham

Dari contoh diatas para investor akan menerima keuntungan sebelum pajak

sebesar $2 per lembar saham dari kedua kemungkinan, baik itu dalam bentuk dividen

tunai sebesar $2 atau peningkatan harga saham sebesar $2. Hal ini akan terjadi karena kita

berasumsi, pertama, saha, dapat dibeli kembali tepat pada harga $22 per lembar

saham, dan kedua rasio P/E akan tetap konstan. Jika saham dapat dibeli kurang dari harga

$22, operasi akan menjadi lebih menguntungkan bagi para pemegang saham yang masih

tersisa, namun hal yang sebaliknya akan terjadi jika ADC harus membayar lebih dari $22

per lembar saham. Lebih jauh lagi, rasio P/E dapat berubah sebagai akibat dari operasi

pembelian kembali, naik jika para investor melihatnya sebagaimana suatu hal

21
yang menguntungkan dan turun jika mereka melihatnya sebagai hal yang tidak

menguntungkan.

Keuntungan Pembelian Kembali Saham

Pembelian kembali saham memiliki beberapa keuntungan yaitu :

1. Pengumuman pembelian kembali dipandang sebagai hal yang positif oleh

para

investor karena pembelian kembali tersebut sering kali dimotivasi oleh adanya

keyakinan manajemen bahwa saham perusahaan dinilai terlalu rendah.

2. Para pemegang saham akan dapat memilih ketika perusahaan

mendistribusikan

kasnya melalui pembelian kembalian saham – mereka dapat menjual atau

tidak

menjual.

3. Pembelian kembali dapat menghilangkan satu blok besar saham yang “ menggantungi

“ pasar dan menahan harga per lembar saham.

4. Kelebihan arus kas yang dianggap sebagai suatu hal yang sementara, manajemen

mungkin lebih suka untuk mendistribusikan dalam bentuk pembelian kembali saham

daripada mengumumkan adanya kenaikan dividen tunai yang tidak dapat

dipertahankan.

5. Perusahaan dapat mempergunakan midel residu untuk menetapkan suatu

22
tingkat distribusi kas sasaran, kemudian membagi distribusi tersebut menjadi

komponen dividend dan komponen pembelian kembali.

6. Digunakan untuk menciptakan perubahan struktur modal dalam skala besar.

Kerugian Pembelian Kembali Saham

Adapun kerugian yang dapat diperoleh dari pembelian kembali saham yaitu:

1. Para pemegang saham mungkin dapat bersikap indiferen terhadap deviden

dan

kemungkinan, modal, dan harga saham mungkin akan lebih diuntungkan dari dividen

tunai daripda dari pembelian kembali.

2. Para pemegang saham yang melakukan penjualan mungkin tidak sepenuhnya

menyadari seluruh implikasi dari pembelian kembali, atau mungkin mereka tidak

memiliki semua informasi yang berhubungan dengan aktivitas perusahaan saat ini dan

masa mendatang.

3. Perusahaan mungkin membayar harga yang terlalu tinggi untuk membeli kembali

sahamnya, dan memberikan kerugian bagi para pemegang saham yang masih tersisa.

D. Perbandingan Antara Dividen dan Pembelian Kembali

Stock repurchase atau pembelian kembali saham perusahaan adalah suatu

kegiatan dimana perusahaan melakukan pembelian kembali atas saham mereka

yang telah beredar di pasar bursa, yang telah dimiliki oleh para pemegang

saham. Stock repurchase ini merupakan salah satu cara yang dilakukan

23
perusahaan untuk mendistribusikan cashflow yang dimiliki perusahaan kepada para

pemegang sahamnya selain dalam bentuk dividen. Pada saat membeli kembali sahamnya,

biasanya perusahaan akan membelinya pada harga di atas harga pasar. Kelebihan atas

harga pasar inilah yang menjadi keuntungan bagi para pemegang saham yang biasa

dikenal dengan istilah capital gain

Woods dan Brigham (1966) menyebutkan beberapa kelebihan stock repurchase

dibandingkan dengan dividen baik dari sudut pandang para pemegang saham ataupun dari

sudut pandang perusahaan yang melakukannya. Berikut adalah penjelasannya: Dari sudut

pandang Pemegang Saham

1. Pajak pendapatan (Income tax)

Pajak yang dikenakan kepada investor terhadap dividen yang diterimaadalah sebesar

personal income tax rate, sedangkan pajak yang dikenakan atas keuntungan dari stock

repurchase adalah pajak capital gain. Hal ini menguntungkan bagi para investor

karena pajak personal income tax biasanya memiliki tingkat yang lebih besar bila

dibandingkan dengan pajak capital gain.

