Anda di halaman 1dari 26

MODUL

MIKROBIOLOGI

FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS


PADJADJARAN 2022
BAB I

MIKROBIOLOGI

Kata mikroorganisme merupakan istilah yang tidak asing bagi dunia


kesehatan. Mikroorganisme atau mikroba merupakan organisme hidup yang
berukuran sangat kecil (diameter kurang dari 0,1 mm) dan hanya dapat diamati
dengan menggunakan mikroskop. Mikroorganisme ada yang tersusun atas satu sel
(uniseluler) dan ada yang tersusun beberapa sel (multiseluler).
Mikrobiologi (dalam Bahasa Yunani mikros = kecil, bios = hidup, dan logos
= ilmu) merupakan suatu ilmu tentang organisme hidup yang berukuran mikroskopis.
Mikrobiologi merupakan ilmu aneka disiplin karena ilmu ini mencakup beberapa
bidang, pembagiannya dapat berdasarkan tipe mikrobiologi (pendekatan taksonomis)
atau berdasarkan aktivitas fungsional. Berdasarkan pendekatan taksonomis,
mikrobiologi dibagi menjadi virologi, bakteriologi, mikologi, fikologi, dan
protozoologi.

1. Struktur Mikroorganisme prokariot dan eukariot


Mikroorganisme Prokariot dan eukariot
a. Apakah Persamaan dan Perbedaan Mikroorganisme prokariot dan
eukariot ?

Sel adalah unit struktural dan fungsional dasar pada setiap


organisme. Sel terdiri dari dua jenis yang berbeda yaitu sel prokariotik
dan sel eukariotik. Organisme dari domain Bakteri dan Archaea terdiri
dari sel prokariotik. Sedangkan organisme dari domain Eukarya seperti
protista, cendawan, hewan, dan tumbuhan terdiri dari sel eukariotik.

Sel Prokariotik Sel Eukariotik


Uniseluler dan prokariotik Organel-organel subseluler dengan
fungsi-fungsi metabolisme yang
telah terspesialisasi, dan terbungkus
membrane
Ukurannya mikroskopis (1 hingga 10 Diameternya berkisar dari 10 hingga
μm) 100 μm.
Hidupnya ada yang soliter, koloni, Multiseluler dengan kelompok-
parasit dan saprofit kelompok sel yang mengalami
diferensiasi selama perkembangan
individu
Pada umumnya tidak mempunyai Dikelompokkan menjadi empat
kloroplas, kecuali bakterioklorofil kingdom, masing-masing hewan
dan bakteriopurpurin (animalia), tumbuhan (plantae),
jamur (fungi), dan protista, yang
terdiri atas alga dan protozoa.
Hidupnya kosmopolit namun ada
juga yang dapat hidup di tempat
yang ekstrim
Mempunyai bentuk yang beraneka
ragam
Ada yang memiliki flagel sebagai
alat gerak
Reproduksi secara aseksual dan
seksual
Ciri Sel Prokariotik Sel Eukariotik

Ukuran 1-10 µm 10-100 µm (sel sperma


terpisah dari ekornya,
berukuran lebih kecil)

Tipe Inti Daerah nukleosit tanpa inti Inti sejati dengan


sejati membran ganda

DNA Umumnya sirkuler Linear dengan protein


histon

Sintesis RNA/Protein Berlangsung di sitolasma Sintesis RNA di dalam inti


dan sintesis protein
berlangsung di sitoplasma

Ribosom 50 S dan 30 S 60 S dan 40 S

Struktur Sitoplasma Sederhana Terstruktur dengan adanya


membran intraseluler dan
sitoskeleton

Pergerakan sel Flagela yang tersusun atas Flagela dan silia yang
protein flagelin tersusun atas protein
tubulin

Mitokondria Tidak ada Satu sampai beberapa


lusin (beberapa tidak
memiliki mitokondria)

Koroplas Tidak ada Pada alga dan tanaman

Organisasi Umumnya satu sel Sel tunggal, koloni,


organisme tingkat tinggi
dengan sel terspesialisasi

Pembelahan Sel Pembelahan biner Mitosis dan sitokenesis

Jenis Organisasi Bakteri dan archae Protista, fungi, tanaman,


hewan.

