Menurut data yang dikeluarkan WHO (World Health Organization) 2018 secara
keseluruhan bahwa stroke menduduki urutan kedua penyebab dari kematian, dan
penyebab yang paling umum keenam yang dapat menimbulkan kecacatan (Pongantung,
JMJ, & Melchi, 2018) .Prevalensi angka kejadian stroke pada tahun 2018 di Indonesia
berdasarkan umur ≥ 15 tahun sebanyak 7%. Sedangkan Prevalensi angka kejadian
stroke pada tahun 2018 berdasarkan sebanyak 10,9% .
Rehabilitasi adalah semua upaya yang ditujukan untuk mengurangi dampak dari
semua keadaan yang menimbulkan disabilitas dan atau handicap serta memungkinkan
penyandang disabiliti dan atau handicap untuk berpartisipasi secara aktif dalam
lingkungan keluarga atau masyarakat.
Rehabilitasi dilakukan oleh suatu tim rehabilitasi yang terdiri dari dokter
rehabilitasi medis, fisioterapis, terapis okupasi, perawat rahabilitasi, pekerja sosial
medis,
terapis wicara, psikolog, ortotis prostetis, dan lain-lain. Tim rehabilitasi akan menjadi
sangat efektif apabila upaya-upaya tersebut di koordinasikan dan diadakan pertemuan
secara berkala untuk membahas mengenai kemajuan dan kendala tiap pasien serta
ditunjang oleh adanya interaksi yang baik antara penderita dan keluarganya dengan
personil medik.
Gangguan system syaraf yang terjadi pada penderita stroke dapat menimbulkan
gejala-gejala yang khusus seperti: kelumpuhan anggota badan, gangguan ketika bicara
termasuk pelo, terjadi ketidak seimbangan, perubahan kesadaran, bahkan sampai
mengalami gangguan penglihatan. Gangguan yang sering dirasakan oleh pasien stroke
adalah gangguan ektremitas baik atas maupun bawah sehingga akan mengalami kesulitan
saat beraktifitas hal itu terjadi karena mengalami gangguan otot dan keseimbangan gerak.
Penderita stroke yang terlambat dalam menangani penderita atau tidak segera
mendapatkan pertolongan yang tepat maka akan mengakibatkan terjadinya komplikasi
yang lebik komplek, salah satunya adalah kontraktur. Hilang / kurangnya lingkup
pergerakan sendi baik pasif ataupun aktif karena mengalami keterbatasan pada sendi
yang dapat menyebabkan berbagai masalah diantaranya keterbatasan dalam rentang
gerak sendi, hilangnya fungsi pada anggota gerak, gangguan melakukan perpindahan
sesuai kemampuan anggota gerak, gangguan melakukan aktivitas sampai pada kasus
kecacatan yang tidak dapat disembuhkan.
Di Amerika Serikat, stroke menempati posisi ketiga sebagai penyakit utama yang
menyebabkan kematian. Posisi di atasnya dipegang penyakit jantung dan kanker. Setiap
tahun terdapat laporan 700.000 kasus stroke. Sebanyak 500.000 diantaranya kasus
serangan pertama, sedangkan 200.000 kasus lainnya berupa stroke berulang. Menurut
data yang dikeluarkan WHO (World Health Organization) 2016 secara keseluruhan
bahwa stroke menduduki urutan kedua penyebab dari kematian, dan penyebab yang
paling umum keenam yang dapat menimbulkan kecacatan (Pongantung, JMJ, & Melchi,
2018) .Prevalensi angka kejadian stroke pada tahun 2018 di Indonesia berdasarkan umur
≥ 15 tahun sebanyak 7%. Sedangkan Prevalensi angka kejadian stroke pada tahun 2018
berdasarkan sebanyak 10,9% .
Ada suatu penilaian sederhana yang dikenal dengan singkatan FAST (Face, Arms
drive, Speech, dan Three of signs) yang merupakan gejala awal stroke yang harus
diwaspadai.
a. F = Face (wajah) Wajah tampak mencong sebelah atau tidak simetris.