2. Dengan stock repurchase para pemegang saham dapat memilih untuk menjual

sahamnya atau tidak. Dibandingkan dengan dividen, pemegang saham harus

menerima dividen tersebut dan membayar pajaknya.

Dari Sudut Pandang Perusahaan

1. Beberapa studi menunjukkan bahwa dividen bersifat kaku dalam jangka

pendek. Perusahaan enggan untuk mengubah kebijakan pembayaran dividennya jika

mereka ragu untuk bisa mempertahankan kebijakannya tersebut di masa yang akan datang.

Perusahaan lebih memandang serius pada kebijakan untuk meningkatkan pembayaran

24
dividen, namun tidak yakin untuk dapat mempertahankan kebijakan tersebut ke

depannya, dibandingkan dengan kebijakan untuk mengurangi jumlah dividen yang

dibayarkan. Sehingga, jika perusahaan merasa bahwa kelebihan kas yang dimilikinya

hanya bersifat sementara, perusahaan akan lebih memilih untuk menggunakan kas tersebut

untuk stock repurchase daripada menaikkan jumlah dividennya yang belum tentu bisa

dipertahankan ke depannya.

2. Saham yang telah dibeli kembali dapat digunakan sebagai saham untuk

program

stock option. Para manajer keuangan berpendapat bahwa akan lebih tepat dan murah jika

menggunakan saham yang dibeli kembali dibandingkan bila menerbitkan saham baru

untuk program stockoption tersebut.

3. Jika kepemilikan saham perusahaan lebih banyak dimiliki oleh para manajer dalam

perusahaan, maka mereka akan memilih stock repurchase dibandingkan dividen

karena keuntungan pajak yang diperoleh.

E. Pemecahan Saham dan Dividen Saham

Pemecahan Saham (Stock Split) Pemecahan saham merupakan tindakan perusahaan

untuk menambah jumlah saham yang beredar dengan cara memecah satu saham

menjadi dua saham atau lebih yang di ikuti dengan penurunan nilai nominal secara

proporsional. Tindakan pemecahan saham biasanya dilakukan perusahaan apabila

harga pasar saham perusahaan sudah terlalu tinggi. Harga pasar saham

perusahaan yang terlalu tinggi mengakibatkan berkurangnya likuiditas saham,

karena hanya sedikit jumlah investor yang mampu membeli saham perusahaan.

Disamping itu, harga pasar saham yang terlalu tinggi juga dapat menimbulkan

25
terjadinya perpindahan pengendalian perusahaan kepada investor yang bermodal

kuat. Pemecahan saham tidak mempengaruhi jumlah modal maupun struktur

modal, tetapi hanya mengubah jumlah saham yang beredar dan nilai nominal saham.

Ada beberapa tujuan suatu perusahaan melakukan stock split, yaitu:

1. Menambah jumlah saham yang beredar agar ada lebih banyak investor yang dapat

memiliki saham tersebut.

2. Mempertahankan tingkat likuiditas saham dengan banyaknya lembar saham

yang beredar.

3. Menghindari harga saham yang terlalu tinggi sehingga memberatkan publik untuk

membeli/memiliki saham tersebut.

4. Agar investor kecil dapat membelinya setelah harganya dipecah menjadi lebih kecil.

Jika harga saham terlalu mahal maka dana dari investor kecil tidak akan mampu

menjangkaunya.