b. Berilah contoh dan gambarkan mikroorganisme prokariot dan


eukariot

c. Jelaskanlah faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan


mikroorganisme
1. Faktor Fisika
 Suhu
Pengaruh suhu terhadap pertumbuhan mikroba adalah
mempengaruhi laju reaksi enzimatis dan kimia di dalam sel.
Semakin meningkat suhu, maka laju reaksi akan semakin cepat.
Namun, pada taraf suhu tertentu komponen sel akan mengalami
kerusakan. Ada tiga tingkatan suhu yang mempengaruhi
mikroorganisme yakni, suhu minimum adalah batas terendah
bagi suatu mikroba masih dapat bertahan hidup, suhu optimum
adalah suhu optimal bagi suatu mikroba untuk melakukan
pertumbuhan, dan suhu maksimum adalah batas tertinggi bagi
suatu mikroba untuk dapat hidup (Madgian dkk. 2011).
 PH
Pengaruh PH terhadap pertumbuhan mikroba dengan kondisi
asam atau basanya lingkungan suatu mikroba. Umumnya bakteri
dapat tumbuh tumbuh dengan baik pada PH netral (neutrofilik),
yaitu 6,5 sampai 7,5. Namun ada juga mikroba yang dapat
bertahan hidup pada kondisi PH rendah atau asam (asidofilik)
dan mikroba yang bertahan pada kondisi PH tinggi atau basa
(alkalifilik) (Totrota., 2010; Madigan dkk., 2011).
 Tekanan Osmotik
Faktor tekanan osmotik berkaitan dengan sebeapa tinggi
konsentrasi zat terlarut. Pengaruh tekanan osmotik terhadap
pertumbuhan mikroba adalah substansi yang terlarut mempunyai
afinitas kepada air, membuat air berasosiasi dengannya sehingga
lebih sedikit tersedia untuk organisme. Jika konsentrasi larutan
pada suatu lingkungan melebihi yang berada dalam sitoplasma,
air di dalam sel akan keluar.  Hal tersebut akan memberikan
ancaman yang serius karena sel bisa dehidrasi sehingga sel tidak
dapat tumbuh (Madigan dkk., 2011).
 Oksigen
Berdasarkan kebutuhan oksigen, dikenal dengan mikroorganisme
aerob dan anaerob. Mikroorganisme aerob memerlukan oksigen
untuk bernapas, sedangkan mikroorganisme anaerob tidak
memerlukan oksigen untuk bernapas, justru adanya oksigen akan
menghambat pertumbuhannya. Mikroorganisme anaerob
fakultatif, menggunakan oksigen sebagai pernapasan dan
fermentasi sebagai alternatif tetapi dengan laju pertumbuhan
rendah. Mikroorganisme mikroaerofilik dapat tumbuh baik
dengan oksigen kurang dari 20%.

2. Faktor Kimia
Faktor kimia yang memengaruhi mikroorganisme adalah senyawa kimia
yang berfungsi sebagai bahan makanan dan senyawa kimia yang bersifat
racun bagi mikroorganisme.  Senyawa kimia yang berfungsi sebagai
bahan makanan bagi mikroorganisme, misalnya karbon, nitrogen, sulfur,
fosfor, trace element, dan organic growth factor (Tortora dkk. 2010).
Sementara itu, senyawa yang bersifat racun bagi mikroba adalah zat
desinfektan dan antiseptik.  Zat desinfektan adalah zat kimia yang dapat
membunuh mikroorganisme, tetapi tidak perlu endospora, dan
digunakan pada objek yang mati.  Zat antiseptik adalah agen kimia yang
dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan mikroba dan tidak
toksik jika digunakan oleh jaringan hidup.
3. Faktor Biologi
Faktor biologi juga dapat memengaruhi pertumbuhan mikroorganisme,
misalnya adalah peristiwa sinergisme mikroba atau antagonisme
mikroba.  Sinergisme mikroba adalah peristiwa pada dua atau lebih
mikroba yang secara bersama-sama memproduksi substansi yang tak
satupun dapat memproduksinya secara terpisah. Antagonisme mikroba
adalah peristiwa salah satu organisme pertumbuhannya terhambat dan
yang lainnya tidak terhambat (peristiwa tersebut disebut juga antibiose).
Hal tersebut karena organisme inhibitor dapat memproduksi substansi
yang menghambat atau membunuh satu atau lebih mikroorganisme. Zat
yang dapat menghambat atau mematikan mikroorganisme yang lain
disebut zat antibiotik (Benson 2001).

d. Jelaskan peran mikrobiologi dalam bidang kesehatan

Peran Mikrobiologi dalam bidang kesehatan yaitu berperan pada


penanganan penyakit infeksi terutama untuk mengetahui penyebab
infeksinya sehingga mudah untuk diketahui berbagai cara
penanggulangannya baik yang terjadi di komunitas maupun di rumah sakit

2. Struktur Bakteri

Isilah nama struktur bakteri dibawah ini?

A. Kapsul
B. Dinding sel C. Membran sel

D. Materi DNA
E. Phili
F.Nukleoid
I. Ribosom
J.Mesosom G. Sitoplasma

K.Plasmid H. Flagel

a. Jelaskan struktur bakteri dan fungsinya


Struktur dasar :
1. Dinding sel
2. Membran plasma atau membran sel
3. Sitoplasma
- Inti
- Ribosom
- Granula Sitoplasma/Granula penyimpan makanan
- Plasmid
 Dinding Sel

Dinding sel pada eubacteria tersusun dari peptidoglikan, yaitu sejenis


polisakarida yang berikatan dengan protein. Serupa dengan kapsul, dinding sel juga
berfungsi sebagai lapisan pelindung dan juga untuk mempertahankan bentuk sel
bakteri.

