Anda di halaman 1dari 10

Ekskresi berarti pengeluaran zat buangan atau zat sisa hasil metabolisme yang berlangsung

dalam tubuh organisme. Zat sisa metabolisme dikeluarkan dari tubuh oleh alat ekskresi. Alat
ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya berupa ginjal, paru-paru, kulit, dan hati,
sedangkan alat pengeluaran pada hewan invertebrata berupa nefridium, sel api, atau buluh
Malphigi.

Sistem ekskresi membantu memelihara homeostasis dengan tiga cara, yaitu melakukan
osmoregulasi, mengeluarkan sisa metabolisme, dan mengatur konsentrasi sebagian besar
penyusun cairan tubuh.

Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks.
Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain, CO2, H20,
NHS, zat warna empedu, dan asam urat.

Karbon dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat makanan yang
berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua senyawa tersebut tidak berbahaya bila
kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat sisa namun sebagian masih dapat
dipakai sebagai dapar (penjaga kestabilan PH) dalam darah. Demikian juga H2O dapat
digunakan untuk berbagai kebutuhan, misalnya sebagai pelarut.

Amonia (NH3), hasil pembongkaran/pemecahan protein, merupakan zat yang beracun bagi
sel. Oleh karena itu, zat ini harus dikeluarkan dari tubuh. Namun demikian, jika untuk
sementara disimpan dalam tubuh zat tersebut akan dirombak menjadi zat yang kurang
beracun, yaitu dalam bentuk urea.

Zat warna empedu adalah sisa hasil perombakan sel darah merah yang dilaksanakan oleh hati
dan disimpan pada kantong empedu. Zat inilah yang akan dioksidasi jadi urobilinogen yang
berguna memberi warna pada tinja dan urin.

Asam urat merupakan sisa metabolisme yang mengandung nitrogen (sama dengan amonia)
dan mempunyai daya racun lebih rendah dibandingkan amonia, karena daya larutnya di
dalam air rendah.

Tugas pokok alat ekskresi ialah membuang sisa metabolisme tersebut di atas walaupun alat
pengeluarannya berbeda-beda.

SISTEM EKSKRESI PADA INVERTEBRATA

Sistem ekskresi invertebrata berbeda dengan sistem ekskresi pada vertebrata. Invertebrata
belum memiliki ginjal yang berstruktur sempurna seperti pada vertebrata. Pada umumnya,
invertebrata memiliki sistem ekskresi yang sangat sederhana, dan sistem ini berbeda antara
invertebrata satu dengan invertebrata lainnya.

Alat ekskresinya ada yang berupa saluran Malphigi, nefridium, dan sel api. Nefridium adalah
tipe yang umum dari struktur ekskresi khusus pada invertebrata. Berikut ini akan dibahas
sistem ekskresi pada cacing pipih (Planaria), cacing gilig (Annellida), dan belalang.
1. Sistem Ekskresi pada Cacing Pipih

Cacing pipih mempunyai organ nefridium yang disebut sebagai protonefridium.


Protonefridium tersusun dari tabung dengan ujung membesar mengandung silia. Di dalam
protonefridium terdapat sel api yang dilengkapi dengan silia.

Tiap sel api mempunyai beberapa flagela yang gerakannya


seperti gerakan api lilin. Air dan beberapa zat sisa ditarik ke
dalam sel api. Gerakan flagela juga berfungsi mengatur arus dan
menggerakan air ke sel api pada sepanjang saluran ekskresi.
Pada tempat tertentu, saluran bercabang menjadi pembuluh
ekskresi yang terbuka sebagai lubang di permukaan tubuh
(nefridiofora). Air dikeluarkan lewat lubang nefridiofora ini.

Sebagian besar sisa nitrogen tidak masuk dalam saluran ekskresi. Sisa nitrogen lewat dari sel
ke sistem pencernaan dan diekskresikan lewat mulut. Beberapa zat sisa berdifusi secara
langsung dari sel ke air.

2. Sistem Ekskresi pada Anelida dan Molluska

Anelida dan molluska mempunyai organ nefridium yang disebut metanefridium. Pada cacing
tanah yang merupakan anggota anelida, setiap segmen dalam tubuhnya mengandung
sepasang metanefridium, kecuali pada tiga segmen pertama dan terakhir.