5. Mengubah jumlah saham odd lot menjadi round lot. Odd lot adalah kondisi di mana

investor mempunyai saham dibawah 100 lembar (1 lot), sedangkan round lot adalah

investor yang membeli saham sejumlah kelipatan 100 lembar.

6. Memperkecil risiko yang akan terjadi, terutama bagi investor yang ingin memiliki

saham tersebut dengan kondisi harga saham yang rendah maka karena sudah

dipecahtersebut artinya telah terjadi diversifikasi investasi. Reverse Stock Split Reverse

stock split merupakan kebalikan dari pemecahan saham, yaitu tindakan perusahaan untuk

menggabungkan dua atau lebih lembar saham menjadi satu. Tindakan ini dilakukan untuk

meningkatkan harga pasar saham, apabila menurut pertimbangan perusahaan harga

26
pasar saham sudah terlampau rendah. Harga pasar saham yang terlalu rendah mengesankan

kondisi perusahaan yang kurang baik.

Tujuan Reverse Stock Split:

1. Reverse Stock Split yaitu aktivitas mengurangi jumlah saham beredar dan menaikkan

nominal harga sahamnya. Hal ini biasanya dilakukan untuk menaikkan harga

sahamnya, sehingga investor tertarik untuk melakukan perdagangan.

2. Reverse Stock Split merupakan langkah penyelamatan yang dilakukan

perusahaan agar sahamnya memenuhi persyaratan marginability untuk menjaga status

listing di pasar modal.

3. Bila stock split dilakukan ketika harga saham sudah naik terlalu tinggi agar menjadi

rendah dan terjangkau oleh investor, maka sebaliknya, reverse stock splitdilakukan ketika

harga saham turun terus dan terancam delisting (penghapusan) dari bursa. Bursa

Efek Indonesia sendiri menerapkan aturan batas bawah minimum adalah Rp50

per lembar saham

Dividen Saham (Stock Dividend)

Dividen saham adalah pembayaran dividen berupa saham kepada pemegang

saham biasa berupa tambahan jumlah lembar saham. Ditinjau dari sudut

pandang perusahaan, dividen saham tidak lebih dari rekapitalisasi perusahaan. Artinya

pembagian dividen saham tidak akan mengubah jumlah modal perusahaan,

tetapi hanya terjadi perubahan pada struktur modal saja.

Alasan perusahaan membagikan dividen saham adalah salah satu dari hal berikut :

27
1. Perusahaan kesulitan likuiditas sehingga perusahaan tidak mampu membayar dividen

tunai. Jika hal ini terjadi, pembagian dividen saham mengandung informasi yang

kurang baik tentang kondisi keuangan jangka pendek perusahaan.

2. Perusahaan melakukan investasi baru, dan kas yang ada digunakan untuk

membelanjai investasi tersebut. Jika hal ini terjadi, pembagian dividen saham

mengandung informasiyang baik karena dengan melakukan investasi baru, nilai

perusahaan diharapkan akan meningkat dan harga saham juga diharapkan naik

sehingga pemegang saham dapat memperoleh capital gain dikemudian hari. Nilai Dividen

Saham dan Pemecahan Saham Dividen saham dan pemecahan sama memiliki nilai yang

berbeda dipandang dari pihak investor dan perusahaan serta bagi perdagangan saham itu

sendiri.

F. Dampak Pajak terhadap Kebijakan Dividen

Tax preference theory menyatakan bahwa kebijakan dividen mempunyai pengaruh negatif

terhadap harga pasar saham perusahaan. Hal ini berarti semakin besar jumlah dividen

yang dibagikan suatu perusahaan semakin rendah harga pasar saham perusahaan yang

bersangkutan. Hal ini terjadi jika ada perbedaan antara tarif pajak personal atas pendapatan

dividen dan capital gain. Apabila tarif pajak dividen lebih tinggi daripada pajak capital

gain, maka investor akan lebih senang jika laba yang diperoleh perusahaan tetap ditahan

di perusahaan, untuk mendanai investasi yang dilakukan perusahaan.