Fungsi dinding sel adalah :

- Berperan penting dalam perkembangbiakan sel


- Mengatur pertukaran zat dari luar sel dan oleh karena itu dinding sel
mempengaruhi kegiatan metabolisme dan melindungi protoplasma dari
pengaruh zat-zat racun
- Mempertahankan tekanan osmotik bakteri. Tekanan osmotik di dalam bakteri
berkisar antara 5-20 atmosfir.
- Memberi perlindungan terhadap protoplasma
- Sebagai pertahanan bakteri agar dapat bertahan hidup dalam lingkungannya
 Membran Sel

Membran sel atau membran plasma tersusun dari fosfolipid dan protein. Sifatnya
semipermeabel dan berfungsi untuk mengatur keluar-masuknya zat ke dalam dan ke
luar sel bakteri.

Fungsi membran sel antara lain :

- Tempat ekspresi bagi eksoenzim yang hidrolitik.


- Mengandung enzim dan molekul-molekul yang berfungsi pada biosintesa
DNA.
- Mengandung reseptor protein untuk system kemotaktik
- Mengatur keluar masuknya zat-zat
- Berperan dalam proses pembelahan sitoplasma menjadi 2 bagian, diikuti
dengan
- pembentukan dinding pemisah.
- Transpor bahan makanan secara selektif.

Pada spesies aerob merupakan tempat transport elektron dan oksidasi-fosforlasi.


 Sitoplasma

Sitoplasma merujuk kepada cairan tidak berwarna yang tersusun dari air,
bahan organik (protein, karbohidrat, lemak), garam mineral, enzim, ribosom, dan
asam nukleat. Sitoplasma merupakan tempat terjadinya reaksi metabolisme pada
bakteri.

- Inti
Adanya inti pada bakteri dapat dilihat dengan mikroskop electron,
ini merupakan daerah yang tidak tembus cahaya elektron dan di
dalamnya terkandung asam deoksiribonukleat (ADN). Inti bakteri
tidak memiliki membrane sehingga termasuk dalam organisme
prokariotik
- Ribosom
Ribosom merupakan suatu partikel sitoplasma. Kumpulan
polyribosom merupakan rantai ribosom yang menempel pada RNA.
Jumlah ribosom bervariasi sesuai dengan kondisi pertumbuhan, sel
tumbuh cepat dalam medium yang sesuai, mengandung lebih banyak
ribosom dibandingkan dengan sel tumbuh lambat dalam medium
yang kurang memadai. Ribosom bakteri terletak menyebar di
sitoplasma. Hal ini terjadi karena bakteri tidak mempunyai
membrane inti. Organel ini berfungsi sebagai tempat sintesis protein.
- Granula Sitoplasma / granula penyimpan makanan
Granula berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan
karena bakteri menyimpan cadangan makanan yang dibutuhkan.
Sama seperti ribosom, granula penyimpanan makanan tersebar pada
sitoplasma. Granula penyimpanan ini berfungsi untuk menyimpan
makanan pada beberapa bakteri. Di dalam sitoplasma sel prokariot,
terdapat granula-granula yang mengandung berbagai substansi,
seperti glikogen, metafosfat an organik, asam polihidroksibutirat,
belerang atau senyawa yang mengandung nitrogen, yang biasanya
digunakan sebagai cadangan nutrisi bagi sel, substansi cadangan
tersebut di kenal dengan badan inklusi. Jenis inklusi tertentu terdapat
di dalam satu spesies bakteri, sedangkan pada spesies lain tidak
memilikinya. Oleh karena itu, jenis inklusi sering kali digunakan
untuk mengidentifikasi spesies bakteri.
- Plasmid

Plasmid berfungsi dalam rekayasa genetika sebagai vektor yang


membawa gen asing yang ingin disisipkan pada bakteri.

Struktur Tambahan :
1. Kapsul
2. Flagel
3. Pili
4. Klorosom
5. Vakuola gas
6. Spora (Endospora)
 Kapsul

Sel bakteri dapat menghasilkan lendir ke permukaan selnya. Lendir tersebut


tersusun dari air dan polisakarida dan biasanya terdapat pada bakteri saprofit.
Lendir yang terkumpul kemudian menebal dan membentuk kapsul yang
tersusun atas glikoprotein. Kapsul dan lapisan lendir berfungsi sebagai
lapisan pelindung, menjaga sel dari kekeringan, membantu melekatkan diri
pada substrat, dan menunjukkan virulensi suatu bakteri. Kapsul pada bakteri
patogen juga berfungsi untuk perlindungan diri dari sistem imun sel inang.

 Flagel

Flagela yang juga disebut bulu cambuk terdapat pada dinding sel dan
berfungsi sebagai alat gerak. Flagela hanya dimiliki oleh bakteri yang
berbentuk batang, koma (vibrio), dan spiral.

 Pili

Phill merupakan rambut-rambut halus yang tumbuh dari dinding sel. Mirip
dengan flagela, tapi ukurannya lebih pendek dan bentuknya kaku. Fungsinya
adalah untuk membantu perlekatan pada substrat dan penyaluran materi
genetik pada saat konjugasi.