Metanefridium memiliki dua lubang. Lubang yang pertama berupa corong,


disebut nefrostom (di bagian anterior) dan terletak pada segmen yang lain.
Nefrostom bersilia dan bermuara di rongga tubuh (pseudoselom). Rongga
tubuh ini berfungsi sebagai sistem pencernaan. Corong (nefrostom) akan
berlanjut pada saluran yang berliku-liku pada segmen berikutnya.

Bagian akhir dari saluran yang berliku-liku ini akan membesar seperti gelembung. Kemudian
gelembung ini akan bermuara ke bagian luar tubuh melalui pori yang merupakan lubang
(corong) yang kedua, disebut nefridiofor. Cairan tubuh ditarik ke corong nefrostom masuk ke
nefridium oleh gerakan silia dan otot. Saat cairan tubuh mengalir lewat celah panjang
nefridium, bahan-bahan yang berguna seperti air, molekul makanan, dan ion akan diambil
oleh sel-sel tertentu dari tabung. Bahan-bahan ini lalu menembus sekitar kapiler dan
disirkulasikan lagi. Sampah nitrogen dan sedikit air tersisa di nefridium dan kadang
diekskresikan keluar.

Metanefridium berlaku seperti penyaring yang menggerakkan sampah dan mengembalikan


substansi yang berguna ke sistem sirkulasi.

Cairan dalam rongga tubuh cacing tanah mengandung substansi dan zat sisa. Zat sisa ada dua
bentuk, yaitu amonia dan zat lain yang kurang toksik, yaitu ureum. Oleh karena cacing tanah
hidup di dalam tanah dalam lingkungan yang lembab, anelida mendifusikan sisa amonianya
di dalam tanah tetapi ureum diekskresikan lewat sistem ekskresi.
3. Alat Ekskresi pada Belalang

Alat ekskresi pada belalang adalah pembuluh Malpighi, yaitu alat pengeluaran yang berfungsi
seperti ginjal pada vertebrata. Pembuluh Malphigi berupa kumpulan benang halus yang
berwarna putih kekuningan dan pangkalnya melekat pada pangkal dinding usus. Di samping
pembuluh Malphigi, serangga juga memiliki sistem trakea untuk mengeluarkan zat sisa hasil
oksidasi yang berupa CO2. Sistem trakea ini berfungsi seperti paru-paru pada vertebrata.

Belalang tidak dapat mengekskresikan amonia dan harus memelihara konsentrasi air di dalam
tubuhnya. Amonia yang diproduksinya diubah menjadi bahan yang kurang toksik yang
disebut asam urat. Asam urat berbentuk kristal yang tidak larut.

Pembuluh Malpighi terletak di antara usus tengah


dan usus belakang. Darah mengalir lewat pembuluh
Malpighi. Saat cairan bergerak lewat bagian
proksimal pembuluh Malpighi, bahan yang
mengandung nitrogen diendapkan sebagai asam urat,
sedangkan air dan berbagai garam diserap kembali
biasanya secara osmosis dan transpor aktif. Asam
urat dan sisa air masuk ke usus halus, dan sisa air
akan diserap lagi. Kristal asam urat dapat
diekskresikan lewat anus bersama dengan feses.

Sistem Ekskresi Pada Hewan Vertebrata

Sistem ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya melibatkan organ paru-paru, kulit,
ginjal, dan hati. Namun yang terpenting dari keempat organ tersebut adalah ginjal.

1. Sistem ekskresi pada mamalia

Sistem Ekskresi pada mamalia hampir sama dengan manusia tetapi sedikit berbeda karena
mamalia dipengaruhi/disebabkan oleh lingkungan tempat tinggalnya.

Paru-paru mamalia mempunyai permukaan ber spon (spongy texture) dan dipenuhi liang
epitelium dengan itu mempunyai luas permukaan per isipadu yang lebih luas berbanding luas
permukaan paru-paru. Paru-paru manusia adalah contoh biasa bagi paru-paru jenis ini.

Paru-paru terletak di dalam rongga dada (thoracic cavity), dilindungi oleh struktur bertulang
tulang selangka dan diselaputi karung dwi dinding dikenali sebagai pleura. Lapisan karung
dalam melekat pada permukaan luar paru-paru dan lapisan karung luar melekat pada dinding
rongga dada. Kedua lapisan ini dipisahkan oleh lapisan udara yang dikenali sebagai rongga
pleural yang berisi cecair pleural ini membenarkan lapisan luar dan dalam berselisih sesama
sendiri, dan menghalang ia daripada terpisah dengan mudah.