Dengan demikian di masa yang akan datang diharapkan terjadi pening-katan capital gain

yang tarif pajaknya lebih rendah. Apabila banyak investor yang memiliki pandangan

demikian, maka investor cenderung memilih saham-saham dengan dividen kecil dengan

tujuan untuk menghindari pajak.

28
Pajak merupakan beban kewajiban perusahaan yang diperhitungkan dari

pendapatan suatu perusahaan pada periode tertentu. Pajak menjadi beban bagi perusahaan

karena jumlah pajak yang dibayar perusahaan akan langsung mengurangi laba

perusahaan. Dampak dari laba perusahaan berkurang maka proporsi untuk dividen dan

laba ditahan akan semakin sedikit. Prihandini (2012) menunjukkan pajak

perusahaan berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen artinya semakin besar

pajak yang dibayarkan oleh perusahaan maka dividend cash yang akan diberikan menjadi

berkurang

29
BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Kebijakan dividen merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan

dibagikan kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba

ditahan guna pembiayaan investasi dimasa datang.

2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kebijakan dividen antara lain aturan-aturan

hukum, kebutuhan pendanaan perusahaan, likuiditas, kemampuan untuk meminjam,

batasan-batasan dalam kontrak utang, pengendalian ataupun beberapa observasi akhir.

3. Semakin tinggi rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) akan

menguntungkan untuk pihak investor dan sebaliknya semakin rendah dividend payout

ratio akan memperkuat keuangan perusahaan dan akan merugikan para investor,

karena dividen yang diharapkan investor tidak sesuai yang diharapkan.

4. Hipotesa Signaling menekankan bahwa sebuah perusahaan perlu memberikan sinyal

kepada para pengguna laporan keuangan (calon investor dan investor) agar harga

saham dapat meningkat.

5. Distribusi melalui pembelian kembali saham akan membuat saham yang beredar lebih

sedikit, dividen per saham akan naik, dan harga pasar per lembar saham juga naik.

6. Dengan pembelian kembali saham para pemegang saham dapat memilih

untuk menjual sahamnya atau tidak, yang dibandingkan dengan dividen, pemegang saham

harus menerima dividen tersebut dan membayar pajaknya.

30
7. Pemecahan saham merupakan tindakan perusahaan untuk menambah jumlah saham

yang beredar dengan cara memecah satu saham menjadi dua saham atau lebih yang di

ikuti dengan penurunan nilai nominal secara proporsional.

8. Dividen saham adalah pembayaran dividen berupa saham kepada pemegang saham

biasa berupa tambahan jumlah lembar saham yang tidak akan mengubah

jumlah modal perusahaan, tetapi hanya terjadi perubahan pada struktur modal saja.

9. Pajak perusahaan berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen artinya semakin

besar pajak yang dibayarkan oleh perusahaan maka dividend cash yang akan

diberikan menjadi berkurang.

B. Saran

Manajemen perusahaan sebaiknya memilih kebijakan dividen yang tepat dengan

memperhatikan dampak yang akan berimbas pada tingkat kepercayaan investor, karena

jika kepercayaan investor semakin berkurang maka perusahaan akan sulit berkembang di

masa-masa selanjutnya. Kebijakan perusahaan yang diambil secara tepat akan

menghasilkan kinerja perusahaan yang semakin baik dan akan berdampak pada

peningkatan laba yang dihasilkan. Jika laba semakin tinggi maka semakin besar pula

kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen kepada pemegang saham yang pada

akhirnya akan meningkatkan harga saham perusahaan. Bagi investor maupun calon

investor yang ingin menginvestasikan sahamnya pada suatu perusahaan sebaiknya

memperhatikan kondisi perusahaan yang akan dipilih alam hal ini investor harus

menanamkan sahamnya pada perusahaan yang tepat. Para investor pun diharapkan

sebelum memilih saham yang akan dibelinya terlebih dahulu mengetahui dan

menganalisis kondisi keuangan perusahaan tersebut, seperti seberapa besar dividen

31
yang akan dibagikan, investasi yang dijalankan oleh perusahaan tersebut, dan tingkat

profitabilitas yang diperoleh perusahaan tersebut

32

Anda mungkin juga menyukai