 Klorosom
Klorosom adalah struktur yang berada tepat dibawah membran plasma dan
mengandung pigmen klorofil dan pigmen lainnya untuk proses fotosintesis.
Klorosom hanya terdapat pada bakteri yang melakukan fotosintesis.
Vakuola gas
Vakuola gas terdapat pada bakteri yang hidup di air dan berfotosintesis.
Dengan mengatur jumlah gas dalam vakuola gasnya, bakteri dapat
meningkatkan atau mengurangi kepadatan sel mereka secara keseluruhan dan
bergerak ke atas atau bawah dalam air.
Spora (Endospora)
Beberapa bakteri dapat membentuk endospora (spora). Endospora yaitu
struktur berbentuk bulat atau bulat lonjong, bersifat Sangat membias cahaya,
sukar dicat dan sangat resisten terhadap faktor-faktor luar yang buruk. Fungsi
spora pada bakteri bukan sebagai alat reproduksi seperti halnya pada fungi.
Spora bakteri mempunyai arti lain yaitu bentuk bakteri yang sedang dalam
usaha mengamankan diri terhadap pengaruh buruk dari luar. Endospora
mengandung sedikit sitoplasma, materi genetik, dan ribosom. Dinding
endospora yang tebal tersusun atas protein dan menyebabkan endospora tahan
terhadap kekeringan, radiasi cahaya, suhu tinggi dan zat kimia. Jadi, jika
kondisi lingkungan tidak menguntungkan, maka bakteri pembentuk spora
akan mengubah bentuk vegetatifnya menjadi spora. Kondisi tersebut
dinamakan fase sporulasi.

b. Bentuk Bakteri

Isilah bentuk bakteri dibawah ini !!!


c. Tuliskan 5 contoh nama-nama bakteri dan gambarkan bentuknya !

Cyanobacteria

Escherichia coli

Monera
Salmonela

Streptococcus Pneumoniae

d. Jelaskan Klasifikasi bakteri berdasarkan jenis pewarnaan


Klasifikasi bakteri berdasarkan jenis pewarnaan:
1. pewarnaan bakteri hidup
Pewarnaan bakteri hidup dilakukan menggunakan bahan pewarna yang tidak
toksis tetapi jarang dikerjakan karena bakteri hidup sukar menyerap warna.
Pewarnaan bakteri hidup dilakukan untuk melihat pergerakan bakteri, serta
pemeriksaannya dilakukan dengan menggunakan tetes gantung (hanging
drop).
1. pewarnaan bakteri mati

Pewarnaan terhadap bakteri yang telah dimatikan disebut fixed stated.


Pewarnaan bakteri mati bertujuan untuk melihat struktur luar maupun struktur
dalam bakteri,  memperjelas ukuran bakteri serta  melihat reaksi bakteri
terhadap pewarna yang diberikan sehingga dapat diketahui sifat-sifat fisik dan
kimia dari bakteri tersebut. 

Teknik pewarnaan bakteri dibagi menjadi 4 macam, yaitu:


1. Pewarnaan sederhana 
Pewarnaan sederhana merupakan pewarnaan yang menggunakan pewarna
tunggal.  Pewarna tunggal yang biasanya digunakan dalam pewarnaan
sederhana adalah Methylene Blue, Basic Fuchsin, dan Crystal Violet. Semua
pewarna tersebut dapat  bekerja dengan baik pada bakteri karena bersifat basa
dan alkalin (Komponen kromoforiknya bermuatan positif) . Sedangkan
sitoplasma bakteri bersifat basofilik (suka terhadap basa)  sehingga terjadilah
gaya tarik menarik antara komponen kromofor pada pewarna dengan sel
bakteri, hal ini menyebabkan bakteri dapat menyerap warna dengan baik. .
Pewarnaan sederhana tujuannya adalah untuk memberikan kontras antara
bakteri dan latar belakang. Pewarnaan sederhana dilakukan ketika ingin
mengetahui informasi tentang bentuk dan ukuran sel bakteri,
1. Pewarnaan Negatif
Pewarnaan negatif adalah pewarnaan yang menggunakan pewarna asam
seperti Nigrosin, Eosin, atau Tinta India sebagai pewarna utama. Pewarnaan
negatif dilakukan pada bakteri yang sukar diwarnai oleh pewarna sederhana
seperti spirochaeta. Pewarnaan negatif bertujuan untuk memberi warna gelap
latar belakang dan tidak memberi warna pada sel bakteri. Hal tersebut terjadi
karena pewarnaan negatif, pewarna yang digunakan adalah pewarna asam
dan memiliki komponen kromoforik yang bermuatan negatif, yang juga
dimiliki oleh sitoplasma bakteri. Sehingga pewarna tidak dapat menembus
atau berpenetrasi ke dalam sel bakteri karena negatif charge pada permukaan
sel bakteri. pada Pewarnaan bakteri ini sel bakteri terlihat transparan (tembus
pandang).
1. Pewarnaan Diferensial
Pewarnaan diferensial merupakan teknik pewarnaan yang dilakukan untuk
mengetahui perbedaan antara sel-sel dari tiap-tiap mikroba. Pewarnaan
diferensial menggunakan dua pewarna atau lebih.  pewarnaan diferensial
antara lain meliputi:
a. Pewarnaan Gram
Pewarnaan Gram digunakan untuk membedakan bakteri gram positif dan
bakteri gram negatif berdasarkan sifat fisik dan kimia dinding sel bakteri.
Pewarnaan gram menggunakan pewarna utama Kristal Violet dan pewarna
tandingan Safranin. Keberhasilan metode ini sangat bergantung pada dinding
sel, maka dari itu metode ini tidak dapat dilakukan pada bakteri yang tidak
memiliki dinding sel genus nocardia dan mycoplasma.
a. Pewarnaan Tahan Asam
Beberapa spesies bakteri pada genus Mycobacterium, Cryptosporidium, dan
Nacordia tidak bisa diwarnai dengan pewarnaan sederhana. Namun,
mikroorganisme ini bisa diwarnai dengan menggunakan carbol fuchsin yang
dipanaskan. panas membuat pewarna dapat terserap oleh sel bakteri karena
panas dapat menghilangkan lapisan lilin pada dinding sel bakteri. Sekali
bakteri tahan asam menyerap karbol fuchsin, maka akan sangat sulit untuk
dilunturkan dengan asam alkohol. oleh karena itu disebut bakteri tahan asam.
      4. Pewarnaan struktural
           Pewarnaan struktural bertujuan untuk bisa melihat bagian tertentu dari suatu
bakteri.  
berikut yang termasuk ke dalam pewarnaan struktural yaitu:
a. pewarnaan spora, terdapat beberapa metode pewarnaan spora bakteri,
diantaranya yaitu metode Schaeffer- Fulton dan metode Dorner. pada metode
Schaeffer fulton, pewarna yang digunakan adalah hijau malaksit dan safranin,
sedangkan pada metode dorner, pewarna yang digunakan adalah carbol
fuchsin yang dipanaskan dan nigrosin.
b. pewarnaan kapsul, pewarnaan kapsul dilakukan dengan menggabungkan
prosedur dari pewarnaan sederhana, pewarnaan kapsul dilakukan dengan
menggabungkan prosedur dari pewarnaan sederhana dan pewarnaan negatif. 
c. pewarnaan granula, ada beberapa metode pewarnaan granula diantaranya
adalah Loeffler, Albert dan Neisser. Metode yang sering digunakan adalah
metode Neisser, sedangkan Albert dan Loeffler kuran terkenal karena tidak
diajarkan pada praktikum mikrobiologi .
d. pewarnaan flagel, prinsip pewarnaan flagel yaitu membuat organel dapat
dilihat dengan cara melapisinya dengan mordant dalam jumlah yang cukup.
Dua metode pewarnaan flagel yaitu metode gray dan metode leifson. metode
grey digunakan untuk mendapat hasil yang lebih baik dan mengena walaupun
metode ini tidak dilakukan pencelupan yang khusus. pada pewarnaan flagel
larutan kristal violet bertindak sebagai pewarna utama, sedangkan asam
tannic dan aluminium kalium sulfat bertindak sebagai mordant. kristal violet
akan membentuk endapan di sekitar flagel, sehingga meningkatkan ukuran
nyata flagel.

e. Perkembangbiakan Bakteri (Reproduksi Bakteri) terdiri dari seksual


dan aseksual! Jelaskan kedua reproduksi bakteri tersebut, (Bila perlu
memakai gambar) !

Bakteri dapat bereproduksi secara vegetatif (aseksual) maupun generatif


(seksual).

1. Bakteri melakukan reproduksi secara aseksual dengan pembelahan biner,


yaitu dari satu sel menjadi dua sel, dari dua sel menjadi empat sel, dari empat
sel menjadi delapan sel, dan seterusnya. Pembelahan ini terjadi secara
amitosis (secara langsung), yaitu tidak melalui tahap-tahap tertentu seperti
pada pembelahan mitosis. Umumnya, bakteri mampu membelah sekitar 1-3
jam sekali. Dalam waktu singkat, jumlah sel dalam koloni akan terus berlipat
ganda dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Namun, pertumbuhan
koloni bakteri akan melambat pada titik tertentu, yaitu ketika kehabisan
nutrisi atau terjadi penumpukan sisa-sisa metabolisme yang meracuni bakteri
itu sendiri.

2. Bakteri melakukan reproduksi secara seksual dengan cara rekombinasi


genetik. Rekombinasi genetik adalah peristiwa bercampurnya sebagian materi
gen (DNA) dari dua sel bakteri yang berbeda, sehingga terbentuk DNA
rekombinan. Dalam rekombinasi genetik, akan dihasilkan dua sel bakteri
dengan materi genetik campuran dari kedua induknya. Rekombinasi genetik
bakteri dapat terjadi melalui konjugasi, transduksi, dan transformasi.