Bernafas kebanyakannya dilakukan oleh diafragma di bawah, otot yang mengucup


menyebabkan rongga di mana paru-paru berada mengembang. Sangkar selangka juga boleh
mengembang dan mengucup sedikit.
Ini menyebabkan udara tetarik ke dalam dan keluar dari paru-paru melalui trakea dan salur
bronkus (bronkhial tubes) yang bercabang dan mempunyai alveolus di ujung yaitu karung
kecil dikelilingi oleh kapilari yang dipenuhi darah. Di sini oksigen meresap masuk ke dalam
darah, di mana oksigen akan d angkut melalui hemoglobin.

Darah tanpa oksigen dari jantung memasuki paru-paru melalui pembuluh pulmonari dan
lepas dioksigenkan, kembali ke jantung melalui salur pulmonari.

2.Sistem ekskresi pada ikan

Ikan mempunyai system ekskresi berupa ginjal dan suatu lubang pengeluaran yang disebut
urogenital.Lubang urogenital ialah lubang tempat bermuaranya saluran ginjal dan saluran
kelamin yang berada tepat dibelakang anus.

Ginjal pada ikan yang hidup di air tawar dilengkapi sejumlah glomelurus yang jumlahnya
lebih banyak. Sedangkan ikan yang hidup di air laut memiliki sedikit glomelurus sehingga
penyaringan sisa hasil metabolisme berjalan lambat.

3.Sistem ekskresi pada amfibi

Saluran ekskresi pada katak yaitu ginjal, paru-paru,dan kulit. Saluran ekskresi pada katak
jantan & betina memiliki perbedaan, pada katak jantan saluran kelamin & saluran urin
bersatu dengan ginjal, sedangkan pada katak betina kedua saluran itu terpisah. Walaupun
begitu alat lainnya bermuara pada satu saluran dan lubang pengeluaran yang disebut kloaka.

4.Sistem ekskresi pada reptil

Sistem ekskresi pada reptil berupa ginjal, paru-paru,kulit dan kloaka. Kloaka merupakan satu-
satunya lubang untuk mengeluarkan zat-zat hasil metabolisme.Reptil yang hidup di darat sisa
hasil metabolismenya berupa asam urat yang dikeluarkan dalam bentuk bahan setengah padat
berwarna putih.

4. AVES
Alat ekskresi burung berupa sepasang ginjal metanefros di lengkapi dengan ureter sebagai
saluran yang berlangsung bermuara pada kloaka.

Sistem ekskresi pada manusia dan vertebrata lainnya melibatkan organ paru-paru, kulit,
ginjal, dan hati. Namun yang terpenting dari keempat organ tersebut adalah ginjal.

1. Ginjal

Fungsi utama ginjal adalah mengekskresikan zat-zat sisa metabolisme yang mengandung
nitrogen misalnya amonia. Amonia adalah hasil pemecahan protein dan bermacam-macam
garam, melalui proses deaminasi atau proses pembusukan mikroba dalam usus. Selain itu,
ginjal juga berfungsi mengeksresikan zat yang jumlahnya berlebihan, misalnya vitamin yang
larut dalam air; mempertahankan cairan ekstraselular dengan jalan mengeluarkan air bila
berlebihan; serta mempertahankan keseimbangan asam dan basa. Sekresi dari ginjal berupa
urin.

a. Struktur Ginjal
Bentuk ginjal seperti kacang merah, jumlahnya sepasang dan terletak di dorsal kiri dan kanan
tulang belakang di daerah pinggang. Berat ginjal diperkirakan 0,5% dari berat badan, dan
panjangnya ± 10 cm. Setiap menit 20-25% darah dipompa oleh jantung yang mengalir
menuju ginjal.

Ginjal terdiri dari tiga bagian utama yaitu:

a. korteks (bagian luar)


b. medulla (sumsum ginjal)
c. pelvis renalis (rongga ginjal).