Sebelah sudut mulut tertarik ke bawah dan lekukan antara hidung ke sudut
mulut atas tampak mendatar.
b. A = Arms Drive (gerakan lengan) Angkat tangan lurus sejajar kedepan (90
derajat) dengan telapak tangan terbuka ke atas selama 30 detik. Apabila
terdapat kelumpuhan lengan yang ringan dan tidak disadari penderita, maka
lengan yang lumpuh tersebut akan turun (menjadi tidak sejajar lagi). Pada
kelumpuhan yang berat, lengan yang lumpuh tersebut sudah tidak bisa
diangkat lagi bahkan sampai tidak bisa digerakkan sama sekali.
c. S = Speech (bicara) Bicara menjadi pelo (artikulasi terganggu) atau tidak
dapat berkata-kata (gagu) atau dapat bicara akan tetapi tidak mengerti
pertanyaan orang lain sehingga komunikasi verbal tidak nyambung.
d. T = Three of signs (ketiga tanda diatas) Ada ketiga-tiga gejala yaitu
perubahan wajah, kelumpuhan, dan bicara. Terdapat gejala atau tanda lain
stroke, yaitu: Orang tiba-tiba terlihat mengantuk berat atau kehilangan
kesadaran atau pingsan. Pusing berputar. Rasa baal atau kesemutan separuh
badan. Gangguan penglihatan secara tiba-tiba pada satu atau dua mata.
Rehabilitasi medik pada penderita stroke adalah usaha yang dapat dilakukan guna
mengembalikan kemampuan pasien stroke secara fisik pada keadaan semula atau
setidaknya mendekati normal seperti sebelum sakit dalam waktu sesingkat mungkin.
Rehabilitasi stroke membantu penderita stroke agar sebisa mungkin kembali ke
kehidupan normal dan mencapai tingkat kemandirian tertinggi yang mungkin dapat
diraih
1) fase awal
Tujuannya adalah untuk mencegah komplikasi sekunder dan melindungi fungsi
yang tersisa. Program ini dimulai sedini mungkin setelah keadaan umum
memungkinkan dimulainya rehabilitasi. Hal-hal yang dapat dikerjakan adalah
proper bed positioning, latihan lingkup gerak sendi, stimulasi elektrikal dan
begitu penderita sadar dimulai penanganan masalah emosional.
2) fase lanjutan
Tujuannya adalah untuk mencapai kemandirian fungsional dalam mobilisasi dan
aktivitas kehidupan sehari-hari (AKS). Fase ini dimulai pada waktu penderita
secara medik telah stabil. Biasanya penderita dengan stroke trombotik atau
embolik, biasanya mobilisasi dimulai pada 2-3 hari setelah stroke. Penderita
dengan perdarahan subarakhnoid mobilisasi dimulai 10-15 hari setelah stroke.
Program pada fase ini meliput :
a) fisioterapi
Stimulasi elektrikal untuk otot-otot dengan kekuatan otot (kekuatan 2
kebawah).
Diberikan terapi panas superficial (infra red) untuk melemaskan otot.
Latihan lingkup gerak sendi bisa pasif, aktif dibantu atau aktif tergantung
dari kekuatan otot.
Latihan untuk meningkatkan kekuatan otot.
Latihan fasilitasi atau reedukasi otot.
Latihan mobilisasi
b) Terapi okupasi
Sebagian besar penderita stroke dapat mencapai kemandirian dalam aktivitas
kehidupan sehari-hari (AKS), meskipun pemulihan fungsi neurologis pada
ekstremitas yang terkena belum tentu baik. Dengan alat bantu yang
disesuaikan, AKS dengan menggunakan satu tangan secara mandiri dapat
dikerjakan. Kemandiriandapat dipermudah dengan pemakaian alat-alat yang
disesuaikan.
c) Terapi wicara
Penderita stroke sering mengalami gangguan bicara dan komunikasi. Ini dapat
ditangani oleh speech therapist dengan cara:
Latihan pernapasan ( pre speech training ) berupa latihan napas,
menelan, meniup, latihan gerak bibir, lidah dan tenggorokan.
Latihan di depan cermin untuk latihan gerakan lidah, bibir dan
mengucapkan katakata.
Latihan pada penderita disartria lebih ditekankan ke artikulasi
mengucapkan katakata.