 Konjugasi adalah pemindahan materi gen dari suatu sel bakteri ke sel bakteri
lain secara langsung melalui jembatan konjugasi.
 Transduksi adalah rekombinasi gen antara dua sel bakteri dengan diperantarai
virus fag.
 Transformasi adalah rekombinasi gen yang terjadi melalui pengambilan
langsung sebagian materi gen dari bakteri lain, yang dilakukan oleh suatu sel
bakteri.

f. Berikan 5 contoh penyakit yang diakibatkan oleh bakteri


1. Diare
Diare adalah salah satu penyakit saluran pencernaan yang disebabkan
oleh infeksi bakteri. Dari kelompok bakteri ada 4 bakteri yang
menyebabkan diare, yaitu Campylobacter, Salmonella, Shigella, dan
E. Coli.
- Campylobacter: Infeksinya terjadi melalui media makanan,
contohnya daging yang tidak dimasak sampai matang, susu serta
produk turunannya yang tak dipasteurisasi, atau air yang tercemar.
Untungnya, bakteri ini mudah meninggal Bila terpapar oksigen atau
berada pada lingkungan yang kering.

- Shigella: Bakteri Shigella umumnya mengakibatkan diare yang


disertai darah. masalah diare dampak Shigella timbul pada
komunitas yang gaya hidupnya kurang bersih. Bakteri ini hidup pada
air serta bisa melekat di makanan. wabah diare dampak Shigella bisa
diminimalkan bila sering rajin mencuci tangan menggunakan sabun.

- E.coli: Jenis bakteri ini tak jarang sebagai penyebab primer masalah
diare. Kebanyakan bakteri E. Coli tidak berbahaya, dan sering hidup
pada saluran pencernaan insan. Tetapi, beberapa jenis bakteri ini bisa
mengeluarkan racun yang mengakibatkan infeksi akut dan diare.
biasanya, infeksi terjadi pada anak-anak.

- Salmonella: Salmonella kerap ditemukan di daging mentah, produk


berbahan dasar susu. dan hewan reptilia. setelah masuk ke tubuh,
Salmonella bisa berkembang cepat. gejala diare dapat muncul pada
rentang saat 12 jam hingga 3 hari dan bisa bertahan hingga tujuh
hari. Bakteri ini bisa mati di suhu tinggi, sehingga bisa mencegahnya
dengan cara memasak makanan hingga matang tepat.
2. Tuberkulosis
Infeksi tuberculosis disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis.
Penyakit ini ditandai dengan beberapa gejala khusus seperti batuk
dalam waktu tiga minggu bahkan bisa lebih. Pada umunya batuk
kronis tersebut juga disertai dengan lender serta darah. Beberapa gela
lain yang muncul pada pengidap penyakit tuberculosis ini yaitu
demam tinggi, penurunan berat badan secara signifikan, sesak nafas,
nyeri dada, berkeringat berlebihan pada malam hari, serta tidak
memiliki nafsu makan. Pengidap penyakit ini harus mengkonsumsi
obat secara teratur sampai 6 bulan untuk membasmi bakteri penyebab
penyakit yang telah mengganggu saluran system pernafasan.
3. Tipes
Penyakit tipes disebabkan oleh bakteri Salmonella typhosa.
Penyebaran bakteri ini biasanya terjadi melalui minuman dan
makanan maupun pada orang-orang yang sedang mengidap penyakit
tipes. Penyakit tipes ini ditandai dengan beberapa gejala seperti
demam tinggi sampai 40 derajat celcius, sakit kepala, dan nyeri otot,
muncul bitnik-bintik merah pada kulit, diikuti dengan muntah dan
diare. Efek lain yang disebabkan oleh bakteri salmonella thyposa
adalah sakit perut, tidak nafsu makan, serta rasa lesunatau Lelah.
4. Pneumonia
Pneumonia atau yang biasa dikenal dengan radang paru-paru.
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Streptococcus pneumoniae,
Chlamydophilla pneumoniae, dan Legionale pneumophila. Adapun
beberapa gejala yang muncul adalah batuk yang terus menerus
dibarengi dengan dahak, demam serta mudah berkeringat, jantung
berdegup kencang serta sesak nafas.
5. Leptospirosis
Penyakit ini sebabkan oleh bakteri Leptospira interrogans. Beberapa
gejala yang timbul adalah mual serta muntah, sakit kepala serta
meriang, diare sertab sakit perut, nyeri otot, sampai demam serta
munculnya ruam-ruam pada tubuh.

3. Struktur Virus
a. Jelaskan komponen-komponen dari virus dan fungsinya
Terdapat beberapa komponen penyusun tubuh virus, yakni :
1. Kepala Virus
Virus memiliki kepala berisi DNA atau RNA yang menjadi bahan genetik
kehidupannya. Isi kepala ini dilindungi oleh kapsid, yaitu selubung
protein yang tersusun oleh protein. Bentuk kapsid sangat bergantung pada
jenis virusnya. Kapsid virus bisa berbentuk bulat, polihedral, heliks, atau
bentuk lain yang lebih kompleks. Kapsid tersusun atas banyak kapsomer
atau sub-unit protein.
2. Tubuh Virus
Isi tubuh virus atau biasa disebut virionadalah bahan genetik yang berupa
salah satu tipe asam nukleat (DNA atau RNA). Tipe asam nukleat yang
dimiliki virus akan mempengaruhi bentuk tubuh virus. Virus dengan isi
tubuh berupa RNA biasanya berbentuk menyerupai kubus, bulat, atau
polihedral, contohnya pada virus-virus penyebab penyakit polyomyelitis,
virus influenza, dan virus radang mulut dan kuku.
3. Ekor Virus
Ekor merupakan bagian dalam struktur tubuh virus yang berfungsi
sebagai alat untuk menempelkan diri pada sel inang. Ekor yang melekat di
kepala ini umumnya terdiri atas beberapa tabung tersumbat yang berisi
benang dan serat halus. Adapun pada virus yang hanya menginveksi sel
eukariotik, bagian tubuh ini umumnya tidak dijumpai.
4. Kapsid Virus
Kapsid adalah lapisan berupa rangkaian kapsomer pada tubuh virus yang
berfungsi sebagai pembungkus DNA atau RNA. Fungsi kapsid ini adalah
sebagai pembentuk tubuh dan pelindung bagi virus dari kondisi
lingkungan luar.