Bagian korteks ginjal mengandung banyak sekali nefron ± 100 juta sehingga permukaan
kapiler ginjal menjadi luas, akibatnya perembesan zat buangan menjadi banyak. Setiap nefron
terdiri atas badan Malphigi dan tubulus (saluran) yang panjang. Pada badan Malphigi terdapat
kapsul Bowman yang bentuknya seperti mangkuk atau piala yang berupa selaput sel pipih.
Kapsul Bowman membungkus glomerulus. Glomerulus berbentuk jalinan kapiler arterial.
Tubulus pada badan Malphigi adalah tubulus proksimal yang bergulung dekat kapsul
Bowman yang pada dinding sel terdapat banyak sekali mitokondria. Tubulus yang kedua
adalah tubulus distal.

Pada rongga ginjal bermuara pembuluh pengumpul. Rongga ginjal dihubungkan oleh ureter
(berupa saluran) ke kandung kencing (vesika urinaria) yang berfungsi sebagai tempat
penampungan sementara urin sebelum keluar tubuh. Dari kandung kencing menuju luar tubuh
urin melewati saluran yang disebut uretra.

b. Proses-proses di dalam Ginjal

Di dalam ginjal terjadi rangkaian prows filtrasi, reabsorbsi, dan augmentasi.

1. Penyaringan (filtrasi)

Filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus pada kapsul Bowman. Pada glomerulus terdapat sel-
sel endotelium kapiler yang berpori (podosit) sehingga mempermudah proses penyaringan.
Beberapa faktor yang mempermudah proses penyaringan adalah tekanan hidrolik dan
permeabilitias yang tinggi pada glomerulus. Selain penyaringan, di glomelurus terjadi pula
pengikatan kembali sel-sel darah, keping darah, dan sebagian besar protein plasma. Bahan-
bahan kecil terlarut dalam plasma, seperti glukosa, asam amino, natrium, kalium, klorida,
bikarbonat, garam lain, dan urea melewati saringan dan menjadi bagian dari endapan.

Hasil penyaringan di glomerulus berupa filtrat glomerulus (urin primer) yang komposisinya
serupa dengan darah tetapi tidak mengandung protein. Pada filtrat glomerulus masih dapat
ditemukan asam amino, glukosa, natrium, kalium, dan garamgaram lainnya.

2. Penyerapan kembali (Reabsorbsi)

Volume urin manusia hanya 1% dari filtrat glomerulus. Oleh karena itu, 99% filtrat
glomerulus akan direabsorbsi secara aktif pada tubulus kontortus proksimal dan terjadi
penambahan zat-zat sisa serta urea pada tubulus kontortus distal.
Substansi yang masih berguna seperti glukosa dan asam amino dikembalikan ke darah. Sisa
sampah kelebihan garam, dan bahan lain pada filtrat dikeluarkan dalam urin. Tiap hari tabung
ginjal mereabsorbsi lebih dari 178 liter air, 1200 g garam, dan 150 g glukosa. Sebagian besar
dari zat-zat ini direabsorbsi beberapa kali.

Setelah terjadi reabsorbsi maka tubulus akan menghasilkan urin seku Zder yang
komposisinya sangat berbeda dengan urin primer. Pada urin sekunder, zat-zat yang masih
diperlukan tidak akan ditemukan lagi. Sebaliknya, konsentrasi zat-zat sisa metabolisme yang
bersifat racun bertambah, misalnya ureum dari 0,03`, dalam urin primer dapat mencapai 2%
dalam urin sekunder.

Meresapnya zat pada tubulus ini melalui dua cara. Gula dan asam mino meresap melalui
peristiwa difusi, sedangkan air melalui peristiwa osn osis. Reabsorbsi air terjadi pada tubulus
proksimal dan tubulus distal.

3. Augmentasi

Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus
kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam,
2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warm
dan bau pada urin.

Hal-hal yang Mempengaruhi Produksi Urin

Hormon anti diuretik (ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior akan
mempengaruhi penyerapan air pada bagian tubulus distal karma meningkatkan permeabilitias
sel terhadap air. Jika hormon ADH rendah maka penyerapan air berkurang sehingga urin
menjadi banyak dan encer. Sebaliknya, jika hormon ADH banyak, penyerapan air banyak
sehingga urin sedikit dan pekat. Kehilangan kemampuan mensekresi ADH menyebabkan
penyakti diabetes insipidus. Penderitanya akan menghasilkan urin yang sangat encer.

Gambar 4:
Mekanisme kerja pengaruh hormon ADH terhadap produksi urin.