Pelaksana terapi adalah tim medik dan keluarga.
d) Ortotik Prostetik
Pada penderita stroke dapat digunakan alat bantu atau alat ganti dalam
membantu transfer dan ambulasi penderita. Alat-alat yang sering digunakan
antara lain: arm sling, walker, wheel chair, knee back slap, short leg brace,
cock-up splint, ankle foot orthotic (AFO), knee ankle foot orthotic (KAFO)
e) Psikologi
Semua penderita dengan gangguan fungsional yang akut akan melampaui
serial fase psikologis, yaitu: fase syok, fase penolakan, fase penyesuaian dan
fase penerimaan. Sebagian penderita mengalami fase-fase tersebut secara
cepat, sedangkan sebagian lagi mengalami secara lambat, berhenti pada salah
satu fase, bahkan Kembali ke fase yang telah lewat. Penderita harus berada
pada fase psikologis yang sesuai untuk dapat menerima rehabilitasi.
f) Sosial Medik dan Vokasional
Pekerja sosial medik dapat memulai bekerja dengan wawancara keluarga,
keterangan tentang pekerjaan, kegemaran, sosial, ekonomi dan lingkungan
hidup serta keadaan rumah penderita
2) Tujuan ROM
Latihan ROM adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi kekakuan pada
sendi dan kelemahan pada otot yang dapat dilakukan secara aktif maupun pasif
tergantung keadaan pasien. Dalam pelaksanaan latihan ROM (Suratun., Heryati.,
Manurung, Santa., 2008) menjelaskan bahwa tujuan ROM antara lain:
a. Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot.
b. Memelihara mobilitas persendian.
c. Merangsang sirkulasi darah.
d. Mencegah kelainan bentuk.
3) Klasifikasi ROM
klasifikasikan latihan ROM menjadi dua, yaitu:
a. Latihan ROM pasif adalah latihan ROM yang dilakukan pasien dengan
bantuan dari orang lain, ataupun alat bantu setiap kali melakukan gerakan.
b. Latihan ROM aktif adalah latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh pasien
tanpa bantuan dari setiap gerakan yang dilakukan.
4) Indikasi dan kontraindikasi ROM
Sebelum melakukan latihan ROM pada pasien stroke, ada beberapa hal yang
harus diperhatikan, diantaranya adalah indikasi dan kontraindikasi ROM.
menjabarkan indikasi ROM yang dilakukan untuk latihan pasif yaitu pada pasien
semikoma dan tidak sadar, usia lanjut dengan mobilitas terbatas, pasien tirah
baring total, pasien dengan paralisis ekstrimitas total. Sedangkan indikasi latihan
aktif dilakukan pada semua pasien yang dirawat dan mampu melakukan ROM
sendiri dan kooperatif. Selain itu latihan ROM juga memiliki beberapa
kontraindikasi, kontraindikasi latihan ROM menurut (Irfan, 2010) yaitu apabila
gerakan dapat mengganggu proses penyembuhan cedera, dan ROM tidak boleh
dilakukan bila respon pasien atau kondisinya membahayakan
5) Prinsip dasar Latihan ROM
insip dasar dalam pelaksanaan latihan ROM menurut (Suratun., Heryati.,
Manurung, Santa., 2008) antra lain:
1. ROM harus diulang sekitar 8 kali dan dikerjakan 1 kali sehari dengan
durasi 5 -7 menit. 2.
2. ROM dilakukan perlahan dan hati-hati sehingga tidak melelahkan pasien.
3. Dalam merencanakan program latihan ROM, perlu diperhatikan umur
pasien, diagnosis, tanda vital, dan lamanya tirah baring.
4. ROM sering diprogramkan oleh dokter dan dikerjakan oleh ahli fisioterapi.
5. Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan latihan ROM adalah leher, jari,
lengan, siku, bahu, tumit, kaki, dan pergelangan kaki.
6. ROM dapat dilakukan pada semua persendian atau hanya pada
bagianbagian yang dicurigai mengalami proses penyakit.
7. Melakukan ROM harus sesuai waktunya, misalnya setelah mandi atau
perawatan rutin telah dilakukan