b. Bagaimanakah karakteristik (ciri-ciri) virus?

Virus memiliki RNA atau DNA saja, dapat dikristalkan, memerlukan


asam nukleat untuk bereproduksi, tidak melakukan aktivitas metabolisme
karena tidak memiliki sitoplasma, bersifat aseluler (tidak mempunyai sel),
berukuran lebih kecil dari bakteri, bentuknya bervariasi, hanya dapat dilihat
dengan mikroskop elektron. Sampai saat ini virus diketahui merupakan
organisme terkecil dan berdasarkan tropismenya dapat dibagi dalam tiga
golongan besar yaitu virus binatang (virus yang paling banyak dipelajari),
virus tanaman tinggi, dan virus bakteri dan jamur.
a. Terdapat 4 tipe virus. Jelaskan tipe-tipe virus di atas
b. Jelaskan reproduksi virus

Ada lima tahap dalam reproduksi virus, yakni :

1. Adsorpsi
Adsorpsi adalah tahapan penempelan virus pada sel inang. Virion (partikel
lengkap virus) menempel pada bagian reseptor spesifik sel inang dengan
menggunakan serabut ekornya. Reseptor merupakan molekul khusus pada
membran sel inang yang dapat berinteraksi atau berikatan dengan virus.
2. Penetrasi
Penetrasi adalah tahapan pemasukan genom (materi genetik) virus ke dalam
sel inang. Selubung ekor berkontraksi membuat lubang yang menembus
dinding dan membran sel. Selanjutnya, virus menginjeksikan materi
genetiknya ke dalam sel inang sehingga kapsid virus menjadi kosong.
3. Sintesis
Sintesis (eklifase) adalah tahapan perbanyakan genom (materi genetik) virus
dengan menggunakan bahan utama materi genetik sel inang. DNA sel inang
dihidrolisis dan dikendalikan oleh materi genetik virus untuk membuat asam
nukleat (salinan genom) dan protein komponen virus.
4. Pematangan
Pematangan adalah tahapan pembuatan dan perbanyakan struktur tubuh virus.
Hasil sintesis berupa asam nukleat da protein dirakit menjadi partikel-partikel
virus yang lengkap sehingga terbentuk virus baru.
5. Lisis
Lisis adalah tahapan pecahnya sel inang sehingga virus baru dapat keluar dan
siap menyerang sel inang lain. Virus menghasilkan lisozim, yaitu enzim
perusak dinding sel inang. Rusaknya dinding sel inang mengakibatkan
terjadinya osmosis ke dalam sel inang, sehingga sel inang membesar dan
pecah.

Sementara itu, terdapat siklus reproduksi pada virus, dimana itu terdiri dari
siklus litik dan siklus lisogenik.
1. Siklus Litik
Pada daur ini, sel bakteri hancur (lisis) sehingga disebut daur litik.
Perkembangbiakannya dimulai dengan menempelnya virus pada
bakteri. Enzim virus melarutkan dinding sel bakteri sehingga
terbentuk lubang dan melalui lubang tersebut, virus memasukkan
DNA-nya ke dalam bakteri. DNA virus yang telah masuk ke dalam
bakteri mengambil alih tugas DNA bakteri dengan menghancurkan
DNA bakteri tersebut.
Setelah itu, di dalam tubuh bakteri disintesis DNA, protein
pembungkus, dan bagian-bagian tubuh virus lainnya (satu sel bakteri
cukup untuk membentuk 300 virus baru). Setelah virus baru terbentuk,
dinding sel bakteri hancur (lisis) sehingga virus yang baru terbentuk
akan keluar dan menginfeksi bakteri lain.
2. Siklus Lisogenik
Siklus lisogenik merupakan siklus replikasi genom virus tanpa
menghancurkan sel inang, dengan kata lain virus berintegrasi atau
menggabung atau menyisip ke dalam kromosom bakteri, integrasi
DNA virus ke DNA inang membentuk rekombinasi yang disebut
profaga.
Istilah lisogenik mengimplikasikan bahwa profaga pada kondisi
tertentu dapat menghasilkan faga aktif yang melisiskan inangnya
dikarenakan adanya pemicu dari lingkungan seperti radiasi atau
adanya beberapa zat kimia tertentu, hal inilah yang menyebabkan
virus mengubah mekanisme reproduksinya dari cara lisogenik
menjadi cara litik. Pada siklus lisogenik terjadi peristiwa berikut:
 tidak terbentuknya virion baru
 sel inang mengandung profga (gabungan DNA virus dengan
kromosom sel inang)
 sel inang tidak rusak atau tidak mati, bahkan dapat membelah
diri.
c. Berikanlah 5 contoh penyakit yang diakibatkan oleh virus?
- Rabies

Penyakit rabies ini disebabkan oleh virus rabies disebarkan melalui


gigitan hewan. Gejala pengidap penyakit rabies ini ditandai dengan
adanya sakit kepala, kebingungan, kelelahan, ketakutan pada air,
halusinasi, serta kelumpuhan.