Selain ADH, banyak sedikitnya urin dipengaruhi pula oleh faktor-faktor berikut :

a. Jumlah air yang diminum

Akibat banyaknya air yang diminum, akan menurunkan konsentrasi protein yang dapat
menyebabkan tekanan koloid protein menurun sehingga tekanan filtrasi kurang efektif.
Hasilnya, urin yang diproduksi banyak.

b. Saraf

Rangsangan pada saraf ginjal akan menyebabkan penyempitan duktus aferen sehingga aliran
darah ke glomerulus berkurang. Akibatnya, filtrasi kurang efektif karena tekanan darah
menurun.

c. Banyak sedikitnya hormon insulin


Apabila hormon insulin kurang (penderita diabetes melitus), kadar gula dalam darah akan
dikeluarkan lewat tubulus distal. Kelebihan kadar gula dalam tubulus distal mengganggu
proses penyerapan air, sehingga orang akan sering mengeluarkan urin.

2. Paru-paru (Pulmo)

Fungsi utama paru-paru adalah sebagai alat pernapasan. Akan tetapi, karma mengekskresikan
zat Sisa metabolisme maka dibahas pula dalam sistem ekskresi. Karbon dioksida dan air hash
metabolisme di jaringan diangkut oleh darah lewat vena untuk dibawa ke jantung, dan dari
jantung akan dipompakan ke paru-paru untuk berdifusi di alveolus. Selanjutnya, H2O dan
CO2 dapat berdifusi atau dapat dieksresikan di alveolus paru-paru karena pada alveolus
bermuara banyak kapiler yang mempunyai selaput tipis.

Karbon dioksida dari jaringan sebagian besar (75%) diangkut oleh plasma darah dalam
bentuk senyawa HC03, sedangkan sekitar 25% lagi diikat oleh Hb yang membentuk karboksi
hemoglobin (HbC02).

3. Hati (Hepar)

Hati disebut juga sebagai alat ekskresi di samping berfungsi sebagai kelenjar dalam sistem
pencernaan. Hati menjadi bagian dari sistem ekskresi karma menghasilkan empedu. Hati juga
berfungsi merombak hemoglobin menjadi bilirubin dap biliverdin, dap setelah mengalami
oksidasi akan berubah jadi urobilin yang memberi warna pada feses menjadi kekuningan.
Demikian juga kreatinin hash pemecahan protein, pembuangannya diatur oleh hati kemudian
diangkut oleh darah ke ginjal.

Jika saluran empedu tersumbat karena adanya endapan kolesterol maka cairan empedu akan
masuk dalam sistem peredaran darah sehingga cairan darah menjadi lebih kuning.
Penderitanya disebut mengalami sakit kuning.

4. Kulit (Cutis)

Kulit berfungsi sebagai organ ekskresi karma mengandung kelenjar keringat (glandula
sudorifera) yang mengeluarkan 5% sampai 10% dari seluruh sisa metabolisme. Pusat
pengatur suhu pada susunan saraf pusat akan mengatur aktifitas kelenjar keringat dalam
mengeluarkan keringat.

Keringat mengandung air, larutan garam, dap urea. Pengeluaran keringat yang berlebihan
bagi pekerja berat menimbulkan hilang melanositnya garam-garam mineral sehingga dapat
menyebabkan kejang otot dan pingsan.

Selain berfungsi mengekskresikan keringat, kulit juga berfungsi sebagai pelindung terhadap
kerusakan fisik, penyinaran, serangan kuman, penguapan, sebagai organ penerima rangsang
(reseptor), serta pengatur suhu tubuh.

Osmoregulasi adalah proses mengatur konsentrasi cairan dan menyeimbangkan pemasukan


serta pengeluaran cairan tubuh oleh sel atau organisme hidup. Proses osmoregulasi
diperlukan karena adanya perbedaan konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan
disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu banyak air maka ia akan meletus, begitu pula
sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akan mengerut dan mati. Osmoregulasi juga
berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau
organisme hidup.

[sunting] Osmoregulasi oleh binatang


Kebanyakan invertebrata yang berhabitat di laut tidak secara aktif mengatur sistem osmosis
mereka, dan dikenal sebagai osmoconformer. Osmoconformer memiliki osmolaritas internal
yang sama dengan lingkungannya sehingga tidak ada tendensi untuk memperoleh atau
kehilangan air. Karena kebanyakan osmoconformer hidup di lingkungan yang memiliki
komposisi kimia yang sangat stabil (i.e. di laut) maka osmoconformer memiliki osmolaritas
yang cendrung konstan.

Sedangkan osmoregulator adalah organisme yang menjaga osmolaritasnya tanpa tergantung


lingkungan sekitar. Oleh karena kemampuan meregulasi ini maka osmoregulator dapat hidup
di lingkungan air tawar, daratan, serta lautan. Di lingkungan dengan konsentrasi cairan yang
rendah, osmoregulator akan melepaskan cairan berlebihan dan sebaliknya.

Osmoregulasi adalah proses mengatur konsentrasi cairan dan menyeimbangkan pemasukan


serta pengeluaran cairan tubuh oleh sel atau organisme hidup. Proses osmoregulasi
diperlukan karena adanya perbedaan konsentrasi cairan tubuh dengan lingkungan
disekitarnya. Jika sebuah sel menerima terlalu banyak air maka ia akan meletus, begitu pula
sebaliknya, jika terlalu sedikit air, maka sel akan mengerut dan mati. Osmoregulasi juga
berfungsi ganda sebagai sarana untuk membuang zat-zat yang tidak diperlukan oleh sel atau
organisme hidup.
Ada tiga pola regulasi:
1. Regulasi hipertonik atau hiperosmotik, yaitu pengaturan secara aktif konsentrasi cairan
tubuh yang lebih tinggi dari konsentrasi media, misal: pada potadrom (ikan air tawar)
Potadrom mempertahankan konsentrasi cairan tubuhnya dengan mengurangi minum
danmemperbanyak urineOsmoregulasi beberapa golongan ikan(Telesostei).
2. Regulasi hipotonik atau hipoosmotik, yaitu pengaturan secara aktif konsentrasi cairan
tubuh yang lebih rendah dari konsentrasi media, misal: pada oseandrom (ikan air laut),
Oseanodrom memperbanyak minum dan mengurangi volume urine. Diadrom, melakukan
aktivitas osmoregulasi seperti petadrom bila berada di air tawar dan seperti oseanodrom bila
berada di air laut.
3. Regulasi isotonik atau isoosmotik, yaitu bila konsentrasi cairan tubuh sama dengan
konsentrasi media, misalnya ikan-ikan pada daerah estuarine (ikan eurihaline) contohnya:
• ikan eurihalin, konsentrasi cairan tubuhnya hampir sama dengan lingkungannya,sehingga
hanya sedikit melakukanosmoregulasi Osmoregulasi beberapa golongan ikan
• Ikan Elasmobransi, melakukan osmoregulasi dengan cara menahan urea sampai konsentrasi
dalam darah meningkat kira-kira 5 % untuk meningkatkan total tekanan osmose darah ke
tingkat yang lebih tinggi dibanding air laut
Organ osmoregulasi
Beberapa organ yang berperanan dalam proses osmoregulasi ikan adalah l insang, ginjal dan
usus. Organ-organ ini melakukan fungsi adaptasi dibawah kontrol hormon osmoregulasi,
terutama hormon-hormon yang diekresi oleh pituitari, ginjal dan urofisis.
0smoregulasi pada hewan
1. Osmoregulasi pada hewan invertebrata laut
Kebanyakan invertebrata yang berhabitat di laut tidak secara aktif mengatur sistem osmosis
mereka, dan dikenal sebagai osmoconformer. Osmoconformer memiliki osmolaritas internal
yang sama dengan lingkungannya sehingga tidak ada tendensi untuk memperoleh atau
kehilangan air. Karena kebanyakan osmoconformer hidup di lingkungan yang memiliki
komposisi kimia yang sangat stabil (i.e. di laut) maka osmoconformer memiliki osmolaritas
yang cendrung konstan.
Sedangkan osmoregulator adalah organisme yang menjaga osmolaritasnya tanpa tergantung
lingkungan sekitar. Oleh karena kemampuan meregulasi ini maka osmoregulator dapat hidup
di lingkungan air tawar, daratan, serta lautan. Di lingkungan dengan konsentrasi cairan yang
rendah, osmoregulator akan melepaskan cairan berlebihan dan sebaliknya
2. 0smoregulasi pada hewan vertebrata laut
0smoregulasi pada hewan vertebrata laut dibagi kedalam dua kelompok yaitu:
a. Konformer Osmotik dan Ionik : Siklostomata (hagfish) danVertebrata primitif