- Hepatitis Viral
Virus hepatitis B dan hepatitis C menyerang organ hati dan
umumnya menyebar melalui cairan tubuh, seperti sperma dan darah,
penderita yang telah terinfeksi virus ini. Penderita hepatitis akibat
virus ada yang tidak menunjukkan gejala hingga bertahun-tahun
lamanya. Diagnosis biasanya didapatkan setelah melakukan tes
darah.
- HIV/AIDS
Virus HIV dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh pengidapnya
yaitu dengan cara mengancurkan sel darah putih yang tugasnya
melawan infeksi. AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV.
Penyakit ini dapat menyebar melalui hubungan seksual berisiko serta
berbagi jarum suntik dengan orang yang sudah terinfeksi HIV.
- Chikungunya
Chikungunya adalah penyakit yang ditularkan melalui nyamuk yang
menjadi sebab demam berdarah dengue serta virus zika. Virus ini
menyebar melalui darah yang menimbulkan gejala berupa berupa
nyeri sendi, demam, nyeri otot, sakit kepala, pembengkakan sendi,
serta ruam kulit.
- Cacar Air
Cacar air dalah penyakit yang sangat rentan dialami oleh anak-anak
berusia dibawah 15 tahun, serta disebabkan oleh virus varicella-
zoster. Gejala yang muncul dapat berupa gatal dan ruam yang
muncul diarea sekitar wajah, punggung, dada, samapi menyebar ke
seluruh tubuh.
4. Mikologi
Mikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jamur. Jamur merupakan
organisme eukariotik dan tiap sel jamur memiliki setidaknya satu nukleus,
membran nukleus, retikulum endoplasma, mithokondria, dan aparatus sekretoris.
Infeksi jamur disebut mikosis.
Infeksi jamur atau mikosis diklasifikasikan berdasarkan derajat keterlibatan
jaringan dan cara masuk ke dalam host, yaitu: superfisial, kutaneus, subkutaneus
dan oportunistik.
a. Jelaskan keempat klasifikasi tersebut dan berikan contoh penyakitnya !
 Mikosis Suferfisial,
Mikosis superfisial merupakan penyakit jamur yang mengenai lapisan
permukaan kulit, yaitu seperti stratum korneum, kuku, dan rambut. Mikosis
superficial dibagi menjadi dua kelompok yaitu dematofitosis dan Non-
dematofitosis. Dematofitosis adalah mikosis superfisialis yang disebabkan
oleh jamur golongan dermatofita. Jamur ini akan mengluarkan enzim
keratinase yang mampu mencerna keratin pada kuku, rambut, dan stratum
korneum dalam kulit. Kemudian infeksi Non-dermatofitosis dalam kulit
biasanya terjadi pada kulit yang berada di paling luar. Hal ini disebabkan
jenis jamur yang tidak dapat mengeluarkan zat yang bisa mencerna kertain
kulit dan tetap hanya menyerang lapisan kulit yang paling luar.
Penyakit: Dermatofitosis, Pitiarisis versicolor, dan Kandidiasis superfisialis.
 Mikosis Sistemik (Profunda)
Mikosis sistemik atau profunda merupakan penyakit jamur yang dapat
menginfeksi atau menyerang organ dalam. Penyakit ini bisa terjadi
disebabkan karena jamur langsung masuk ke organ dalam tubuh (seperti
paru), melalui luka, atau bahkan menyebar dari permukaan kulit atau organ
dalam lain. Jamur yang berhasil masuk akan tetap berada ditempat
(misotema) atau menyebabkan penyakit sistemik (seperti histoplasmosis).
Mikosis sistemik terdiri dari berbagai penyakit yang disebabkan oleh jamur
disertai gejala klinis tertentu dibawah kulit.
 Mikosis Subkutan
Mikosis subkutan adalah infeksi yang disebabkan karena jamur pdi jaringan
bawah kulit, bersifat menahun dan menyebabkan pembengkakn serta
menimbulkan kelainan terhadap alat yang terkena, dengan disertai
pembentukan fistel dan abses.
Penyakit: Mycetoma, choromoblastomycosis, dan sporotrichosis.
 Mikosis Oportunistik
Mikosis oportunistik merupakan infeksi terhadap individu dengan status imun
turun (Imuno Compromise). Contohnya pada penderita Carcinoma,
Lymfoma, Diabetes melitus, serta AIDS.

Anda mungkin juga menyukai