osmoregulasinya sama seperti invertebrata laut.
b. Regulator Osmotik dan Ionik : Regulasi osmotik dan ionik tidak sama dan memperlihatkan
tingkatan dan Konsentrasi osmotik plasma mendekati sepertiga konsentrasi osmotik air laut.
Mekanisme Osmoregulasi Vertebrata Laut misalnya teleostai laut diperlukan mekanisme
adaptasi untuk menghindari kehilangan air dari tubuhnya. Pada Elasmobrankhii
menggunakan kelenjar rektal yaiut untuk mengeluarkan kelebihan Na+ secara aktif ,dan
menghasilkan sedikit urin untuk Urin dimanfaatkan untuk mengeluarkan kelebihan NaCl.
Pada Mamalia Laut yaitu lumba-lumba dan ikan paus Masalah pemasukan garam yang terlalu
banyak yang masuk bersama makanan,bisa Diatasi dengan organ ginjal yang sangat efisien
yang dapat menghasilkan urin yang kepekatannya 3 – 4 kali dari cairan plasmanya.
3. Osmoregulai pada hewan di lingkungan air tawar .
Masalah yang dihadapi hewan air tawar adalah Tekanan Osmotik cairan tubuh hewan air
tawar lebih tinggi dari lingkungannya (hiperosmotik/hipertoniskarena terancam oleh
Kehilangan garam dan Pemasukan air yang berlebihan.Mekanisme Antisipasi Kelebihan atau
Kekurangan Ion yaitu dengan transfor aktif dan difusi.
4. Osmoregulasi pada Hewan di Lingkungan Payau
Hewan Akuatik tidak selamanya menetap di habitat yang tetap (air laut atau air tawar) saat
tertentu masuk ke daerah payau.contohnya belut , lampeer, dan ikan salmon.hewan hewan ini
memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap perubahan kadar garam (kadar garam di
daerah payau selalu berubah), selain itu larva nyamuk Aedes campestris Tumbuh baik di air
tawar maupun di air bergaram yang lebih pekat dari cairan hemolimfenya Hidup di danau
yang mengandung garam alkalis, dengan kandungan utama natrium karbonat dengan pH
lebih dari 10Toleran terhadap kadar garam tiga kali lebih tinggi dari kadar garam air laut.
5. Osmoregulasi pada hewan di lingkungan darat
1) Keuntungan :
Hewan yang berhasil hidup di darat
Mudah memperoleh oksigen
2) Kerugian :
Masalah keseimbangan air dan ion
Mudah terancam dehidrasi
Kehilangan air dari tubuh pada hewan darat dipengaruhi oleh beberapa factor yaitu :
1. Kandungan uap air di atmosfer
2. Tekanan barometrik
3. Gerakan udara
4. Luas permukaan penguapan
5.Suhu
6. Osmoregulasi padainvertebrata darat
padainvertebrata darat umumnya merupakan golongan Artropoda, Insekta, dan laba-laba,
sedangkan yang paling banyak ialah Insekta.pada insect alat pengatur pelepasan airya adalah
lapisan kutikula spirakel, namun masih saja kehilangan air , sehingga untuk membatasi
pelepasan air dilakukan dengan Respirasi diskontinyu. dengan cara pengambilan oksigen
(O2) dilakukan dengan laju yang kontinyu dan pelepasan karbondioksida (CO 2)dilakukan
secara periodic.
7. Vertebrata yang berhasil berkembang di lingkungan darat,
Vertebrata yang berhasil berkembang di lingkungan darat memperoleh air dari air minum dan
makanan , untuk menghemat air vertebrata melakukan berbagai cara yang cukup bervariasi.
Diantaranya yaitu dengan cara:
1. memiliki kulit yang kering dan bersisik
2. menghasilkan feses kering
3. mereabsorbsi urin encer yang di kandung kemih
4. menghasilkan asam urat
Pad burung laut pengaturan keseimbangan air berkaitan erat dengan proses mempertahankan
suhu tubuh,memperoleh makanan dari laut masalah pemasukan garam yang berlebihan di
keluarkan melalui kelenjar garam,cairan pekat yang banyak mengandung NaCl.sa

Anda mungkin juga menyukai